kandungan
total
vitamin
dalam
susunan
makanan
Tabel 4.1. Kandungan Gizi dalam 100 g Talas Mentah, Talas Kukus, dan Talas
Rebus
Komponen
Satuan
Talas mentah
Talas
Talas rebus
kukus
Energi
kal
98
120
Protein
g
1.9
1.5
1.18
Lemak
g
0.2
0.3
0.17
Karbohidrat
g
23.7
28.2
29.31
Kalsium
mg
28.0
31.0
0.026
Fosfor
mg
61
63
Besi
mg
1.0
0.7
Vitamin A
RE
3
0
Vitamin C
mg
4.0
2.0
Vitamin B1
mg
0.13
0.05
Air
g
73.0
69.2
61.0
Bahan
%
85
85
Sumber : a. Direktorat Gizi, Depkes RI (1979) dalam Koswara (2010)
b. Payne et al. (1941) dalam Koswara (2010)
Singkong (Manihot esculenta Crantz) adalah tumbuhan semak
berkayu, tumbuh sepanjang tahun terutama untuk akar-akarnya yang
mengandung tepung. Singkong adalah sumber karbohidrat yang murah untuk
populasi manusia di daerah tropis lembab. Pengolahan singkong, akar
biasanya dikupas untuk membersihkan singkong dari dua penutup luar, yaitu
lapisan luar yang tipis coklat dan kasar penutup bagian parenkim yang
tebal (Olanbiwoninu dan Odunfa, 2012).
Apel banyak mengandung pektin (sejenis serat yang mudah larut)
yang bila dimakan atau
klorogenat,
dan
glutation
yang
mempunyai
aktivitas
Daging umbi berwarna putih atau kuning. Kulit ubi jalar (Ipomoea batatas L.)
relatif tipis dibanding dengan kulit pada ubi kayu. Warna daging ubi jalar
bermacam-macam contohnya putih, kuning, jingga kemerah-merahan atau
ungu (Muchtadi, 2011).
Tanaman bengkoang (Pachyrrhizus erosus) dikenal baik oleh
masyarakat kita. Umbi tanaman bengkuang biasa dimanfaatkan sebagai buah
atau bagian dari beberapa jenis masakan. Umbi tersebut bisa dimakan segar,
dibuat rujak, ataupun asinan. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dan
bagian dalamnya berwarna putih dengan cairan segar agak manis. Umbinya
mengandung gula dan pati serta forfor dan kalsium. Umbi ini memiliki efek
pendingin karena mengandung kadar air 86-90% (Assaori (2010) dalam
Damayanti, 2010). Bengkuang merupakan tanaman yang memiliki banyak
fungsi. Umbi bengkuang juga mengandung agen pemutih (whitening agent)
yang dapat memutihkan dan menghilangkan tanda hitam dan pigmentasi di
kulit. Bengkuang juga mengandung vitamin C dan senyawa fenol yang dapat
befungsi sebagai sumber antioksidan bagi tubuh (Damayanti, 2010).
Lemak dan minyak merupakan hal yang kita kenal setiap hari. Lemak
yang lazim meliputi mentega, lemak hewan, dan bagian berlemak dari daging.
Minyak terutama berasal dari tumbuhan, termasuk jagung, biji kapas, zaitu,
kacang, dan minyak kedelai. Beberapa lemak dan minyak terutama
menghasilkan satu atau dua asam, dengan sedikit saja asam lainnya.
Contohnya, minyak zaitun menghasilkan 83% asam oleat. Minyak sawit
menghasilkan 43% asam palmitat, dan 43% asam oleat dengan sedikit asam
stearat dan asam linoleat (Hart, 2003).
Lemak dan minyak meskipun serupa dalam struktur kimianya,
menunjukkan keragaman yang besar dalam sifat-sifat fisiknya:
1. Sifat fisik yang paling jelas adalah tidak larut air. Hal ini disebabkan oleh
adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus-gugus
polar.
2. Viskositas
minyak
dan
lemak
cair
biasanya
bertambah
dengan
yaitu
ditandai
titik
menunjukkan
cair,
berat
polimorfisme.
jenis,
panas
Masing-masing
laten,
dan
bentuk
stabilitasnya
menurunkan
mutu
dan
nilai
gizi
bahan
pangan
tersebut
(Fanani, 2009).
Minyak wijen telah ditemukan mengandung jumlah lignan wijen
yang cukup: sesamin, episesamin, dan sesamolin. Minyak wijen juga
mengandung vitamin E (40 mg/100 g minyak), 43% lemak tak jenuh ganda
asam, dan 40% lemak tak jenuh tunggal asam (Sankar, 2006). Minyak wijen
mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol serum.
Kombinasi minyak wijen dengan -tocopherol mempunyai pengaruh yang
lebih besar dalam menurunkan kadar kolesterol serum dibandingkan minyak
wijen sendiri. Kombinasi minyak wijen dengan -tocopherol mempunyai
pengaruh yang lebih besar dalam menurunkan kadar trigliserida serum
dibandingkan minyak wijen sendiri. Minyak wijen juga mengandung
sesamin yang merupakan salah satu lignin yang paling banyak dikandung
oleh biji wijen (Fatmawati, 2006).
Minyak wijen mengandung zat yang tidak tersabunkan dalam jumlah
relatif tinggi. Tetapi kandungan tertinggi adalah sterol dan zat yang tidak
dapat dipisahkan dangan pemurnian, sedangkan bahan non minyak lainnya
relatif rendah.
lemak jenuh : Palmitat 9,1%, stearat 4,3% dan arachidat 0,8 %. Asam lemak
tak jenuh: Oleat 45,5%, linoleat 40,4% dan linolenat sedangkan Minyak
kelapa sawit mempunyai kandungan asam lemak diantaranya adalah: asam
miristat 1,1 - 2,5 %, asam palmitat 40 - 46 %, asam stearat 3,6 - 4,7 %,
asam oleat 39 45% dan asam linoleat 7 - 11 % (Ketaren, 1986)
Edible portion adalah bagian buah atau sayuran yang dapat
dikonsumsi yang telah dipisahkan dari porsi yang tidak bisa dikonsumsi.
Serangan pada buah dapat menimbulkan kerusakan berupa adanya rautan
(scabbing) pada kulit buah sehingga mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan buah. Serangan trips pada buah manggis tidak mempengaruhi
hasil atau bagian yang dapat dimakan (edible portion) (Fardedi, 2012).
Semakin banyak partikel yang terikat oleh bahan penstabil maka total
padatan yang terlarut juga akan semakin meningkat dan mengurangi
endapan yang terbentuk. Dengan adanya bahan penstabil maka partikel-
partikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut dan tidak
mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Farikha dkk, 2013).
Untuk mengukur total padatan terlarut dalam sari buah dapat
digunakan dua metode. Metode pertama adalah penggunaan refraktometer.
Pada analisis menggunakan refraktometer ini, buah diperas dan diteteskan
pada prisma yang terdapat dalam refraktometer tersebut kemudian dilihat
skala yang tertera. Metode yang kedua adalah buah yang akan diukur
kadarnya dipotong kecil-kecil kemudian diblender. Total padatan terlarut
diukur dengan menempatkan beberapa tetes dari sari buah ke dalam
refraktometer (Padda, dkk, 2011).
Pada umunya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu proses pencoklatan yang enzimatik dan yang non enzimatik.
Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang mengandung substrat
senyawa fenolik. Di samping katekin dan turunannya seperti tirosin, asam
kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat proses
pencoklatan. Proses pencoklatan enzimatik memerlukan adanya enzim fenol
oksidase dan oksigen
tersebut (Winarno, 2008).
C. Metodologi
1. Alat
a. Blender
b. Corong Buncher
c. Erlenmeyer
d. Gelas beker
e. Gelas objek
f. Gelas Penutup
g. Gelas Ukur
h. Hot plate
i. Jangka Sorong
j. Kertas Saring
k. Mikrometer sekrup
l. Mikroskop
m. Mortar
n. Pengaduk
o. pH meter
p. Pipet tetes
q. Pisau
r. Refraktometer
s. Termometer
t. Timbangan Analitik
2. Bahan
a. Alkohol
b. Apel
c. Aquades
d. Bayam
e. Bengkoang
f. Kangkung
g. Kentang
h. Kertas saring
i. Lemak ayam
j. Minyak kelapa sawit
k. Minyak wijen
l. Minyak zaitun
m. Pisang
n. Singkong
o. Talas
p. Tomat
q. Ubi jalar
r. Ubi jalar putih
s. Wortel
3. Cara Kerja
a. Menghitung Jumlah Bagian yang Dapat Dimakan (Edible Portion) dari
Sayuran dan Buah-Buahan
Bayam, apel,pisang,wortel,kentang
Penimbangan dalam keadaan utuh
3. Berat
4. Warna
Kentang, Wortel, Talas, Singkong, Bengkoang,
Ubi Jalar Putih
5. Pencoklatan
Kentang, Wortel, Talas, Singkong, Bengkoang,
Ubi Jalar Putih
2. Aroma/Odor
Minyak Kelapa Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Wijen,
Lemak Ayam
3. Turbidity Point
10 ml sampel (Minyak Kelapa Sawit, Minyak Zaitun,
Minyak Wijen, Lemak Ayam)
50 ml alkohol
Pemasukan pada gelas beker (Sampel :
Alkohol = 1:5)
Bahan
1, 4
Pisang
2,
5
I
Bayam
3, 6
Apel
7,11
Bayam
8,12
Wortel
II
9,13
Kentang
10,14
apel
Sumber : Laporan sementara
pada tiap-tiap buah berbeda- beda bentuk dan ukurannya, misalkan pada buah
jeruk, ada berbagai macam jenis jeruk dan berbeda-beda pula edible portionnya ( Muchtadi,2011)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dari tabel 4.3, didapatkan
edible portion dari sampel apel, pada shift 1 kelompok 3 dan 6 sebesar
75,210%, dan pada shift 2 kelompok 10 dan 14 sebesar 85,770%. Sampel
bayam pada shift 1 kelompok 2 dan 5 sebesar 57,613% sedangkan pada shift
2 kelompok 7,
Kelompok
Bahan
1, 4
pisang
2,
5
bayam
I
3, 6
apel
7,11
Bayam
8,12
Wortel
II
9,13
kentang
10,14
apel
Sumber : Laporan sementara
pH
5,580
6,487
5,480
6,821
6,337
7,186
5,480
dan
tidak
mengendap
oleh
pengaruh
gaya
gravitasi
yang ada pada hasil praktikum nilai pH adalah 7,1 sedangkan menurut
teori nilai pH pada kentang adalah 5-,5,4. Menurut Sunarjono (2007)
kondisi tanah dan iklim berpengaruh terhadap nilai pH pada kentang
tersebut.
Berdasarkan Tabel 4.4 untuk nilai padatan terlarut pada sampel
pisang adalah 5brix. Pada sampel bayam adalah 1brix. Pada sampel apel
adalah 5,2 dan 4,3brix. Pada sampel wortel adalah 2brix. Dan yang
terakhir yaitu sampel kentang adalah 1brix. Sedangkan menurut teori
adalah untuk nilai padatan terlarut wortel adalah 6brix, sampel apel
adalah 10brix, sampel pisang 10brix dan sampel kentang adalah 5brix.
Hasil ini berbeda jauh dengan hasil praktikum hal ini terjadi karena
varietas buah dan tingkat kematangan buah yang berbeda-beda.
Faktor yang mempengaruhi besar pH adalah Sifat kimia buah dan
sayur juga meliputi kadar keasaman buah dan sayur tersebut. Menurut
Muchtadi (2011), kadar keasaman atau pH dari buah dan sayur
dipengaruhi oleh bebrapa faktor, antara lain, kesuburan tanah tempat
menanam, umur tanaman, musim selama tanaman tersebut ditanam serta
jenis tanaman. Untuk kesuburan tanah, tergantung dari pupuk yang
digunakan, apabila pupuk yang digunakan memiliki pH rendah maka
tanaman yang ditanam juga memiliki pH rendah begitu pula sebaliknya.
Faktor yang mempengaruhi nilai padatan terlarut adalah varietas
buah, daerah atau lingkungan pertumbuhan buah, umur buah, dan tingkat
kematangan dari buah tersebut (Turkmen dan Eksi, 2011). Selain itu
menurut Farikha (2013) adanya penambahan penstabil juga akan
mempengaruhi nilai total padatan terlarut. Semakin tinggi konsentrasi
penstabil, semakin tinggi total padatan terlarutnya. Peningkatan total
padatan terlarut juga disebabkan karena adanya aktivitas enzim yang
meningkat pada saat proses perlakuan.
Manfaat mengetahui pH dan padatan terlarut adalah mengetahui
teknik yang tepat dalam proses penyimpanan, proses produksi suatu bahan
pangan. Semakin banyak kandungan padatan terlarut dalam suatu larutan
besar
nilainya
daripada
lebih
sedikit
padatan
terlarutnya
b.
Shift Kel
1,4
Bahan
Kentang
P:7
101,3
D : 4,995
K: Coklat
D: Kuning
Coklat
Struktur Jaringan
Tidak
Perbesaran:100xPerbesaran:100x
2,5
Wortel
P : 13,5
7,24
D : 2,501
P: Orange
D: Orange
Tidak
Perbesaran:100xPerbesaran:100x
3,6
Talas
P : 11,5
164,2
D : 4,025
P: Coklat
Merah
D: Putih
Ada
Perbesaran:400xPerbesaran:400x
7,10 Singkong
P : 19
170,3
D : 2,93
K: Coklat
D: Putih
Ada
Perbesaran:100xPerbesaran:100x
8,11 Bengkoang
P:8
192,9
D : 6,975
P: Coklat
D: Putih
Ada
Perbesaran:100xPerbesaran:100x
II
9,12
Ubi Jalar
Putih
P : 14,4 245,7
D : 4,91
P: Krem
D: Putih
Kuning
Ada
Perbesaran:100xPerbesaran:100x
13,14 Kentang
P : 8,29
147,3
D : 5,67
P: Coklat
D: Kuning
Ada
Perbesaran:100x Perbesaran:40x
dipakai
menimbang
masing-masing
jenis
umbi
dengan
terjadi
pencoklatan
setelah
dikupas.
Struktur
jaringannya
kekuningan.
Terjadi
pencoklatan
setelah
dikupas.
Struktur
Shift
Kelompok
1,4
II
2,5
Bahan
Warna awal
Aroma
Turbidity
point (oC)
Minyak
Zaitun
Minyak
Kelapa
Sawit
Kuning
Bening
Khas
zaitun
39
Kuning Tua
Tidak
berbau
40
3,6
Lemak
Ayam
Kuning
Keruh
7,11
Minyak
Zaitun
Kuning
Jernih
8,12
Minyak
Kelapa
Sawit
Kuning
Keemasan
9,13
Lemak
Ayam
Kuning
Keruh
10,14
Minyak
Wijen
Kuning
Kecoklatan
Khas
lemak
ayam
Khas
minyak
zaitun
Tidak
berbau
Khas
lemak
ayam
Khas
minyak
zaitun
43
48
41
46
40
turbidity
point
adalah
konsentrasi,
ketebalan
dan
sebesar 40oC. Untuk sampel lemak ayam pada shift 1 didapatkan warna
kuninng keruh dengan aroma khas lemak ayam dan didapatkan turbidity
point sebesar 46oC.
Pada sampel minyak zaitun shift 2 didapatkan warna kuning jernih
dengan aroma khas minyak zaitun dan turbidity point sebesar 48oC. Pada
sampel minyak kelapa sawit shift 2 didapatkan warna kuning keemasan
dan aroma tidak berbau dengan turbidity point 410C. Pada sampel lemak
ayam shift 2 didapatkan warna kuning keruh dan aroma khas lemak ayam
tidak berbau dengan turbidity point 460C. Sampel terakhir minyak wijen
pada shift 2 didapatkan warna kuning kecoklatan dan beraroma khas
minyak wijen dengan turbidity point sebesar 40oC. Ini menandakan bahwa
semakin tinggi Turbidity point, maka semakin baik kualitasnya.
Menurut Sudarmadji dkk (2010) dalam teknologi makanan, lemak
dan minyak memegang peranan yang penting. Biasa dipergunakan untuk
menggoreng makanan sehingga bahan makanan yang digoreng akan
kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya dan menjadi kering.
Minyak dan lemak memberikan rasa gurih spesifik minyak yang lain dari
gurihnya protein. Minyak juga member aroma yang spesifik. Dalam duia
teknologi roti (bakery technology), lemak dan minyak penting dalam
memberikan konsentrasi empuk, halus dan berlapis-lapis. Bahan lemak
atau mentega yang dipakai dalam pembuatan roti dan kue dikenal sebagai
shortening. Juga dalam teknologi es krim (ice cream) lemak dan minyak
memberikan tekstur yang lembut dan lunak. Minyak (nabati) merupakan
bahan utama pembuatan margarin (mentega tiruan) sedangkan lemak
(hewani, terutama susu) merupakan bahan utama pembuatan mentega
(butter).
d. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari Praktikum Ilmu Pengetahuan Bahan
Acara IV Penilaian Karakteristik Beberapa Bahan Pangan adalah sebagai
berikut :
1.
sampel wortel sebesar 86,241% dan pada sampel kentang adalah 88,540%.
2. Derajat Brix sampel pisang adalah 5brix, sampel bayam adalah 1brix,
sampel apel adalah 5,2brix dan 4,3brix. Pada sampel wortel adalah
2brix, pada sampel kentang 1brix.
3. Besarnya derajat brix bahan yang diuji berdasarkan teori berbeda dengan
hasil praktikum dipengaruhi oleh varietas buah dan tingkat kematangan
buah itu sendiri.
4. pH sampel pisang adalah 5,580. Pada sampel bayam adalah 6,487 dan
6,821. Untuk sampel apel adalah 5,480 dan 5,490. Pada sampel wortel
adalah 6,337 dan sampel kentang adalah 7,186.
5. Susunan struktur jaringan membujur dan melintangnya berbeda antar satu
sampel dengan sampel lain
6. Pencoklatan terjadi pada sampel talas, singkong, bengkoang, ubi jalar putih
dan kentang.
7. Warna dari sampel minyak zaitun shift 1 berwarna kuning bening. Sampel
minyak kelapa sawit shift 1 berwarna kuning tua. Sampel lemak ayam shift
1 berwarna kuning keruh, sampel minyak zaitun shift 2 berwarna kuning
jernih. Sampel minyak kelapa sawit shift 2 berwarna kuning keemasan.
Sampel lemak ayam pada shift 2 berwarna kuning keruh. Sampel minyak
wijen shift 2 berwarna kuning kecoklatan.
8. Aroma/odor dari sampel minyak zaitun shift 1 beraroma khas minyak
zaitun. Sampel minyak kelapa sawit shift 1 tidak beraroma. Sampel lemak
ayam shift 1 beraroma khas lemak ayam. Sampel minyak zaitun shift 2
beraroma khas minyak zaitun. Sampel minyak kelapa sawit shift 2 tidak
beraroma. Sampel lemak ayam pada shift 2 beraroma khas lemak ayam.
Sampel minyak wijen shift 2 beraroma khas minyak wijen.
9. Tubidity point dari sampel minyak zaitun shift 1 adalah 39 0C. Sampel
minyak kelapa sawit shift 1 adalah 40 0C. Sampel lemak ayam shift 1
sebesar 460C. Sampel minyak zaitun shift 2 sebesar 48 0C. Sampel minyak
kelapa sawit shift 2 sebesar 410C. Sampel lemak ayam pada shift 2 sebesar
460C. Sampel minyak wijen shift 2 sebesar 400C.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliyanti, Tina. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan Sensori Tepung Ubi Jalar
Ungu (Ipomoea Batatas Blackie) dengan Variasi Proses
Pengeringan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, M. Wootton. Ilmu Pangan. 2010. UI
press, Jakarta,
Daftar Komposisi Bahan Makanan tiap 100 gram. Jakarta
Damayanti, Keny. 2010. Pembuatan Tepung Bengkuang dengan Kajian
Konsentrasi Natrium Metabisulfit (NA2S2O5) dan Lama Perendaman.
Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Surabaya.
Fanani, Zainal, Desnelli. 2009. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Stearat,
dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta
Tanpa Medium. Jurnal Penelitian Sains. Jurusan Kimia FMIPA,
Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia. Januari 2009.
Volume 12 Nomer 1(C) 12107.
Fardedi. Maryana. 2012. Trips (Thysanoptera: Thripidae) Pada Bunga dan Buah
Manggis serta Hubungannya dengan Kejadian Burik. Jurnal Politeknik
Payakumbuh. Vol 2, Hal 119-128.
Farikha, Ita Noor, Choirul Anam, Esti Widowati. 2013. Pengaruh Jenis Dan
Konsentrasi Bahan Penstabil Alami Terhadap Karakteristik Fisikokimia
ACARA IV
PENILAIAN BEBERAPA KARAKTERISTIK BAHAN PANGAN
Kelompok 3:
1. Angela Citra. S
2. Halwa Latief Naja
(H0914015)
(H0914036)
3. Joshua Christmas
(H0914045)
4. Mayda Alana Fitri
(H09140)
5. Nabilla Ayuningrat (H0914064)
6. Rizkina Lestari Utami (H0914081)
Lampiran Perhitungan
1. Sampel Apel
Kelompok 3 & 6 (Shift 1)
100%
% Edible Portion =
62,800
83,500
= 75,20%
Lampiran
x 100%