B. Cara Elektronik
Cara elektronik dewasa ini telah banyak dilakukan dengan menggunakan
sebuah mesin penghitung sel darah (hematology analyzer). Prinsip dasar digunakan
yaitu impedansi (resistensi elektrik) dan pembauran cahaya (light scattering/optical
scatter). Prinsip impedansi didasarkan pada deteksi dan pengukuran perubahan
hambatan listrik yang dihasilkan oleh sel-sel darah saat mereka melintasi sebuah flow
cell yang dilalui cahaya. Hasil hitung leukosit dengan analyzer ditampilkan pada
lembar hasil sebagai WBC (White Blood Cell). Penggunaan cara elektronik dengan
alat penghitung sel darah lebih menguntungkan karena mampu menghitung sel dalam
jumlah yang jauh lebih besar, menghemat waktu dan tenaga serta hasil cepat diterima
oleh klinisi untuk kepentingan terapi pada pasien. Namun harga tersebut mahal,
prosedur pemakaian dan pemeliharaannya harus dilakukan dengan sangat cermat.
Disamping itu upaya penjaminan mutu juga harus selalu dilakukan.1
Kesimpulan:
Menghitung sel leukosit bertujuan untuk menghitung jumlah leukosit dalam volume
darah tertentu. Metode pemeriksaan sel leukosit dibagi menjadi pemeriksaan manual dan alat
otomatis. Pemeriksaan sediaan apus merupakan bagian dari pemeriksaan hematologi di
laboratorium yang bertujuan untuk menilai berbagai sel darah seperti eritrosit, leukosit, dan
trombosit serta mencari adanya parasit. Pemeriksaan sediaan apus dilakukan menggunakan
mikroskop.
Daftar Pustaka:
1. Jati BK. Pemeriksaan Darah Rutin. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2016. 31-
33 https://docplayer.info/72837511-Pemeriksaan-darah-rutin.html
2. Warsita N. Fikri Z. Ariami P. Pengaruh Lama Penundaan Pengecatan Setelah Fiksasi
Apusan Darah Tepi Terhadap Morfologi Eritrosit. Jurnal Analis Medika Bio Sains.
2019. 6(2). 125-129
https://www.researchgate.net/publication/336896658_Pengaruh_Lama_Penundaan_P
engecatan_Setelah_Fiksasi_Apusan_Darah_Tepi_Terhadap_Morfologi_Eritrosit