Anda di halaman 1dari 25

1

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Tanaman alpukat berasal dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan telah

menyebar hampir keseluruh Negara sub-tropis dan tropis termasuk salah satunya
Indonesia. Hampir semua orang mengenal dan menyukai buah alpukat ini. Buah alpukat
mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Umumnya banyak orang yang memanfaatkan
buah alpukat hanya pada daging buahnya saja, padahal bagian-bagian dari buah alpukat
juga memiliki manfaat yang tidak kalah baik jika dimanfaatkan untuk kehidupan
manusia. Salah satu bagian dari alpukat yang dapat kita manfaatkan dengan baik bagi
kehidupan manusia adalah biji dari buah alpukat tersebut, dimana biji alpukat itu sendiri
memiliki potensi karena proteinnya yang tinggi. Kadar minyak yang terdapat dalam biji
alpukat ini berkisar antara 15-25,15% (Prasetyowati, dkk, 2010).
Minyak yang terdapat dalam biji buah alpukat dapat diambil dengan cara
pengepresan dan ekstraksi. Metode ekstraksi yang sesuai untuk pengambilan minyak dari
biji alpukat tersebut adalah sokletasi. Sokletasi merupakan proses pengambilan minyak
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan
menggunakan pelarut dan pemanasan secara berulang-ulang (Ketaren, 1986)
Pelarut yang dapat digunakan dalam pengambilan minyak yang terdapat dalam biji
alpukat adalah pelarut yang memiliki kepolaran yang sama dengan minyak yaitu NHexane. Dengan metode ekstraksi sokletasi kehilangan minyak dalam proses lebih
sedikit, sehingga minyak yang dihasilkan lebih banyak. (Prasetyowati, dkk, 2010)
Manfaat dan tujuan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah mengetahui
proses pengolahan minyak biji alpukat dengan metode ekstraksi sokletasi dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Agar mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap
jumlah minyak yang dihasilkan pada saat penelitian serta menambah wawasan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.

1.2 Tujuan praktikum


1.

Mempelajari dan mengamati proses isolasi suatu komponen dari suatu bahan
alam dengan metode sokletasi

2.

Menghitung rendemen

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ALPUKAT
Tanaman alpukat (Persea Americana Mill) banyak tumbuh di Indonesia terutama di
dataran tinggi yang berhawa sejuk (curah hujannya tinggi). Alpukat juga dapat tumbuh
ditanah berpasir granit, dekomposit, serta dapat hidup pada tanah dengan tingkat
keasaman dan kebasaan yang berbeda. Alpukat bisa ditemukan di seluruh daerah di
Indonesia. Salah satu daerah penghasil alpukat terbanyak yaitu Sumatera Barat dan
kabupaten Solok merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Barat sebagai penghasil
alpukat terbanyak. (Sobir, 2009)
Tanaman alpukat memiliki lebih kurang 17 varietas. Varietas alpukat yang cukup
populer di pasaran adalah alpukat mentega, alpukat hijau panjang, dan alpukat hijau
bundar. Varietas alpukat unggul yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI yaitu alpukat
hijau panjang dan hijau bundar. Varietas alpukat unggul di Indonesia memiliki ciri-ciri di
antaranya produksi buahnya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam
berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat,
berbiji, serta kulit buah licin. (Sobir, 2009)
Buah alpukat bisa dimanfaatkan untuk pengobatan dan kecantikan kulit, disamping
itu

alpukat

mempunyai

daya

sebagai

anti

bakteri

terhadap

Staphyloccocus.

Mengkonsumsi alpukat segar sangat baik, karena banyak manfaatnya bagi tubuh kita.
Manfaat daging buah alpukat untuk kesehatan yaitu mencegah risiko arteriosklerosis,
penyakit jantung dan stroke. Daging buah alpukat mengandung lemak yang sehat yaitu
omega 9-asam oleat yang memperlihatkan kemampuan mempengaruhi ketersediaan
kolesterol plasma darah. Ketersediaan kolesterol darah di dalam tubuh dipengaruhi oleh
asam lemak dengan cara membantu penurunan tingkat lemak yang berbahaya yaitu Low
Density Lipoprotein (LDL), dan tetap mempertahankan tingkat lemak yang baik yaitu
High Density Lipoprotein (HDL). (Sobir, 2009)
Bagian daging buah yang dimakan berkisar antara 61%-76% dan mengandung
lemak yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 4% - 25% tergantung varietasnya.

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Tabel 2.1 Kandungan buah alpukat


Kandungan

Satuan

Miligram

Vitamin A

Miligram

0,13-0,51

Vitamin B1

Miligram

0,025-0,12

Vitamin B2

Miligram

0,13-0,23

Vitamin B3

Miligram

0,79-21,6

Vitamin B6

Miligram

0,45

Vitamin C

Miligram

2,3-37

Vitamin D

Miligram

0,01

Vitamin E

Miligram

Vitamin K

Miligram

0,008

Besi

Miligram

0,9

Fosforus

Miligram

20

Kalium

Miligram

604

Natrium

Miligram

Kalsium

Miligram

10

Air

Gram

67,49-84,3

Protein

Gram

0,27-1,7

Lemak

Gram

6,5-25,18

Karbohidrat

Gram

5,56-8

Serat

Gram

1,6

(Sumber: Prasetyo, 2010)


Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak pembentuk lemak dapat dibedakan
menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Salah satu asam lemak tak
jenuh yang terdapat dalam daging buah alpukat yaitu asam oleat. Asam oleat
merupakan salah satu asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh,
sehingga harus diperoleh dari luar tubuh (Yuliarti, 2009).
2.1.1. KLASIFIKASI ALPUKAT

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Berdasarkan sistem taksonomi, tanaman alpukat dikenal dengan nama ilmiah


Persea americana P. Mill. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi alpukat
Divisi

Spermatophyta

Anak divisi

Angiospermae

Kelas

Dicotyledoneae

Bangsa

Ranales

Keluarga

Lauraceae

Marga

Persea

Varietas

Persea Americana Mill


(Sumber: Kurniawan, 2014)

2.1.2. MANFAAT BUAH ALPUKAT


Alpukat mengandung lemak sehat (lemak tidak jenuh tunggal), kalium, pati, serat,
fosfor, dan zat besi. Lemak di dalam alpukat mampu menurunkan kadar kolestrol LDL
dan menaikkan kadar kolestrol HDL, sehingga mampu menekan risiko terkena penyakit
stroke dan serangan jantung. Alpukat juga bermanfaat menurunkan hipertensi,
memperlancar sirkulasi darah, serta menjaga kesehatan kulit dan rambut. (Sobir, 2009)
Buah alpukat biasa dimanfaatkan sebagai buah segar, bahan pangan (diolah
menjadi berbagai masakan), dan bahan baku kosmetik. Daging buah alpukat dapat
digunakan sebagai masker untuk melembapkan kulit. Daunnya sebagai alat tradisional
untuk mengobati kencing batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri syaraf, nyeri lambung,
pembengkakan saluran pernapasan, dan haid tidak teratur. Bijinya berkhasiat untuk
mengobati sakit gigi dan diabetes. Selain itu buah alpukat juga bermanfaat untuk
meluruhkan air kecing, menghilangkan sakit, menghambat pertumbuhan beberapa bakteri
(antibakteri), dan antiradang. (Sobir, 2009)

2.1.3. MANFAAT BIJI ALPUKAT


Biji alpukat sangat bermanfaat untuk peyembuhan penyakit. Berikut beberpa
kegunaan biji alpukat sebagai berikut:

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penyembuhan sakit maag.


Mencegah kanker prospat.
Membantu turunkan kolestreol.
Dapat digunakan sebagai obat sakit gigi.
Dapat mengobat penyakit kencing manis.
Sebagai obat sariawan.
Menghilangkan stess akibat aktivitas yang padat.

2.2. MINYAK BIJI ALPUKAT


Minyak biji alpukat mengandung fatty acid methyl esters yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar alternatif avocado biodiesel. Berdasarkan pertimbangan bahwa buah
alpukat banyak terdapat di masyarakat, harganya murah dan bijinya belum dimanfaatkan
secara maksimal, maka perlu dilakukan penelitian tentang biji alpukat tersebut. Biji
alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi yaitu 15% - 25,15% minyak,
sehingga biji alpukat dapat dijadikan bahan baku biodiesel yang ekonomis dan ramah
lingkungan. (Prasetyo, 2010)
Biji alpukat jika di ekstrak dengan cara pengepresan akan menghasilkan minyak
alpukat bewarna putih agak hijau, mengandung 77% gliserida dan 11% asam linoleat
yang memiliki nilai tambah yang lebih baik, banyak digunakan sebagai obat gosok gigi,
kosmetik dan juga sabun. Minyak alpukat juga dapat digunakan sebagai vaselin karena
sifat-sifat dari minyak biji alpukat itu sendiri mirip dengan vaselin (Hika Citra
Handayani, 2009).

Tabel 2.3 Kandungan biji alpukat


Kandungan
SenyawaPolifenol
Flavonoid
Triterpenoid
Kuinon
Tannin
Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid
(Sumber: Prasetyo, 2010)

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Tabel 2.4 Komposisi asam lemak minyak biji alpukat


Asam Lemak

Persentase (%)

Palmetic Acid C16 : 1

11,85

Palmitoleic Acid C16 : 1

3,98

Stearic Acid C18 : 0

0,87

Oleic Acid C18 : 17

70,54

Linoleic Acid C18 : 2

9,45

Linolenic Acid C18 : 3

0,87

Arachidic Acid C20 : 0

0,50

Eliosenoic Acid C20 : 1

0,39

Behenic Acid C22 : 0

0,61

Lignoceric Acid C24 : 0

0,34
(Sumber: Prasetyo, 2010)

2.3. PELARUT
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Larutan
terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut pada umumnya adalah zat
yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap
sebagai zat terlarut. (Ardy, 2013)
Beberapa sifat penting pelarut antara lain:
1.

Kemampuan melarutkan (solubility)

2.

Kecepatan menguap

3.

Trayek didih

4.

Berat jenis (specific gravity)

5.

Flashpoint (Ardy, 2013)

Syarat-syarat pelarut yang digunakan untuk proses sokletasi ekstraksi yaitu :


a.

Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap.

b.

Titik didih pelarutnya rendah.

c.

Pelarut tidak melarutkan senyawa yang tidak diinginkan.

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

d.

Sifat pelarut harus sesuai dengan sampel yang digunakan.

2.3.1. N-HEKSANA SEBAGAI PELARUT


Heksana adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia CH 3(CH2)4CH3.
Awalan "Heks" menunjukkan jumlah enam atom karbonnya sedangkan akhiran ana
menunjukkan bahwa atom karbonnya dihubungkan oleh ikatan tunggal., dimana kita
ketahui bahwa senyawa heksana stabil pada suhu kamar, dan paling sering terjadi sebagai
cairan berwarna. Dia mimiliki titik leleh sekitar -139,54

(-95,3

, titik didih 154,04

(67,8 ) , dan itu msssa molar adalah 86,18 gr/mol. heksana juga merupakan molekul
non polar, yang berarti bahwa tidak larut dalam air dan sering digunakan sebagai pelarut
inert dalam reaksi organic.
Heksana di produksi dari pemurnian dari crude oil (minyak mentah). Komposisi
yang tepat pada fraksi tergantung pada sumber minyak. Pada produk industri (biasanya
berkisar 50% dari berat rantai isomer) yang mana fraksi mendidih pada 60 C 70 C.
Umumnya heksana digunakan untuk mengekstrak minyak dari biji seperti pada
kacang-kacangan dan flax. Hal ini karena heksana tidak reaktif dan inert dalam reaksi
organik karena bersifat sangat non-polar dan memilki narrow distillation range dan
selective power, sehingga tidak memrlukan tingkat pemanasan yang tinggi dan daya
ekstraksinya tinggi, yang menjadikan heksana sebagai pelarut yang baik untuk
mengekstrak minyak dari bijinya. (Prasetyo, 2010)
Tabel 2.5 Sifat-sifat Fisika dan Kimia n-heksana
Karakteristik

Jumlah

Rumus molekul

C6H14

Berat molekul

86,18 gr mol1

Penampilan

Cairan tidak berwarna

Densitas

0,678 gr/mL

Titik lebur

95 C

Titik didih

62C -69 C at 760 mmHg

Kelarutan dalam air

Tidak larut

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Viskositas

0,31 mPas at 20C


(Sumber: MSDS Heksana)

2.3.2. GAYA ANTARMOLEKUL


Gaya antarmolekul adalah gaya aksi diantara molekul-molekul yang menimbulkan
tarikan antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Kekuatan gaya antarmolekul
lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen maupun ikatan ion. Adda tiga jenis gaya
antarmolekul, yaitu gaya dipol-dipol, gaya London, dan ikatan hidrogen. Gaya dipoldipol dan gaya London dapat dianggap sebagai satu jenis gaya, yaitu gaya Van der Waals.

1.

Gaya Dipol-Dipol
Gaya dipol-dipol adalah gaya yang terjadi di antara molekul-molekul yang

memiliki sebaran muatan tidak homogen, yaitu molekul-molekul dipol atau


mlekul polar. Pada antaraksi dipol-dipol, ujung-ujung parsial positif suatu molekul
mengadakan tarikan dengan ujung-ujung parsial negatif dari molekul lain yang
mengakibatkan orientasi molekul-molekul sejajar.
2.

Gaya London
Gaya London adalah gaya yang terjadi pada atom atau molekul, baik plar

maupun non polar. Gaya London atau disebut juga gaya dispersi, yaitu gaya yang
timbul akibat pergeseran sementara muatan elektron dalam molekul homogen.
Dengan kata lain, gaya London terjadi akibat awan elektron dari suatu molekul
membentuk dipol sementara.
3.
Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen terbentuk pada senyawa-senyawa polar yang mengandung
atom H dan atom yang memiliki keelektronegatifan tinggi, seperti F, O, N, dan Cl.
Atom-atom keelektronegatifan tinggi akan menarik pasangan elektron ikatan lebih
kuat sehingga kulit valensi elektron pada atom hidrogen seperti terkelupas, dan
inti atom hydrogen yang bermuatan positif seolah-olah berada di permukaan
molekul. Dengan hadirnya ikatan hidrogen dalam suatu senyawa menimbulkan
pengaruh terhadap sifat-sifat fisik senyawa tersebut, biasanya memiliki titik didih
yang tinggi. (Brown, 2000)
2.4. EKSTRAKSI

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Ekstraksi adalah pengambilan atau pemisahan suatu campuran dengan memberi


pelarut yang sesuai sehingga zat lain tidak ikut larut.
Cara ekstraksi bermacam-macam, yaitu :
1. Rendering
Suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung
minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada proses ini digunakan panas
untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecah dinding sel
tersebut sehingga mudah di tembus oleh minyak atau lemak yang ada di dalamnya.
Ada 2 cara rendering yakni :
a)

Wet rendering
Proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya

proses tersebut. Proses ini dilakukan pada ketel terbuka atau tertutup dengan
menggunakan suhu tinggi dan tekanan uap 40-60 psi selama 4-6 jam. Alat yang
digunakan

untuk wet

rendering adalah

autoklaf

atau

digester

menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah besar.


b) Dry rendering
Proses rendering yang dilakukan tanpa dilengkapi steam

untuk

jacket dan

pengaduk. Bahan yang akan di ekstrak dipanasi sambil di aduk pada suhu 105
110C. ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan mengendap di dasar
ketel. Pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
2. Mechanical expression
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama
untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan
minyak dari bahan yang berkadar minyak tiggi (30-70 persen). Pada pengepresan
mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan

sebelum minyak atau lemak

dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuuan tersebut mencakup pembuatan serpih,


perajangan, dan penggilingan serta termpering atau pemanasan.
Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu :
a.

Screw Expression (Pengepresan Berulir)

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

10

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Gambar 2.1 Screw Expression


Sumber : United State Patent 4513659
Ekspresi mekanik adalah metode tertua yang digunakan untuk ekstraksi
minyak dari biji-bijian. Biji ditempatkan di antara hambatan permeabel dan
tekanan mekanik meningkat dengan mengurangi volume yang tersedia untuk
benih. Minyak diambil dengan cara diperas dari biji. Keuntungan dari Screw
Expression dibandingkan dengan Hidrolik Expression adalah hasil yang sedikit
lebih tinggi dan kontinu operasinya. Ekspresion mekanik menghasilkan minyak
berkualitas tinggi, tetapi memiliki hasil yang relatif rendah. Umumnya hanya
digunakan untuk tanaman kapasitas yang lebih kecil, produk khusus atau
sebagai operasi pengepresan di sebuah pabrik ekstraksi pelarut skala besar
(Arisanu, 2013)

Gambar 2.2 Sistemetik Kerja Screw Expression


Sumber : Jurnal Mechanical Continuous oil expression from oilseeds: oil yield
and press capacity
Dengan cara ini sampel dipres dengan pengepresan berulir (Screw) yang
berjalan secara kontinu. Pada teknik ini sampel akan diekstraksi tidak perlu
diberi perlakuan terlebih dahulu. Sampel kering yang akan diekstrak dapat
langsung dimasukkan ke dalam screw press. Salah satu kelebihan pengepresan
dengan menggunakan ulir (screw press) adalah proses dapat dilakukan secara
kontinu, lalu sehingga kapasitas produksi menjadi lebih besar. Sampel
dimasukkan kedalam alat pengepresan secara kontinu, lalu minyak akan
terekstrak keluar dari biji akibat pengepresan oleh ulir (screw). Kemudian,

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

11

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

minyak dapat keluar dan langsung terpisah dari ampas (bungkil) yang keluar
dari ujung ulir (Erliza Hambali, dkk)
b.

Hydrolik Expression

Gambar 2.3 Hydrolik Expression


Sumber : United State Patent 25402
Pengepresan Hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan tekanan.
Tekanan yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm. Besarnya tekanan akan
mempengaruhi minyak yang dihasilkan. Pada teknik pengepresan hidrolik,
sebelum dilakukan pengepresan, biji dilakukan pemasakan terlebih dahulu.
Pemasakan dapat dilakukan dengan menggunakan uap air (steam). Pemasakan
bertujuan untuk menggumpalkan protein yang terdapat dalam sampel.
Umumnya pada pengepresan Hidrolik jumlah minyak yang dapat diperoleh
mencapai 80% dari kadar minyak yang teradapat pada daging biji (Erliza
Hambali, dkk).

3. Solvent extraction
Ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan pelarut minyak dan lemak. Prinsip
dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa
non-polar dalam pelarut non-polar. Serbuk simplisia diekstraksi berturut-turut dengan
pelarut yang berbeda polaritasnya. Proses ekstraksi merupakan penarikan zat pokok
yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih
dengan zat yang diinginkan larut. (Ketaren, 1986)

Ada beberapa metode ekstraksi senyawa yang umum digunakan, diantaranya adalah:

1. Maserasi

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

12

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace yang berarti mengairi atau
melunakkan. Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada suhu ruangan. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan simplisia
dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan. Tujuan dari
proses ini untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan terhadap
pemanasan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan
efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan
alam pelarut tersebut. Kerugian dari proses ini yaitu pengerjaan yang lama
dan penyaringan kurang sempurna. (Istiqomah, 2013)
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel
sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut.
Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu
bejana silinder. Keuntungan dari metode ini adalah tidak diperlukannya
proses pemisahan ekstrak sampel, sedangkan kerugiannya adalah selama
proses tersebut, pelarut menjadi dingin sehingga tidak melarutkan senyawa
dari sampel secara efisien. (Istiqomah, 2013)
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara
memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel.
Pelarut yang sudah membasahi sampel kemudian akan turun menuju labu
pemanasan dan kembali menjadi uap untuk membasahi sampel, sehingga
penggunaan pelarut dapat dihemat karena terjadi sirkulasi pelarut yang
selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak
terpengaruh oleh panas. (Istiqomah, 2013)
4. Distilasi uap
Distilasi uap merupakan ekstraksi senyawa kandungan menguap dari
simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa
kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

13

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

sempurna diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran menjadi distilat


air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah
sebagian. Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri.
Pada sistilasi uap bahan simplia benar-benar tidak tercelup ke air yang
mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa menguap ikut
terdistilasi. Keuntungan dari metode ini antara lain adalah kualitas ekstrak
yang dihasilkan cukup baik, suhu dan tekanan selama proses ekstraksi
dapat diatur serta waktu yang diperlukan singkat. (Istiqomah, 2013)
2.4.1. EKSTRAKSI SOKLETASI
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode sokletasi, yakni sejenis ekstraksi
dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjaga jumlah pelarut
relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet. (Istiqomah, 2013)
Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan dengan
cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantung ekstraksi di dalam
sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu (Winda Yani, 2014)

2.4.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI


a.

Ukuran Partikel Padatan


Ukuran partikel mempengaruhi waktu dalam proses ekstraksi. Luas

permukaan yang besar dapat dicapai dengan cara meperkecil ukuran partikel
sampel yang akan digunakan. Semakin kecil ukuran partikel maka luas
permukaan sampel akan semakin besar sehingga tumbukan yang terjadi
lebih banyak dibandingkan ukuran partikel yang besar atau luas permukaan
yang kecil, sehingga semakin besar luas permukaan maka semakin banyak
hasil yang didapat dan semakin cepat waktu yang dibutuhkan dalam proses
ekstraksi
b.

Kepolaran Pelarut
Pelarut yang dipilih memiliki kepolaran yang sama dengan bahan

yang akan diekstrak sehingga pelarut akan melarutkan bahan yang akan

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

14

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

diekstrak dengan baik jika memiliki kepolaran yang sama. Semakin tinggi
kelarutan yang terbentuk maka semakin dikit pelarut yang dibutuhkan
c.

Waktu Ekstraksi
Semakin lama waktu ekstraksi, maka semakin lama waktu kontak

antara pelarut dan solute sehingga perolehan ekstrak akan semakin besar.
Namun bila waktu yang dibutuhkan terlalu lama maka secara ekonomis
proses ekstraksi tersebut tidak efisien
d.

Pengadukan
Pengadukan diperlukan untuk meningkatkan difusi eddy sehingga

perpindahan massa dari permukaan padatan ke pelarut meningkat pula.


Maka Semakin banyak pengadukan maka perpindahan massa dari
permukaan padatan semakin banyak dan ekstrasi membutuhkan waktu yang
singkat

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

15

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

1. Satu set / unit alat soklet


2. Corong
3. Gelas piala 100 ml
4. Erlenmeyer 100 ml
5. Gelas ukur 50 ml
6. Batu didih

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan


1. Sampel minyak ( biji alpukat )
2. N Heksane
3. Kertas saring
4. Benang

3.3 Prosedur Praktikum

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

16

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Gambar 3.1 Blok Diagram Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Pada awalnya sampel minyak di bagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk bubuk dan
bentuk bongkahan, kemudian sampel tersebut di keringkan. Sebelum percobaan dimulai
alat-alat dicuci terlebih dahulu, setelah itu sampel minyak ditimbang baik yang bentuk
bubuk maupun bongkahan. Kemudian dibuat dua buah selongsong, dan didalam
selongsong bagian bawah dan atas dimasukkan kapas, kemudian dilakukan perangkaian
alat dimana pertama labu didih diletakkan diatas heating mantel dengan posisi tegak lurus
kemudian dimasukkan 3 butir batu didih dan dijepit dengan klem, setelah itu dipasang
tabung soklet yang telah diolesi dengan vaselin dan dijepit dengan klem kemudian
dimasukkan selongsong yang pertama yang yang bentuk bubuk. Selanjutnya pelarut N
heksane sebanyak 300 ml dimasukkan ketabung soklet hingga pelarut turun kelabu didih
dengan sendirinya sampai selongsong pun terendam sempurna.
Kemudian kondensor dipasang ke mulut tabung soklet yang telah diolesi vaselin
dan air pendingin pun dialirkan dari kran. Setelah itu mantel pemanas di hidupkan dan
proses sokletasi dimulai, N heksane akan menguap dan naik dan diembunkan ke
kondensor dan embun tersebut kembali ke soklet ( refluks ). Selongsong yang terendam
tadi akan dilarutkan N- heksane hingga pelarut turun ke labu didih dan terus bersikulasi
sampai proses sokletasi selesai. Setelah proses sokletasi selesai kemudian heating mantel
dimatikan dibiarkan dingin terlebih dahulu dan kondensor dilepas. Setelah dingin

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

17

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

selongsong tadi dikeluarkan dan diperas dan air perasan nya dimasukkan ketabung
soklet. Kemudian kondensor dipasang kembali untuk melakukan proses distilasi pelarut
dan heating mantel dihidupkan kembali. Pelarut dibiarkan supaya terjadi refluks dan
minyak nya turun ke labu didih, setelah itu di usahakan tidak terjadi refluks agar minyak
dan pelarut tidak bercampur kembali. Setelah proses distilasi pelarut selesai heating
mantel dimatikan, tunggu sampai tidak ada lagi tetesan dari kondensor. Setelah itu
kondensor dilepaskan dan setelah tidak ada tetesan lagi pelarut dimasukkan ke gelas piala
kemudian catat catat berapa ml volume pelarut yang kembali. Selanjutnya minyak yang
berada dalam labu didih tadi dimasukkan ke botol yang telah ditimbang terlebih dahulu
berat kosong nya. Kemudian dilakukan pengovenan selama 20 menit sampai berat
minyak konstan.

Setelah berat minyak konstan maka rendemen minyak juga dapat

dihitung. Kemudian minyak hasil sokletasi tadi disimpan. Begitu juga cara untuk
selongsong kedua yaitu yang berbentuk bongkahan juga dilakukan hal yang sama.

3.4 Rangkaian Alat

Kondensor

Klamp
Tabung Soklet
Selongsong

Labu Didih
Statif
Heating Mantle

Gambar 3.2 Rangkaian Unit Soklet

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

18

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

4.1

Hasil Praktikum

Tabel 4.1 Hasil Praktikum ekstraksi sampel biji alpokat serbuk


Data Pengamatan

Hasil Pengamatan

Berat Sampel

26,54 gr

Pelarut

300 ml

Minyak biji alpukat

1,338 gr

Pelarut yang kembali

190ml

Persentasi Rendemen

5,04%

Tabel 4.2 Data pengamatan terjadinya reflux sampel biji alpukat serbuk
Reflux

Pukul

Waktu (Menit)

12:10-12:50

40

12:50-13:21

31

13:21-13:53

32

Tabel 4.3 Hasil Praktikum ekstraksi sampel biji alpukat bongkahan


Data Pengamatan

Hasil Pengamatan

Berat Sampel

58,52 gr

Pelarut

300 ml

Minyak biji alpukat

0,982 gr

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

19

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Pelarut yang kembali

270 ml

Persentasi Rendemen

1,68%

Tabel 4.4 Data pengamatan terjadinya reflux sampel biji alpukat bongkahan
Reflux

Pukul

Waktu (Menit)

17:27-17:57

30

17:57-18:17

20

18:17-18:42

25

18:42-19:09

27

4.2

Pembahasan
Pada saat praktikum untuk mengambil minyak metode yang digunakan adalah

ekstraksi sokletasi dengan pelarut yang sesuai untuk ekstraksi pengambilan minyak
adalah N-Hexane karena N-Hexane memiliki kepolaran yang sama dengan mimyak yang
akan diekstrak dari sampel biji alpukat. Sampel yang digunakan pada saat praktikum
adalah biji alpukat dengan hipotesa bahwa biji alpukat memiliki kandungan minyak yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sampel biji alpukat yang digunakan di variasikan
dengan faktor luas permukaan yang berbeda yaitu Sampel biji alpukat yang berbentuk
serbuk dan berbentuk bongkahan.

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

20

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Gambar 4.1 Sampel Biji Alpukat Serbuk

Gambar 4.1 Sampel Biji Alpukat Bongkahan

a. Sampel Biji Alpukat Serbuk


Pada sampel biji alpukat serbuk pada saat praktikum proses ekstraksi dilakukan
selama dua jam. Dari data yang disajikan pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa reflux yang
terjadi pada saat praktikum sebanyak tiga kali dengan rentang waktu yang berbeda.
Proses reflux yang pertama membutuhkan waktu paling lama dibandingkan reflux
kedua dan ketiga dikarenakan pada proses reflux yang pertama pelarut yang digunakan
yaitu n-Hexane belum menguap secara sempurna. Minyak yang dihasilkan dari proses
ekstraksi dengan sampel biji alpukat serbuk adalah sebanyak 1,338 gr dari sampel yang
digunakan yaitu sebanyak 26,54 gr dengan persentase rendemen minyak sebesar 5,04%.
Pelarut yang kembali pada saat praktikum yaitu sebesar 190 ml dengan persentase pelarut
kembali sebesar 63,6% dari 300 ml pelarut yang digunakan pada saat praktikum.
b. Sampel Biji Alpukat Bongkahan
Pada sampel biji alpukat bongkahan proses ekstraksi berlangsung selama dua jam.
Dari data yang disajikan pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa reflux yang terjadi pada saat
praktikum sebanyak empat kali dengan rentang waktu yang berbeda.

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

21

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Proses reflux yang pertama membutuhkan waktu paling lama dibandingkan reflux
kedua,ketiga dan keempat dikarenakan pada proses reflux yang pertama pelarut yang
digunakan yaitu n-Hexane belum menguap secara sempurna. Minyak yang dihasilkan
dari proses ekstraksi dengan sampel biji alpukat bongkahan adalah sebanyak 0,982 gr dari
sampel yang digunakan yaitu sebanyak 58,52 gr dengan persentasi rendemen minyak
sebesar 1,68%. Pelarut yang kembali pada saat praktikum sebanyak 270 ml dengan
persentase pelarut kembali sebesar 90% dari 300 ml pelarut yang digunakan.
Dari data yang didapat pada saat praktikum terdapat perbedaan jumlah reflux dari
kedua sampel yang digunakan pada saat praktikum. Hal ini diakibatkan oleh massa
sampel yang digunakan pada saat praktikum memiliki masa yang berbeda, Sampel biji
alpukat bongkahan memiliki massa yang lebih besar dibandingkan massa sampel biji
alpukat serbuk yang mengakibatkan volume selongsong biji pokat bongkahan menjadi
lebih besar. Jika volume selongsong semakin besar maka semakin sedikit pelarut
terkondensasi yang dibutuhkan untuk mengalami reflux sehingga waktu reflux pada
sampel biji alpukat bongkahan memiliki waktu yang lebih cepat dibandingkan reflux
pada sampel biji alpukat serbuk. Hal tersebut yang mengakibatkan dalam waktu proses
ekstraksi yang sama namun memiliki jumlah reflux yang berbeda dari kedua sampel.
Dari data yang didapat jumlah pelarut yang dapat dikembalikan dari kedua proses
ekstraksi tersebut mengalami perbedaan. Pada Ekstraksi pertama dengan sampel biji
alpukat serbuk pelarut yang dikembalikan sebanyak 190 ml pelarut sedangkan pada
ekstraksi kedua pelarut yang dikembalikan sebanyak 270 ml. Perbedaan jumlah pelarut
yang dikembalikan tersebut diakibatkan oleh aliran air kondensor pada proses ekstraksi
pertama dan kedua yang mengalami perbedaan. Pada proses ekstraksi yang pertama aliran
air dari kondensor cenderung lambat sehingga banyak pelarut yang tidak dapat
terkondensasi akibat siklus dari kondensor yang lambat. Pada proses ekstraksi kedua
aliran air kondensor lebih dipercepat sehingga pelarut yang terkondensasi lebih sempurna
dibandingkan pada proses ekstraksi yang pertama.
Rendemen minyak yang dihasilkan dari sampel biji alpukat serbuk lebih banyak
dibandingkan minyak yang dihasilkan biji alpukat bongkahan. Hal ini disebabkan akibat
pengaruhnya luas permukaan. Semakin kecil bentuk suatu sampel yang akan diekstrak
maka luas permukaan bidang sentuh semakin besar sehingga tumbukan terjadi lebih
banyak. Jika tumbukan semakin banyak maka gaya antarmolekul yang terbentuk antara

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

22

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

pelarut dengan minyak yang akan di ambil dari suatu sampel akan semakin banyak, maka
dari itu minyak yang dihasilkan oleh sampel biji alpukat serbuk dengan luas permukaan
yang lebih besar dibandingkan sampel biji alpukat bongkahan dengan luas permukaan
yang lebih kecil menghasilkan minyak yang lebih banyak. Gaya antarmolekul yang
terbentuk antara pelarut dengan minyak yang diekstrak adalah gaya antarmolekul non
polar (Gaya London).
Hasil rendemen yang didapat dari proses praktikum yang dilakukan adalah sebesar 15% sedangkan hipotesa yang diharapkan dari hasil minyak biji alpukat sebesar 15-25%.
Hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori referensi dikarenakan adanya beberapa
faktor yang menyebabkan tidak sepenuhnya minyak dapat diambil dari sampel biji
alpukat diantaranya
1. Sampel biji alpukat yang akan di ekstrak terlalu lama dalam proses waktu
pengeringannya sehingga terdapat minyak yang keluar pada saat pengeringan.
2. Tempat pengeringan sampel menyerap minyak yang terdapat dalam biji alpukat
sehingga minyak dari biji alpukat berkurang

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
1. Sokletasi merupakan proses pengambilan suatu minyak dengan menggunakan
pelarut dengan prinsip kepolaran dari suatu zat.
2. Semakin besar luas permukaan sampel maka semakin banyak minyak yang
akan didapatkan

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

23

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

3. Persentase rendemen minyak dari sampel biji alpukat serbuk 5,04% dan sampel
biji alpukat bongakahan 1,68%

5.2

Saran
1. Praktikan sebaiknya menentukan pelarut yang digunakan dengan tingkat
kepolaran yang sama dengan sampel yang akan diekstrak
2. Praktikan menggunakan alat pelindung diri pada saat praktikum
3. Perhatikan proses pengeringan suatu sampel, jangan terlalu lama dalam waktu
pengeringan sampel.
4. Penyimpanan sampel pada saat dikeringkan diusahakan ditempat yang tidak
menyerap minyak

DAFTAR PUSTAKA
A.O Arisanu. 2013. Mechanical Contiuous Oil Expression From Oilseeds : Oil
Yield And Press Capacity
AgroMedia, Redaksi. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Penyakit Jantung Koroner. Jakarta :
PT AgroMedia Pustaka
Andareto, Obi.2015. Optik Herbal DIsekitar Anda. Jakarta : Pustaka Ilmu Semesta
Brown, Theodore L. 2000. Chemistry the Central Science. Jakarta : Balai Pustaka

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

24

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Hambali, Erliza. 2006 . Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Bogor : PT


Adev Prima Mandiri
Handayani, Hika. 2009. Skripsi pengaruh pengingkatan konsentrasi ekstrak
etanol 96% biji alpukat (persea Americana mill)terhadap formulasi sabun
padat transparan. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syafirah Hidayatullah
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi terhadap
Kadar Piperin Buah Cabe Jawa. Jakarta : UIN Jakarta
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia
Kurniawan, RF. 2014. Khasiat Dahsyat Alpukat Mengobati dan Mencegah Semua
Penyakit. Jakarta : Perpustakaan Nasional
MSDS (Material Safety Data Sheet) N-Hexane

Oskar, Braun. 1985. Press For The Expression Of Liquid From Liquid-Containing
Substance. US Patent 4513659
R. F, William. 1985. Hydraulic Press Oil . US Patent 25402
Rusilanti. 2013. Jus Ajaib Penumpas Aneka Penyakit. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka
Sunjaya Heni, dkk. 2012. Pengaruh Rasio Massa dan Suji/Pelarut, Temperature dan
Jenis Pelarut Pada Ekstraksi Klorofil Daun Saji Secara Batch Dengan Pengontakan
Dispersi. Prahayangan : Universitas Katolik Prahayangan
Yani, Winda 2014. Skripsi Pengaruh Ekstraksi Daun Thespesia Populnea (L.) Soland Ex
Correa Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Terinduksi Alokan dan Profil KLT
Fraksi Aktif
Yuliarti, Nurheti. 2009. A to Z Food Supplement. Yogyakarta: C.V Andi

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

25

Praktikum Kimia Organik/Kelompok 5/S. Genap/2016

Proses Ekstraksi Sokletasi Minyak Biji Alpukat

Anda mungkin juga menyukai