Abstrak
Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang banyak digunakan
untuk pengobatan tradisional. Analisis fitokimia terhadap daun kelor
mengungkapkan adanya kandungan flavonoid yang diketahui memiliki banyak
manfaat, terutama dalam bidang kesehatan. Flavonoid diyakini memiliki beberapa
khasiat, salah satunya untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Asam urat
merupakan produk akhir dari hasil metabolisme purin. Apabila kadar asam urat
dalam darah berlebihan dapat memicu berbagai penyakit, salah satunya adalah gout
arthtritis (radang sendi). Flavonoid akan menghambat kerja xantin oksidase pada
proses metabolisme purin. Hal ini karena flavonoid memiliki struktur ikatan
rangkap dan gugus hidroksil yang berguna untuk berinteraksi dengan sisi aktif
enzim xantin oksidase. Tujuan: Artikel ini dibuat untuk memberikan gambaran
mengenai manfaat daun kelor yang belum banyak diketahui oleh masyarakat
Indonesia dalam penurunan kadar asam urat. Metode: Artikel ilmiah ini ditulis
berdasarkan beberapa literatur berupa jurnal penelitian yang berkisar antara tahun
2006-2017 yang diakses melalui Google Scholar dan Sci-Hub mengenai pengaruh
daun kelor (Moringa oleifera) dalam pengobatan asam urat. Kesimpulan:
Kandungan flavonoid dalam daun kelor dapat dijadikan sebagai obat alternatif
dalam penurunan asam urat.
Kata kunci: daun kelor, asam urat, flavonoid, metabolisme purin.
Pendahuluan
Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan jenis tanaman yang banyak
dijumpai di Indonesia dan tumbuh tanpa mengenal musim. Namun pada era
teknologi seperti saat ini, masyarakat Indonesia banyak yang tidak tahu manfaat
daun kelor, terutama di bidang kesehatan. Padahal sebenarnya daun kelor memiliki
banyak manfaat, salah satunya sebagai obat alternative. Daun kelor mengandung β
karoten, vitamin C, protein, kalsium dan kalium, serta berpotensi sebagai
penangkap radikal bebas karena mengandung berbagai senyawa antioksidan alami
seperti asam askorbat, flavonoid, fenolat dan karotenoid. Kandungan minyak atsiri
dan flavonoid pada daun kelor dapat dijadikan sebagai anti-reumatik yang berperan
dalam pengobatan gout arthritis. Jenis flavonoid seperti kuersetin dan kaempferol
dapat menghambat kinerja xanthine oxidase dan xanthine dehydrogenase, sehingga
dapat menghambat sintesis asam urat. Asupan vitamin C yang cukup diduga dapat
mencegah terjadinya hiperurisemia dan perkembangannya lebih lanjut seperti gout
dan nefropati hiperurisemia (Rahmawati; dkk, 2015).
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang kemudian
dikeluarkan melalui urin, feses, dan keringat. Asam urat dapat berperan sebagai
antioksidan atau pro – oksidan. Kadar asam urat yang berlebihan (hiperurisemia)
dapat beralih menjadi oksidan kuat, serta menyebabkan terjadinya endapan asam
urat di sendi yang akan menimbulkan peradangan sendi (gout arthtritis)
(Kristinawati, Erna; dkk, 2015). Berdasarkan data World Health Organization
(WHO, 2017), prevalensi gout arthtritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout arthtritis
tidak hanya terjadi di negara maju. Namun, gout arthtritis juga terjadi di negara
berkembang, salah satunya di Indonesia. Di Indonesia, pada tahun 2013 prevalensi
gout arthtritis sebesar 11,9% (Kemeskes RI, 2013).
Daun kelor dapat disiapkan sebagai simplisia. Penyiapan simplisia daun
kelor dapat dilakukan dengan cara sortasi kering, kemudian dicuci menggunakan
air mengalir, dilanjutkan dengan melakukan sotasi basah. Sortasi dilakukan untuk
membersihkan simplisia dari kotoran. Selanjutnya daun kelor dikeringkan tanpa
matahari langsung, cukup dengan diangin-anginkan saja. Setelah di dapat sampel
kering, lakukan pembentukan bubuk dengan menggunakan grider.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk membuktikan
pengaruh daun kelor dalam penurunan asam urat. Pemberian ekstrak maupun bubuk
daun kelor dapat menurunkan kadar asam urat pada tikus putih jantan galur wistar.
Penelitian lain melaporkan bahwa terdapat penurunan kadar asam urat dengan
pemberian kuersetin dosis 5 mg/kg berat badan pada tikus wistar hiperurisemia
selama 14 hari (Rahmawati, 2015). Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa kadar
asam urat dalam darah tikus setelah perlakuan hiperurisemia adalah 5.68 mg/dl.
Kadar ini mengalami penurunan menjadi 2.67 mg/dl setelah pemberian daun buah
kelor (Kristinawati, Erna; dkk, 2015).
Pembahasan
Salah satu senyawa flavonoid yang terkandung pada daun kelor yaitu
kuersetin. Kuersetin memiliki manfaat menghambat aktifitas xanthine oksidase,
sehingga dapat mencegah pembentuan asam urat. Selain melalui pencegahan
aktivitas xanthine oksidase, penurunan kadar asam urat serum dapat dilakukan
melalui peningkatan aktifitas urikase. Peningkatan aktifitas urikase bertujuan untuk
mengubah dekomposisi asam urat dan meningkatkan ekskresi asam urat melalui
urin (Rahmawati; dkk, 2015).
Flavonoid dapat menghambat aktifitas enzim xantin oksidase karena
memiliki struktur yang hampir sama seperti xantin (substrat enzim xantin oksidase),
yaitu memiliki struktur ikatan rangkap dan gugus hidroksil. Struktur ini akan
berikatan pada sisi aktif xantin oksidase dengan membentuk ikatan yang terdiri dari
kombinasi ikatan kovalen, elektrostatik, dan ikatan hidrogen.
Kesimpulan
Daun kelor terbukti dapat menurunkan kadar asam urat serum yang
disajikan dengan cara dibuat seduhan. Daun kelor mengandung flavonoid jenis
kuersetin yang dapat mencegah aktifitas xantine oksidase karena memiliki struktur
ikatan rangkap dan gugus hidroksil. Xanthine oksidase adalah enzim yang
mengubah hipoksantin menjadi xantin yang akan dirubah menjadi asam urat.
Daftar Pustaka
Busso N, So A. 2010. Mechanisms of Inflammation in Gout, Arthritis Research and
Therapy. Diakses 3 Mei 2019.
Choi HK, Curhan G. Soft drinks, fructose consumption, and the risk of gout in men:
prospective cohort study. BMJ. 2007: 1-9.
doi:10.1136/bmj.39449.819271.BE.
Cronstein BN, Terkeltaub R. 2006. The Inflammatory Process of Gout and Its
Treatment, Arthritis Research and Therapy. Diakses 3 Mei 2019.
http://arthritisresearch.com/content/8/S1/S3.
Erna Kristinawati, Nurlaela. 2015. Penaruh Pemberian Filtrat Buah Kelor
(Moringa oleifera) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Hewan Coba Tikus
Putih. Media bina ilmiah. 9(2):7-11.
Fandi, Wahyu Widyanto. 2014. Atritis Gout dan Perkembangannya. 10(2):145-151.
Kemenkes RI. 2017. Profil kesehatan indonesia tahun 2016. Jakarta: Kementrian
Kesehataan Republik Indonesia.
Lutfiana. Uji aktifitas Antiinflamasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk)
Dengan Metode Stabilisasi Membrane Sel Darah Merah Secara In Vitro.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2013:4-54.
Pertamawati, Mutia Hardiyuna. 2015. Uji Penghambatan Aktifitas Enzim Xantin
Oksidase Terhadap Ekstrak Kulit Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.). 3(2):
12-17. e-ISSN 2502-3438.
Rahmawati, Ayu Candra K. 2015. Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Kelor
(Moringa oleifera Lamk) Terhadap Kadar Asam Urat Tikus Putih. Jurnal of
Nutrition College. 4(2): 593-598.
World Health Organization (WHO). (2017). Who Methods And Data Sources
Global Burden Of Diasese Estimates 2000-2015.