Anda di halaman 1dari 4

Mengulas Jurnal Tentang Lemak

A. Indentitas Jurnal 1
Judul :Penentuan Kadar Lemak Pada Buah Alpukat Dengan MenggunakanAlat
Soklet

( http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/25587 )

Penulis : Agustinus Pasaribu

Sumber :Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara

Rangkuman Jurnal

Buah alpukat ialah tanaman buah dengan pohon bernama alpuket, alpokat, boah
pokat,jambu pokat , advokat jamboo mentega , jamboo mentega , jamboo pooan pookat
dan lain-lain. Asal Tanaman alpukat ialah dari dataran rendah atau tinggi amerika tengah
dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18.Terdapat 78% asam lemak tidak
jenuh termasuk juga oleic serta linoleik pada buah alpukat.Biji alpukat itu sendiri
dimanfaatkan sebagai obat tradisional khususnya pada gigi. Kandungan yang terdapat di
dalam buah alpukat ialah vitamin B1, B2, B6, serta vitamin C, vitamin E dan NSP, selain
itu masih banyak kandungan dalam alpukat yang lainnya. Manfaat dari buah alpukat
sendiri dapat menurunkan kadar kolesterol, mencegah anemia dan lainnya. Sedangkan
bagi tubuh, menjaga kesehatan jantung, mencegah kanker dan lain-lain.

Lemak ialah zat yang tidak larut didalam air.Namun, secara ilmiah riester dari gliserol
yang disebut trigliserida. Lemak di alam mengandung 98% sampai 99% trigliserida,
sedangkan yang terdiri dari 1 hingga 2 % terdiri dari mono, digliserida, asam lemak
bebas, fospolipid. Lemak digolongkan menjadi 2 yaitu dari tumbuhan dan
hewani.Sebagian besar lemak mengandung ester-ester.Selanjutnya, asam lemak sangat
berpengaruh kepada lemak dan minyak.

Pada makanan lemak berfungsi sebagai pemberi rasa guring dan renyah terumatama
pada makanan yang digoreng serta memberikan kalori tinggi dan terasa lunak pada
makanan yang dibakar.Lemak dapat ditentukan dengan metode hidrolisis yaitu
menggunakan alat Soxhlet sebagai ekstraktans pelarut lemak dalam melakukan hal
tersebut alpukat di potong dan dihaluskan terlebih dahulu lalu dicampur dengan senyawa
HCI 25% dan air lalu dimasukkan ke dalam alat Soxhlet untuk diekstraksi dan diketahui
hasilnya.Kelebihan lemak pada tubuh dapat menyebabkan obesitas hingga timbul
penyakit diabetes, penyakit kuning dan lainnya.Sedangkan kekurangan lemak dapat
menyebabkan timbulnya penyakit dermatis serta penyakit lainnya. Kadar lemak pada
alpukat yang telah diukur menggunakan alat skolet dihasilkan dengan kadar lemak 7,58%
setelah 2 kali perlakuan artinya kandungan lemak yang ada di dalam alpukat masih
dibawah standar SNI Nomor 3746: Tahun 2008 ialah 8,48%.
B. Indentitas Jurnal 2
Judul :Penentuan Kadar Lemak Pada Bubuk Coklat Dengan Motode
EkstraksiSokletasi

( http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4443 )

Penulis :Tya Utari Ningsih

Sumber :Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara

Rangkuman Jurnal

Negara indonesia merupakan negara ketiga pengekspor kakao di dunia, biji kakao
digunakan untuk berbagai macam bahan campuran makanan dalam pembuatan industri
makanan dan minuman. Biji kakao diolah untuk diproduksi menjadi bubuk dengan
menggunakan teknik, seperti fermentasi, pengeringan, penyangraian, pengulitan biji
kakao, penggilingan, pengepresan, dan pengayakan.

Pada coklat bubuk terdapat lemak nabati yang terdapat di dalam buah-buahan, lemak
coklat mengandung asam lemak esensial yaitu, asam linoleat 2% dan vitamin E 13mg/100
gram. Berdasarkan SNI 3747:2009 ditetapkan bahwa kadar lemak dalam bubuk coklat
minimal 10,0%, apabila kurang dari 10,0% maka ditanyakan tidak memenuhi standar
SNI.

Biji coklat yang bermutu mempunyai berat 1,0-1,2 gram, berat biji ini berkaitan
dengan lemak dan kulit biji dimana jika berat biji kurang dari 1 garam maka kandungan
lemaknya turun dan kadar kulitnya naik. Biji coklat memilki kandunganlemak nabati
tinggi sekitar 50%. Dalam penelitian ini dilakukan di laboratorium Makanan dan
Minuman Hasil Pertanian Balai Riset dan Standarlisasi Industri Medan, dengan
menggunakan sampel coklat bubuk merek van houten dan coklat bubuk tanpa merek,

Menggunakan teknik ekstraksi lemak dengan metode ekstraksi Soxhlet. Hasil


penelitian ini menunjukan kadar lemak pada coklat bubuk merek van houten dengan 3
kali perlakuan pertama 11,4%, kedua 11,3%, dan ketiga 11,2%. Pada coklat bubuk tanpa
merek dengan 3 kali percobaan diperoleh hasil perlakuan pertama 4,01%, kedua 4,02%,
dan ketiga 3,98%. Selisih hasil pada 3 kali pelakuan ini disebabkan oleh kurang dan
lebihnya waktu pengeringan di dalam oven setelah proses hidrolisis. Proses hidrolisis
adalah proses penambahan air ke dalam suatu zat dengan tujuan untuk menghilangkan zat
warna pada makanan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar lemak yang terdapat pada coklat bubuk
merek van houten memenuhi standar SNI yaitu lebih dari 10,0% sedangkan hasil kadar
lemak yang terdapat pada coklat bubuk tanpa merek tidak memenuhi standar SNI karena
hasilnya kudar dari 10,0%. Hasil kadar lemak coklat bubuk tanpa merek tidak memenuhi
stadar SNI dapat disebabkan oleh faktor lamanya proses fermentasi.
Mengulas Jurnal Tentang Laktosa

A. Indentitas Jurnal 1
Judul jurnal : Analisis Penentuan Kadar Laktosa Pada Asi Dan Susu Formula Usia
1-3 Tahun Dengan Metode Luff Schoorl
(https://prosiding.unimus.ac.id/index.php/edusaintek/article/view/592 )
Sumber : Seminar Nasional Edusainstek FMIPA UNIMUS 2020
Penulis : Zulfa Nurfitriana, Endang Tri Wahyuni Maharani, dan Andari Puji
Astuti

Rangkuman Jurnal

WHO dan UNICEF merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat 1 jam
pertama setelah melahirkan dan melanjutkannya hingga usia 6 bulan pertama kehidupan
bayi. ASI merupakan makanan pertama dan terbaik bagi bayi yang memiliki sifat
alamiah. Berdasarkan iklan susu formula saat ini, terjadinya sebuah kekeliruan konsep
yakni susu formula itu diperlukan oleh ibu yang persediaan air susunya tidak mencukupi
kebutuhan anak. ASI diketahui mengandung laktosa dalam jumlah cukup banyak, 12
Laktosa yang terkandung dalam susu dan juga makanan akan dicerna oleh enzim laktase,
suatu enzim yang dihasilkan di brush border mukosa usus halus. Bila ada kerusakan
mukosa usus pada serangan gastroenteritis, yang paling banyak ditemukan adalah
gangguan pada enzim laktase (defisiensi laktase sekunder). Hal ini menyebabkan tinggi
atau rendahnya kadar intoleransi laktosa dan dapat memicu diare. Penentuan kadar
laktosa dapat ditentukan dengan metode enzimatis dan Luff Schoorl.

Beberapa penelitian pada penentuan kadar laktosa dengan metode Luff Schoorl antara
lain yaitu sari kedelai,biskuit,susu coklat dengan biskuit, dan susu coklat tanpa
gula.Selisih metode enzimatis dan Luff Schoorl pada penelitian hasilnya tidak jauh
berbeda contohnya pada biskuit dengan metode enzimatis 3,41 % sedangkan dengan Luff
Schoorl 3,51%, pada susu coklat tanpa biskuit metode enzimatis 9,89% sedangkan
dengan metode Luff Schoorl 10,71%.Kelebihan dari metode Luff Schoorl adalah
sederhana dan murah.

Penelitian ini menggunakan sampel ASI yang dari ibu rumah tangga di daerah
Ketileng Kota Semarang dan susu formula yang dari pasar swalayan dan apotek di
wilayah kota Semarang dan dianalisis kandungan laktosanya menggunakan metode Luff
Schoorl. Kadar Laktosa yang dihasilkan pada ASI yaitu kadar laktosa sebanyak 4,35%
sedangkan kadar Laktosa pada susu formula sebanyak 12,44%.Semakin bertambahnya
usia bayi kadar Laktosa ASI semakin rendah.Tetapi berbeda dengan Susu Formula, kadar
laktosa susu formula akan semakin tinggi seiring bertambahnya usia.Hal tersebut
disebabkan bahwa laktosa sebagian besar terbuat dari susu sapi yang memiliki banyak
(gula yang ditemukan pada susu sapi). Jika dikaitkan dengan pertumbuhan dan
perkembangan Tidak adanya hubungan dan perkembangan pemberian ASI ekslusif dan
susu Formula.Kadar Laktosa ASI pada bayi Usia 1-3 tahun juga dipengaruhi dari latar
belakang kehidupan Ibu tersebut.
B. Indentitas Jurnal 2
Judul jurnal : Analisis Kadar Laktosa Dan Asam Laktat Dengan High
Performance Liquid Chromatograph (Hplc) Dan Kadar Etanol
Dengan Gas Chromatograph (Gc) Pada Krim Kefir
( https://ojs.unud.ac.id/index.php/cakra/article/view/46706 )
Sumber : Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)
Volume 6 Nomor 2
Penulis :Ni Putu Rahayu Artini, I Wayan Tanjung Aryasa dan Desak Putu
Risky Vidika A.

Rangkuman Jurnal

Krim kefir dibuat dari susu yang difermentasi dengan menggunakan starter kultur
tertentu yang disebut dengan bibit kefir (kefir grains).Bahan yang umum dibuat krim kefir
adalah susu sapi dan susu kambing. Krim kefir difermentasi oleh sejumlah mikroba, yaitu
bakteri penghasil asam laktat (BAL), bakteri penghasil asam asetat, dan khamir.Krim
kefir mempunyai efek yang baik untuk kesehatan, seperti mengontrol metabolisme
kolesterol, sebagai probiotik, antitumor, antibakteri, antijamur, dll.Krim kefir
mengandung 0,5-1,0% alkohol, 0,9-1,1% asam laktat, 0,65-1,33 g/L CO2, 3,16-3,18%
protein, 3,07-3,17% lemak, 1,8-3,8% laktosa, diacetil peptide (bakteriosin).

Penentuan kadar laktosa pada krim kefir dilakukan dengan menggunakan metode
HPLC. Hasil retention time dan luas area dari kromatogram sampel krim kefir (dengan
pengenceran 20 kali) beserta konsentrasi masing-masing larutan.Hasil pemisahan dengan
HPLC, krim kefir (FI, FII dan FIII) secara kualitatif mengandung laktosa. Krim kefir
memiliki kadar laktosa yang rendah sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh penderita
Lactose Intolerant. Pada krim kefir, laktosa akan terurai menjadi glukosa dan galaktosa
oleh enzim laktase dari bakteri asam laktat dari biji krim kefir. Glukosa yang dihasilkan
akan termetabolisme secara anaerob menjadi asam laktat dan adenin trifosfat (ATP)
sebagai energy.

Krim kefir dengan kadar asam laktat minimal 0,5% dan maksimal 2,0% yaitu susu
fermentasi terbaik yang dapat dikonsumsi oleh penderita lactose intolerance karena sudah
terjadi penurunan kadar laktosa sampai 30%. Secara teoritis kandungan alkohol dari krim
kefir maksimal sebanyak 1%. Persentase kadar alkohol yang kecil disebabkan oleh waktu
fermentasi yang terlalu lama sehingga alkohol yang terdapat pada sampel telah
teroksidasi menjadi asetaldehid dan kemudian menjadi asam asetat. Etanol teroksidasi
lebih lanjut menjadi asetaldehida yang kemudian dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi
asam asetat.Berdasarkan hasil analisis variasi waktu fermentasi berpengaruh terhadap
sifat kimia krim kefir, baik FI, FII, dan FIII memiliki penampakan berupa cairan kental
dan konsistensi homogen. Variasi waktu fermentasi berpengaruh terhadap sifat kimia
krim kefir yaitu, penurunan kadar laktosa, kadar asam laktat, dan kadar alkohol. Pada
penelitian ini waktu fermentasi terbaik adalah 24 jam (FI) sehingga menghasilkan krim
kefir dengan kadar asam laktat 0,37%, kadar alkohol 0,05%, dan kadar laktosa 6,04%.

Anda mungkin juga menyukai