Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HEMATOLOGI II

KELAINAN LEUKOSIT NON-NEOPLASTIK

Dosen Pembimbing : dr. Sondang Sirait SpPK


Disusun Oleh :

Nada Fadhilah Iriyono P3.73.34.2.17.036

Nadya Marzuki P3.73.34.2.17.037

Nadiyah Nuraini P3.73.34.2.17.038

Nona Rafika Wahyuni P3.73.34.2.17.039

Novia aulia Putri P3.73.34.2.17.040

Nurliya damar Indah P3.73.34.2.17.041

Panji Setyawan P3.73.34.2.17.042

Robiatul Adawiyah P3.73.34.2.17.043

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK 2018/2019

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk, dan pedoman bagi pembaca.

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan kepada kita semua tentang hal-
hal yang berhubungan dengan pembahasan kami. Kami menyadari ba

Bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah senantiasa meridhai usaha kita semua.

Bekasi, 19 Februari 2019

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

Halaman Utama …………………………………………………………………………...1

Kata Pengantar .....................................................................................................................2

Daftar Isi ..............................................................................................................................3

BAB I: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4

1.3 Tujuan ............................................................................................................... 5

BAB II: Pembahasan

2.1 Pengertian Kelainan Non-Neoplastik.................................................................6

2.2 .....................................................................6

2.3 ...............................................................................6

2.4 ............................................................................7

2.5 ...............................................................................9

BAB III: Penutup

A. Kesimpulan ..............................................................................................................10

B. Saran ........................................................................................................................10

Daftar Pustaka ......................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Dalam darah terdapat dua bagian yaitu padatan dan cairan, bagian padatan yaitu adanya sel
Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit, bagian cairan merupakan serum dan plasma. Serum dan
plasma terdapat 55-60 serta Sel Eritrosit, Leukosit, dan trombosit terdapat 40- 45% dalam
sirkulasi darah. Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi mengikat
oksigen yang diperlukan untuk oksidasi jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Nilai normal
Eritrosit adalah 4,5-5,5 juta/uL pada laki-laki, dan pada perempuan berkisar 4-5 juta/uL.
Leukosit adalah sel darah putih yang berperan dalam kekebalan imunitas jika terjadi infeksi
atau inflamasi seseorang yang menyebabkan penyakit pada tubuh. Nilai normal Leukosit adalah
4000-10.000/uL. Trombosit adalah salah satu sel dalam darah yang berfungsi untuk
menghentikan perdarahan. Berperan dalam pembekuan darah dan membuat darah menjadi
lengket sehingga bisa membentuk gumpalan. Nilai normal Trombosit adalah 150.000-
400.000/UL.

Pada pembahasan ini pembahasan berpusat pada kelainan leukosit non neoplastic, kelainan itu
sendiri ada yang kualitatif dan kuantitatif. Pada kuantitatif yaitu: leukositosit, monositosis,
limfositosit, neutrofilia, eosinophilia, basofilia, rx.leukomoid, leukopenia, neutropenia,
limfopenia. Pada kualitatif yaitu ada Granulomatosa kronik dan kelainan fungsi Limfosit T&B.
Dimana pada kelainan leukosit non-neoplastik ini menyebabkan reaksi pada tubuh.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan

1.3.Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih. Leukosit
mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asingan. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 6000-10000
sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari
5000 disebut leukopenia.
Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari beberapa jenis. Untuk klasifikasinya
didasarkan pada morfologi inti adanya struktur khusus dalam sitoplasmanya.
Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih dapat dibedakan yaitu :
1. Granulosit, yaitu leukosit yang mempunyai granula spesifik, yang dalam keadaan hidup berupa
tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi.
Terdapat tiga jenis leukosit granuler yaitu neutrofil, basofil,dan asidofil (atau eosinofil) yang
dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral, basa dan asam.
2. Agranulosit Yang tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya homogen dengan inti
bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler yaitu limfosit (sel kecil,
sitoplasma sedikit) dan monosit (sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak).

5
% dalam
Gambar tubuh Keterangan
manusia

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan


tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses
peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga
Neutrofil 65% yang memberikan tanggapan pertama terhadap
infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil
dalam jumlah yang banyak menyebabkan
adanya nanah.

Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi


Eosinofil 4% parasit, dengan demikian meningkatnya
eosinofil menandakan banyaknya parasit.

Basofil terutama bertanggung jawab untuk


memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan
Basofil <1%
mengeluarkan histamin kimia yang
menyebabkan peradangan.

Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah


mempunyai tiga jenis limfosit:

 Sel B: Sel B membuat antibodi yang


mengikat patogen lalu
menghancurkannya. (Sel B tidak hanya
Limfosit 25%
membuat antibodi yang dapat mengikat
patogen, tapi setelah adanya serangan,
beberapa sel B akan mempertahankan
kemampuannya dalam menghasilkan
antibodi sebagai layanan sistem
'memori'.)
 Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T
mengkoordinir tanggapan ketahanan

6
(yang bertahan dalam infeksi HIV) serta
penting untuk menahan bakteri
intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat
membunuh sel yang terinfeksi virus.
 Sel natural killer: Sel pembunuh alami
(natural killer, NK) dapat membunuh sel
tubuh yang tidak menunjukkan sinyal
bahwa dia tidak boleh dibunuh karena
telah terinfeksi virus atau telah menjadi
kanker.

Monosit membagi fungsi "pembersih vakum"


(fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia
hidup dengan tugas tambahan: memberikan
Monosit 6% potongan patogen kepada sel T sehingga
patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh,
atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk
menjaga.

Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah


(lihat di
Makrofag dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke
atas)
dalam jaringan.

2.2 Jenis Kelainan

A. Perubahan Kuantitatif
Leukositosis
Gangguan dimana terjadi peningkatan umum dalam sel-sel pembentuk darah yang
dinamakan gangguan mieloproliferatif. Sedangkan keadaan dimana jumlah sel darah
putih atau leukosit terjadi peningkatan meninggi disebut Leukositosis.
Reaksi leukemoid menyatakan keadaan leukosit yang meningkat disertai peningkatan
bentuk sel yang belum matang mencapai 100.000/mm3 (normalnya 4.000-11.000
/mm3). Hal ini diakibatkan respon terhadap infeksi kronis (misalnya : tifus dan TBC),
toksik, peradangan dan pada kanker khususnya payudara, ginjal, pau-paru dan
karsinoma metastatik (pada kasus leukemia akan terjadi kenaikan jumlah leukosit
hingga 10x lipat jumlah normal). Leukopenia menyatakan jumlah leukosit yang
menurun (misalnya akibat mengkonsumsi obat kaker, keracunan benzena, urethane dan
pada anemia).
Secara umum, leukositosis disebabkan oleh beberapa hal berikut:
 Reaksi obat yang menambah produksi sel darah putih.
 Peningkatan produksi sel darah putih untuk melawan infeksi.
 Kelainan sistem kekebalan tubuh yang meningkatkan produksi sel darah putih.
 Produksi sel darah putih tidak normal karena gangguan di sumsum tulang.

7
Faktor-faktor penyebab yang lebih spesifik, yaitu:

 Alergi, terutama alergi parah.


 Infeksi bakteri dan virus.
 Tuberkulosis dan batuk rejan.
 Leukemia limfotik kronis
 Leukemia limfotik akut
 Arthritis rheumatoid, polisitemia vera, dan myelofibrosis.

Netrofilia
Netrofilia adalah terjadinya peningkatan netrofil yang merupakan respon terhadap
infeksi. Sedangkan granulositosis menyatakan peningkatan granulosit. Netrofilia juga
terjadi sesudah keadaan stres seperti kerja fisik berat atau penyuntikan epinefrin.
Jika terjadi reaksi netrofil memasuki daerah infeksi kronis, sumsum tulang akan
melepaskan sumber cadangnya dan menimbulkan peningkatan granulopoiesis. Karena
kebutuhan yang meningkat ini, terbentuk nnetrofil immatur. Bila infeksinya mereda
maka netrofil akan berkurang dan monosit akan meningkat (monositosis). Pada resolusi
yang progresif, monosit berkurang dan terjadi limfositosis (limfosit meningkat).
Setelah terjadi resolusi ringan, eosinofil bertambah (eosinofilia).
Dengan gerakan seperti amoeba netrofil masuk kedalam jaringan membran mukosa.
Sel-sel ini bekerja sebagai sistem pertahanan primer dari tubuh melawan infeksi bakteri.
Metode pertahanannya adalah fagositosis.
Peningkatan jumlah neutrofil dalam darah tepi lebih dari normal, ini bisa disebabkan :
- Infeksi akut contoh : radang paru, pneumonia, meningitis
- Infeksi lokal yang disertai dengan produksi dan penimbunan nanah
- Intoksikasi, missal pada zat-zat kimia, uremia.
- Selain itu ada juga Netrofilia Fisiologik yang disebabkan oleh olah raga yang
berlebihan, stress, ini disebut juga Pseudonetrofilia.

Netropenia
Netropeni menyatakan penurunan jumlah absolut netrofil. Karena peranan netrofil
adalah untuk pertahanan hospes, maka jumlah netrofil absolut yang kurang dari
1000/mm3 memengaruhi individu terhadap infeksi. Jumlah dibawah 500/mm3
merupakan predisposisi terhadap infeksi yang mengancam kehidupan yang sangat
berbahaya. Netropenia dapat mengakibatkan anemia hipoplastik atau aplastik sekunder,
karena obat sitotoksik (obat kanker), zat-zat toksik, infeksi virus, kelaparan dan
pergantian sumsum tulang normal oleh sel-sel ganas, misalnya leukemia. Agen
mielosupresif (menekan sumsum tulang), agen kemoterapeutik (yang digunakan untuk
pengobatan kanker hematologi dan kanker lainnya), obat yang makin banyak dan sering
digunakan seperti analgesik, antibiotik, antihistamin yang diketahui dapat
menyebabkan netropenia atau agranulositosis.
Penurunan jumlah netrofil dalam darah tepi, penyebabnya :

8
- Penyakit infeksi
- Demam thypoid, Hepatitis, Influenza, campak, malaria, juga tiap jenis infeksi akut.
- Bahan kimia dan fisika misal pada radiasi dan obat, Hiperspleenisme, penyakit
hati.

Agranulositosis
Agranulositosis adalah keadaan serius yang ditandai oleh jumlah leukosit yang sangat
rendah dan tidak adanya netrofil. Gejala agranulositosis ynag sering dijumpai adalh
infeksi, malaise umum (rasa tidak enak, kelemahan, pusing, sakit otot) diikuti
terjadinya tukak pada membran mukosa, demam dan takikardia. Jika tidak diobati dapat
menyebabkan terjadinya sepsis (komplikasi) bahkan kematian.

Agranulositosis bisa terjadi akibat cacat lahir (kongenital) atau didapat akibat
penyakit, obat, dan prosedur medis. Agranulositosis kongenital disebabkan oleh
kelainan genetik langka, yaitu sindrom Kostmann. Kelainan ini diturunkan kepada
anak-anak dari orang tua.
Suatu penelitian membuktikan bahwa sebanyak 70 persen kasus agranulositosis terkait
dengan pemakaian obat antipsikotik (misalnya clozapine), antimalaria, antiinflamasi,
serta antitiroid (misalnya carbimazole).

Penyebab agranulositosis yang didapat adalah:


 Kondisi autoimun, seperti lupus dan rheumatoid arthritis.
 Penyakit yang menyerang sumsum tulang, seperti anemia aplastik, leukemia,
dan sindrom mielodisplasia.
 Hepatitis.
 HIV.
 Tindakan kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang.
 Paparan senyawa kimiawi, seperti arsenik atau merkuri.
 Obat-obatan, seperti obat antipsikotik, obat malaria (misalnya pil
kina), OAINS, dan obat hipertiroid (contoh thiamazole).

Eosinofilia
Terjadi pada gangguan kulit seperti mikosis fungoides, eksema dan keadaan
alergi seperti asma, hay fever, reaksi obat dan investasi parasit. Eosinofilia juga
ditemukan pada kanker dan gangguan mieloproliferatif yaitu gangguan proliferatif dari
sel-sel pembentuk darah seperti yang terjadi pada basofilia. Fungsi fagosit dari eosinofil
lemah karena hanya berfungsi pada reaksi antigen-antiodidan meningkst pada serangan
asma, reaksi obat-obatan dan infeksi parasit tertentu.
Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah tepi, ditemukan pada :
- Penyakit alergi (Urticaria, Asthma bronchiale).
- Infeksi parasit misal pada : Schistosomiasis, Trichinosis, Cacing tambang)

9
- Sesudah penyinaran
- Hodgkin’s disease, Poli arthritis nodosa,dll
- Keganasan, penyakit kulit misal Eksim

Hitung jumlah sel eosinofil


Sel eosinofil mempunyai granula yang bersifat basa, oleh karena itu dalam
perhitungan sel eosinofil digunakan reagensia yang bersifat asam seperti eosin.
Reagensia eosin yang bersifat asam akan bereaksi dengan granula eosinofil yang
bersifat basa hingga mengakibatkan granula eosinofil terlihat kemerahan.
Perhitungan jumlah sel eosinofil dilakukan dengan melarutkan darah pada larutan
pengencer yang diperkenalkan oleh Dunger. Larutan tersebut terdiri dari;
1. Zat warna yang bersifat asam seperti eosin atau phloxine.
2. Aquadest yang berfungsi melisiskan eritrosit dan merusak membran sel leukosit
(sel eosinofil lebih kuat disbanding sel leukosit lain)
3. Aseton yang berfungsi menghambat lisisnya sel leukosit oleh aquadest
(konsentrasi yang baik digunakan 5-10%)

Jumlah sel eosinofil dibandingkan sel leukosit lain didalam tubuh cukup sedikit yaitu
1-3%. Untuk mengurangi faktor kesalahan ketika perhitungan maka digunakan bilik
hitung Fuchs Rosenthal yang volumenya lebih besar dibandingkan bilik hitung
Improved Neubauer.

 Rx Leukomoid
Adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan jumlah leukosit yang disertai
kelainan hitung jenis dengan adanya sel-sel muda dalam darah tepi. Apabila
leukositosis yang terjadi disertai dengan peningkatan seri eritrosit disebut
“lekoeritroblastik”.
Ditandai dengan adanya leukosit >50.000/mm3, ditemukan sel muda leukosit
dalam darah tepi. Tepi granulositosis: biasanya netrofilia, disebabkan infeksi bakteri
pathogen. Tipe limfositosis: terjadi pada pertussis, varicella.

Kelaninan yang dapat merusak leukomoid:


1. Infeksi
2. Metastasis karsinoma sumsum tulang
3. Anemia hemolitik
4. Pasca perdarahan
5. Polisitaemia vera

10
Kelanian yang terjadi pada:
1. Infeksi virus : Limfositosis
2. Infeksi bakteri : Limfositosis
3. Infeksi bakteri kronis : Monositosis
4. Infeksi pathogen : Leukositosis dengan granulositosis dan leukosit muda
seperti metamielosit dan netrofil batang

Reaksi leukomoid akibat metastasis karsinoma biasanya disertai anemia. Anemia


bersifat hipokrom mikrositik  mungkin adanya defisiensi Fe akibat perdarahan kronis

Kelainan Leukosit
 Normal : 4.000-10.000 sel/mm3
 Leukositosis : > 10.000 sel/mm3
 Rx Leukomoid : > 50.000 sel/mm3

Derajat leukositosis tergantung pada:


1. Berat infeksi
2. Daya tahan penderita
3. Jenis infeksi
4. Lokalisasi infeksi
5. Ada tidaknya komplikasi

Gejala buruk pada leukositosis:


1. Jumlah leukosit sangat banyak
2. Maturasi bergeser ke kiri
3. Jumlah limfosit berkurang
4. Terjadi tanda-tanda degenerasi:
 Granula toksik
 Vakuolisasi
 Inti piknotik

Leukositosis fisiologis terjadi pada:


1. Bayi baru lahir
2. Latihan jasmani
3. Gangguan emosi
4. Menstruasi
5. Kedinginan
6. Pemberi anastesi

11
Leukositosis pathologis:
1. Infeksi
2. Nekrose jaringan
3. Intoksikasi:
 Eksogen : logam berat
 Endogen : asidosis, uremia
4. Perdarahan akut
5. Krisishemolitik pada Anemia hemolitik
6. Penyuntikan protein asing
7. Penyakit myeloproliferatif

Perbedaan Leukomoid dan Leukimia


Perbedaan Reaksi Leukomoid Leukemia
Klinis - Anak-anak - Semua umur
- Sakit sebentar - Sakit berat dan menetap

Anemia Negatif Positif


Darah Tepi Leukosit 50.000-150.000, Sampai 400.000
sel muda sedikit
Sumsum tulang Tidak ada penekanan seri Ada penekanan
lain

Prinsip pemeriksaan
Darah dengan penambahan larutan pengencer akan membuat granula sel eosinofil
yang bersifat basa terwarnai oleh larutan eosin yang bersifat asam, sedangkan sel
lainnya akan lisis dikarenakan adanya aquadest dan aceton.

Alat
1. Hemositometer Fuchs Rosenthal
2. Mikropipet 10 µl
3. Mikropipet 20 µl
4. Mikropipet 200 µl
5. Tip kuning
6. Cawan petri
7. Mikroskop

Bahan

1. Larutan eosin 2%

12
2. Larutan aseton
3. Aquadest

Sampel
1. Sampel darah EDTA

Prosedur Pemeriksaan

1. Larutan eosin untuk hitung eosinofil dibuat dengan cara, pada tabung reakasi
dimasukan aquadest sebanyak 180 µl, larutan eosin 2% sebanyak 10 µl dan
aceton sebanyak 10 µl.
2. Campurkan larutan tersebut lalu dikurangi 20 µl.
3. Sebanyak 180 µl larutan campuran tadi, ditambah 20 µl sampel homogenisasi’
4. Sampel yang sudah diencerkan dengan reagensia, di homogenisasi kembali lalu
dimasukkan ke dalam bilik hitung.
5. Larutan dalam bilik hitung diinkubasi terlebih dahulu selama 15 menit di dalam
cawan petri yang di alasi tissue atau kapas basah.
6. Sel eosinofil di hitung pada bilik hitung menggunakan mikroskop perbesaran
lensa 10x.
7. Sel eosinofil di hitung dalam 16 bidang besar, dengan ketentuan kiri atas.
8. Jumlah sel eosinofil ditemukan dikalikan dengan faktor pengenceran, kemudian
hasil perhitungan dilaporkan sebgai jumlah sel eosinofil /µl darah.

Perhitungan

Untuk menentukan jumlah sel eosinofil / µl darah atau mm3 darah, maka faktor
perhitungan harus ditentuka terlebih dahulu.

Jumlah sel eosinofil / µl darah = jumlah sel eosinofil yang di hitung (N) x faktor (F)
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 (𝑃)
F= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑖𝑙𝑖𝑘 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑉)

Pengenceran sampel (P)


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 (𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡+𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡)
P= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

180 µl+20 µl
= = 10 µl
20µl

Volumw bilik hitung Fuch Rossental (V):

V = luas bilik hitung (L) x tinggi bilik hitung (T)

2 32
V = (1mm2 x 16 kotak) x 10 mm = 10 mm3

13
Jika pengenceran 10kali, maka faktor penghitungan adalah:
10 100
F = 32/10 = 32

100
Jumlah sel lekosit / µl darah = N x 32

NILAI NORMAL

Dalam % : 0,004 0,4 %

Jumlah Mutlak : 40-400 sel / µl

Basofilia
Basofil membawa heparin, faktor-faktor pengaktif histamin dan platelet dalam granula-
granulanya untuk menimbulkan peradangan pada jaringan. Kadar basofil yang
meningkat (basofilia) ditemukan pada gangguan mieloproliferatif, yaitu ggangguan
proliferatif dari sel-sel pembentuk darah.
Sel-sel menjalani suatu fase yang dinamakan proliferasi (pembelahan) mitosis,
kemudian diikuti oleh fase pematangan. Waktu yang diperlukan bervariasi untuk setiap
jenis leukosit dari 9 hari untuk eosinofil sampai 12 hari untuk netrofil. Semua fase ini
mengalami pertambahan kecepatan selama terjadi infeksi.
Peningkatan jumlah basofil dalam darah, ditemukan pada :
- Infeksi oleh virus (Smallpox, Chickenpox)
- Kadang-kadang sesudah Spleenektomi, Anemia hemolitik kronis

Monositosis
Monosit tampak lebih besar dari netrofil dan memiliki satu inti. Intinya berlipat atau
berlekuk dan kelihatan berlobus seperti lipatan otak. Sitoplasmanya kelihatan lebih
besar dibandingkan dengan intinya dan menyerap warna biru keabuan ynag tidak terlalu
nyata, serta granula yang tersebar merata. Diferensiasi,pematangan dan pelepasan
monosit terjadi lebih dari 24 hari, suatu periode yang lebih lama dari granulosit.
Monosit meninggalkan sirkulasi menjadi makrofag jaringan. Umur monosit adalah
beberapa minggu dan beberapa bulan. Monosit memiliki fungsi fagosit , membuang
sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen sel dan mikroorganisme (seperti pada
endokarditis bakterial).
Monosit ditemukan pad afase penyembuhan infeksi dan pada penyakit granuloma
kroonis seperti TBC dan Sarkoidosis (tumor seperti sarkoma terjadi tonjolan daging
bulat-bulat kecil pada semua jaringan epitelod yang terkena).
Peningkatan jumlah monosit dalam darah, ditemukan pada :
- Infeksi Basil (TBC, Endocarditis sub akut)

14
- Infeksi Protozoa (Malaria, dysentri amoeba kronik)
- Hodgkin’s disease, Artritis Rheumatoid

Limfositosis.
Limfosit adalah leukosit mononuklear dalam darah perifer. Mereka memiliki inti bulat
atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang
mengandung sedikit granula.kromatin inti dengan jala-jala yang berhubungan
didalam.limfosit memiliki ukuran yang bervariasi dari kecil (7-10 mikron) sampai
besar, berukuran granulosit.limfosit berasal dari sel induk pluripotensial didalam
sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan limfoid termasuk kelenjar limfa, limpa,
timus dan permukaan mukosa traktus gastrointestinal dan traktus respiratorius.
Terdapat dua jenis limfosit. 1) Limfosit T – tergantung timus, berumur panjangn
dibentuk didalam timus. Dan 2) Limfosit B – tidak tergantung timu. Limfost T
bermigrasi dari kelenjar timus ke jaringa limfoid lain.sel-sel ini secara khas ditemukan
pad parakorteks kelenjar limfa dan lembaran limfoid paraaeteriola dari pulpa putih
limfa. Limfosit B tersebar dalam folikel-folikel kelenjar limfa, limpa dan pita-pita
medula kelenjar limfa. Limfosit T bertanggung jawab atas respon kekebalan seluler
melalui pembentukan sel yang reaktif antigen. Sedangkan Limfosit B berdiferensiasi
menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi. Sel-sel ini bertanggung jawab atas
respon kekebalan humoral.
Limfositosis menatakan jumlah limfosit yang meningkat. Limfosit yang diaktifkan oleh
rangsangan virus hepatitis infeksiosa, toksoplasmiosis, campak, parotitis (radang
kelenjar parotis, gondongan), beberapa reaksi alergi seperti penyakit serum, kepekaan
obat dan limfoma malignum, atau antigen. Selain limfositosis, penderita ini sering
menunjukan pembesaran hati, limpa dan kelenjar limfa ynag seharusnya merupakan
tempat pembentukan limfosit.
Peningkatan jumlah limposit dalam darah, ditemukan pada :
- Infeksi akut (Pertusis, hepatitis, Mononucleusis infeksiosa) dan Infeksi menahun
- Pada infant (bayi dan anak-anak)
- Radang kronis misal Kolitis Ulseratif
- Kelainan metabolic (Hipertiroidisme)

Limfositopenia
Limfositopenia adalah suatu kelainan di mana jumlah sel limfosit rendah. Limfosit
merupakan salah satu sel darah putih. Sel ini diproduksi di sumsum tulang dan
berfungsi untuk membantu melawan infeksi.Sekitar 20%-40% sel darah putih
merupakan sel limfosit, yang terbagi dalam 3 jenis yaitu limfosit B, limfosit T, dan sel
pembunuh alami. Semua jenis sel ini berperan dalam melawan infeksi. Dibandingkan
sel lainnya, limnfosit T merupakan sel yang paling sering menurun jumlahnya dalam
kasus limfositopenia.
Penurunan jumlah limposit dalam darah tepi, penyebab :
o Kematian kortikosteroid misalnya akibat terapi dengan obat Steroid.
o Tubuh tidak memproduksi sel limfosit dalam jumlah yang cukup;

15
o Tubuh memproduksi dalam jumlah cukup namun sel mudah hancur;
o Sel limfosit terperangkap di organ limpa atau kelenjar getah bening;
o Penyakit berat misal : Gagal jantung, gagal ginjal, TBC berat.AIDS (Acquired
Immuno Deficiency Syndrome);
o Malnutrisi atau gizi buruk;
o Kanker (leukemia, limfoma, limfoma Hodgkin);
o Penyakit autoimun seperti lupus, rheumatoid arthritis (RA);
o Infeksi virus;
o Penyakit bawaan sejak lahir atau kongenital.

B. Perubahan Kualitatif
1. AGRANULOSITOSIS, Menghilangnya granulosit dalam darah tepi secara
mendadak pada seseorang yang sebelumnya normal. Pada agranulositosis
yang umum jumlah leukosit rendah dan limposit matang merupakan satu-
satunya jenis leukosit yang ada dalam darah tepi.
Penyebabnya :
 Penyakit autoimmune
 obat contoh obat : Antalgin dan sulfonamide

2. REAKSI LEUKEMOID, Leukositosis reaktif yang bukan proses keganasan


(Benigna) dengan sel-sel leukosit belum matang dan matang yang memasuki
sirkulasi dalam jumlah berlebihan. Misalnya mieloblas, promielosit, dan
mielosit. Karena gambaran darah mirip dengan leukemia kronis, maka proses
ini disebut dengan reaksi leukomoid. Penyakit ini bukan merupakan penyakit
primer sumsum tulang dan biasanya merupakan sekunder terhadap penyakit
lain, yang lain sering terlibat adalah granulosit. Kelainan ini berkaitan dengan
adanya infeksi berat atau kronik, toksik, peradangan, hemolisis berat atau
metastatik. Untuk membedakan dengan leukemia dengan skor Pospatase
Alkali Neutrofil (NAP). Penurunan aktivitas NAP dapat ditemukan pada
chronic myeloid leukemia (CML) dan paroxysmal nocturnal hemoglobinuria
sedangkan peningkatan aktivitas NAP ditemukan pada infeksi (reaksi
leukemoid), terapi faktor pertumbuhan, myeloproliferatif disorders
(polycythemia vera dan primary myelofibrosis), stress, obat-obatan
(kortikosteroid), kontrasepsi oral, kehamilan, postpartum (Perkins, 2004;
Swirsky, 2006).
3. Gangguan kualitatif fungsi netrofil jarang terjadi. Dapat terjadi karena
komplikasi terapi obat, cacat genetik, adhesi granulosit, migrasi, atau fungsi
lisozim yang merupakan tantangan terbesar dalam diagnosis.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

sel darah putih merupakan salah satu unit sel darah yang tidak boleh disepelekan
perannya.sehingga pemeriksaan rutin harus dilakukan guna mendeteksi adanya kelainan
yang terjadi pada sel darah darah putih.

Kadar sel darah putih praktikan dinyatakan tidak mengalami gangguan apapun atau berada
dalam kondisi normal karena kadar yang diperoleh berkisar antara 6000-10000 sel / µl darah
yaitu 6050 / µl darah dan 7800 / µl darah.

4.

3.2 Saran

17
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Syaifuddin B. Ac. 1992. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai