BAB I
PENDAHULUAN
menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat yang semakin
pasien DM dari 10,3 juta menjadi 13,7 juta pada tahun 2030. Prevelensi
tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta dan dari International Diabetes
Federation (IDF) ditahun 2045 akan mencapai 16,7 juta (Perkeni, 2021).
2
insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hal ini ditandai dengan tingginya
ROS akan memicu terjadinya stres oksidatif karena radikal bebas dalam
salah satu produk akhir dari peroksidasi lipid membran sel oleh radikal
pengukuran aktivitas radikal bebas dalam tubuh. MDA memiliki tiga rantai
salah satu komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus
tipe 1 dan tipe 2, pada penyakit ini terjadi kerusakan pada filter ginjal atau
kotoran hasil saringan ginjal dibuang bersama urine. Saat ginjal sudah
hasil akhir yang dikeluarkan oleh ginjal yang sehat. Tingginya tingkat
dkk, 2018)..
4
daun Sirih Merah pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200
(Dewi dan Anisa, 2014). Penelitian lain juga yang pernah dilakukan
etanol daun sirih merah merah dengan dosis 100 mg/kg BB merupakan
dosis 150 mg/kg BB memiliki efek yang baik dalam meregenerasi sel
tubulus ginjal tikus putih jantan dengan skoring rata-rata kerusakan 0,33
jaringan ginjal (Tandi dkk, 2017). Ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus
sel ginjal tikus putih jantan dengan skoring rata-rata kerusakan 0,2
daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) terhadap gambaran
yaitu, 150 mg/kg BB, 250 mg/kg BB, dan 350 mg/kg BB.
2. Apakah ekstrak etanol daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz &
etanol daun sirih merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) terhadap
tradisional.
tradisional.
3. Penelitian daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) diharapkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
2013).
8
dengan jarak buku antara 5-10 cm, dan pada setiap buku tumbuh
4-5 cm. Urat daun pinnatus dari separuh bagian bawah, urat
Batang
Daun
Gambar 2.1 Tanaman Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav).
9
Hasil (Skoring
No. Peneliti Sampel Dosis
Kerusakan)
1. Wirawan (2018) Daun Ciplukan 150 0,33
mg/kg BB
2. Tandi, J dkk (2017) Daun Pandan 600 0,6
Wangi mg/kg BB
3. Tandi, J dkk (2017) Daun Sukun 400 0,2
mg/kg BB
Hasil (Skoring
No. Peneliti Sam pel Dosis
Kerusakan)
1. Vidya Magfirah Daun Sirih 350 0.2
(2020) Merah mg/kg BB
2017).
10
1 Geraniol 3,82 %
2 Estragolaa 2,30 %
3 Kaemferol 2,4%
4 Eugenol 32,9%
5 Rutoside 43,7%
1. Flavonoid
2019).
2. Alkaloid
3. Saponin
4. Tanin
2.2.1 Definisi
yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan
dari selnya, dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat
1. Teknik pengumpulan
3. Sortasi basah
4. Pencucian
5. Perajangan
6. Pengeringan
yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada
7. Sortasi kering
8. Pembuatan serbuk
kehalusan tertentu.
2022)
untuk menarik keluar zat aktif yang beberapa terdapat pada tanaman
obat. Zat aktif berada di dalam sel, sehinga untuk dapat mengeluarkan
zat aktif dari dalam sel diperlukannya suatu cairan penyari atau larut
kliriform, heksan eter, aseton benzen dan etil asetat (Ahmad, 2018).
1. Cara dingin
1. Maserasi
yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari
2. Perkolasi
2. Cara panas
1. Refluks
2. Digesti
temperatus yang lebih tin ggi dari temperatur kamar yaitu 30-40oC.
3. Infusa
4. Dekok
5. Soxhletasi
gula darah yang tinggi. Ginjal akan membuang air lebih banyak untuk
diabetes menjadi lebih sering berkemih dengan urine yang lebih banyak,
penderita juga akan merasa haus dan lapar yang berlebih dikarenakan
ketika ginjal menarik banyak cairan dari tubuh, maka secara otomatis
tubuh akan merasa kehausan dan gula darah tidak masuk kedalam sel
yang mengatur gula darah. Jika diabetes melitus tidak diatasi dapat
semua penyulit akibat dari diabetes, baik sitemik ataupun jaringan tubuh
pada ginjal yang dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Gagal ginjal
DM. Sekitar 50% gagal ginjal tahap akhir di Amerika Serikat disebabkan
ketiga, ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri, karena hati
Letak dan anatomi ginjal manusia dapat di lihat pada gambra 2.6
dan gambar 2.7
1. Nefron
berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal
23
2. Badan malphigi
3. Glomerulus
plasma darah.
4. Tubulus Ginjal
proksimal.
5. Lengkung Henle
6. Sel juxtaglomerular
7. Ureter
melatonin.
a. Hormon dopamine
b. Hormon melatonin
Rahmawati, 2021).
Langerhans pancreas.
Menurut Mafee dan Swann tahun 1969, STZ memiliki banyak sekali
yang sama. Kerja dari STZ ini secara langsung membuat kerusakan
Saat STZ berada dalam sel, akan meningkatkan guanilil siklase dan
fragmentasi DNA. Selain itu, STZ dapat merusak DNA dengan proses
adanya aktivasi dari PARP, dalam upaya memperbaiki DNA yang rusak,
A B
Gambar 2.9 Gambaran histopatologi sel glomerulus dan tubulus ginjal tikus
putih jantan perbesaran 400x dengan pewarnaan H&E (Skor 0).
A B
Gambar 2.10 Gambaran histopatologi sel glomerulus dan sel tubulus ginjal
tikus putih jantan perbesaran 400x dengan pewarnaan H&E (Skor 1).
32
A B
Gambar 2.11 Gambaran histopatologi sel tubulus ginjal tikus putih jantan
perbesaran 400x dengan pewarnaan H&E (Skor 2).
dikenal ada tiga macam galur yaitu Sprague Dawley, Long Evans dan
mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus putih juga
putih” adalah hewan yang paling sering digunakan sebagai model dalam
mamalia, maka hewan ini tepat untuk dijadikan sebagai hewan coba
dalam kajian praklinik. Salah satu galur yang paling banyak digunakan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Sciurognathi
34
Famili : Muridae
Sub-Famili : Murinae
Genus : Rattus
Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan
mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus
2.10 Histopatologi
faktor fisika (suhu) dan kimia (salintas, pH, DO) lingkungan, hal tersebut
terjadi di organ dalam seperti ginjal, hati dan gonad (Kelenjar seks atau
ini tidak dihambat, maka hampir seluruh nefron akhirnya hancur dan
Salah satu indeks fungsi ginjal yang terpenting adalah laju filtrasi
glomerulus (GFR), cara yang paling teliti untuk mengukur GFR adalah
dengan uji bersihan insulin, namun uji ini jarang digunakan karena
Secara klinis sederhana GFR dapat diukur dengan BUN (Blood Urea
Budijastuti, 2022).
38
(Qodar, 2018). Sistem skoring Venient dapat dilihat pada tabel 2.4
Diinduksi STZ
Diinduksi STZ
Menghambat
sintesis
prostaglandin
= Variabel Bebas
= Variabel Antara
= Variabel Terikat
= Peningkatan
= Penurunan
1. Ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
2. Ekstrak etanol daun sirih merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) pada
variasi dosis 150 mg/kg BB, 250 mg/kg BB, 350 mg/kg BB
3. Ekstrak etanol daun sirih merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) pada
BAB III
44
METODE PENELITIAN
kontrol positif dan eksperimen kelompok IV, V dan VI. Dimana kelompok
Kelompok V
Kelompok VI
A B C D E
-14 0 7 21 50 Hari
C= Pada hari ke 0 diukur kadar glukosa darah awal. Setelah itu hewan uji
Tikus mulai diberikan ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis
Tikus mulai diberikan ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis
BB. Tikus mulai diberikan ekstrak etanol daun sirih merah dengan
D= Pengukuran kadar gula tikus setelah pemberian ekstrak pada hari ke-14
dan 21
dkk, 2017).
med health care), spoit 3 ml (one med health care), tabung reaksi
47
asam sitrat, besi (iii) klorida (merck), buffer formalin 10%, daun sirih
merah (Piper crocatum Ruiz & Pav), etanol 96% (merck), eter, etil
berat badan 150-200 gram, jenis kelamin jantan, warna bulu putih,
1. Identifikasi tanaman
Sampel daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) yang
ditiriskan agar terbebas dari sisa air cucian setelah itu daun sirih
dan tertutup rapat didalm ruangan yang terlindung dari cahaya dan
kelembaban.
3. Ekstraksi bahan
diperoleh ekstrak kental daun daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz
1. Uji Alkaloid
2. Uji Flavonoid
3. Uji Saponin
air panas. Setelah itu didinginkan lalu dikocok dengan kuat selama
10 detik. Jika terbentuk buih yang menetap selama tidak kurang dari
4. Uji Tanin
dikonversi pada tikus dengan berat 200 gram adalah 0,018 maka dosis
glibenklamid untuk tikus adalah 0,45 mg/kg BB. Ditimbang serbuk tablet
uji dengan masing-masing 1,2 gram (dosis 150 mg/kg BB), 2,0 gram
(250 mg/kg BB) dan 2,8 gram (350 mg/kg BB). Selanjutnya pada
homogen.
1. Fiksasi
2. Pemotongan Spesimen
1 cm.
pensil.
4. Pemotongan
yang terbentuk.
5. Pewarnaan
2. Tahap pewarnaan:
Balik dan tutupkan pada slide preparat yang baru saja diwarnai,
lalu berilah nomor dengan sesuai nomor yang ada dietiket slide
cahaya.
6. Pemeriksaan Mikroskopik
dilakukan uji non parametik dengan uji Kruskall Wallis dengan uji lanjut
SPSS.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
sebesar 5,4 %.
Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi Simplisia Daun Sirih Merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav).
Tabel 4.2 Hasil Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav).
Pengujian Pereaksi Pengamatan Hasil
Uji Alkaloid Terbentuknya endapan (+)
Dregendorf kuning orange merah
LP bata
Uji Flavonid HCL pekat Terjadinya warna kuning (+)
dan logam jingga
Mg
Uji Saponin Dikocok + Terjadi buih (+)
HCL N
Uji Tanin Larutan Terbentuknya warna biru (+)
NaCL 10% kehitaman
+ FeCl3
Ket (+) positif = mengandung golongan senyawa yang di uji
Skoring Kerusakan
Kelompok Perlakuan Tikus
0 1 2 3 4
Kontrol Normal 1 0 - - - -
2 0 - - - -
3 0 - - - -
4 0 - - - -
5 0 - - - -
Rata-Rata 0
SD 0
Kontrol Negatif 1 - - 2 - -
2 - - 2 - -
3 - - 2 - -
4 - - 2 - -
5 - - 2 - -
Rata-Rata 2
SD 0
Dosis 150 mg/Kg BB 1 - 1 - - -
2 - 1 - - -
3 - 1 - - -
4 - 1 - - -
5 - 1 - - -
Rata-Rata 1
SD 0
Dosis 250 mg/Kg BB 1 - - - - -
2 - 1 - - -
3 - - - - -
4 - 1 - - -
5 - 1 - - -
Rata-rata 0,6
SD 0,48
Dosis 350 mg/ Kg BB 1 - - - - -
2 - - - - -
3 - - - - -
4 - 1 - - -
5 - - - - -
Rata-Rata 0,2
SD 0,4
Sumber : Data primer 2019
Keterangan : Skor 0 = Normal
1 = Normal/dgeneratif < 25% lapangan pandang
61
sel terinfeksi agen penyakit. Perubahan morfologi jaringan atau sel diamati
setelah pewarnaan Hematoxylin (H) dan Eosin (E) dari preparat jaringan
terinfeksi.
1. Skor nol (0) : Tidak ada perubahan pada sel tubulus ginjal
A B
Gambar 4.1 Gambaran histopatologi sel tubulus ginjal tikus putih jantan
perbesaran 400x dengan pewarnaan H&E (Skor 0)
Keterangan:
1. Sel Glomerulus : Semua normal
2. Sel Tubulus : Tidak ada perubahan
62
Begitu pula dengan sel tubulus tidak terjadi perubahan, bentuk oval dan
A B
Gambar 4.2 Gambaran histopatologi sel tubulus ginjal tikus putih jantan
perbesaran 400x dengan pewarnaan H&E (Skor 1)
Keterangan:
1. Sel Glomerulus : Mengalami degeneratif
2. Sel Tubulus : Mengalami degeneratif
Skor 1 glomerulus dan tubulus dengan tingkat degeneratif yang
bentuk dan ukuran yang seragam inti sel normal dengan kerusakan
Keterangan :
1. Degeneratif : Perubahan keadaan secara fisika dan
kimia pada suatu organ dan jaringan.
2. Inflamasi : Peradangan
3. Skor Dua (2) Kerusakan Sedang
A B
Gambar 4.3 Gambaran histopatologi sel tubulus ginjal tikus putih jantan
perbesaran 400x dengan pewarnaan H&E (Skor 2)
Keterangan:
1. Sel Glomerulus : Terjadi apoptosis
2. Sel Tubulus : Mengalami degeneratif
perubahan ukuran yang ditandai dengan adanya inflamsi dan pada sel
degeneratif.
Keterangan :
1. Apoptosis : Kematian sel yang direncanakan
2. Degeneratif : Perubahan keadaan secara fisikia dan
kimia pada suatu organ dan jaringan.
3. Inflamasi : Peradangan
4. Skor Tiga (3) Kerusakan Berat
A B
Gambar 4.4 Gambaran histopatologi sel tubulus ginjal tikus putih jantan
perbesaran 400x dengan pewarnaan H&E (Skor 3)
Keterangan:
1. Sel Glomerulus : Terjadi nekrotik dan apoptosis
2. Sel Tubulus : Mengalami lisis
Skor 3 glomerulus dan tubulus dengan tingkat kerusakan berat
dan lisis.
Keterangan :
1. Apoptosis : Kematian sel yang direncanakan
2. Degeneratif : Perubahan keadaan secara fisika dan
kimia pada suatu organ dan jaringan
kerusakan histopatologi ginjal tikus putih jantan. Uji ini dilakukan untuk
merah dengan variasi dosis, 150 mg/kg BB, 250 mg/kg BB, 350 mg/kg
0,00 atau p < 0,05. Oleh karena itu, dilakukan uji Mann Whitney untuk
kelompok perlakuan.
Kontrol Normal 0
66
Kontrol Negatif 2
Dosis 150mg/Kg BB 1
Dosis 250mg/Kg BB 0,6
Dosis 350mg/Kg BB 0,2
4.3 Pembahasan
saponin dan tanin. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
67
tanin (Sasmita dkk, 2022). Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan
memiliki nilai kerusakan rata-rata nol (0). Pada kontrol normal tidak
terlihat adanya kerusakan pada sel glomerulus dan tubulus. Hal ini
kontrol negatif memiliki nilai kerusakan rata-rata dua (2). Pada kontrol
sel dan inflamasi. Hal ini dikarenakan pada kontrol negatif diberikan
maupun obat kimia. Pada dosis 150 mg/kg BB memiliki nilai kerusakan
rata-rata satu (1). Pada dosis 150 mg/kg BB terjadi kerusak ringan
terlihat pada glomerulus dan tubulus terjadi degeneratif sel. Hal ini
perbaikan pada kerusakan sel tubulus. Pada dosis 250 mg/kg BB dan
350 mg/kg BB memiliki nilai kerusakan rata-rata nol (0). Tidak terlihat
adanya kerusakan pada sel glomerulus dan tubulus. Hal ini dikarenakan
dosis terapi yang diberikan lebih besar sehingga dapat memperbaiki sel
yaitu kontrol normal, kontrol negatif, dan ekstrak daun sirih merah (dosis
150 mg/kg BB, dosis 250 mg/kg BB dan dosis 350 mg/kg BB). Untuk
lanjut Mann-Whitney.
250 mg/kg BB dan dosis 350 mg/kg BB dengan kontrol negatif terjadi
negatif. Hal ini dikarenakan pada tiga kelompok dosis mendapatkan efek
yang lebih rendah dibandingkan dengan dosis 150 mg/kg BB. Hal ini
belum dapat mencapai keadaan normal. Pada dosis 250 mg/kg BB dan
dosis 350 mg/kg BB berbeda tidak signifikan dengan kontrol normal yang
kelompok. Hal ini dikarenakan dosis 150 mg/kg BB memiliki efek yang
lemah dibandingkan dengan dosis 250 mg/kg BB dan 350 mg/kg BB.
mempunyai efek dalam mencegah kerusakan sel ginjal tikus. Ditinjau dari
pemperian ekstrak etanol daun sirih merah pada dosis 150, 250 dan 350
mg/kg BB sudah dapat mencegah sel ginjal tikus putih jantan, dengan
efek yang lebih baik terjadi pada dosis 350 mg/kg BB. Hal ini terjadi
karena dalam dosis tersebut zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
etanol daun sirih merah memiliki jumlah yang lebih banyak sehingga sel-
sel ginjal yang rusak dengan lebih baik. Perbaikan sel ginjal tikus putih
0,33 (wirawan, 2018). Ekstrak etanol daun pandan wangi dengan dosis
dengan nilai rerata 0,6 (Tandi dkk, 2017). Ekstrak etanol daun sukun
tubulus ginjal dengan nilai rerata 0,2 (Tandi dkk, 2017). Jika
dibandingkan dengan ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis 350
mg/kg BB dengan nilai rerata kurusakan 0,2 lebih baik dari pada
dengan daun pandan wangi, dan tidak memiliki selisih kerusakan dengan
kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin, hal ini sesuai
ekstrak etanol daun sirih merah yang berperan dalam menurunkan kadar
dan merangsang ekskresi insulin pada sel β pankreas (Serang dan Bani,
2017).
72
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak etanol daun sirih merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav)
2. Ekstrak etanol daun sirih merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) pada
variasi dosis 150 mg/kg BB, 250 mg/kg BB dan 350 mg/kg BB )
3. Ekstrak etanol daun sirih merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav)
5.2 Saran
sirih merah.
73
DAFTAR PUSTAKA
Aditya A., Udiyono A., Saraswati DL., Setyawan H., 2018 Screening Fungsi
Ginjal Sebagai Perbaikan Outcome Pengobatan Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep). Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol 6 No 1.
Anggraini, M. D., Anas, Y., & Sumantri, S. (2018). Jurnal Ilmu Farmasi dan
Farmasi Klinik. Uji Aktivitas Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Etanol Daun
Alpukat Dan Rimpang Temulawak Pada Tikus DM Tipe-2 Yang Mengalami
Resistensi Insulin , 1-9.
Harie ES., Eva Decroli., dan Afrawadi, 2018. Faktor Resiko Pasien Nefropati
Diabetik Yang Dirawat Di Bagian Penyakit Dalam. Jurnal kesehatan andalas:
Padang. Hal 150-151.
Mulyani, H., W, sri harti dan E, veny indria (2017) “Pengobatan Tradisional
Jawa dalam Manuskrip,” Litera, 16(1), hal. 139–151.
Novilia, L. Harahap, U. dan Anjelisa, P. (2017). Effect Of Red Betel (Piper
crocatum Ruiz and Pav) Ethanol Extract Against Carbon Fetrachlorida Induce
Hepatic Injury In Rats, Asian Journal of Pharmaceutical Research and
Development, Vol. 5, Hal. 1-08.
Patala, R., Utami, K. dan Wahyuni, S. (2021) “Potensi Ekstrak Daun Sirih
Merah Terhadap Histopatologi Pankreas Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi
Streptozotocin,” Farmakologika Jurnal Farmasi, XVIII(2).
Pearce, E, C. (2016) Anatomi dan fisologi untuk para medis. Ketiga pul.
Diedit oleh F. Yuniar. Jakarta: PT gramedia pustaka utama.
Qodar, T. S. (2018). Efek Pemberian Tepung Kedelai (Glycine Max (L) Merr.)
Sebagai Nefroprotektor Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus
Wistar Jantan Yang Diinduksi Diazinon.
Tandi, J., 2017. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Jambu Air (Syzygium
aqueum (burm f.) Alston) terhadap Glukosa Darah, Ureum dan Kreatinin
Tikus Putih (Rattus norvegicus), J. Trop.Pharm. Chem, 4(2); 43-5.
Tandi, J., Ayu Wulandari, dan Asrifa, 2017. Efek Ekstrak Etanol Daun
Gendola Merah (Basella alba L.) Terhadap Kadar Kreatinin, Ureum dan
Deskripsi Histologis Tubulus Ginjal Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)
Diabetes Yang Diinduksi Streptozotocin. Galenika Journal Of Pharmacy. Hal
101
Tandi, J., Moh. Roem, dan Yuliet, 2017. Efek Nefroprotektif Kombinasi
Ekstrak Daun Gedi Merah dan Daun Kumis Kucing Pada Tikus Induksi Etilen
Glikol. J Trop Pharmacy Chem: Palu. Hal 30
Tandi, J. 2017. Uji Aktivitas Fraksi Daun Jeruk Bali (Citrus Maxima (Bum)
Merr) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Hiperkolestrolemia.
STIFA Pelita Mas. Palu.
Tandi, J., Patala, R. dan Mandang, M. A. (2022) “Uji Efek Ekstrak Etanol
Daun Pandan Wangi Terhadap Histopatologi Ginjal Tikus Putih Diinduksi
Streptozotocin,” (1).
Tandi, J. Rahmawati., Rini, Isminarti., Jerry, Lapangoyu., 2018. Efek Ekstrak
Biji Labu Kuning Terhadap Glukosa, Kolesteroldan Gambaran Histopatologi
Pankreas Tikus Hiperkolesterolemia-Diabetes, Vol.1 No.1 hal 144-151.
Tandi J, 2018. Obata Tradisional. STIFA Pelita Mas Palu. ISSN. Hal 6,289.
Tandi, J. 2018. Uji Efek Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth)
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan (Rattus
novergicus) Yang Diinduksi Streptozotocin. STIFA Pelita Mas. Palu.
78
Tandi, J, 2019. Uji Aktifitas Fraksi Buah Naga Merah Terhadap Penurunan
Kadar Glukosa Darah Tikus Yang Diinduksi StreptozotocinI. STIFA Pelita
Mas. Palu.
Worontikan Re ndy V., Tuju Elin A., Kawuwung Femmy. 2017. Analisis
Efektivitas ekstrak etanol buah andalima (Zanthoxylum acanthopodium DC)
Pada Histopatologi Ginjal Tikus Putih (Rattus novergicus) Yang Diinduksi
Aloksan. Jurnal Sains, Matematika, & Edukasi (JSME). Vol 5 No 1.
LAMPIRAN 1
SKEMA KERJA PENELITIAN
Residu Filtrat
(Ekstrak cair)
Data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
82
LAMPIRAN 2
Konversi Dosis Hewan dan Manusia
Baboon 12 0,6 20
Anjing 10 0,5 20
Monyet 3 0,24 12
LAMPIRAN 3
- Dosis 40 mg/kg BB
D 0 SIS x BB
Stok = 1
X Volume maksimum
2
40 mg/ KgBB x 0 , 2 Kg
= 1
x 5 ml
2
8 mg
= 2 ,5 ml
= 3,2 mg/ml
= 320 mg/100
= 0,32 g/100 ml
Dosis X BB
Volume Pemberian =
larutan stok
40 mg/ KgBBx 0 ,2 Kg
=
3 , 2mg/ml
85
= 2,5 ml
Dosis x BB
Stok = 1
x volume maksimum
2
150 mg/KgBB x 0 , 2 Kg
= 1
x 5 ml
2
30 mg
=
2 ,5 ml
= 12 mg/ml
=1200 mg/100 ml
= 12 g/100 ml
Dosis x BB
Volume Pemberian =
larutan stok
150 mg/KgBB x 0 , 2 Kg
= = 2,5 ml
12 mg/ml
86
Dosis x BB
Stok = 1
x volume maksimum
2
40 mg
=
2 ,5 ml
= 16 mg/ml
Dosis x BB
Volume Pemberian =
larutan stok
Dosis x BB
Stok = 1
x volume maksimum
2
87
50 mg
=
2 ,5 ml
= 20 mg/ml
Dosis x BB
Volume Pemberian =
larutan stok
0 ,5 g
0,5% =
100 ml
LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN RENDEMEN
Animal KM
HED = animal dose x
Human KM
6
HED = animal dose x
37
= 60 kg x 24 mg/kg BB
Ekstrak kental
% rendemen ekstrak = x 100%
Berat simplisia kering
54 g
= x 100
1000 g
= 5,4%
1000 g
= x 100 %
10000 g
= 10 %
100 100
= 1,44 gram x x
10 5 , 4
266 ,54
=
0 , 25
= 88 lembar daun
Jadi, daun sirih merah segar yang dibutuhkan manusia dengan berat badan
merah.
90
LAMPIRAN 5
1. Uji Kruskall waliss
Test Statisticsa,b
Skoring
Kerusakan ginjal
Kruskal-Wallis H 19,714
df 4
Ranks
Total 25
91
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -3,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,003
Exact Sig. [2*(1-tailed ,008b
Sig.)]
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol normal 5 3,00 15,00
dosis 150 mg/kg BB 5 8,00 40,00
Total 10
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol normal 5 4,00 20,00
dosis 250 mg/kg BB 5 7,00 35,00
92
Total 10
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U 5,000
Wilcoxon W 20,000
Z -1,964
Asymp. Sig. (2-tailed) ,050
Exact Sig. [2*(1-tailed ,151b
Sig.)]
Ranks
Test Statisticsa
Histopatologiginjal
Mann-Whitney U 10,000
Wilcoxon W 25,000
Z -1,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,317
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,690b
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol normal 5 3,00 15,00
kontrol negatif 5 8,00 40,00
Total 10
Test Statisticsa
Histopatologiginjal
93
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -3,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol negatif 5 8,00 40,00
dosis 150 mg/kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -3,000
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol negatif 5 8,00 40,00
dosis 250 mg/kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,835
Asymp. Sig. (2-tailed) ,005
94
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol negatif 5 8,00 40,00
dosis 350 mg/kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,887
Asymp. Sig. (2-tailed) ,004
Exact Sig. [2*(1-tailed ,008b
Sig.)]
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol normal 5 3,00 15,00
dosis 150 mg/kg BB 5 8,00 40,00
Total 10
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -3,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,003
Exact Sig. [2*(1-tailed ,008b
Sig.)]
Ranks
95
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -3,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,003
Exact Sig. [2*(1-tailed ,008b
Sig.)]
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Histopatologiginjal dosis 150 mg/kg BB 5 6,50 32,50
dosis 250 mg/kg BB 5 4,50 22,50
Total 10
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U 7,500
Wilcoxon W 22,500
Z -1,500
Asymp. Sig. (2-tailed) ,134
Exact Sig. [2*(1-tailed ,310b
Sig.)]
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal dosis 150 mg/kg BB 5 7,50 37,50
dosis 350 mg/kg BB 5 3,50 17,50
Total 10
Test Statisticsa
96
histopatologigi
njal
Mann-Whitney U 2,500
Wilcoxon W 17,500
Z -2,449
Asymp. Sig. (2-tailed) ,014
Exact Sig. [2*(1-tailed ,032b
Sig.)]
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol normal 5 4,00 20,00
dosis 250 mg/kg BB 5 7,00 35,00
Total 10
Test Statisticsa
histopatologigi
njal
Mann-Whitney U 5,000
Wilcoxon W 20,000
Z -1,964
Asymp. Sig. (2-tailed) ,050
Exact Sig. [2*(1-tailed ,151b
Sig.)]
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol negatif 5 8,00 40,00
dosis 250 mg/kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
histopatologigi
njal
Mann-Whitney U ,000
97
Wilcoxon W 15,000
Z -2,835
Asymp. Sig. (2-tailed) ,005
Exact Sig. [2*(1-tailed ,008b
Sig.)]
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal dosis 150 mg/kg BB 5 6,50 32,50
dosis 250 mg/kg BB 5 4,50 22,50
Total 10
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U 7,500
Wilcoxon W 22,500
Z -1,500
Asymp. Sig. (2-tailed) ,134
Exact Sig. [2*(1-tailed ,310b
Sig.)]
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal dosis 250 mg/kg BB 5 6,50 32,50
dosis 350 mg/kg BB 5 4,50 22,50
Total 10
Test Statisticsa
Histopatologigi
njal
Mann-Whitney U 7,500
Wilcoxon W 22,500
Z -1,225
Asymp. Sig. (2-tailed) ,221
Exact Sig. [2*(1-tailed ,310b
Sig.)]
98
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol normal 5 5,00 25,00
dosis 350 mg/kg BB 5 6,00 30,00
Total 10
Test Statisticsa
histopatologigi
njal
Mann-Whitney U 10,000
Wilcoxon W 25,000
Z -1,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,317
Exact Sig. [2*(1-tailed ,690b
Sig.)]
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal kontrol negatif 5 8,00 40,00
dosis 350 mg/kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
histopatologigi
njal
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,887
Asymp. Sig. (2-tailed) ,004
Exact Sig. [2*(1-tailed ,008b
Sig.)]
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal dosis 150 mg/kg BB 5 7,50 37,50
dosis 350 mg/kg BB 5 3,50 17,50
Total 10
Test Statisticsa
99
histopatologigi
njal
Mann-Whitney U 2,500
Wilcoxon W 17,500
Z -2,449
Asymp. Sig. (2-tailed) ,014
Exact Sig. [2*(1-tailed ,032b
Sig.)]
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
histopatologiginjal dosis 250 mg/kg BB 5 6,50 32,50
dosis 350 mg/kg BB 5 4,50 22,50
Total 10
Test Statisticsa
histopatologigi
njal
Mann-Whitney U 7,500
Wilcoxon W 22,500
Z -1,225
Asymp. Sig. (2-tailed) ,221
Exact Sig. [2*(1-tailed ,310b
Sig.)]
100
LAMPIRAN 6
GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL HASIL PEWARNAAN HE
Gambaran histopatologi ginjal model tikus diabetes dengan pewarnaan HE.
Perbesaran 400 kali dan 10 kali sudut pandang
Gambar 1 : hasil histopatologi kontrol normal
A1 A2
A3 A4
A5
101
B1 B2
B3 B4
B5
102
D1 D2
D3 D4
D5
103
E1 E2
E3 E4
E5
104
F1 F2
F3 F4
F5
105
LAMPIRAN 7
SURAT-SURAT PENELITIAN
1. Surat identifikasi tanaman
106
LAMPIRAN 8
1. Dokumentasi Penelitian
Blocking Cutting
Staining Mounting