Anda di halaman 1dari 9

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.

)
TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN nonHDL-KOLESTEROL
TIKUS TUA
Luluk Aminah*, Yoyon Arif Martino **, Rahma Triliana **.
* Mahasiswa Program Pendidikan Dokter
** Staf Pengajar Program Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang

ABSTRAK
Pendahuluan: Usia harapan hidup yang makin meningkat menyebabkan populasi lanjut usia (lansia) di
dunia semakin meningkat. Profil lipid merupakan salah satu prediktor dari kualitas hidup lansia sebab kadar
kolesterol total dan LDL akan meningkat dengan bertambahnya usia disebabkan karena makin berkurangnya
kemampuan atau aktivitas reseptor LDL atau defisiensi reseptor LDL. Keadaan ini akan membuat LDL
dalam darah meningkat sehingga resiko terjadinya atherosklerosis juga akan meningkat. Seledri (Celery
Apium graveolens, Linn) dapat menurunkan kadar kolesterol dan nonHDL-kolesterol pada hewan coba,
namun efektifitasnya pada tikus tua belum diketahui. Karena itu, penelitian tentang efek ekstrak etanol daun
seledri (Apium gravoelens, Linn.) pada kadar kolesterol dan nonHDL-kolesterol tikus Wistar tua perlu
dilakukan.
Metode Penelitian: Post test only control group design, menggunakan tikus strain wistar jantan, usia 46
minggu, dengan perlakuan pemberian ekstrak etanol seledri konsentrasi: 12,5%, 25%,50% dan 100%, secara
personde lambung selama 32 hari. Pada hari ke 33 tikus dimatikan, diambil darah dari jantung dan dilakukan
pemeriksaan kadar profil lipid (Kolesterol dan nonHDL) menggunakan KIT (DiaSys), kemudian diperiksa
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Analisa data kadar kolesterol dan nonHDL-
kolesterol tikus tua diuji dengan Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan uji Anova one way (signifikan bila
P < 0,05), dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun seledri konsentrasi 12,5%,
25%,50% dan 100% mempengaruhi kadar kolesterol. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan
kadar kolesterol tikus tua pasca penelitian. Namun pemberian ekstrak etanol daun seledri tidak berpengaruh
terhadap kadar nonHDL-kolesterol tikus tua secara signifikan.
Kesimpulan : Pemberian ekstrak seledri dengan konsentrasi 12,5%, 25%,50% dan 100%, pada tikus tua
selama 32 hari, tidak menyebabkan terjadinya penurunan kadar kolesterol dan kadar nonHDL-kolesterol.

Kata kunci : Apium graviolens L., Kolesterol dan nonHDL-kolesterol, Tikus Tua.

1
PENDAHULUAN pengurangan kadar LDL dalam darah. Defisiensi
Kemajuan teknologi dan perbaikan dalam reseptor LDL dikatakan berkaitan dengan
pelayanan kesehatan masyarakat mengakibatkan tingginya LDL kolesterol dalam darah (Lee et al.,
meningkatnya sejumlah besar pasien yang 2005). Reseptor LDL oleh reseptor yang ada di
selamat dari kondisi yang dapat menimbulkan dalam hati akan mengeluarkan LDL dari sirkulasi.
kematian. Fenomena ini mengakibatkan Pembentukan LDL oleh reseptor LDL ini penting
perpanjangan usia hidup dan peningkatan dalam pengontrolan kolesterol darah. Melalui
populasi lansia. Tahun 1996-2025 populasi lansia jalur (scavenger pathway), molekul LDL
di dunia yang berusia 65 tahun atau lebih dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali
diperkirakan mengalami peningkatan dari 17% ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak
menjadi 82% (Mobbs, 2006). Indonesia sendiri terdapat dalam LDL akan menumpuk pada
memberikan kontribusi yang cukup signifikan dinding pembuluh darah dan membentuk plak.
dalam percepatan penambahan lansia di dunia. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi
Pada tahun 1971 jumlah lanjut usia di Indonesia oleh sel-sel otot dan kalsium yang akhirnya
sebanyak 5,3 juta jiwa atau 4,48% dari jumlah berkembang menjadi arterosklerosis (Lee &
total penduduk Indonesia, pada tahun 2000 Kulick, 2009). Sedangkan kolesterol HDL
meningkat menjadi 14,4 juta jiwa (7,18%), dan berperan mencegah aterosklerosis dengan cara
pada tahun 2020 diperkirakan 28,8 juta jiwa menarik kolesterol dari dinding arteri dan
(11,34%) (BPS, 1998 dalam Yenny, Herwana, membuangnya ke hepar (Lee & Kulick, 2009).
2006). Selama ini, pengobatan yang dilakukan untuk
Masalah umum yang dialami lanjut usia yang menurunkan kadar lipid adalah dengan
berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu menggunakan obat-obatan sintetik. Obat sintetik
rentannya terhadap berbagai penyakit , karena cenderung harganya mahal dan memiliki efek
berkurangnya daya tahan tubuh dalam samping bila dikonsumsi. Hal tersebut mendorong
menghadapi pengaruh dari luar (Suhartini, 2007). berbagai usaha mencari alternatif penggunaan
Usia tua secara progresif akan kehilangan daya obat tradisional yang berasal dari tanaman obat
tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin (Kotiah, 2007). Obat herbal relatif tidak memiliki
banyak distorsi metabolik dan stuktural yang efek samping, harganya juga relatif murah dan
disebut sebagai “ penyakit degeneratif” yang mudah dibudidayakan sendiri (Nurwahyunani,
salah satunya adalah aterosklerosis (Boedhi- 2006).
Darmojo, 2004). Salah satu tanaman yang bermanfaat sebagai
Kadar kolesterol total dan LDL akan antihiperlipidemik yaitu seledri (Celery Apium
meningkat dengan bertambahnya usia (Mufidatin gravoelens, Linn). Tumbuhan herbal bernama
dkk., 2009). Hal ini disebabkan karena makin seledri ini berasal dari daerah subtrotip Eropa dan
berkurangnya kemampuan atau aktivitas reseptor Asia. Nama ilmiahnya adalah Celery Apium
LDL atau defisiensi reseptor (Vinagre et al., gravoelens, Linn. Tumbuh di dataran tinggi pada
2007, Mufidatin dkk., 2009). Keadaan ini akan ketinggian di atas 900 m dari permukaan laut. Di
membuat LDL dalam darah meningkat sehingga daerah ini, seledri tumbuh dengan tangkai dan
resiko terjadinya aterosklerosis juga akan daun yang tebal. Tanaman seledri memiliki tinggi
meningkat (Muhaimin, 2008). 25-100 cm. Batang bersegi dan beralur membujur.
Aterosklerosis (Atherosclerosis) merupakan Memiliki bunga yang banyak dengan ukuran yang
suatu penyakit yang berhubungan dengan proses kecil. Bunga-bunga tersebut berwarna putih
penuaan (Venagre et.al., 2007) dimana dinding kehijauan. Seledri digolongkan sebagai tumbuhan
arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur. sayur-mayur (Sudarsono dkk, 1996). Daun seledri
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan mengandung senyawa-senyawa organik, yakni
terjadinya aterosklerosis yang salah satunya flavonoid, saponin, tanin, minyak atsiri, flavo-
adalah peningkatan kadar lipid. Banyak glukosida (apiin), apigenin (PdPERSI, 2005).
penenelitian telah menunjukkan korelasi antara Diantara zat-zat tersebut flavonoid merupakan zat
kadar lipid serum yang tinggi dengan insiden yang paling efektif menurunkan kadar kolesterol
aterosklerosis (Muhaimin, 2008). darah (Nurwahyunani, 2006) dengan mekanisme
Kolesterol dalam jumlah besar terdapat dalam upregulasi mRNA reseptor LDL (Pal et.al., 2002,
lipoprotein LDL atau membawa hampir 2/3 Morin et.al., 2008).
kolesterol (Muhaimin, 2008). LDL kolesterol Untuk menguji khasiat daun seledri sebagai
dibentuk di hepar dan sistem sirkulasi. antihiperlipidemik maka perlu dilakukan
Peningkatan keaktifan reseptor LDL di penelitian laboratoris yang bertujuan untuk
permukaan sel hepar berkaitan dengan mengetahui apakah ekstrak etanol daun seledri
dapat menurunkan kadar kolesterol tikus Wistar

2
tua, dalam hal ini tikus yang digunakan dalam Farmakologi FK UNIBRAW dan Biomedik FK
penelitian tidak menjalani intervensi diet tinggi UNIBRAW, Lab. Tehnologi Pertanian
lemak untuk mengetahui pengaruhnya pada UNIBRAW Malang, yang dilaksanakan mulai
metabolisme lipoprotein tikus tua normal, Juni 2007- Agustus 2008.
sehingga menarik untuk dikaji. Oleh sebab itu,
peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ekstrak Prosedur Kerja
etanol daun seledri (Apium graviolens) Ekstraksi daun seledri (Apium graviolens L.)
berpengaruh terhadap kadar kolesterol dan Pembuatan simplisia daun seledri (Apium
nonHDL-kolesterol tikus Wistar tua tersebut. graviolens L.) dilakukan dengan berpatokan pada
METODE PENELITIAN metode Pangastuti (2000), yaitu: Sampel disortasi
(dipilih yang bagus, yang tidak kering dan tidak
Metode Penelitian busuk), kemudian dilakukan pencucian sampel
Penelitian ini menggunakan tikus Strain wistar sampai bersih dari tanah dan kotoran, kemudian
jantan, tikus ini dibiakkan di Laboratorium dikeringkan dalam oven pada suhu 40oC sampai
Farmakologi FK UNIBRAW. Setelah tikus kadar air konstan (ditimbang), selanjutnya
mencapai usia 46 minggu, kemudian tikus dihaluskan menggunakan blender, sehingga akan
diintervensi dengan ekstrak etanol daun seledri diperoleh simplisia daun seledri/serbuk daun
secara peroral (personde lambung). Pemberian seledri (Pangastuti, 2000). Setelah itu diekstraksi
ekstrak etanol daun seledri diberikan selama 32 dengan berpatokan pada metode (Figallo, 2000
hari (subkronis). dan Pangastuti, 2000), yaitu: Untuk 50 gram
Desain penelitian dengan kelompok kontrol sampel simplisia daun seledri dilarutkan
(post test only Control Group Design). dalam 200 cc larutan etanol 80%, kemudian
Pengelompokan anggota- anggota kontrol dan didiamkan selama satu hari, selanjutnya
perlakuan dilakukan secara acak. Kemudian disaring, dari hasil penyaringan akan diperoleh
perlakuan dilakukan pada kelompok eksperimen. residu dan filtrat, selanjutnya filtrat disimpan dan
Setelah beberapa waktu dilakukan post test pada dilakukan evaporasi pada suhu 300C supaya tidak
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. merusak bahan aktif, dan akhirnya akan diperoleh
Pada rancangan ini tidak dilakukan pretes karena ekstrak pekat.
kedua kelompok dianggap sama sebelum
dilakukan perlakuan. Perlakuan Sampel
Cara kerja penelitian:
Sampel Penelitian Ekstrak daun seledri diberikan pada semua
Sampel yang digunakan adalah tikus putih kelompok perlakuan dengan konsentrasi ekstrak
Strain Wistar, berjenis kelamin jantan, dan seledri berturut-turut 12,5%, 25%, 50%, dan
berusia 46 minggu. Pada usia 46 minggu tikus 100% sebanyak 1 cc, personde lambung selama
dianggap sudah tua sehingga penelitian mengenai 32 hari (subkronis-kronis). Pada hari ke 33, tikus
tikus tua bisa dilaksanakan. Tikus albino sering dimatikan dengan cara injeksi anestesi. Tikus
digunakan sebagai binatang coba pada berbagai diinjeksi menggunakan ketalar dengan dosis 0,5
penelitian karena mempunyai sensitifitas terhadap mg/kg BB secara intra muskuler pada paha tikus.
obat yang sangat tinggi dan tahan terhadap Saat tikus dalam kondisi teranestesi, dilakukan
kondisi laboratorium (Farris &Griffith, 1971). pungsi jantung untuk mengambil darah sebanyak
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka pada 3 cc. Darah yang didapat disentrifus selama 15
penelitian ini digunakan tikus Strain wistar menit dengan kecepatan 3000 rpm untuk
sebagai binatang coba. mendapatkan serum. Serum yang didapat segera
Tikus selanjutnya dikelompokkan secara acak dikirim untuk dilakukan pemeriksaan fraksi lipid.
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan Reagen fraksi lipid menggunakan KIT (DiaSys)
kelompok perlakuan. Selanjutnya kelompok dan diukur menggunakan spektrofotometer
perlakuan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: dengan panjang gelombang 500 nm (Triliana,
kelompok 1 (ekstrak etanol daun seledri 2005).
konsentrasi 12,5%), kelompok 2 (ekstrak etanol
daun seledri konsentrasi 25%), kelompok 3 Pemeriksaan Kadar Kolesterol dan nonHDL-
(ekstrak etanol daun seledri konsentrasi 50%), Kolesterol
kelompok 4 (ekstrak etanol daun seledri Pemeriksaan profil lipid (kadar Kolesterol dan
konsentrasi 100%). nonHDL-Kolesterol) menggunakan KIT (DiaSys)
reagents dan instrument.
Tempat dan Waktu Penelitian Metode Pemeriksaan Kolesterol :
Penelitian ini dilaksanakan di Lab. Biokimia
PPD- Universitas Islam Malang, Lab.

3
Kadar kolesterol total diperiksa dengan *: p < 0.05 dengan kelompok kontrol
spektrofotometri (λ 500 nm) setelah inkubasi (10
menit, suhu 37˚C) 1 mL reagen kolesterol dan µL
sampel. Hasil absorbansi dikonversikan dengan
standart. Kadar Kolestrol

Metode Pemeriksaan nonHDL-Kolesterol : 100.00


Pemberian ekstrak

Pemeriksaan HDL-kolesterol diawali presipitasi seledri


kontrol

500µL sampel dengan 500µL HDL presipitat 80.00


ekstrak 12,5%
ekstrak 25%

(DiaSys) yang kemudian diputar 3500 rpm,


ekstrak 50%

Mean Kadar Kolestrol


ekstrak 100%

selama 15 menit. Supernatan (100µL) kemudian 60.00

ditambah dengan reagen kolesterol (1mL) dan


diperiksa dengan spektrofotometri (λ 500nm) 40.00
85.00
92.25
88.54 86.43

setelah inkubasi (10 menit, suhu 37˚C). Hasil 60.84

absorbansi dikonversikan dengan standart. 20.00

Perhitungan nonHDL-Kolesterol dilakukan


dengan rumus berikut: 0.00

Non HDL-Kolesterol = Total Kolesterol – HDL-


kontrol ekstrak 12,5% ekstrak 25% ekstrak 50% ekstrak 100%
perlakuan

Kolesterol (Diamant 2001 & Grundy 2002 dalam Gambar 1. Histogram Profil Kadar Kolesterol
Triliana, 2005) (mg/dL) Pasca Penelitian
Keterangan :
Pengumpulan dan Analisa data Dari gambar Histogram di atas menunjukkan bahwa pada
tikus tua kontrol berbeda signifikan terhadap tikus tua dengan
Data dianalisa sebagai data kelompok dengan perlakuan ekstrak seledri konsentrasi dosis 12,5%, 25 %, 50 %
menghitung rata-rata (mean) tiap kelompok dan dan 100 %. Nilai mean kadar kolesterol dari tertinggi hingga
diuji dengan uji statistik yang sesuai. Data terendah adalah mean kelompok perlakuan pemberian
ditampilkan sebagai mean ± standart deviasi (X ± konsentrasi ekstrak daun seledri 25% (92.25±16.26);
kelompok perlakuan pemberian konsentrasi ekstrak daun
SD) dari masing-masing kelompok dalam bentuk seledri 50% (88.54±14.40); kelompok perlakuan pemberian
tabel dan histogram. konsentrasi ekstrak daun seledri 100% (86.43±14.10);
Peran ekstrak etanol daun seledri diuji dengan kelompok perlakuan pemberian konsentrasi ekstrak daun
uji perbedaan mean kelompok perlakuan seledri 12,5% (85.00±4.51) dan paling rendah mean kelompok
kontrol (60.84±4.42).
konsentrasi 12,5% ekstrak etanol daun seledri,
konsentrasi 25% ekstrak etanol daun seledri,
Berdasarkan hasil uji analisa one-way anova
konsentrasi 50% ekstrak etanol daun seledri, dan
didapatkan perbedaan yang signifikan (p < 0,05)
konsentrasi 100% ekstrak etanol daun seledri
dalam mean antara ke 5 kelompok tersebut.
dengan kelompok control menggunakan One
Uji LSD antara kelompok tikus tua kontrol
way-ANOVA dilanjutkan dengan uji BNT (Beda
dengan kelompok tikus perlakuan juga
Nyata Terkecil). Sebelum uji, normalitas dan
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
homogenitas data diuji terlebih dulu. Data yang
Sedangkan perbandingan antar kelompok tikus
dipergunakan untuk mengambil kesimpulan
perlakuan konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan
adalah data kelompok dengan nilai uji saphiro-
konsentrasi 100% tidak didapatkan adanya
wilk bernilai > 0,05 dan homogen dengan nilai uji
perbedaan kadar kolesterol yang signifikan. Dari
homogeneity of variance > 0,05. Semua analisa
hasil diatas disimpulkan bahwa pemberian ekstrak
data dilakukan dengan memakai perangkat
daun seledri ekstrak daun seledri 12,5%, 25%,
software statistik SPSS versi 12.
50% dan 100% berpengaruh terhadap kadar
kolesterol tikus tua, yaitu menyebabkan
HASIL DAN ANALISA DATA peningkatan kadar kolesterol dibandingkan
kelompok kontrol.
Tabel 1. Rata-Rata Kadar Kolesterol (mg/dL)
Tikus Pasca Penelitian Tabel 2. Rata-Rata Kadar HDL-kolesterol (mg/dL)
Perlakuan N Mean ± SD Tikus Pasca Penelitian

Kelompok tikus tua kontrol 5 60.84±4.42 Perlakuan N Mean ± SD


Kelompok tikus tua + ekstrak daun Kelompok tikus tua kontrol 5 24.82±7.17
seledri 12,5%
5 85.00±4.51*
Kelompok tikus tua + ekstrak daun
Kelompok tikus tua + ekstrak daun 5 33.60±6.13
5 92.25±16.26* seledri 12,5%
seledri 25% Kelompok tikus tua + ekstrak daun
Kelompok tikus tua + ekstrak daun 5 35.32±13.77
5 88.54±14.40* seledri 25%
seledri 50% Kelompok tikus tua + ekstrak daun
Kelompok tikus tua + ekstrak daun 5 31.93±5.50
5 86.43±14.10* seledri 50%
seledri 100% Kelompok tikus tua + ekstrak daun 5 31.38±5.69
Keterangan :

4
seledri 100%
Keterangan:
Tidak :menunjukkan perbedaan yang signifikan Kadar Non HDL

Kadar HDL 60.00


Pemberian ekstrak
seledri
kontrol
ekstrak 12,5%
Pemberian ekstrak
40.00 50.00 ekstrak 25%
seledri
kontrol ekstrak 50%

Mean Kadar Non HDL


ekstrak 12,5% ekstrak 100%
ekstrak 25% 40.00
ekstrak 50%
30.00
ekstrak 100%
30.00
Mean Kadar HDL

56.93 56.61 55.04


51.38

20.00 20.00 40.92

35.32
33.61
31.94 31.39

10.00
24.82

10.00

0.00
kontrol ekstrak 12,5% ekstrak 25% ekstrak 50% ekstrak 100%
perlakuan
0.00
kontrol ekstrak 12,5% ekstrak 25% ekstrak 50% ekstrak 100% Gambar 3. Histogram Profil Kadar nonHDL-
perlakuan
Kolesterol (mg/dL) Pasca Penelitian
Gambar 2. Histogram Profil Kadar HDL (mg/dL) Keterangan :
Pasca Penelitian Dari gambar Histogram di atas menunjukkan bahwa tikus
Keterangan : tua kontrol tidak berbeda signifikan terhadap tikus tua dengan
Dari gambar Histogram di atas menunjukkan bahwa tikus perlakuan ekstrak seledri konsentrasi dosis 12,5%, 25 %, 50 %
tua kontrol tidak berbeda signifikan terhadap tikus tua dengan dan 100 %. Berturut-turut dari mean tertinggi hingga terendah
perlakuan ekstrak seledri konsentrasi dosis 12,5%, 25 %, 50 % adalah mean kelompok tikus tua dengan pemberian ekstrak
dan 100 %. Berturut-turut dari mean tertinggi hingga terendah seledri dosis 25% (56.93±23.92), mean kelompok tikus tua
adalah mean kelompok tikus tua dengan pemberian ekstrak dengan pemberian ekstrak seledri dosis 50% (56.60±10.09),
seledri dosis 25% (35.32±13.77), mean kelompok tikus tua mean kelompok tikus tua dengan pemberian ekstrak seledri
dengan pemberian ekstrak seledri dosis 12,5% (33.60±6.13), dosis 100% (55.03±19.22), mean kelompok tikus tua dengan
mean kelompok tikus tua dengan pemberian ekstrak seledri pemberian ekstrak seledri dosis 12,5% (51.38±10.31), mean
dosis 50% (31.93±5.50), mean kelompok tikus tua dengan kelompok tikus tua kontrol (40.92±10.25).
pemberian ekstrak seledri dosis 100% (31.38±5.69), mean
kelompok tikus tua kontrol (24.82±7.17).

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji analisa one-way anova
Perbedaan Karakteristik Populasi
HDL-kolesterol didapatkan perbedaan yang tidak
Karakteristik populasi tikus dianggap
signifikan (p >0,05) dalam mean antara ke 5
semuanya homogen, tetapi ada beberapa yang
kelompok tersebut. Dengan kata lain perlakuan
dapat mempengaruhi kadar kolesterol tikus tua
pemberian ekstrak seledri tidak mempengaruhi
yaitu:
kadar HDL.
- Tidak diukurnya berat badan prakondisi diduga
berpengaruh terhadap penelitian. Sebab berat
Tabel 3. Rata-Rata Kadar nonHDL-kolesterol
(mg/dL) Tikus Pasca Penelitian
badan prakondisi seharusnya dapat
dipergunakan untuk menghitung takaran dosis
Perlakuan N Mean ± SD ekstrak seledri.
- Selama penelitian, tikus ditempatkan pada
Kelompok tikus tua kontrol 5 40.92±10.25
Kelompok tikus tua + ekstrak daun kandang (tiap kandang berisi 6-7 ekor tikus
5 51.38±10.31 sesuai kelompok). Jumlah tikus dalam 1
seledri 12,5%
Kelompok tikus tua + ekstrak daun
5 56.93±23.92 kandang yang terlalu banyak/ perbandingan
seledri 25% luas kandang dengan populasi tikus tidak
Kelompok tikus tua + ekstrak daun
seledri 50%
5 56.60±10.09 merata, dapat menyebabkan distribusi diet
Kelompok tikus tua + ekstrak daun diantara tikus juga tidak merata, serta
5 55.03±19.22
seledri 100% kemungkinan untuk terjadinya gangguan
Keterangan: perilaku diantara tikus (perkelahian) cukup
Tidak :menunjukkan perbedaan yang signifikan
besar, ketiganya diduga dapat memicu stres
tersendiri bagi hewan coba tikus yang dapat
Berdasarkan hasil uji analisa one-way anova berpengaruh terhadap meningkatnya kadar lipid
NonHDL-kolesterol didapatkan perbedaan yang tikus.
tidak signifikan (p >0,05) dalam mean antara ke 5 - Pemberian ekstrak etanol daun seledri yang
kelompok tersebut. Dengan kata lain perlakuan diberikan pada tikus perlakuan secara personde
pemberian ekstrak seledri tidak mempengaruhi lambung mempunyai kelebihan dan kelemahan
kadar nonHDL-kolesterol. yang dapat menjadi kelebihan dan kelemahan

5
penelitian karena dapat mempengaruhi hasil. konsentrasi ekstrak etanol daun seledri (Apium
Kelebihan pemberian secara personde lambung graveolens L.) tidak menunjukkan kenaikan kadar
yaitu dosis antar tikus dalam satu kelompok kolesterol lebih lanjut atau konsentrasi 12,5%,
dapat seragam. Kelemahan pemberian secara 25%, 50%, dan 100% menunjukkan efek yang
personde lambung yaitu stres penelitian yang sama, sehingga tidak bisa didapatkan konsentrasi
tinggi pada hewan coba sehingga resiko optimal ekstrak etanol daun seledri (Apium
kehilangan hewan coba selama penelitian tinggi graveolens L.) dalam memproteksi
dan stres penelitian yang dapat mempengaruhi hiperlipidemia. Peningkatan kadar kolesterol total
kadar lipid pada tikus tua. ini diduga karena kemampuan perangsangan
- Pada tikus tua kontrol tidak dilakukan ekspresi reseptor oleh ekstrak seledri terlalu
penyondean yang diduga mempengaruhi kadar rendah akibat faktor-faktor teknis rancangan
lipidnya. Kadar lipid tikus tua kontrol terlihat penelitian dan teoritik.
lebih rendah daripada tikus perlakuan dengan Faktor-Faktor Teknis Yang Dapat
pemberian ekstrak etanol daun seledri (Apium Mempengaruhi Kadar Kolesterol Tikus Tua
graveolens L.). Usia tua sangat rentan terhadap Daun seledri (Apium graveolens L.) yang
timbulnya stres, baik stres fisik maupun stres dipakai dalam penelitian ini didapatkan dari Pasar
psikologis. Pada penelitian ini terdapat kondisi- Dinoyo. Pada penelitian ini dipilih daun seledri
kondisi yang mempercepat stres pada usia tua karena seledri mengandung flavonoid (Zhao
diantaranya karena penyondean, kepadatan et.al., 2009) dengan kadar tertinggi pada organ
populasi pada satu kandang, distribusi diet yang daunnya (Dewi dkk., 2009). Pembelian seledri
tidak merata antar tikus, gangguan perilaku pada penelitian ini terjadi 2 tahap karena
antar tikus (perkelahian), yang kesemuanya itu kurangnya bahan untuk pembuatan ekstrak.
dapat meningkatkan hormon kortisol. Diduga kadar flavonoid tidak terlalu banyak,
Rangsangan lingkungan memicu stres yang mengingat pada penelitian ini sampel seledri yang
melepaskan corticotrophin faktor (CRF) dari digunakan berbeda dan varietas seledri yang tidak
sel-sel saraf di dalam hipotalamus ke sistem diketahui. Oleh karena tiu, mungkin perlu
darah yang bergerak ke hipofisis anterior. dikembangkan dan diteliti varietas seledri tertentu
Dalam menanggapi CRF, hipofisis anterior yang mengandung flavonoid dalam kadar tinggi.
merilis adrenocorticotrophic hormon (ACTH) Selain itu, kurangnya kadar flavonoid di dalam
ke dalam sistem darah. ACTH menstimulasi seledri diduga akibat efek dari pemakaian
produksi kortisol dalam korteks adrenal. pestisida mengingat seledri yang digunakan
Kortisol dilepaskan ke aliran darah. Kortisol didapatkan dari pasar. Dimana disebutkan bahwa
mempengaruhi reaksi tubuh terhadap stres. sistem pertanian konvesional yang mengandalkan
Kortisol dapat meningkatkan lipolisis, dengan penggunaan pupuk kimia buatan dan pestisida
mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak dipercaya dapat menghambat antioksidan
sehingga akan meningkatkan konsentrasi asam flavonoid (Zahra, 2008).
lemak bebas di dalam plasma sehingga Proses ekstraksi daun seledri (Apium
konsentrasi kadar lipid darah dapat meningkat graveolens L.) menggunakan teknik maserasi dan
(Guyton & Hall, 1997). Oleh karena itu, perlu sebagai pelarutnya yaitu etanol teknis (tidak
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang murni) 80%, diduga metode ekstraksi maserasi
manfaat ekstrak etanol daun seledri (Apium dengan pelarut etanol 80% kurang bisa
graveolens L.) sebagai antihiperlipidemia menangkap zat aktif (flavonoid) dengan kadar
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang cukup. Penelitian sebelumnya menunjukkan
subyek hewan coba penelitian. kandungan flavonoid pada apium graveolens L.
Efek Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium lebih banyak tersari dengan menggunakan etanol
graveolens L.) Terhadap Kadar Kolesterol 95% dengan metode ekstraksi yang digunakan
Tikus Tua adalah Soxhletasi (Siswono, 2008). Flavonoid
Berdasarkan analisa statistika didapatkan merupakan senyawa polar karena mempunyai
perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada kadar sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau
kolesterol total antara kelompok kontrol dengan suatu gula, sehingga akan larut dalam pelarut
kelompok perlakuan berbagai dosis polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton,
(konsentrasi12,5%, 25%, 50%, 100%). Hal ini dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air.
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun seledri Adanya gula yang terikat pada flavonoid
(Apium graveolens L.) berpengaruh terhadap cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah
kadar kolesterol yaitu meningkatkan kadar larut dalam air dan dengan demikian campuran
kolesterol tikus tua. Tetapi tidak didapatkan pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang
perbedaan yang signifikan (p>0,05) antar tiap lebih baik untuk glikosida. Oleh karena itu,
kelompok perlakuan tersebut. Peningkatan diperlukan teknik ekstraksi seledri dengan

6
penambahan konsentrasi pelarut atau dengan yang baru berefek setelah paparan selama 1 bulan
pelarut yang berbeda serta dengan teknik atau lebih berkaitan dengan pengeluaran enzim-
ekstraksi yang berbeda. enzim yang terlibat dalam metabolisme lipid. Dari
Dalam 100 gr seledri mengandung 3,7 x 10-4 hasil penelitian terlihat bahwa kadar lipid tidak
gram flavonoid (Awal dkk., 2009), saponin, tanin menurun dengan pemberian ekstrak seledri
1 %, minyak atsiri 0,033 %, flavo-glukosida membawa dugaan bahwa waktu yang dibutuhkan
(apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagin, zat untuk dapat menurunkan kadar lipid lebih dari 32
pahit, vitamin (A,B, dan C) (Dalimartha, 2000), hari. Pada penelitian sebelumnya disebutkan
asam lemak tak jenuh (Juheini, 2002). Dalam bahwa ekstrak seledri dapat menurunkan kadar
penelitian ini ekstrak yang digunakan adalah lipid secara efektif dengan waktu pemberian
ekstrak kasar sehingga masih mengandung ekstak selama 6 minggu (Juheini, 2002,
banyak komponen zat aktif/multikomponen. Sudradjat, 2003).
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa Pengambilan sampel darah hewan coba
flavonoid adalah komponen yang paling aktif diambil di akhir penelitian setelah anastesi ketalar
dalam menurunkan kadar kolesterol dosis 0,5 mg/kgBB tikus. Darah diambil dari
(Nurwahyunani, 2006), tetapi kandungan lain jantung, sebanyak 3 cc. Darah yang didapat
seledri yaitu asam lemak tak jenuh diduga disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
mempunyai efek yang berlawanan. Asam lemak 3000 rpm untuk mendapatkan serum.
tak jenuh mempunyai ikatan ganda, sifatnya lebih Pengambilan serum darah terbilang sulit sehingga
reaktif/mudah bereaksi dengan oksigen/mudah waktu pengambilan serum ada yang
teroksidasi, terutama saat pemanasan justru asam terkontaminasi oleh eritrosit yang diduga dapat
lemak tak jenuh mudah membentuk radikal bebas, mempengaruhi kadar lipid. Sebab etanol yang
lemak trans yang dapat meningkatkan kadar lipid diduga masih tersisa pada ekstrak dapat
(Sianturi, 2002). menyebabkan melarutnya lemak pada membran
Pada penelitian ini evaporasi menggunakan eritrosit. Oleh karena itu, perlu dilakukan
suhu 30˚C selama ± 4 jam. Tujuan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang manfaat ekstrak
evaporasi untuk menghilangkan pelarut yang etanol daun seledri (Apium graveolens L.) sebagai
digunakan untuk penyarian (Aini, 2007). Diduga antihiperlipidemia dengan menekan kesalahan
dengan suhu evaporator 30˚C belum mampu dari faktor-faktor teknis penelitian.
menguapkan seluruh pelarut etanol, sehingga ada 6.2.2.Teoritik
kemungkinan etanol yang masih tersisa dari hasil Bertambahnya usia dihubungkan dengan
evaporasi pada ekstrak daun seledri yang dapat makin berkurangnya kemampuan atau aktivitas
mempengaruhi metabolisme lipid. Etanol reseptor LDL atau defisiensi reseptor LDL
menyebabkan esterifikasi akumulasi asam lemak (Vinagre et al., 2007, Mufidatin dkk., 2009).
menjadi trigliserid, fosfolipid, dan ester kolesterol Keadaan ini akan membuat LDL dalam darah
yang mana semuanya terakumulasi di hepar. meningkat sehingga resiko terjadinya
Lipid yang terakumulasi terbuang dalam bagian atherosklerosis juga akan meningkat (Muhaimin,
serum lipoprotein menyebabkan hiperlipidemia 2008). Dari hasil analisa statistik diketahui
(Baraona and Lieber, 2009). adanya peningkatan kadar kolesterol dengan
Dari hasil pengukuran dengan HPLC pemberian ekstrak etanol daun seledri berbagai
didapatkan bahwa kadar flavonoid dalam 100 dosis. Hal ini diduga karena kadar flavonoid
gram ekstrak daun seledri adalah 3,7 x 10-4 gram terlalu sedikit sehingga belum mampu
= 0,37 mg flavonoid (Awal dkk., 2009). Berarti mengaktifkan faktor transkripsi gen reseptor LDL
dalam 1 gram ekstrak seledri mengandung 0,0037 sehingga kadar lipid tikus tua tidak dapat
mg flavonoid. Konsentrasi yang diberikan pada menurun.
tikus adalah 12,5% (12,5 x 0,0037 mg = 0,0462 Selain itu, kemampuan reseptor menurun pada
mg flavonoid), 25% (25 x 0,0037 mg = 0,092 mg usia tua yang mengakibatkan kerja reseptor tidak
flavonoid), 50% (50 x 0,0037 mg = 0,0185 mg maksimal (gangguan pengikatan obat dengan
flavonoid), 100 (100 x 0,0037 mg = 0.37 mg reseptor dan berkurangnya jumlah reseptor obat)
flavonoid). Pada penelitian sebelumnya terhadap obat yang dikonsumsi yang
konsentrasi efektif yang dapat menurunkan kadar menyebabkan meningkatnya atau berkurangnya
kolesterol adalah 25 mg/200gBB dan efek obat tersebut (Maya, 2009).
50mg/200gBB (Sumiwi, 2006). Pada penelitian Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa
ini diduga kadar flavonoid terlalu sedikit sehingga tikus dikatakan mengalami hiperlipidemia bila
belum mampu menurunkan kadar lipid tikus tua. kadar kolesterolnya mencapai 100 mg/dL (Ali,
Lama perlakuan dengan ekstrak selama 32 hari 2001 dalam Triliana, 2005). Pada penelitian ini
(subkronis) dengan harapan ekstrak tersebut dapat didapatkan hasil bahwa kadar lipid tikus tua
berefek menyerupai obat-obat antihiperlipidemia kontol adalah 60.84±4.42 mg/dL. Yang berarti

7
tikus tua kontrol tersebut belum dapat dikatakan selama 32 hari, tidak dapat menurunkan
hiperlipidemia. Kadar lipid tikus tua dan muda kadar nonHDL-kolesterol tikus tua.
kemungkinan berbeda, tapi selama ini masih
belum ada literatur yang menyebutkan berapa SARAN
kadar lipid tikus tua atau muda yang 1. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
dikategorikan mengalami hiperlipidemia. Diduga manfaat ekstrak etanol daun seledri (Apium
rendahnya kadar lipid tikus tua kontrol graveolens L.) sebagai antihiperlipidemia
dikarenakan tikus tidak mengalami proses dengan menekan kesalahan dari faktor-faktor
penyondean, sehingga kemungkinan terjadinya teknis penelitian yaitu: menimbang BB tikus
stres minimal. prakondisi, memperhatikan faktor stres
Efek Ekstrak Etanol Daun Seledri Terhadap hewan coba penelitian, sampel seledri harus
Kadar HDL-Kolesterol Tikus Tua berdasarkan varietas tertentu, lama waktu
Uji one-way anova antara kelompok tikus tua pemberian ekstrak seledri diperpanjang,
kontrol dengan kelompok tikus perlakuan menggunakan teknik ekstraksi dan pelarut
berbagai dosis (konsentrasi 12,5%, 25%, 50% yang berbeda, mengidentifikasi kadar
dan 100%) menunjukkan tidak ada perbedaan flavonoid dengan HPLC, evaporasi dengan
yang signifikan dalam mean kadar HDL antara ke suhu yang lebih tinggi, pengambilan sampel
5 kelompok tersebut. Pemberian ekstrak etanol serum hewan coba harus lebih hati-hati,
daun seledri dengan berbagai konsentrasi di atas mengetahui perbedaan kadar lipid tikus usia
tidak mempengaruhi kadar HDL. Dengan kata muda dengan usia tua yang dianggap
lain kadar HDL pada kelompok kontrol dan hiperlipidemia.
kelompok perlakuan pemberian ekstrak seledri
secara statistik dianggap sama. Tetapi secara 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
observe terjadi peningkatan kadar HDL- manfaat ekstrak etanol daun seledri (Apium
kolesterol. Kadar HDL-kolesterol yang meningkat graveolens L.) sebagai antihiperlipidemia
meskipun tidak jauh beda dengan tikus tua sehubungan dengan ekspresi reseptor LDL.
kontrol membawa asumsi bahwa kadar HDL
tersebut merupakan kadar normal/standart untuk DAFTAR PUSTAKA
tikus tua.
Aini N, 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Seledri
Efek Ekstrak Etanol Daun Seledri Terhadap (Apium graveolens L.) Terhadap Kadar MDA, Jumlah
Kadar NonHDL-Kolesterol Tikus Tua Reseptor α-1 Adrenergik dan Angiotensin II Pada Sel
Kadar nonHDL-kolesterol dihitung secara Otot Polos Aorta Tikus Dengan Diet Tinggi Garam.
matematis dengan mengurangi kadar kolesterol Publikasi PPD UNISMA Malang
Andrie, 2008. Proses Penuaan Geriatri.
total dengan kadar HDL-kolesterol (Grundy, 2002 http://www.geriatri@infomedis.htm Accessed August
dalam Triliana, 2005). Uji one-way anova antara 26, 2009
kelompok tikus tua kontrol dengan kelompok Armstrong, E. J., Safo P. K., et al., 2005. Pharmacology of
tikus perlakuan berbagai dosis (konsentrasi Cholesterol and Lipoprotein Metabolism. Eds: Golan
DE., et al. Principles of Pharmacology: The
12,5%, 25%, 50% dan 100%) menunjukkan tidak Pathophysiologic Basis of Drug Therapy. pgs: 389-
ada perbedaan yang signifikan dalam mean kadar 69.
nonHDL-kolesterol antara ke 5 kelompok Awal P, Katno, Slamet, 2009. Penetapan Parameter Mutu
Fisik Simplisia Herba Seledri (Apium graveolens L.)
tersebut. Hal ini diduga karena terjadinya
Sebagai Langkah Awal Pra Formulasi Sediaan
peningkatan kadar kolesterol tikus tua dengan Herbal. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia
pemberian ekstrak etanol daun seledri (Apium XXXVII. UNIB.
graveolens L.) dan rendahnya kadar HDL- Baraona E., Lieber C.S., 2009. Effects Of Ethanol On Lipid
Metabolism. Alcohol Research Center, Bronx
kolesterol tikus tua sehingga hasil perhitungan Veterans Administration Hospital and Mount Sinai
matematis didapatkan kadar nonHDL-kolesterol School Of Medicine, New York.
yang tinggi. Barnes. J. Anderson. A.L, Phillipson. J.D, 2005. Herbal
Medicine. Second edition. Pharmaceutical Press. USA
Boedhi-Darmojo, 2004. Teori Proses Menua. Buku Ajar
Geriatri. Jakarta: FKUI: 3-13
KESIMPULAN Brown M. S., Goldstein J. L, 2009. LDL Receptor Pathway.
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa The University of Texas Southwestern Medical
Center at Dallas
pemberian ekstrak seledri seledri sebanyak 1 Damayanti DS., Athiroh N., Aini N., 2007. Pengaruh Ekstrak
cc dengan dosis 12,5%, 25%, 50%, 100% Pueraria Lobata Var. Kangean Terhadap Kadar MDA,
selama 32 hari, tidak dapat menurunkan Reseptor α-1 Adrenergik, Profil Lipid Dan
kadar kolesterol tikus tua Remodelling Sel Otot Polos Aorta Tikus
Hipoestrogen. Publikasi PPD UNISMA Malang
2. Pemberian ekstrak seledri sebanyak 1 cc Dewi, Awal P. Kusuma Wahyu Djoko P, Rohmat Mujahid dan
dengan dosis 12,5%, 25%, 50%, 100% Sunarsih, 2006. Uji Potensi Antioksidan Tanaman

8
Obat secara In Vitro, Balai Besar Litbang Tanaman Mufidatin dkk., 2009. Pengaruh Pemberian Suplemen
Obat dan Obat Tradisional. Tawangmangu Melatonin Terhadap Kadar Kolesterol Total, LDL
Fatmah, 2006. Respon imunitas yang rendah pada tubuh usia Dan HDL Darah Wistar Yang Diberi Diet Kuning
lanjut. Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Telur. UNDIP. Bandung
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Nurwahyuni A., 2006. Efek Ekstrak Daun Sambung Nyawa
Depok, Makara Kesehatan, 10 (1): 47-48 Terhadap Kadar Kolesterol LDL Dan Kolesterol
Guyton AC, Hall JE, 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, HDL Darah Tikus DiabetikAkibat Induksi
Edisi IX, Penerjemah: Setiawan I, Tengadi LMAKA, Streptozotozin. Skripsi. Universitas Negeri
Santoso A, Jakarta. EGC Semarang
Handoko, Lukas. Hardian, 2006. Pengaruh ekstrak daun Pangastuti, 2002, Analisis Komposisi Isoflavon dalam Daging
(apium graviolens)terhadap perubahan SGOPT dan dan Kulit Umbi Tebi (Pueraria lobata). dengan
SGPT tikus wistar yang dipapar karbon tetraklorida, Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Skripsi,
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. MIPA Kimia Universitas Brawijaya
Semarang Parini P, Angelin B, Rudling M, 1999. Cholesterol and
Harianja E. dkk., 2007. Pengaruh Restriksi Kalori Terhadap Lipoprotein Metabolism in Aging : Reversal of
Kadar Hidrogen Peroksida Dan Kadar Glukosa Hypercholesterolemia by Growth Hormone
DarahPada Tikus Tua. Clinical Pathology And Treatment in Old Rats. Arterioscler. Thromb. Vasc.
Medical Laboratory. Universitas Airlangga. Surabaya Biol;19;832-839
Hariatmi, 2004. Kemampuan Vitamin E Sebagai Antioksidan Pusat Data Perhimpunan Rumah Sakit seluruh Indonesia,
Terhadap Radikal Bebas Pada Lanjut Usia. Jurusan 2005. Seledri (Apium graveolens L.). Jakarta Utara.
Pendidikan Biologi FKIP UMS Rader D.J., Daugherty A., 2008. Figure 2. Lipoprotein
Harini DF., 2008. Uji efek penurunan kadar gula darah fraksi metabolism. Nature 451, 904-913
Petroleum eter ekstrak etanol Seledri (Apium Sarjono S, 2008. Dampak Menjadi Tua
graveolens L.) Pada Kelinci Putih Jantan Galur New http://www.kadnet.info/web/index.php?
Zealand Yang Dibebani Glukosa. Skripsi. Fakultas option=com_content&view=article&id=113:dampak
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. -menjadi-tua&catid=43:rumah-tangga&Itemid=63
Surakarta Accessed August 22, 2009
Indraswari A., 2008. Optimasi Pembuatan Ekstrak Daun Siswono H., 2008. Isolasi Dan Identifikasi Komponen Kimia
Dewandaru (Eugenia uniflora l.) Menggunakan Ekstrak Etanol 95% Dari Apium Graveolens Linn.
Metode Maserasi Dengan Parameter Kadar Total Var Secalinum Alef. S3 - Mathematics and Natural
Senyawa Fenolik Dan Flavonoid. Skripsi, Fakultas Sciences. Bandung
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S.,
Surakarta Donatus, I. A., Drajad, M., Wibowo, S., dan
Ismayadi, 2004, Proses menua (Aging Proses), Program Studi Ngatidjan, 1996, Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian,
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sifat-sifat dan Penggunaan, 44-52, Pusat Penelitian
Sumatera Utara Obat Tradisional, UGM, Yogyakarta
Jati SH, 2008. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Sudradjat RM., 2003. Pengaruh Ekstrak Seledri (Apium
Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) Pada graveolens L. Var. Secalinum alef) Terhadap Kadar
Hati Tikus Puti Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Kolesterol Total Plasma Darah Tikus (Rattus
Karbon Tetraklorida (CCl4). Skripsi, Fakultas norvegicus) Wistar Jantan Yang Diberi pakan
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Berlemak Tinggi. Sekolah Ilmu dan Teknologi
Surakarta Hayati (SITH). Bandung
Juheini, 2002. Pemanfaatan Herba Seledri (Apium graveolens Sumiwi SA, Muhtadi A, Halimah E, Melani R, 2006. Efek
L.) Untuk Menurunkan Kolesterol Dan Lipid Dalam Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apium graveolens L.)
Darah Tikus Putih Yang Diberi Diit Tinggi Terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserid, LDL-
Kolesterol Dan Lemak. Universitas Indonesia, kolesterol Dan HDL-kolesterol Pada Tikus Putih
Depok. Jakarta Jantan Hiperlipidemia. Jurusan Farmasi FMIPA
Kallio MJ, 2001. A follow-up study of serum cholesterol and UNPAD, Jatinangor-Sumedang
lipoproteins in children: The effect of diet and Sushanti N, Idris, 1990. Pengaruh Pemberian Rebusan Seledri
apolipoprotein E on cholesterol metabolism, (Apium graveolens L.) Terhadap Kadar Kolesterol
tracking, and screening. Academic Dissertation, Darah Tikus Putih
Helsinki University Central Hospital Triliana R., 2005. Pengaruh Terapi Suplementasi Sterol
Kamal M, Adel AM, Ahmad D, Talal A, Hypolipidemic Tanaman (Fitosterol) Pada Profil Lemak, Kadar
Effects of Seed Extract of Celery ( Apium Apolipoprotein (Apo) B-48, Dan Penghitungan Sel
graveolens ) in Rats Busa Aorta Tikus Pasca Diet Aterogenik, Tesis,
Lee D, Kulick D, 2009. Lowering Your Cholesterol Heart Magister Kesehatan Universitas Brawijaya Malang
Attack Prevention Series. Tsi D,Tan BK ., 2000. The mechanism underlying the
MacWilliam L., 2008, Modern Teori of Aging, Earl Stadtma hypocholesterolaemic activity of aqueous celery
National Institute of Health. MacWilliam extract, its butanol and aqueous fractions in
Communications Inc. genetically hypercholesterolaemic RICO rats.
Mahardhina I., 2009. Efek Pemberian Air Rebusan Seledri Udin MF., 2005. Pengaruh Pemberian Vaksin LDL-yang
(Apium Graveolens L) Terhadap Suhu Tubuh - Studi Dioksidasi kombinasi dengan Adjuvan TT Terhadap
Eksperimental Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Imunoglobulin-G Arteri Renalis, Tesis, Program
Norvegicus) Galur Wistar Yang Diinduksi Vaksin Studi Biomedik Kekhususan Imunologi Universitas
DPT. Skripsi. Universitas Islam Sultan Agung Brawijaya.Malang
Maya, 2009. Peresepan Obat Pada Lansia. Vinagre CG, Vinagre CM, Pozzi F S, Maranhão RC, 2007.
Mayes PA, 2003, Biokimia Harper, Edisi XXV, Penerjemah Influence of aging on chylomicron metabolism, Int J
Hartono Andry, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Atheroscler ;2(4):284-288
Jakarta Zhou K., Zhao F. , Liu Z., Zhuang Y. , Chen L. , Qiu F., 2009.
Mochtar I., 2005, Hiperlipidemia, Ilmu Penyakit Jantung dan Triterpenoids and flavonoids from celery (Apium
Pembuluh Darah RS Dr Soetomo/ Universitas graveolens). J Nat Prod;72 (9):1563-7
Airlangga, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai