Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Daun Kelor (Moringa olifera) dalam Pengobatan Asam Urat

Ainunnisak Ayuningtyas 181610101058

Dr. drg. Zahreni Hamzah, MS.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Abstrak
Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang banyak digunakan
untuk pengobatan tradisional. Analisis fitokimia terhadap daun kelor
mengungkapkan adanya kandungan flavonoid yang diketahui memiliki banyak
manfaat, terutama dalam bidang kesehatan. Flavonoid diyakini memiliki beberapa
khasiat, salah satunya untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Asam urat
merupakan produk akhir dari hasil metabolisme purin. Apabila kadar asam urat
dalam darah berlebihan dapat memicu berbagai penyakit, salah satunya adalah gout
arthtritis (radang sendi). Flavonoid akan menghambat kerja xantin oksidase pada
proses metabolisme purin. Hal ini karena flavonoid memiliki struktur ikatan
rangkap dan gugus hidroksil yang berguna untuk berinteraksi dengan sisi aktif
enzim xantin oksidase. Tujuan: Artikel ini dibuat untuk memberikan gambaran
mengenai manfaat daun kelor yang belum banyak diketahui oleh masyarakat
Indonesia dalam penurunan kadar asam urat. Metode: Artikel ilmiah ini ditulis
berdasarkan beberapa literatur berupa jurnal penelitian yang berkisar antara tahun
2006-2017 yang diakses melalui Google Scholar dan Sci-Hub mengenai pengaruh
daun kelor (Moringa oleifera) dalam pengobatan asam urat. Kesimpulan:
Kandungan flavonoid dalam daun kelor dapat dijadikan sebagai obat alternatif
dalam penurunan asam urat.
Kata kunci: daun kelor, asam urat, flavonoid, metabolisme purin.

Pendahuluan
Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan jenis tanaman yang banyak
dijumpai di Indonesia dan tumbuh tanpa mengenal musim. Namun pada era
teknologi seperti saat ini, masyarakat Indonesia banyak yang tidak tahu manfaat
daun kelor, terutama di bidang kesehatan. Padahal sebenarnya daun kelor memiliki
banyak manfaat, salah satunya sebagai obat alternative. Daun kelor mengandung β
karoten, vitamin C, protein, kalsium dan kalium, serta berpotensi sebagai
penangkap radikal bebas karena mengandung berbagai senyawa antioksidan alami
seperti asam askorbat, flavonoid, fenolat dan karotenoid. Kandungan minyak atsiri
dan flavonoid pada daun kelor dapat dijadikan sebagai anti-reumatik yang berperan
dalam pengobatan gout arthritis. Jenis flavonoid seperti kuersetin dan kaempferol
dapat menghambat kinerja xanthine oxidase dan xanthine dehydrogenase, sehingga
dapat menghambat sintesis asam urat. Asupan vitamin C yang cukup diduga dapat
mencegah terjadinya hiperurisemia dan perkembangannya lebih lanjut seperti gout
dan nefropati hiperurisemia (Rahmawati; dkk, 2015).
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang kemudian
dikeluarkan melalui urin, feses, dan keringat. Asam urat dapat berperan sebagai
antioksidan atau pro – oksidan. Kadar asam urat yang berlebihan (hiperurisemia)
dapat beralih menjadi oksidan kuat, serta menyebabkan terjadinya endapan asam
urat di sendi yang akan menimbulkan peradangan sendi (gout arthtritis)
(Kristinawati, Erna; dkk, 2015). Berdasarkan data World Health Organization
(WHO, 2017), prevalensi gout arthtritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout arthtritis
tidak hanya terjadi di negara maju. Namun, gout arthtritis juga terjadi di negara
berkembang, salah satunya di Indonesia. Di Indonesia, pada tahun 2013 prevalensi
gout arthtritis sebesar 11,9% (Kemeskes RI, 2013).
Daun kelor dapat disiapkan sebagai simplisia. Penyiapan simplisia daun
kelor dapat dilakukan dengan cara sortasi kering, kemudian dicuci menggunakan
air mengalir, dilanjutkan dengan melakukan sotasi basah. Sortasi dilakukan untuk
membersihkan simplisia dari kotoran. Selanjutnya daun kelor dikeringkan tanpa
matahari langsung, cukup dengan diangin-anginkan saja. Setelah di dapat sampel
kering, lakukan pembentukan bubuk dengan menggunakan grider.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk membuktikan
pengaruh daun kelor dalam penurunan asam urat. Pemberian ekstrak maupun bubuk
daun kelor dapat menurunkan kadar asam urat pada tikus putih jantan galur wistar.
Penelitian lain melaporkan bahwa terdapat penurunan kadar asam urat dengan
pemberian kuersetin dosis 5 mg/kg berat badan pada tikus wistar hiperurisemia
selama 14 hari (Rahmawati, 2015). Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa kadar
asam urat dalam darah tikus setelah perlakuan hiperurisemia adalah 5.68 mg/dl.
Kadar ini mengalami penurunan menjadi 2.67 mg/dl setelah pemberian daun buah
kelor (Kristinawati, Erna; dkk, 2015).
Pembahasan

Daun kelor mengandung banyak senyawa yang bermanfaat bagi tubuh.


Daun kelor kaya asam askorbat, asam amino, sterol, glukosida isoquarsetin,
karoten, ramentin, kaemperol dan kaemferitin. Hasil analisis kandungan nutrient
daun kelor melaporkan adanya senyawa-senyawa berikut: 6,7 mg protein, 1,7 mg
lemak, 13,4 mg karbohidrat, 0,9 mg serat, dan 2,3% bahan mineral seperti kalsium,
fosfor dan besi. Kandungan dan manfaat daun kelor tergolong sangat lengkap
sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif. Daun kelor
mengandung lebih dari 90 nutrisi dan 46 jenis antioksidan. Selain itu, ada lebih dari
36 jenis antiinflamasi yang terbentuk secara alami.
Penyakit asam urat atau gout merupakan salah satu kategori penyakit kronis
tidak menular (PTM), ditandai dengan adanya hiperurisemia atau peningkatan
kadar asam urat dalam darah. Asam urat merupakan produk akhir metabolisme
purin, yaitu bentuk turunan protein berasal dari makanan dan hasil pemecahan asam
nukleat dalam tubuh. Asam urat dapat mencapai batas fisiologis kelarutannya
berubah menjadi kristal monosodium urat di jaringan dan menyebabkan penyakit
gout. Monosodium urat akan membentuk kristal ketika konsentrasinya dalam
plasma berlebih, sekitar 7,0 mg/dl. Secara klinis, hiperurisemia dapat menyebabkan
arthritis pirai, nefropati asam urat, tofi, dan nefrolitiasis.
Dalam makanan, purin terdapat dalam bentuk nukleoprotein. Di usus, asam
nukleat dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim. Selanjutnya asam nukleat ini
akan diubah menjadi mononukleotida. Mononukleotida dihidrolisis menjadi
nukleosida yang langsung dapat diserap tubuh dan sebagian dipecah menjadi purin
dan pirimidin. Metabolisme purin di dalam hati, purin diangkut dan teroksidasi
menjadi asam urat. Enzim penting pada pembentukan asam urat adalah xantin
oksidase yang aktif bekerja pada usus halus, hati dan ginjal. Xantin oksidase
berperan dalam merubah hipokxantin menjadi xantin. Kemudian xantin akan
dirubah menjadi asam urat. Dengan demikian pembentukan asam urat tergantung
dari metabolisme purin dan fungsi enzim xantin oksidase (Wahyu, 2014).
Di dalam tubuh, asam urat diabsorpsi melalui mukosa usus dan
diekskresikan melalui urine. Pada manusia, sebagian besar purin dari makanan
langsung diubah menjadi asam nukleat tanpa terlebih dahulu bergabung dengan
asam nukleat tubuh. Dengan demikian, bahan pembentuk purin tersedia dalam
jumlah mencukupi dan purin bebas dari makanan tak berfungsi sebagai pembentuk
asam urat. Sekitar dua per tiga asam urat yang diproduksi dibuang melalui ginjal
dan sisanya melalui saluran cerna. Pada orang normal, 18-20% asam urat hilang
dipecah oleh bakteri menjadi karbondioksida dan amonia di usus dan dikeluarkan
melalui tinja.
Penderita asam urat dapat diberikan obat-obat penurun kadar asam urat dari
golongan urikosurik dan golongan penghambat xantin oksidase. Namun pemberian
obat-obat sintetis dalam jangka panjang memiliki efek samping seperti pada
golongan urikosurik dapat menyebabkan mual, muntah, perdarahan lambung dan
reaksi hipersensitivitas. Sedangkan obat penghambat xantin oksidase dari golongan
allopurinol dapat menimbulkan mual, diare dan kemerahan pada kulit dengan atau
tanpa rasa gatal (Rahmawati; dkk, 2015). Oleh karena itu, obat alternatif lain
dengan efek kerja yang sama namun efek toksisitasnya lebih ringan sangat
dibutuhkan. Daun kelor dapat dijadikan salah satu pengobatan alternatif untuk
penurunan kadar asam urat dalam darah (Madhavi, 2015).
Persiapan simplisia dapat dilakukan dengan mencuci daun kelor
menggunakan air mengalir dan dilakukan sortasi basah. Kemudian daun kelor
dikeringkan dengan cara mengangin-anginkan dan lakukan sortasi kering. Sortasi
dilakukan dengan tujuan membersihkan dari kotoran baik saat sebelum pemetikan
daun maupun setelah dilakukan proses pengeringan. Setelah bersih, daun
dibubukkan dengan grider. Daun kelor dapat disajikan dengan cara diseduh.
Seduhan daun kelor diperoleh dari 37,5 g/kg berat badan yang diseduh dengan 3,6
ml air hangat. Dosis bubuk daun kelor sebesar 37,5 g/kg BB diperoleh dari 11,1 g
daun kelor segar. Dosis ini diperoleh dari konversi dosis flavonoid sebesar 10
mg/kg BB tikus (Rahmawati; dkk, 2015).
Senyawa yang bermanfaat untuk terapi penyakit gout adalah senyawa
flavonoid. Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang
di temukan di alam. Pada tumbuhan, flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida
dan aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam suatu tumbuhan dalam bentuk
kombinasu glikosida. Secara kimia, flavonoid mengandung cincin aromatic
tersusun dari 15 atom karbon dengan inti dasar tersusun dalam konjugasi C6-C3-
C6 (dua inti aromatic terhubung dengan 3 atom karbon yang merupakan rantai
alifatik) (Lutfiana, 2013).

Gambar 1. Mekanisme Kerja Flavonoid (Kuersetin) dalam Menghambat Xantin


Oksidase

Salah satu senyawa flavonoid yang terkandung pada daun kelor yaitu
kuersetin. Kuersetin memiliki manfaat menghambat aktifitas xanthine oksidase,
sehingga dapat mencegah pembentuan asam urat. Selain melalui pencegahan
aktivitas xanthine oksidase, penurunan kadar asam urat serum dapat dilakukan
melalui peningkatan aktifitas urikase. Peningkatan aktifitas urikase bertujuan untuk
mengubah dekomposisi asam urat dan meningkatkan ekskresi asam urat melalui
urin (Rahmawati; dkk, 2015).
Flavonoid dapat menghambat aktifitas enzim xantin oksidase karena
memiliki struktur yang hampir sama seperti xantin (substrat enzim xantin oksidase),
yaitu memiliki struktur ikatan rangkap dan gugus hidroksil. Struktur ini akan
berikatan pada sisi aktif xantin oksidase dengan membentuk ikatan yang terdiri dari
kombinasi ikatan kovalen, elektrostatik, dan ikatan hidrogen.

Kesimpulan
Daun kelor terbukti dapat menurunkan kadar asam urat serum yang
disajikan dengan cara dibuat seduhan. Daun kelor mengandung flavonoid jenis
kuersetin yang dapat mencegah aktifitas xantine oksidase karena memiliki struktur
ikatan rangkap dan gugus hidroksil. Xanthine oksidase adalah enzim yang
mengubah hipoksantin menjadi xantin yang akan dirubah menjadi asam urat.

Daftar Pustaka
Busso N, So A. 2010. Mechanisms of Inflammation in Gout, Arthritis Research and
Therapy. Diakses 3 Mei 2019.
Choi HK, Curhan G. Soft drinks, fructose consumption, and the risk of gout in men:
prospective cohort study. BMJ. 2007: 1-9.
doi:10.1136/bmj.39449.819271.BE.
Cronstein BN, Terkeltaub R. 2006. The Inflammatory Process of Gout and Its
Treatment, Arthritis Research and Therapy. Diakses 3 Mei 2019.
http://arthritisresearch.com/content/8/S1/S3.
Erna Kristinawati, Nurlaela. 2015. Penaruh Pemberian Filtrat Buah Kelor
(Moringa oleifera) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Hewan Coba Tikus
Putih. Media bina ilmiah. 9(2):7-11.
Fandi, Wahyu Widyanto. 2014. Atritis Gout dan Perkembangannya. 10(2):145-151.
Kemenkes RI. 2017. Profil kesehatan indonesia tahun 2016. Jakarta: Kementrian
Kesehataan Republik Indonesia.
Lutfiana. Uji aktifitas Antiinflamasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk)
Dengan Metode Stabilisasi Membrane Sel Darah Merah Secara In Vitro.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2013:4-54.
Pertamawati, Mutia Hardiyuna. 2015. Uji Penghambatan Aktifitas Enzim Xantin
Oksidase Terhadap Ekstrak Kulit Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.). 3(2):
12-17. e-ISSN 2502-3438.
Rahmawati, Ayu Candra K. 2015. Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Kelor
(Moringa oleifera Lamk) Terhadap Kadar Asam Urat Tikus Putih. Jurnal of
Nutrition College. 4(2): 593-598.
World Health Organization (WHO). (2017). Who Methods And Data Sources
Global Burden Of Diasese Estimates 2000-2015.

Anda mungkin juga menyukai