TINJAUAN PUSTAKA
Jahe (Zingiber officinale rosc) merupakan salah satu jenis tanaman yang
Sansekerta “Singabera” dan Yunani “Zingiberi” yang berarti tanduk, karena bentuk
rimpang jahe mirip dengan tanduk rusa. Officinale merupakan bahasa latin dari
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
terdiri atas 47 genus dan 1.400 species. Genus Zingiber meliputi 80 species yang
salah satu diantaranya adalah jahe yang merupakan species paling penting dan
paling banyak manfaatnya (Hapsoh, 2008 dalam Putri, 2014). Ada tiga jenis jahe,
yaitu :
lebih besar dan gemuk jika dibandingkan jenis jahe lainnya. Jika diiris
dengan panjang 15,83 – 32,75 cm, ukuran tinggi 6,02 – 12,24 cm. Ruas
rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini
bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai
jahe segar maupun jahe olahan (Hapsoh, 2008 dalam Putri, 2014).
Gambar 2.1. Jahe Gajah (Zingiber officinale var officinarum)
Jahe ini dikenal dengan nama Latin “Zingiber officinale var amarum”
memiliki rimpang dengan bobot berkisar antara 0,5 - 0,7 kg/rumpun. Struktur
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu
Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) berasal dari Asia Pasifik
yang tersebar dari India sampai China. Oleh karena itu kedua bangsa ini
(Zingiber officinale var rubrum) disebut juga jahe sunti. Selain itu, banyak
nama lain dari jahe dari berbagai daerah di Indonesia antara lain halia (Aceh),
rimpang dengan bobot antara 0,5 - 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang jahe
kemerahan, ukuran lebih kecil dari jahe kecil. Memiliki serat yang kasar.
Rasanya pedas dan aromanya sangat tajam. Diameter rimpang 4,2 -4,3 cm
dan tingginya antara 5,2 - 10,40 cm. Panjang rimpang dapat mencapai 12,39
cm. sama seperti jahe kecil, jahe merah juga selalu dipanen setelah tua, dan
juga memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibandingkan jahe
Jahe memiliki beberapa kandungan kimia yang berbeda. Senyawa kimia rimpang
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi kimia rimpang jahe adalah
antara lain: jenis jahe, tanah sewaktu jahe ditanam, umur rimpang saat dipanen,
pengolahan rimpang jahe (Putri, 2014). Komponen yang terkandung dalam jahe
antara lain adalah air 80,9%, protein 2,3%, lemak 0,9%, mineral 1-2%, serat 2-4%,
Menurut Denyer, secara umum jahe mengandung pati, minyak atsiri, serat,
sejumlah kecil protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang disebut
(9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit (41,48; 3,5 dan 7,29%) dan jahe
dan curcumin. Jahe juga mengandung zat aktif shogaol dan gingerol yang berfungsi
menguap (non volatile oil) dan pati. Minyak menguap biasa disebut minyak atsiri.
Minyak atsiri umumnya berwarna kuning, sedikit kental, dan merupakan senyawa
yang memberikan aroma yang khas pada jahe (Soepardie, 2001 dalam Yuwono,
Kandungan minyak atsiri dan oleoresin pada rimpang jahe merah cukup
tinggi sehingga jahe merah memiliki peranan penting dalam dunia pengobatan, baik
kemajuan tekhnologi (Evans, 2002 dalam Hernani & Winarti, 2013). Rasa dominan
pedas pada jahe disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Senyawa lain yang
turut menyebabkan rasa pedas pada jahe adalah golongan fenilalkil keton atau yang
Khasiat jahe sudah dikenal turun temurun di antaranya sebagai pereda sakit
kepala, batuk, masuk angin. Jahe juga sering digunakan sebagai obat untuk
gatal digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar (Setiawan, 2015: 26).
sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut mengakibatkan
tekanan darah menjadi turun. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang
sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang menyebabkan perut berkontraksi dan
Ekstrak jahe merah jika diminum dalam dosis rendah 0,2 – 2 mg/kg
sinergisitas senyawa dalam ekstrak jahe merah. Bahkan ketika diberikan kepada 8
volunter ternyata sangat efektif dalam mencegah mabuk laut termasuk di dalamnya
vertigo yang berhubungan dengan mabuk laut (Grontved dkk, dalam Hernani &
Winarti, 2013).
Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari University
mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada wanita hamil.
Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo atau vitamin B6 dan
dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa penelitian, dapat
(Rahingtyas, 2008).
terhambat (Hayati, 2004 dalam Hernani dan Winarti, 2013). Alkaloid dalam ekstrak
tubuh untuk mencerna dan menyerap makanan. Pertama, lipase yang berfungsi
memecah lemak dan kedua adalah protease yang berfungsi memecah protein. Jahe
Senyawa kimia pada jahe di antaranya adalah minyak atsiri yang terdiri dari
terdapat juga shogaol, gingerol, pati, damar, asam-asam organik seperti asam malat
Senyawa zingerone, yang memberikan karakter sangat tajam dari rimpang jahe,
sangat efektif terhadap Escheria coli penyebab diare, terutama pada anak-anak
karena jahe merah memiliki kandungan gingerone dan gingerol yang tinggi yang
Subtilis. Sebagai salah satu tanaman obat, jahe memiliki efek farmakologis
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.2. Efek Farmakologis dari Zat Aktif pada Tanaman Jahe
No Nama Zat Aktif Efek Farmakologis
1 Limoen Menghambat jamur Candida
albicans, obat flu
2 1,8-sineol Mengatasi ejakulasi prematur,
penguat lapar, perangsang aktivitas
syaraf pusat
3 10-dehidrogingerdion Merangsang keluarnya ASI
10-gingerdion Menghambat kerja enzim
6-gingerdion siklooksigenase
6-gingerol
4 ⍺-asam linolenik Anti-pendarahan diluar haid
Merangsang kekebalan tubuh,
merangsang produksi getah bening
5 Arginin Mencegah kemandulan
6 Asam aspartate Perangsang syaraf, penyegar
7 Betha-sitoserol Perangsang hormon androgen,
menghambat hormon estrogen
8 Asam saprilik Antijamur Candida albicans
9 Capsaicin Meningkatkan aktivitas kelenjar
(Seluruh bagian tanaman) endokrin,
10 Asam klorogenik Mencegah proses penuaan
(Seluruh bagiann tanaman)
11 Farnesol Bahan pewangi makanan, parfum dan
merangsang regenerasi sel.
Sumber: (Hariana, 2002 dalam Hernani & Winarti, 2013)
1. Peluruh dahak atau obat batuk, peluruh keringat, peluruh haid, pencegah mual,
3. Menghangatkan badan.
perjalanan, dan sebagai obat luar untuk mengobati gatal-gatal akibat gigitan
menetralkan efek merusak yang diakibatkan oleh radikal bebas dalam tubuh.
7. Melindungi system pencernaan dengan menurunkan keasaman lambung dan
menghambat terjadinya iritasi pada saluran pencernaan, hal ini karena jahe
minuman. Beberapa produk yang bisa dikembangkan dari jahe dan telah banyak
beredar di luar negeri adalah acar jahe, roti jahe, biskuit, permen, beer (ginger ale),
Produk-produk dari jahe seperti teh jahe digunakan sebagai karminatif dan
pada bir untuk mengobati diare, mual dan muntah. Jahe dikenal mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan yang akan membantu menetralisir radikal bebas dan
sebagai antiselulit (Murad & Marina dalam Hernani & Winarti, 2013).
Produk di dalam negeri yang dibuat dari jahe antara lain, jahe kering,
permen jahe, bubuk jahe, minyak jahe, oleoresin produk berbasis jahe memiliki
membuat sabun dengan prospek ekspor yang baik juga. Jahe juga dimanfaatkan
minuman, kosmetika, dan bahan baku dalam kegiatan industri. Semakin pesatnya
meningkat dari tahun ke tahun. Jahe gajah ini tidak hanya berprospek di dalam
negeri saja. Jahe gajah berpotensi sebagai komoditas ekspor yang dikirim dalam
bentuk segar, kering, asinan, minyak atsiri dan oleoresin. Negara pengimpor jahe
gajah saat ini adalah Singapura, Jepang, Jerman, USA, Kanada, Maroko, Perancis,
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas amilosa
dan amilopektin (Jacobs dan Delcour, 1998 dalam Herawati, 2010). Pati dapat
merupakan hasil samping dari proses pengendapan sari jahe pada proses pembuatan
jahe instan yang masih belum dimanfaatkan untuk bahan makanan. Pemanfaatan
yang sudah dilakukan saat ini, antara lain sebagai campuran makanan untuk ternak
ayam dan itik atau campuran obat untuk ternak sapi dan kambing. Selain itu,
digunakan sebagai bahan untuk dioleskan pada bagian tubuh yang berfungsi
bahwa penambahan pati jahe pada makanan ayam dapat terjadi penurunan yang
signifikan pada tingkat plasma trigliserida dan tingkat kolestrol. Penelitian Fitriani
(2013), pemberian pati jahe merah sebagai growth promotor pada ransum ayam
dimanfaatkan sebagai produk jahe instan. Pada proses pengolahan jahe instan akan
didapatkan hasil samping berupa pati jahe yang belum termanfaatkan secara
Pemanfaatan pati jahe ini menjadi kue bawang diharapkan dapat merupakan
salah satu usaha untuk mengurangi penggunaan tepung terigu, dapat juga digunakan
sebagai bahan pengganti tepung tapioka, dan dapat memberikan aroma jahe yang
khas serta menambah kandungan gzi dari produk yang dihasilkan. Penggunaan pati
jahe ini dapat menjadikan kue bawang yang dihasilkan sebagai salah satu jenis
dapat menimbulkan efek fisiologis atau biasa disebut sebagai khasiat pangan.