PENDAHULUAN
darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
(kurang dari 100 hari) ( Williams, 2005). Distribusi utama meliputi daerah-
daerah perbatasan Laut Mediterania, sebagian besar Afrika, timur tengah, sub
keturunan Italia atau Yunani dan 0,5% dari kulit hitam Amerika membawa
gen untuk thalasemia β. Dibeberapa daerah Asia Tenggara sebanyak 40% dari
protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya
ke sel-sel lainnya dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir
Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha dan beta. Kedua jenis thalassemia
ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua
yang memiliki mutated gen atau gen mutasi thalasemia. Seorang anak yang
mewarisi satu gen mutasi disebut pembawa atau carrier, atau yang disebut
hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi dua sifat gen, di mana satu dari
ibu dan satu dari ayah, akan mempunyai penyakit thalassemia. Jika baik ibu
maupun ayah adalah pembawa, kemungkinan anak mewarisi dua sifat gen
1
(Williams,2005). Dengan kata lain mempunyai penyakit thalasemia, adalah
Filipina menyebabkan kematian pada jabang bayi atau bayi baru lahir.
Sementara itu, anak yang mewarisi dua gen mutasi beta thalassemia akan
tidak memerlukan transfusi darah. Jenis thalassemia yang lebih berat adalah
penyakit ini memerlukan transfusi darah dan perawatan yang intensif. Anak-
penyakit ini pada usia dua tahun pertama. Anak-anak ini terlihat pucat, lesu
terlambat.
Oleh karena itu kami merasa perlu untuk lebih meningkatkan asuhan
2
2. Apakah etiologi dan gejala thalasemia?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
3
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 51 tahun
Jawa Timur
Pekerjaan : Petani
Suku : Jawa
Agama : Islam
No register : 438705
B. ANAMNESIS
sejak 3 hari yang lalu. Selain lemas, pasien juga mengeluh tidak nafsu
makan, sesak, keringat dingin, BAB warna hitam petis, badan pegal
4
semua, sulit tidur, mual dan muntah jika dipaksa makan sejak 3 hari
yang lalu. Pasien sudah sejak 2,5 tahun yang lalu mengalami gejala
lambung dan diberikan obat lambung. Sejak 1,5 tahun yang lalu gejala
semakin memberat dan periksa ke RS. Sejak saat itu, pasien sering
keluar masuk rumah sakit 1-2 bulan sekali dan menerima transfusi
pernah mengalami gejala yang sama saat masih kecil hingga 2,5 tahun
yang lalu, kulit ataupun mata tidak pernah berwarna kuning. Tidak ada
keluhan tulang. Orangtua tidak memiliki penyakit yang sama. Tidak ada
penonjolan dahi, gigi tidak maju, hidung tidak datar. Pasien pernah
5
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Hipertensi (-)
- Asma (-)
- DM (-)
5. Riwayat Kebiasaan
- Jamu :-
- Olahraga :-
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit ringan, compos mentis, GCS 456, status gizi kesan
cukup.
2. Tanda Vital
Pernafasan : 20 x /menit
Suhu : 36 oC
6
3. Kulit
Ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-),
berkeringat (+).
4. Kepala
keriput(-), atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-),
kelainan mimik wajah / bells palsy (-), oedem (-), pucat (-)
5. Mata
6. Hidung
7. Mulut
8. Telinga
9. Tenggorokan
10. Leher
7
11. Thoraks
spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Sinistra
Pulmo :
8
Dinamis (depan dan belakang)
12. Abdomen
pembesar hepar
13. Ektremitas
9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil
MCHC : 32.4
Eosinofil : 3.4 %
Basofil : 1.1 %
10
D. RESUME
sejak 3 hari yang lalu. Selain lemas, pasien juga mengeluh tidak nafsu
makan, sesak, keringat dingin, BAB warna hitam petis, badan pegal semua,
dan sulit tidur, mual dan muntah jika dipaksa makan sejak 3 hari yang lalu.
Pasien sudah sejak 2,5 tahun yang lalu mengalami gejala seperti ini.
kontrol ke bidan desa dan didiagnosa sakit lambung dan diberikan obat
lambung. Sejak 1,5 tahun yang lalu gejala semakin memberat dan periksa ke
RS. Sejak saat itu, pasien sering keluar masuk rumah sakit 1-2 bulan
Dari pemeriksaan fisik, KU: Tampak sakit ringan, GCS 456, compos
F . DIAGNOSIS
11
G. PLANNING
a. Penatalaksanaan
- Medikamentosa
Omeprazole 2 x 40 mg
Ondansentron 3 x 8 mg
Sucralfat syrup 3 x 10 cc
Curcuma 3 x 2 tablet
- Non-medikamentosa
b) Tirah baring
c) Pembatasan aktivitas
d) Kontrol cairan
12
Follow-Up
BAB III
13
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Thalasemia
Thalasemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalasso yang berarti laut.
Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Thomas B. Cooley tahun 1925 di
daerah Laut Tengah, dijumpai pada anak-anak yang menderita anemia dengan
pembesaran limfa setelah berusia satu tahun. Anemia dinamakan splenic atau
eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama
kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang
tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah
mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia
Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, juga memberi warna merah
pada eritrosit. Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan globin.
Hem terdiri dari zat besi (Fe) dan globin adalah suatu protein yang terdiri dari
rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri dari 2 rantai alfa (α)
dan 2 rantai beta (β) yang meliputi HbA (α2β2 = 97%), sebagian lagi HbA2 (α2δ2
14
Rantai globin merupakan suatu protein, maka sintesisnya dikendalikan oleh
suatu gen. Dua kelompok gen yang mengatur yaitu kluster gen globin-α terletak
pada kromosom 16 dan kluster gen globin-β terletak pada kromosom 11. Penyakit
thalasemia diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta. Gen
globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk
hemoglobin. Gen globin beta hanya sebelah yang mengalami kelainan maka
tampak normal atau sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan
normal dan dapat berfungsi dengan baik dan jarang memerlukan pengobatan.
Kelainan gen globin yang terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita
thalassemia mayor yang berasal dari kedua orang tua yang masing-masing
membawa sifat thalassemia. Proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen
globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Satu dari orang tua
thalasemia trait. Kedua orang tua thalasemia trait maka kemungkinan 25% anak
sehat, 25% anak thalasemia mayor dan 50% anak thalasemia trait (Ganie. R.A,
2008).
1. Thalasemia Alfa Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau
seluruh globin rantai alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :
15
a. Silent Carrier State
Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak timbul gejala sama
sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat.
dengan sel darah merah hipokrom dan mikrositer, dapat menjadi carrier.
Penderita dapat bervariasi mulai tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia
thalassemia tipe alfa. Kondisi ini tidak terdapat rantai globin yang dibentuk
sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Janin yang menderita alpha
karena kelebihan cairan, perbesaran hati dan limpa. Janin ini biasanya mengalami
2. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin
16
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen yang
b. Thalasemia Intermedia
c. Thalasemia Mayor
ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan
Keadaan yang berat pada beta-thalasemia mayor akan mengalami anemia karena
17
kegagalan pembentukan sel darah, proses hemolisis dan reduksi sintesa
hemoglobin.
nyeri dada dan tulang, serta intoleran aktivitas. Pada taraf lanjut juga dapat
thalasemia juga mengalami perubahan struktur tulang yang ditandai dengan tulang
maxillaris yang menojol, dahi yang lebar, dan hidung yang datar. Disebut dengan
cooley face.
yang dibawa ke jantung akan lebih sedikit karena hemoglobin yang bertugas
membawa oksigen ke dalam darah berkurang dan jantung akan berusaha lebih
keras sehingga menyebabkan kelemahan pada otot jantung. Pada thalasemia beta
Fe, juga terjadi ikterus karena produksi bilirubin meningkat. Gagal jantung
18
disebabkan penumpukan Fe di otot jantung, deformitas tulang muka, retrakdasi
8. Sumsum tulang : hiperplasi normoblastik, kadar besi serum dan timbunan besi
3.1.5 Diagnosis
dan perut membesar. Keluhan umumnya muncul pada usia 6 bulan, kemudian
19
dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi bentuk muka mongoloid (facies
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan secara total.
splenektomi, induksi sintesa rantai globin, transplantasi sumsum tulang dan terapi
gen.
untuk meningkatkan ekskresi besi dan hanya diberikan pada saat kelasi besi saja.
Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein.
20
penumpukan zat besi dalam darah yang dapat menyebabkan kerusakan jantung,
hati, dan organ lainnya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, dilakukan terapi
khelasi besi untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh. Obat yang biasa
Asam folat atau vitamin B juga diberikan disamping transfusi darah dan khelasi
besi yang berfungsi untuk pembangunan sel-sel darah merah yang sehat.
Pemberian darah dalam bentuk PRC (Packed Red Cell) 3 ml/kg BB untuk
setiap kenaikan Hb 1 g/dl. Terapi juga bisa disertai pemberian iron chelating agent
(deferoxamine), diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l
atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.
Sebaiknya zat besi tidak diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi juga
dihindari. Kopi dan teh diketahui dapat membantu mengurangi penyerapan zat
besi di usus.
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih dari 200-250
mL/kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10 gr/dL karena dapat
21
3.2. Dampak Transfusi Berulang Pada Thalasemia Mayor
mengatasi anemia. Transfusi diberikan apabila kadar Hb < 8 gr/dl dan diusahakan
kadar Hb diatas 10 gr/dl namun dianjurkan tidak melebihi 15 gr/dl dengan tujuan
Tindakan transfusi yang dilakukan secara rutin selama hidup selain untuk
berisiko terinfeksi bakteri dan virus yang berasal dari darah donor seperti infeksi
penumpukan zat besi pada jaringan tubuh seperti hati, jantung, pankreas, ginjal.
Akumulasi zat besi pada jaringan hati mulai terjadi setelah dua tahun mendapat
gangguan faal hati yang terjadi pada transfusi ke 20 hingga 30, dengan jumlah
total darah yang ditransfusikan 2.500-3.750 ml pada usia penderita 2-9 tahun
(Priyantininsih R.D. 2010). Penimbunan zat besi pada jaringan sangat berbahaya
dan apabila tidak dilakukan penanganan yang serius dapat berakibat kematian.
Mengurangi penimbunan dapat dilakukan dengan terapi khelasi besi, yang sering
22
pada usia 3 tahun yang melalui infus subkutan dan dapat juga melalui oral.
3.2.1. Hemosiderosis
liter darah terkandung 750 mikrogram zat besi. Zat besi tersebut akan menambah
jumlah zat besi dalam tubuh. Manusia normal zat besi plasma terikat pada
apabila terjadi kelebihan zat besi maka seluruh transferin berada dalam keadaan
tersaturasi. Besi dalam plasma berada dalam bentuk tidak terikat atau NTBI (non-
zat besi terbanyak terakumulasi dalam hati, namun paling fatal adalah akumulasi
jantung yang berperan pada kematian awal penderita. Penimbunan besi di hati
R.D.2010).
3.2.2. Hemokromatosis
23
Hemokromatosis yaitu gangguan fungsi hati sebagai akibat dari penimbunan
zat besi dan saturasi transferin. Hemokromatosis terjadi disertai dengan kadar
feritin serum > 1000 µg/L. Ferritin merupakan suatu protein darah yang
Kadar feritin yang tinggi dapat meningkat pada infeksi-infeksi tertentu seperti
hepatitis virus dan peradangan lain dalam tubuh. Kenaikan ferritin tidak spesifik
pengukuran jumlah total besi yang dapat dibawa dalam serum oleh transferrin.
Transferrin saturation adalah suatu jumlah yang dihitung dengan membagi serum
besi oleh TIBC, hasil angka yang mencerminkan besarnya persentase dari
dengan biopsi jaringan hati sehingga dapat melihat langsung seberapa besar
kerusakan hati. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hepatomegali,
pada stadium lanjut dapat terjadi sirosis yang ditandai dengan splenomegali,
ikterus, asites dan edema. Sirosis dapat mengakibatkan kanker hati. Penderita
penimbunan zat besi pada hati (Herdata.N.H.2009 dan Kartoyo.P. dkk 2003).
24
Penderita thalasemia mayor mengalami kelainan pada gen globin
rusak/berumur lebih pendek dari sel darah merah normal. Kerusakan sel darah
merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di dalam
tubuh. Manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk
membentuk sel darah merah yang baru. Penderita thalasemia, zat besi yang
ditinggalkan sel darah merah yang rusak akan menumpuk dalam organ tubuh
seperti hati dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh. Zat besi paling banyak
terakumulasi di hati karena fungsi hati sebagai sintesis ferritin (simpanan besi)
dan transferin (protein pengikat besi) juga tempat penyimpanan terbesar cadangan
besi dalam bentuk ferritin dan hemosiderin. Penderita thalasemia mayor harus
mendapat suplai darah terus menerus dari darah transfusi untuk mengatasi anemia
sehingga akan menambah penumpukan zat besi di dalam hati. Penumpukan zat
besi ini harus dikeluarkan karena akan sangat membahayakan dan dapat berujung
Penumpukan zat besi juga terdapat di ginjal. Kelebihan zat besi dapat
dikurangi dengan terapi kelasi besi berupa obat yang diberikan secara oral
maupun lewat infus. Fungsi ginjal diantaranya sebagai ekskresi sisa metabolik dan
bahan kimia asing juga produk akhir pemecahan hemoglobin. Obat khelasi besi
Sebagian besar zat besi diekskresikan melalui feses dan <10 % lewat urin, dengan
cara mengeliminasi atau mengurangi ikatan serum non transferin besi. Obat
khelasi besi ini diabsorbsi dan bersirkulasi selama beberapa jam. Jangka waktu
yang lama maka menambah beban ginjal sebagai ekskresi yang dapat
25
mengakibatkan kerusakan ginjal. Ginjal juga berfungsi sebagai pengatur produksi
ginjal. Penderita thalasemia mayor pembentukan sel darah merah lebih cepat
sel darah merah baru, lama kelamaan dapat mengakibatkan kerusakan fungsi
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
keturunan yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau
umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Mekanisme thalasemia
yaitu tubuh tidak dapat memproduksi rantai protein hemoglobin yang cukup. Hal
ini menyebabkan sel darah merah gagal terbentuk dengan baik dan tidak dapat
hemoglobin. Jika gen-gen ini hilang atau diubah atau terganggu maka thalasemia
dapat terjadi.
Adapun tanda dan gejala talasemia yaitu lemah, pucat, perkembangan fisik
tidak sesuai dengan umur, berat badannya kurang, gizi buruk, perut membuncit,
muka yang mongoloid, kulit tampak pucat kuning – kekuningan dan jantung
terganggunya rantai globin dan secara klinis. Penyebab talasemia yaitu gangguan
27
genetik; kelainan struktur hemoglobin; produksi satu atau lebih dari satu jenis
Pendeteksian penyakit talasemia bisa dengan meriksa darah secara rutin serta
4.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Haut, A., Wintrobe MM, 2010. The hemoglobinopathies and thalassemias. Forfar
and Arneil’s Textbook of Paediatrics. Edisi 7. Chruchill Livingstone. Hlm
1621- 1632.
29
WW Hay, Levin MJ, 2007. Current Diagnosis and Treatment in Pediatrics. 18th
Edition. New York: Lange Medical Books/ McGraw Hill Publishing
Division.
Suriadi S.kep dan Yuliana Rita S.kep. (2001) Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 1.
Jakarta : PT. Fajar Interpratama
30