Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

F1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

HIDUP SEHAT DENGAN HIPERKOLESTEROL

Disusun oleh:
dr. Anis Rahmawati, M.H.

Pendamping :
dr. Novelia Dian T.

PUSKESMAS DHARMARINI KAB TEMANGGUNG


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE 3 FEBRUARI – 3 JUNI 2017

2017
BAB I

PENDAHULUAN

Hiperkolesterolemia merupakan peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Menurut


Schlesinger (2011), makanan seperti daging, hati, otak, dan jeroan yang diberikan pada hewan
dalam pet food, dapat menyebabkan kelebihan kolesterol dalam tubuh. Keadaan
hiperkolesterolemia pada hewan terjadi jika kadar kolesterol total dalam darah melebihi normal.
Hiperkolesterolemia juga menyebabkan kadar HDL dalam darah menurun. Seorang dikatakan
menderita hiperkolesterol bila kadar kolesterol total plasma ≥200 mg/dL. Kadar kolesterol total
plasma 200 mg/dL setara dengan kadar LDL 130 mg/dL (Grundy, 2004).
Terapi obat-obatan konvensional telah diteliti secara luas dan telah diakui digunakan
untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Beberapa golongan antihiperkolesterol menurut
National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI) (2001) adalah bile acid sequestrants
(kolestiramin, kolestipol, kolesevelam), fibrat (klofibrat, fenofibrat, gemfibrozil), niasin (vitamin
B3), statin (atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pravastatin, rosuvastatin, cerivastatin dan
simvastatin). Mekanisme kerja simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol dan LDL adalah
dengan cara menginhibisi enzim 3-hydroxy-3-methylglutaroyl-coenzyme A (HMG-CoA)
reduktase secara kompetitif. Obat ini menghambat aktivitas enzim HMG-CoA reduktase yang
mengubah Asetil-CoA menjadi asam mevalonat (Katzung, 2002). Pada proses sintesis kolesterol
di hati simvastatin dapat meningkatkan aktivitas reseptor LDL sehingga kecepatan metabolisme
LDL oleh hati menjadi lebih cepat dan simpanan LDL plasma menjadi berkurang (Katzung,
2002).
Berbagai studi mendukung bukti ilmiah berbagai antihiperkolesterol di atas secara
efektif dapat menurunkan kadar kolesterol serum, tetapi juga menyebabkan berbagai efek
samping. Efek samping dari simvastatin diantaranya nyeri abdominal, konstipasi, asthenia nyeri
kepala, mual, reaksi hipersensitif, miopati dan rabdomiolisis (NHLBI, 2001).
Pengobatan hiperkolesterol tidak jarang menggunakan lebih dari satu obat. Pengobatan
kombinasi merupakan salah satu strategi penatalaksanaan lipid yang optimum, yaitu dengan
menggunakan dua macam obat yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda (Supellman,
2003). Pemberian kombinasi simvastatin dan ekstrak etanol daun sirsak diharapkan dapat
meminimum terjadinya efek samping yang terdapat pada simvastatin, serta mampu memberikan
efek obat yang sinergis.
Penatalaksanaan hiperkolesterolemia di Indonesia menurut Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI) mencakup terapi non-farmakologis yang disebut perubahan gaya hidup
terapeutik Therapeutic Lifestyle Changes ( TLC) dan penggunaan obat-obat penurun kolesterol.
Konseling secara personal merupakan salah satu peran pelayanan kesehatan dalam menciptakan
perubahan pola hidup dan pola makan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kolesterol dan Hiperkolesterolemia


2.1.1. Kolesterol
2.1.1.1. Definisi dan Fungsi Kolesterol
Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol mempunyai
fungsi ganda yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi lain membahayakan, bergantung seberapa
banyak terdapat di dalam tubuh dan di bagian mana (Almatsier, 2010).
Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktural semua sel dan merupakan
komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan
kelenjar dan di dalam hati dimana kolesterol disintesis dan disimpan. Kolesterol merupakan
bahan antara pembentukan sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, asam folat, hormon-
hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron. Sebaliknya kolesterol dapat
membahayakan tubuh. Kolesterol bila terdapat dalam jumlah terlalu banyak di dalam darah dapat
membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang
dinamakan aterosklerosis. Bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner dan bila pada pembuluh darah otak penyakit
serebrovaskular (Almatsier, 2010).
Terdapat dua sumber kolesterol untuk tubuh:
(1) Asupan kolesterol melalui makanan, dengan produk-produk hewani, misalnya kuning telur,
daging merah, dan mentega sebagai sumber utama lipid ini (lemak hewani mengandung
kolesterol sedangkan lemak nabati tidak), dan
(2) Pembentukan kolesterol oleh banyak organ terutama hati (Sherwood, 2001).

2.1.1.2. Interpretasi Kadar Kolesterol Dalam Darah


Tinggi kolesterol dalam darah adalah kondisi dimana terdapat banyak kolesterol di dalam
darah. Semakin tinggi level kolesterol dalam darah, semakin besar resiko terjadinya PJK dan
serangan jantung (National Heart Lung and Blood Institute, 2011).
Kadar lipid serum normal untuk seseorang belum tentu normal untuk orang lain yang
disertai faktor resiko koroner. National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel
III (NCEP-ATP III) membuat batasan yang dapat digunakan secara umum tanpa melihat faktor
resiko koroner seseorang (Adam, 2006).
Banyak faktor yang mempengaruhi level kolesterol. Sebagai contoh, setelah menopause,
LDL pada wanita biasanya meningkat, dan kolesterol HDL biasanya menurun. Faktor lain seperti
umur, jenis kelamin, diet, dan aktifitas fisik juga mempengaruhi level kolesterol. Level kolesterol
HDL dan LDL yang normal akan mencegah terbentuknya plak di dinding arteri (National Heart
Lung and Blood Institute, 2011).
Tabel 1. Klasifikasi kolesterol total , kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida

2.2 HDL dan LDL


2.2.1. Definisi HDL
Kolesterol HDL adalah suatu lipoprotein berdensitas tinggi yang mengandung protein
dalam jumlah yang lebih tinggi dan persentase triasilgliserolnya yang lebih rendah daripada
lipoprotein darah yang lainnya, sehingga kolesterol HDL disebut sebagai partikel yang paling
tinggi densitas atau kepadatannya. Kolesterol HDL sendiri disintesis dalam bentuk nascent
(imatur) di hati dan usus halus (Marks et al., 2000).
Kolesterol HDL ini memiliki peran sebagai pengangkut atau penyerap kolesterol dari
permukaan sel dan dari lipoprotein lain lalu mengubahnya menjadi kolesterol ester. Kolesterol
ester ini lalu dikembalikan ke hati, sehingga HDL dikatakan berperan dalam transport kolesterol
terbalik (reverse cholesterol transport) (Marks et al., 2000). Untuk dapat menilai tinggi
rendahnya kadar HDL, terdapat suatu standar dari National Cholesterol Education Program
(NECP) yaitu kadar HDL rendah, < 40 mg/dl dan kadar HDL tinggi, ≥ 60 mg/dl (Soeharto,
2004).
2.2.2. Definisi LDL
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia. Partikel LDL
mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%. Fungsi LDL adalah membawa
kolesterol ke jaringan perifer (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Kadar LDL
plasma tergantung dari banyak faktor, termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh,
kecepatan produksi serta eliminasi LDL dan VLDL (Suyatna, 2007).
LDL adalah jenis kolesterol yang berbahaya sehingga sering disebut dengan istilah
kolesterol jahat. LDL disebut kolesterol jahat karena memiliki kecenderungan melekat pada
dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat
karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. Kolesterol LDL mengangkut
kolesterol paling banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan
kolesterol darah dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama membentuk
penyakit jantung koroner, sehingga saat ini, LDL menjadi utama dalam pengobatan (UPT, 2009).
Kadar LDL yang tinggi akan menyebabkan kolesterol lebih banyak melekat pada dinding
pembuluh darah yang akan membentuk suatu plak lemak di sepanjang pembuluh darah bagian
dalam. Plak ini akan menyumbat pembuluh darah sehingga membuat lumennya semakin sempit.
Keadaaan seperti ini sering disebut aterosklerosis karena darah akan sulit mengalir melalui
pembuluh darah yang sempit dan akan meningkatkan resiko penyakit jantung. Pembuluh darah
yang tidak rata akan menyebabkan pembentukan gumpalan darah di dalam pembuluh dan akan
membentuk sebuah plak yang akan menghalangi aliran darah ke jantung atau otak yang akan
menyebabkan penyakit jantung atau stroke (Suyatna, 2007). Untuk menilai tinggi rendahnya
kadar LDL dalam darah, umumnya dapat dibandingkan dengan angka standar dari National
Cholesterol Education Program (NCEP).
2.3. Hidup Sehat dengan Hiperkolesterol
Adult Treatment Panel III (ATP III) merekomendasikan pendekatan multifaktor untuk
menurunkan risiko terjadinya CHD. Pendekatan ini disebut sebagai TLC5 yang meliputi:
1. Mengurangi asupan lemak jenuh (saturated fat) dan kolesterol
2. Memilih sumber makanan yang dapat menurunkan kolesterol (stanol/sterol, serat larut air,
serta soy protein)
3. Penurunan Berat Badan
Obesitas berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya hiperlipidemia, CHD, sindrom
metabolik, hipertensi, stroke, diabetes melitus, osteoartritis, gout, serta keganasan. Panduan dari
ATP III menekankan penurunan berat badan pada pasien overweight dan obesitas sebagai bagian
dari intervensi penurunan LDL serum.
4. Meningkatkan Aktivitas Fisik yang Teratur
Aktivitas fisik yang direkomendasikan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas moderat
selama 30 menit setiap harinya dan dilakukan minimal 3-4 kali dalam seminggu.
BAB III
PELAKSANAAN

A.Sasaran
Sasaran pada penyuluhan ini adalah para lansia yang mengikuti program dari
puskesmas Dharma Rini yaitu Prolanis

B. Pelaksanaan
1. Tanggal : Rabu, 12 April 2017
2. Waktu : 07.00 WIB – 12.00 WIB
3. Tempat : Puskesmas Dharma Rini
4. Peserta : 70 orang
5. Kegiatan : Melakukan pemeriksaan kesehatan para lansia serta menjelaskan
mengenai hidup sehat dengan hiperkolesterol.
6. Metode : Ceramah, sesi tanya jawab.
7. Hasil : Lansia tampak antusias dan memperhatikan dalam mengikuti
ceramah dan sesi tanya jawab.

C. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


Penyajian materi penyuluhan diawali dengan ceramah. Materi yang diberikan meliputi
pengertian hiperkolesterol dan cara hidup sehat dengan hiperkolesterol. Ceramah diberikan
dalam waktu sekitar 15 menit, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
DAFTAR PUSTAKA

1. Debra AK. Medical nutrition therapy in cardiovascular disease. In: Mahan LK, Escott-Stump
S, Editors. Krause’s food nutrition and diet therapy. 11th Ed. USA: Saunders; 2004. p. 860-
91.
2. Antman EM, Braunwald E. Acute myocardial infarction. In: Braunwald E, Editor. Heart
disease: a textbook of cardiovascular medicine. 8th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2007. p.
1197- 322.
3. Smith DG. Epidemiology of dyslipidemia and economic burden on the healthcare system. Am
J Manag Care. 2007;13(Suppl):568- 71.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Status
kesehatan masyarakat Indonesia. In: Soemantri S, Budiarso LR, Sandjaja, editors. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT); 2004. Volume 2. p. 34-6.
5. National Institutes of Health, National Heart, Lung, and Blood Institute.Third report of the
National Cholesterol Education Program (NCEP) expert panel on detection, evaluation, and
treatment of high blood cholesterol in adults (Adult Treatment Panel III). Bethesda: National
Institutes of Health; 2002. NIH publication 02-5215.
6. Grundy SM. Nutrition in the management of disorders of serum lipids and lipoproteins. In:
Modern Nutrition in Health and Disease. 1st ed. Philadelphia: Lipincott William & Wilkins;
2006.p. 1076-92.
7. Rader DJ. Lipid disorders. In: Text book of cardiovascular medicine. 2nd ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins; 2003. p. 43-64.
8. John MF. Dislipidemia. In: Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus
Simadibrata K, Siti Setiati, Editor. Buku Ajar Penyakit Dalam., Vol. 3. 1st Ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p.1948-54.
9. Dina KS. Pengaruh fitosterol terhadap kadar b-karoten serum penderita hiperkolesterolemia
[dissertation]. Jakarta: Magister Sains Ilmu Gizi Klinik Universitas Indonesia; 2007.
10. Hopkins PN. Effects of dietary cholesterol on serum cholesterol: a meta-analysis and review.
Am J Clin Nutr. l992;55:1060- 70.
11. Plana N, Nicolle C, Ferre R, Camps J, Cos R, Villoria J, et al. Plant sterol-enriched
fermented milk enhances the attainment of LDL-cholesterol goal in hypercholesterolemic
subjects. Eur J Nutr. 2008;47:32-9.
14. Batista MC, Francechini SC. Impact of nutritional counseling in reducing serum cholesterol
in public health service patient. Aq Bras Cardiol. 2003;80:167-80.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai