Anda di halaman 1dari 12

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN BAWANG PUTIH ( RUBAH ) TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DI PANTI JOMPO TRESNA WHERDA

DISUSUN OLEH :
RIA FRADILA
1826010045

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
KOTA BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada saat ini hipertensi merupakan penyakit yang paling umum
dikenal dalam masyarakat,hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular
namun dapat terjadi pada remaja hingga lansia.Pada umumnya proses menua
terjadi secara alamiah pada lansia di mana terjadi perubahan kondisi fisik dan
system kardiovaskuler, dimana salah satu penyakit utama nya adalah
hipertensi dan faktor terjadi nya hipertensi adalah akibat pola hidup tidak
sehat dan faktor keturunan.
Menurut Uta Miningsih tahun 2015, Hipertensi merupakan suatu
penyakit yang bisa menyerang siapa saja dari yang paling muda sampai yang
paling tua dan tidak memandang orang kaya maupun miskin. Dari sekitar 90%
penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui secara pasti.Hipertensi
sering disebut “Silent Killer” (Pembunuh Siluman), karena pada penderita
seringkali merasakan suatu gangguan/gejala tanpa diketahui penyebabnya
(Triyanto, 2014).
Menurut WHO tahun 2014, Hipertensi atau penyakit tekanan darah
tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah sehingga
mengakibatkan suplasi oksigen dan nutrisi. Keadaan ini menyebabkan tekanan
darah di arteri meningkat dan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Hipertensi merupakan penyakit yang banyak
tidak menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak terdiagnosis dalam
waktu yang lama, batas tekanan darah yang normal adalah 140/90 mmHg.
Menurut Udjianti tahun 2015, Hipertensi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole - arteriole konstriksi.
Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan
melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri
yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh
darah.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan suatu gangguan pada bagian pembuluh darah yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat dari batas nomalnya yaitu 140/90
mmhg, penyakit hipertensi disebut juga sebagai “sailent killer” karena
penderita hipertensi biasanya tidak merasaakan ada nya gangguan/gejala serta
proses patologisnya yang bersifat kronik namun tidak menular dan bisa
menyerang siapa saja dari usia yang paling muda hingga usia paling tua.
Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan tekanan darah di arteri meningkat
secara terus menerus sehingga menyebabkan terjadinya penambahan beban
kerja jantung dan arteri yang dapat menimbulkan kerusakan pada jantung dan
pembuluh darah.
Menurut WHO tahun 2015, Kasus hipertensi menunjukkan sekitar
1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi, yang berarti setiap 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya
yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap
tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang
terkena hipertensi serta setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasi. Di Asia Tenggara hampir 1,5 juta jiwa meninggal
disebabkan oleh menderita hipertensi tiap tahunnya, kondisi ini menjadikan
darah tinggi menjadi faktor tertinggi penyebab kematian. Peningkatan jumlah
orang dewasa di Indonesia dengan hipertensi mencapai 8% pada tahun 1995
dan meningkat mencapai 32% pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita
hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia
terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%,
kawasan Afrika memegang posisi puncak tertinggi penderita hipertensi, yaitu
sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%.
Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di
Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk.
Menurut riset kesehatan dasar tahun 2013, menyebutkan bahwa
kejadian hipertensi di Indonesia melalui pada renatng usia ≥18 tahun
terbanyak terdapat pada Bangka Belitung (30,9%), kemudian Kalimantan
Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
Sebagian besar lansia di Desa Karang anyar berada pada Klasifikasi
Hipertensi Derajat I (tekanan darah 140-159 mmHg) dengan rata-rata usia 56-
60 tahun (Suprayitno, 2019).
Dapat disimpulkan dari 3 negara diatas tersebut bahwa masalah
hipertensi di dunia yang memiliki persentase paling tinggi yaitu di Negara
berkembang seperti di kawasan Afrika sebesar 40%, sedangkan di negara
maju seperti kawasan Amerika dan Asia Tenggara sebesar 35-36% dan di
negara Indonesia termasuk negara yang mempunyai persentase paling rendah
namun masih bisa di katakan cukup tinggi sebesar 32% dari total jumlah
penduduk. Penyakit hipertensi akan mengalami peningkatan secara terus
menerus setiap tahunnya, hal ini di buktikan dengan adanya penderita
hipertensi yang meninggal sebanyak 1,5 juta jiwa setiap tahunnya.
Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres,
penggunaan estrogen (Kementrian Kesehatan, 2013).
Menurut Kurnia Esti tahun 2019, Sebagian besar lansia menderita
hipertensi derajat 1 dan 2 disebabkan oleh beberapa faktor diantara nya yaitu
faktor gaya hidup seperti kebiasaan jarang olahraga,faktor makanan berlemak
(kebiasaan makan bersantan) dan faktor minuman (kebiasaan minum
kopi),mengalami susah tidur (kualitas tidur yang buruk),dan kebiasaan
merokok. hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan prilaku beresiko
seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan
buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas,kurang aktivitas
fisik,konsumsi alcohol berlebihan dan stress.(Riskades, 2018).
pencegahan atau penanganan hipertensi bisa diatasi dengan dua cara
yaitu dengan farmakologis atau obat - obatan anti hipertensi dengan jangka
panjang bahkan seumur hidup, seperti diuretik, Tablet Hydrochlorothiazide
(HCT), Lasix (Furosemide). Pengobatan non farmakologis yaitu dapat
menurunkan tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak
diperlukan atau setidaknya ditunda, adapun obat non farmakologis atau obat
tradisional adalah mengkudu, daun salam, rumput laut, umbi bawang putih,
labu siam dan tumbuhan bawang lainnya (Mohanis 2015).
Menurut Yuliani 2013, Penanganan secara non farmakologis lebih
aman karena hanya menimbulkan efek samping sedikit bahkan ada yang tidak
menimbulkan efek samping, murah dan mudah di dapat (Tobing, 2011).
Salah satu penanganan non farmakologis dalam mengatasi hipertensi adalah
dengan terapi komplementer. Terapi komplementer, efektif diberikan minimal
selama satu minggu. Selama satu minggu tersebut efek dari terapi dapat
terlihat hasilnya. Terapi komplementer yang dapat diberikan pada pasien
hipertensi salah satunya adalah terapi herbal.
Salah satu obat herbal yang dapat mengatasi penurunan tekanan darah
yaitu bawang putih dapat menurunkan tekanan darah karena bawang putih
mengandung zat alisin dan hydrogen sulfide. Zat tersebut memiliki efek
selayaknya obat darah tinggi, yaitu memperbesar pembuluh darah dan
membuat pembuluh darah tidak kaku, sehingga tekanan darah akan menurun.
Mekanisme kerja bawang putih dalam menurunkan tekanan darah
berhubungan dengan efek vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan
tertutupnya kanal dan terbukanya kanal sehingga terjadi hiperpolarisasi.
Dengan demikian otot akan mengalami relaksasi, tingginya konsentrasi ion
intraseluler menyebabkan vasokontriksi yang berdampak terhadap terjadinya
kondisi hipertensi. Senyawa allisin yang terkandung dalam bawang putih
berkhasiat menghancurkan pembekuan darah dalam arteri, mengurangi gejala
diabetes dan mengurangi tekanan darah (Hernawan, U. E. & A. D. Setyawan,
2011).
penanganan terapi komplementer nonfarmakologis pada pasien
hipertensi yaitu dengan terapi herbal menggunakan bawang putih (Allium
sativum L.) mempunyai sejumlah khasiat yang sangat bermanfaat bagi
tubuh.Salah satu khasiat bawang putih adalah dapat menurunkan tekanan
darah tinggi. Bawang putih merupakan obat alami penurun tekanan darah
karena bawang putih memiliki senyawa aktif yang diketahui berpengaruh
terhadap ketersediaan ion untuk kontraksi otot polos pembuluh darah yang
berasal dari kelompok ajoene (Junaedi, dkk, 2013).
Pemberian Bawang Putih Tunggal (Allium Sativum) dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita. Kandungan alami dari Bawang
putih yang mengandung senyawa kimia yang sangat penting, salah satunya
termasuk volatile oil (0,1-0,36%) yang mengandung sulfur, termasuk
didalamnya adalah alliin, ajoene dan vinyldithiines yang dihasilkan secara non
enzimatik dari allicin yang dapat mengencerkan darah dan berperan dalam
mengatur tekanan darah sehingga dapat memperlancar peredaran darah
(Kuswardani, 2016).
Bawang putih juga mengandung senyawa-senyawa kimia. Beberapa
diantara senyawa tersebut memiliki efek farmakologi, yaitu efek terhadap
pencegahan, perawatan, dan pengobatan penyakit. Berikut ini beberapa efek
farmakologi senyawa aktif pada bawang putih Alil-metil-sulfida sebagai Anti
hipertensi, anti bakteri, vinil-diatin sebagai anti oksidan, kardioprotektif,
Alistatin sebagai fungisida antibitik, allixin anti tumor dan anti radikal bebas,
scordinin sebagai anti kanker, anti potensif, anti hiperkolesterol. Kandungan
bawang putih yang berkhasiat sebagai anti hipertensi, seperti allisin dan alil-
metil-sulfida. Sekaligus dapat mencegah tekanan darah tinggi bagi orang yang
tekanan darah nya normal (Kuswardani, 2016).
Dari hasil penelitian dengan memberikan seduhan air bawang putih
dilakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu, setelah dilakukan
pengukuran tekanan darah, kemudian berikan air seduhan bawang putih
sebanyak (200 cc) kepada klien penderita hipertensi satu kali sehari setiap
pagi setelah perut klien terisi makanan selama tujuh hari. Siapkan 2 sampai 3
siung bawang putih kemudian kupas bawang putih setelah bawang putih
dikupas kemudian cuci bawang putih, setelah itu tumbuk bawang putih setelah
ditumbuk campurkan bawang putih dengan air hangat tunggu 10 sampai 15
menit kemudian saring air bawang putih, setelah disaring air bawang putih
diminum satu kali sehari setelah makan sampai tekanan darah dalam batas
normal (Mohanis, 2015).
Dari fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan
antara penurunan tekanan darah dan bawang putih Apabila penderita
hipertensi mengkonsumsi seduhan air bawang putih sebanyak 200 cc dengan
rutin setiap pagi selama 7 hari. karena bawang putih mempunyai khasiat yang
sangat bermanfaat bagi tubuh, salah satunya yaitu dapat menurunkan tekanan
darah tinggi. Bawang putih juga memiliki senyawa aktif yang diketahui
berpengaruh terhadap ketersediaan ion untuk kontraksi otot polos pembuluh
darah yang berasal dari kelompok ajoene serta mengandung senyawa kimia
yang sangat penting, salah satunya termasuk volatile oil (0,1-0,36%) yang
mengandung sulfur, termasuk didalamnya adalah alliin, ajoene dan
vinyldithiines yang dihasilkan secara non enzimatik dari allicin yang dapat
mengencerkan darah dan berperan dalam mengatur tekanan darah sehingga
dapat memperlancar peredaran darah.
Menurut kemenkes RI 2018, Pencegahan yang dapat dilakukan
terhadap penderita hipertensi yaitu Mengurangi konsumsi garam (jangan
melebihi 1 sendok teh per hari), Melakukan aktivitas fisik teratur (seperti jalan
kaki 3 km/ olahraga  30 menit per hari minimal 5x/minggu), Tidak merokok
dan menghindari asap rokok, Diet dengan Gizi Seimbang, Mempertahankan
berat badan ideal, Menghindari minum alcohol.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hananto (2015), tentang
pengaruh pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi didesa Magersari Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban
bahwa tekanan darah sebelum diberikan terapi didapatkan hasil retara MAP
(mean artery pressure) sebesar 179/100-109 mmHg dan tekanan darah
sesudah diberikan terapi didapatkan hasil retara MAP sebesar 140- 159/90-99
mmHg. Sehingga hasil uji wilcoxon sign rank tes menunjukan nilai psign
<0,05 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh pemberian air bawang putih
(Allium sativum) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Catherine Hood juga menemukan bukti bahwa bawang putih dapat
mengurangi aktivitas angiotensin coverting enzyme(ACE). Ini merupakan
mekanisme di mana obat inhibitor ACE berperan dalam menurunkan tekanan
darah dengan meminum satu gelas air seduhan bawang putih rutin setiap pagi
selama 7 hari. Hasilnya menunjukkan pengurangan signifikan pada tekanan
darah sistolik dan diastolik sebesar 6-10 mmHg dan tekanan diastol 6-9
mmHg.
Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh bawang putih
terhadap tekanan darah dimana sebelum dilakukan pemberian seduhan air
bawang putih yaitu didapatkan hasil retara MAP (mean artery pressure)
sebesar 179/100-109 mmHg. dan setelah diberikan terapi seduhan air bawang
putih setiap pagi selama 7 hari menghasilkan penurunan tekanan darah yang
signifikan yaitu pada tekanan darah sistolik sebesar 6-10 mmHg dan tekanan
darah diastolik 6-9 mmHg dengan hasil retara MAP tekanan darah sebesar
140- 159/90-99 mmHg. serta pencegahan yang dapat dilakukan penderita
hipertensi yaitu dengan cara Mengurangi konsumsi garam (jangan melebihi 1
sendok teh per hari), Melakukan aktivitas fisik teratur (seperti jalan kaki 3 km/
olahraga  30 menit per hari minimal 5x/minggu), Tidak merokok dan
menghindari asap rokok, Diet dengan Gizi Seimbang, Mempertahankan berat
badan ideal, Menghindari minum alcohol.
Di Indonesia, jumlah penderita hipertensi mencapai 17-21% dari
jumlah itu 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Diperkirakan
hipertensi yang ada di Indonesia mencapai 15 juta jiwa tetapi hanya 4% yang
merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada lanjut usia, 50%
tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga cenderung untuk
menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui
faktorresiko, dan 90% merupakan hipertensi esensia (Hartono, 2012).
Prevalensi penderita Hipertensi di Indonesia menurut Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan (BalitBanKes) melalui data hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 saat ini sebanyak 34,1%, dimana
mengalami kenaikan dari angka sebelumnya di tahun 2013 yaitu sebanyak
25,8% . Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
kasus tertinggi hipertensi adalah provinsi Sulawesi Utara dengan presentasi
sebanyak 13,2 %. Provinsi Papua menjadi provinsi dengan penderita
Hipertensi paling rendah di Indonesia yaitu sebanyak 4.4 %. Provinsi
Lampung berada di urutan ke 21 dalam pravelensi hipertensi berdasarkan
diagnosis dokter .
Dari masalah tekanan darah di Indonesia dapat disimpulkan bahwa
provinsi yang memiliki kasus hipertensi paling tinggi yaitu provinsi sulawesi
selatan sebanyak 13,2% dan yang paling rendah yaitu daerah Papua sebanyak
4,4%. Pada tahun 2012 indonesia memiliki penderita hipertensi sebanyak 17-
21% dimana 60% dari penderita hipertensi berakhir dengan stroke dan pada
tahun 2018 penderita hipertensi mengalami kenaikan sebanyak 34,1%, serta
diperkirakan Indonesia mencapai 15 juta jiwa yang terkena penyakit
hipertensi tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol, 6-15%
terjadi pada lanjut usia, dan 50% tidak menyadari bahwa penderita terkena
penyakit hipertensi sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi berat serta
90% termasuk penderita hipertensi esensia.
1.1 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah “Apakah ada Pengaruh pemberian Bawang Putih (Rubah) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia di Panti Jompo Tresna Wherda”

1.2 Tujuan penelitian


1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh pemberian
Bawang Putih (Rubah) Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pengaruh
pemberian Bawang Putih (Rubah) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia di Panti Jompo Tresna Wherda.

2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan pemberian
seduhan air bawang putih.
b. untuk mengetahui tekanan darah sesudah dilakukan pemberian
seduhan air bawang putih.
c. untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil tekanan darah sebelum
dan setelah diilakukan pemberian seduhan air bawang putih.

1.3 Manfaat penelitian


a. Manfaat Untuk Instansi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau masukan
mengenai gambaran kejadian hipertensi pada lansia dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan.
b. Manfaat Untuk Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk pembelajaran
mengenai gambaran kejadian hipertensi pada lansia.
c. Manfaat Untuk Peneliti
Bagi peneliti sendiri diharapkan agar dapat menambah ilmu serta wawasan
yang lebih luas,sehingga dapat dijadikan masukan dalam melihat
perbedaan ilmu teori dengan praktik dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai