Anda di halaman 1dari 18

Referensi

1. Umar A. Aulya MS. Perbedaan Jumlah Trombosit Metode Automatic dan Metode Tak
Langsung. Program Studi DIII Analisis Kesehatan, Politeknik Bina Husada Kendari. Vol
1. No.1. 2016. 2
2. Jati B K. Pemeriksaan darah rutin. 34, 39
3. Muyasaroh RN. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endapan darah Dengan Anti
Koagulat EDTA Terhadap Variasi Suhu 16˚C, 20˚C dan 27˚C Metode Westergre. 11-16
4. Santi N W M, Santa N A A AP, Hardi F. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endapan
Darah Dengan Anti Koagulant EDTA Terhadap Variasi Suhuh 16˚C, 20˚C dan 27˚C
Metode Westergren. 145-149
5. Khartabil TA, de Frankrijker MM, de Rijke YB, Russcher H. The Sysmex XN-L (XN-
350) hematology analyzer offers a compact solution for laboratories in niche
diagnostics. Int J Lab Hematol. 2021;43(1):29-39. doi:10.1111/ijlh.13339
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7891428/
6. Lailiyah M, Santosa B. Anggraini H. Pengaruh Penundaan Waktu Pemeriksaan
Trombosit Metode Barbara Brown. Diss. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2017 7-
10 http://repository.unimus.ac.id/441/3/12.%20BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
7. Handayani EM, Sukeksi A, Santosa B. Pengaruh Penundaan Pemeriksaan Spesimen
Darah Pada Suhu Ruangan, Ruang AC, dan Lemari Es Terhadap Jumlah Trombosit. Diss.
Universitas Muhammadiyah Semarang. 2017. 11-13, 21
http://repository.unimus.ac.id/1290/5/BAB%20II.pdf
8. Rahmawati E, et al. "Perbandingan Total Errror Pemeriksaan Hematologi Menggunakan
Vacutainer Tube K3EDTA Studi Quality Control Pada Tahap Pra Analitik Pemeriksaan

Hematologi Di Instalasi Laboratorium RSKIA Kota Bandung. 2020. 9, 12-13


http://repo.poltekkesbandung.ac.id/644/8/BAB%20II%20pdf.pdf

KESIMPULAN LANGSUNG TULIS DISINI:


Trombosit adalah fragmen atau kepingan – kepingan tidak berinti dari sitoplasma
megakariosit yang berukuran 1 – 4 mikron. Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh
darah. Trombosit diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit
terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh
trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa. Terdapat beberapa metode
pemeriksaan hitung jumlah trombosit, diantaranya adalah menggunakan cara manual dan
automatic. Cara manual antara lain cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak langsung
menggunakan sediaan darah apus sedangkan cara automatic menggunakan alat analyzer.

Pemeriksaan laju endap darah memiliki banyak manfaatnya sehingga dokter dapat
menggunakan laju endap darah untuk memonitor penyakit yang dicurigai. Ketika penyakit itu
menjadi parah maka nilai laju endap darah akan naik, sedangkan jika penyakit tersebut mulai
membaik maka laju endap darah akan menurun. Ada tiga fase laju pengendapan darah yaitu
seperti; Fase percepatan (tahap agregasi); Fase menjadi maksumal (tahap sendimentasi); Fase
kecepatan lambat kedua (tahap pengepakan). Westergren pada tahun 1921 memperkenalkan
teknik pemeriksaan LED yang dikenal dengan metode Westergren. Metode ini memakai tabung/
pipet dengan panjang 300,5 mm, ± 0,5 mm, diameter luar 5,5 mm ± 0,5 mm dan diameter dalam
2,35 mm ± 0,15 mm, memiliki skala 200 mm. Rak yang digunakan vertical dengan batas
kemiringan tidak lebih dari 1°.

2.6. Menghitung Trombosit

Trombosit adalah fragmen atau kepingan – kepingan tidak berinti dari


sitoplasma megakariosit yang berukuran 1 – 4 mikron. Trombosit adalah elemen
terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit diaktivasi setelah kontak dengan
permukaan dinding endotelia. Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang. Masa
hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat
disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa.1,2

Pemeriksaan trombosit merupakan salah satu pemeriksaan yang banyak


diminta dilaboratorium klinik. Hal ini disebabkan oleh peranannya yang penting
dalam upaya membantu menegakkan diagnosis, memberikan terapi, gambaran
prognosis, dan follow up penyakit.1

Terdapat beberapa metode pemeriksaan hitung jumlah trombosit,


diantaranya adalah menggunakan cara manual dan automatic. Cara manual antara
lain cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak langsung menggunakan
sediaan darah apus sedangkan cara automatic menggunakan alat analyzer.
(Gandasoebrata,2001) Metode automatic memiliki keunggulan lebih praktis dan
hasil lebih akurat tetapi biayanya masih cukup mahal dibandingkan metode
manual yang biayanya cenderung lebih murah. Metode perhitungan trombosit
secara tidak langsung yaitu dengan menghitung jumlah trombosit pada sediaan.1

Hitung trombosit dengan cara manual sacara tidak langsung yaitu dengan
menghitung jumlah trombosit pada sediaan apusan darah yang telah diwarnai
dengan giemsa. Kelebihan cara ini adalah cukup sederhana, mudah dikerjakan,
murah dan praktis, serta dapat mengetahui ukuran dan morfologi trombosit, tetapi
kekurangan cara ini adalah distribusi trombosit yang tidak merata dalam apusan
darah dapat mempengaruhi hitung trombosit (Rukman, 2014).1

A. Metode
a) Manual
Cara manual antara lain cara langsung dan cara tak langsung:
 Cara Langsung
a) Metode Rees Ecker
Darah diencerkan menggunakan pipet eritrosit kemudian
dihitung dikamar hitung. Larutan pengencer Rees Ecker dari
Brillian cresyl blue (Pambayun, 2015).6
b) Metode Brecher-cronkite
Darah diencerkan dengan larutan pengencer Ammonium
oxalat 1% Trombosit dihitung dengan bilik hitung
menggunakan mikroskop fase kontras (Harjo, 2011).6
 Cara Tak Langsung
a) Metode Fonio
Darah dicampur dengan larutan magnesium sulfat 14%.
Kemudian dibuat apusan darah tepi dan diwarnai dengan
pewarnaan geimsa atau wright. Trombosit dihitung dalam 1000
eritrosit menggunakan mikroskop pembesaran 40x.6
b) Estimasi Barbara Brown
Trombosit pada metode ini dihitung dari 5-10 lapang
pandang pada apusan darah tepi. Eritrosit akan terlihat
menyebar pada apusan darah tepi bagian ekor. Kemudian rata-
rata jumlah trombosit dikali 20.000/mm3. Metode ini
mempunyai kelebihan yaitu trombosit mudah dihitung karena
tidak berpindah-pindah. Sedangkan kekurangannya yaitu
dibutuhkan waktu lama karena pengecatan membutuhkan
waktu 20 menit. Trombosit dihitung dalam keadaan menurun,
normal, meningkat (Afiq, 2015).6
b) Otomatis
Tahap ini sampel akan diperiksa dan diukur jumlah trombositnya
secara otomatis menggunakan alat analisis sel darah otomatis. Metode
ini memakai prinsip flowcytometry dimana sel-sel masuk flow
chamber dan dicampur dengan diluent, kemudian dialirkan melalui
aperture berukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu per satu.
Aliran yang keluar akan dilewatkan melalui medan listrik untuk
kemudian dipisahkan sesuai dengan muatannya (Yukio T, 1999).7
B. Pemeriksaan Angka Trombosit dengan Hemalogy Analyzer Synex

Sejak awal otomatisasi proses laboratorium pada 1950-an, analisis sel


darah telah berkembang dari prosedur manual yang padat karya, sangat
bergantung pada penentuan mikroskopis ke sistem otomatis aliran tinggi. Saat
ini, tidak jarang laboratorium rutin yang besar memproses ribuan sampel
setiap hari yang menyediakan jutaan tes hitung darah lengkap setiap tahun.
Laboratorium ini menggunakan beberapa, penganalisis hematologi keluaran
tinggi yang besar sebagai bagian dari sistem transportasi laboratorium
otomatis, namun, tidak semua laboratorium memiliki kemampuan finansial,
akses, atau kebutuhan untuk menggunakan sistem otomatis aliran tinggi ini.
Hal ini menyebabkan banyak klinik dan laboratorium yang lebih kecil
mengirimkan sampel mereka ke pusat yang lebih besar, yang membutuhkan
waktu tambahan untuk mendapatkan hasil pasien. Untuk mengatasi masalah
ini, pada tahun 2015 Sysmex meluncurkan seri penganalisis hematologi baru,
Seri XN-L. Seri ini berisi analisa XN-350, XN-450, dan XN-550. Alat analisa
ini didasarkan pada teknologi Sysmex XN-Series, tetapi dirancang khusus
untuk memenuhi kebutuhan laboratorium kecil hingga menengah,
laboratorium darurat, laboratorium satelit, laboratorium khusus, dan
laboratorium dan juga sebagai sistem cadangan untuk analisa rutin.5

Mutu pelayanan di laboratorium berkaitan dengan data hasil uji analisa


laboratorium. Laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil
laboratorium dapat memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-
aspek teknis seperti presisi dan akurasi yang tinggi dan terdokumentasi.
Secara garis besar pemantapan mutu yang dilakukan di instalasi laboratorium
mencakup pemantapan mutu internal dan eksternal. Pemantapan mutu internal
adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilakukan terus menerus
oleh setiap laboratorium agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.8

Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan pemantapan mutu yang


dilaksanakan secara periodik yang dilaksanakan oleh pihak lain di luar
laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium. Pemantapan mutu internal dilakukan pada seluruh tahapan
pemeriksaan laboratorium, karena pada seluruh tahapan pemeriksaan memiliki
kemungkinan terjadi error atau kesalahan. Tahapan pemeriksaan laboratorium
tersebut ada tiga tahap, yaitu pra analitik, analitik dan post analitik.8

a) Pra Analitik
Tahap pra analitik mengacu pada semua langkah yang harus
dilakukan sebelum spesimen dapat dianalisis. Selama bertahun-tahun,
serangkaian penelitian menunjukan bahwa 32 – 75% dari semua
kesalahan pengujian terjadi pada fase pra analitik.8

Mengontrol variabilitas pra analitik dalam pemeriksaan adalah


faktor penting untuk memastikan hasil yang akurat. Faktor-faktor pra
analitik mencakup yang terkait dengan variabel pasien (diet, umur,
jenis kelamin dan lain-lain), koleksi spesimen dan teknik pelabelan,
pengawet spesimen dan antikoagulan, transportasi spesimen, serta
pengolahan dan penyimpanan. Faktor-faktor tersebut adalah penyebab
umum dari hasil test yang tidak akurat. Pengumpulan dan pemrosesan
spesimen yang tidak tepat dapat mempengaruhi hasil analisa. Dengan
meminimalkan kesalahan pada setiap langkah tahap pra analitik,
laboratorium dapat meningkatkan kualitas hasil analisis, mengurangi
jumlah spesimen yang dikumpulkan kembali (reject spesimen), dan
meningkatkan waktu penyelesaian dan manajemen pasien. 8

b) Analitik
Seiring dengan kemajuan teknologi prosedur dalam jaminan
kualitas, secara signifikan telah mengurangi jumlah kesalahan analitik.
Pelaksanaan pemantapan mutu internal tahap analitik ini adalah
dengan menggunakan bahan kontrol dan bahan kalibrasi yang terukur
dan dapat dianalisa presisi serta akurasinya, dan menentukan
kesalahan yang terjadi (acak atau sistematis) dan memperbaikinya
dengan tata cara yang sudah ditentukan.8
c) Post Analitik
Tindakan untuk mengurangi kesalahan pada tahap post analitik
adalah dengan melakukan verifikasi baik teknis ataupun klinis dan
validasi hasil pemeriksaan laboratorium sebelum dikeluarkan atau
diberikan kepada klinisi. Hasil yang dikeluarkan oleh laboratorium
harus dipastikan sudah mengalami proses verifikasi dan validasi.8

C. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Trombosit


a) Faktor Patologis
Faktor penyebab trombositopenia adalah alergi, infeksi virus,
penggunaan obat, seperti obat anti radang non-steroid (ibuprofen, aspirin).
Gangguan kolagen, seperti lupus eriternatosus, tranfusi darah dan
pembedahan, keracunan darah, penyakit hati, perawatan radiasi untuk
kanker, kemoterapi, dan sinar X dapat menurunkan trombosit (Agus
Riyanto, 2009).7

Faktor penyebab trombositosis adalah setelah pemberian epinefrin,


pemulihan sumsum tulang, kemoterapi sitotoksik (Pengobatan defisiensi
vitamin B12 atau folat), keganasan, defisiensi besi, penyakit peradangan
kronis (penyakit kolagen vaskular, penyakit usus meradang), infeksi
kronis (tuberkulosis, osteomielitis) (Ronald A. Sacher, Richard A.
Mcpherson, 2004).7

b) Faktor Teknis
Faktor yang dapat menurunkan hasil pemeriksaan trombosit
berdasarkan teknik pemeriksaanya:7
1. Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai
dapat menyebabkan kesalahan pada hasil:
a. Volume terlalu sedikit (1-1,5 mg Na2EDTA/ml darah
untuk Na2EDTA kering dan 10 ul/1ml darah untuk EDTA
cair). Sel-sel eritrosit mengalami krenasi, sedangkan
trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. Dapat
diartikan jumlah trombosit akan menurun
b. Volume terlalu banyak (1-1,5 mg Na2EDTA/ml darah
untuk Na2EDTA kering dan 10 ul/1ml darah untuk EDTA
cair) dapat menyebabkan terbentuknya jendalan yang
berakibat menurunnya jumlah trombosit.
c. Pemeriksaan hitung jumlah trombosit yaitu penundaan
pemeriksaan lebih dari 1 jam menyebabkan penurunan
jumlah eritrosit.
2. Pengunaan darah kapiler menyebabkan hitung trombosit cenderung
lebih rendah.
3. Pengambilan sampel darah yang lamban menyebabkan trombosit
saling mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran
yang kurang adekuat juga dapat menyebabkan agregasi trombosit,
bahkan dapat terjadi bekuan (Gandasoebrata, 2013).
4. Kesalahan pada saat pengambilan darah vena antara lain:
a. Menggunakan torniquet terlalu lama atau terlalu keras
sehingga mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi.
b. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
c. Terjadinya bekuan dalam spuit karena lambatnya bekerja.
d. Terjadinya bekuan dalam botol karena tidak dicampur
semestinya dengan antikoagulan yang digunakan
(Gandasoebrata, 2013).
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Trombosit
a) Kondisi Pasien
Jenis kelamin, umur, genetik, ras, dan penggunaan obat
(Pambayun, 2015).6

b) Penerimaan Spesimen
Petugas harus selalu memeriksa kesesuaian antara spesimen yang
diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan. Petugas juga harus
mencatat kondisi fisik spesimen, antara lain warna, volume, kekeruan
dan konsistensi. Spesimen yang tidak memenuhi syarat hendaknya
ditolak (PERMENKES, 2012).6

c) Sampel Darah
Menghitung jumlah trombosit menggunakan darah kapiler dapat
menyebabkan jumlah trombosit menjadi rendah.6

d) Antikoagulen
Perbandingan antikoagulan dengan darah harus sesuai. Apabila
volume antikoagulan terlalu sedikit, trombosit akan mengalami
disintegrasi dan membesar, sedangkan eritrosit mengalami krenasi,
sehingga jumlah trombosit akan menjadi rendah. Apabila volume
antikoagulan terlalu banyak, trombosit akan menurun karena terbentuk
jendalan.6

Macam-macam antikoagulan:
 EDTA (Etilen Diamin Tetracetate)
EDTA tersedia dalam bentuk garam atau natrium. Garam tersebut
mengubah ion kalisum dari darah menjadi bentuk bukan ion. EDTA
tidak berpengaruh terhadap bentuk sel-sel darah dan juga EDTA
dapat mencegah trombosit menggumpal. Tiap 1 mg EDTA untuk 1
mL darah.6

 Heparin
Heparin menjadi antikoagulan pilihan karena heparin tidak
mengubah komposisi darah. Antikoagulan ini jarang digunakan
dalam pemeriksaan di laboratorium karena harganya relatif mahal.
Pada pemeriksaan apusan darah tepi tidak dianjurkan menggunakan
antikoagulan heparin karena dapat mengakibatkan latar belakang
berwarna biru gelap (Nugraha 2015).6

 Natrium Citrat
Larutan dengan konsentrasi 3,8%. Natrium citrat mmengendapkan
ion kalsium sehingga menjadi bentuk bukan ion. Antikoagulan ini
sangat baik untuk tes koagulasi dan laju endap darah.6

 Oksalat
Oksalat merupakan antikoagulan yang banyak digunakan dalam
bentuk kalsium oksalat. Oksalat dapat mencegah koagulasi dengan
mengendapkan kalsium. Kalsium oksalat tidak berpengaruh terhadap
morfologi leukosit.6

e) Waktu Penyimpanan Spesimen


Batas waktu penyimpanan darah EDTA pada suhu kamar untuk
pemeriksaan trombosit adalah 1 jam. Pemeriksaan hitung jumlah
trombosit yang ditunda selama 1 jam dapat menyebabkan menurunnya
jumlah trombosit. Trombosit akan mudah pecah, proses agregasi dan
adhesi sehingga menyebabkan trombosit bergabung satu sama lain.6

f) Suhu

Suhu sangat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan trombosit.


Pemeriksaan suhu kamar memiliki batas tertentu. Suhu yang baik
untuk pemeriksaan trombosit adalah 4°C. Pada suhu tersebut trombosit
akan lebih stabil.6

2.7. Laju Endapan Darah

LED adalah kecepatan pengendapan eritrosit dari suatu sampel darah yang
diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm per jam. LED
menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dan plasma.
Darah dengan antikoagulan yang dimasukkan dalam tabung berlumen kecil dan
diletakkan tegak lurus akan menunjukkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan
yang disebut dengan LED. Nilainya pada keadaan normal relative lebih kecil
karena pengendapan eritrosit disebabkan karena gravitasi diimbangi oleh tekanan
keatas (Ibrahim, 2006).4

LED atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)


merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan
sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah ke dalam
tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap
maka makin tinggi Laju Endap Darahnya. Tinggi ringannya nilai pada LED
memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang.
Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun
memiliki nilai LED yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki LED tinggi,
dan sebaliknya bila LED normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi
pemeriksaan LED masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung
pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter. Namun biasanya dokter
langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai LED di atas
normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai laju endap darahnya
tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, LED pun bisa dipergunakan untuk
mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat (Azhar, 2009).4

A. Tahap Fase Laju Endapan (LED)


Ada tiga fase pada laju endap darah diantaranya yaitu sebagai berikut:3

a) Fase percepatan (tahap agregasi)


Yaitu fase pembentukan rouleaux, eritrosit baru saling menyatukan
diri, waktu yang diperlukan untuk fase pertama ini kurang dari 15
menit.3,4

b) Fase menjadi maksumal (tahap sendimentasi)


Yaitu fase pengendapan eritrosit dengan kecepatan konstan karena
partikel-partikel eritrosit menjadi lebih besar dengan permukaan yang
lebih kecil sehingga lebih cepat mengendap, lama waktu yang
diperlukan fase ini adalah 30 menit.3,4
c) Fase kecepatan lambat kedua (tahap pengepakan)
Yaitu fase pengendapan eritrosit sehingga sel-sel eritrosit
mengalami pemampatan pada dasar tabung, kecepatan mengendapnya
mulai berkurang sampai sangat pelan. Fase ini berjalan sampai kurang
lebih 15 menit (DepKes, 2004).3,4

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Endapan Darah (LED)


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah diantaranya
yaitu:3

a) Faktor Eritrosit

Faktor terpenting yaitu menentukan kecepatan endapan eritrosit


adalah ukuran atau massa dari partikel endapan. Pada beberapa
penyakit dengan gangguan fibrinogen plasma dan globulin, dapat
menyebabkan perubahan permukaan eritrosit dan peningkatan laju
endap darah. Laju endap darah berbanding terbalik dengan viskositas
plasma.3

b) Faktor Plasma
Beberapa protein plasma mempunyai muatan posisif dan
mengakibatkan muatan permukaan eritrosit menjadi netral, hal ini
menyebabkan gaya menolak eritrosit menurun dan mempercepat
terjadinya agregasi atau endapan eritrosit. Beberapa protein fase akut
memberikan kontribusi terjadinya agregasi.3

c) Faktor Teknik dan Mekanik


Faktor terpenting pemeriksaan laju endap darah adalah tabung
harus benar-benar tegak lurus. Perubahan dan menyebabkan kesalahan
besar 30%. Selain itu selama pemeriksaan rak tabung tidak boleh
bergetar atau bergeser. Panjang diameter bagian dalam tabung laju
endap darah juga mempengaruhi hasil pemeriksaan (Herdirman,
2004).3
Sedangkan menurut Santi (2012) dalam pemeriksaan laju endap
darah terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:3

a) Jumlah eritrosit
Bila terdapat sangat banyak eritrosit maka laju endap darah
akan terjadi penurunan dan bila sangat sedikit eritrosit maka
laju endap darah akan mengalami peningkatan.3

b) Viskositas darah
Viskositas darah tinggi karena tekanan keatas mungkin
dapat menetralkan tarikan kebawah sehingga laju endap darah
akan mengalami penurunan.3

c) Muatan eritrosit
Hal ini sangat besar artinya penentuan tingginya laju endap
darah. Dalam keadaan meningkatnya penggumpalan atau
perlekatan sel, dapat juga meingkatnya laju endap darah,
misalnya adanya makromolekul dengan konsentrasi tinggi
dalam plasma mengurangi sifat saling tolak menolak antara sel-
sel eritrosit sehingga mengakibatkan eritrosit lebih mudah
melekat satu dengan yang lainnya dan memudahkan
terbentuknya rouleaux.3

d) Bentuk eritrosit
Eritrosit dengan bentuk abnormal mempunyai permukaan
yang relatif besar dibandingkan berat sel sehingga laju endap
darah menurun.3

e) Berat eritrosit
 Makrositer: laju endap darah lambat turun
 Spherositer: laju endap darah cepat turun
 Mikrositer: laju endap darah lambat turun. Laju endap
darah bertambah cepat bila eritrosit meingkat, tetapi
kecepatan berkurang apabila permukaan sel lebih besar.3
f) Waktu
Untuk pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan
maksimal 2 jam setelah sampling darah. Apabila dikerjakan
setelah lebih dari 2 jam maka bentuk eritrosit keadaan ini akan
mempercepat terjadinya rouleaux dan akibatnya akan
mempercepat laju endap darah.3

g) Luas permukaan tabung


Semakin besar diameternya maka laju endap darah
semakin cepat turun.3

h) Kedudukan tabung
Apabila meletakkan tabung dalam posisi miring maka laju
endap darah akan meningkat. Tabung yang miring 3° akan
mempercepat laju endap darah sebanyak 3%.3

i) Perbandingan antara koagulan dan darah yang tidak tepat


Keadaan ini menyebabkan terjadinya defibrinasi atau
partial cloting yang akan memperlambat laju endap darah.
Antikoagulan yang seharunya digunakan bila terlalu banyak
pengendapan sel akan berjalan lambat. Setiap 1 ml darah
dibutuhkan 1 mg EDTA untuk menghindari pembekuan darah.3

j) Temperatur
Sebaiknya dikerjakan pada suhu 18°C-27°C. Pada suhu rendah
viskositas meningkat laju endap darah menurun. Suhu yang
tinggi akan mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu
yang rendah akan memperlambat. Maka dari itu sangat perlu
memperhatikan keadaan suhu pada saat melakukan
pemeriksaan laju endap darah untuk mendapatkan hasil yang
sesuai.3

C. Pemeriksaan Laju Endapan Darah


a) Metode Westergreen
Westergren pada tahun 1921 memperkenalkan teknik pemeriksaan
LED yang dikenal dengan metode Westergren. Metode ini memakai
tabung/ pipet dengan panjang 300,5 mm, ± 0,5 mm, diameter luar 5,5
mm ± 0,5 mm dan diameter dalam 2,35 mm ± 0,15 mm, memiliki
skala 200 mm. Rak yang digunakan vertical dengan batas kemiringan
tidak lebih dari 1°.4

i. Alat
1. Pipet Westergren
Panjang pipet : 300 mm Sekala : 0- 200 mm Garis
tengah : 2,5 mm Isi tabung : + 1 mL
2. Rak tabung Westergren
3. Torniket
4. Tabung EDTA
5. Holder
6. Vakutainer
7. Kapas steril
8. Timer
9. Tabung Westergren4
ii. Bahan
Darah : 5cc
NaCl 0,9%: 100 mL

iii. Cara Kerja


 Cara pengambilan sampel darah
Pengambilan sampel darah vena.4
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ikatkan torniket dipasang pada lengan atas, dan tangan
pasien digepalkan.
3. Tempat yang akan diambil darahnya dibersihkan
dengan kapas alkohol dan biarkan hingga kering.
4. Menusukkan jarum kedalam vena dengan posisi lubang
jarum menghap ke atas.
5. Segera lepaskan torniket setelah darah mengalir,
kemudian lepaskan jarum perlahan-lahan.
6. Segera tekan dengan kapas selama 3-5 menit, dan
plaster bagian veni puncture.
7. Jarum dilepas dari spuit dan darah di alirkan melalui
dinding tabung penampungan yang telah berisi anti
koagulan EDTA.
8. Memberikan label pada tabung yang berisi data pasien
(nama, jenis kelamin, jenis pemeriksaan, dan umur).
 Prosedur pemeriksaan laju endap darah

Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Westergren.4

Prinsip pemeriksaan
Sampel darah dengan anti koagulan di masukkan kedalam
tabung khusus bersekala dan diletakkan tegak lurus ,maka
eritrosit akan mengendap. Pengendapan ini diukur pada 1 jam.4

Cara pemeriksaan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. NaCl dipipet dengan pipet Westergren sampai sekala
150 mm, kemudian dimasukkan ke dalam tabung
Westergren.
3. Sampel darah dengan anti koagualan EDTA dihisap
dengan pipet Westergren sampai skala 0 mm dan
dimasukkan kedalam tabung Weastergren.
4. Kemudian darah dan NaCl dicampur dengan cara
menyedot dan meniup beberapa kali sehingga
tercampur baik.
5. Darah yang telah tercampur denga NaCl dihisap dengan
pipet Westergren sampai skala 0, kemudian pipet
Westergren tegak lurus pada rak Westergren.
6. lakukan langkah tersebut sebanyak 3 kali dalam suhu
16˚C, 20˚C dan 27˚C.
7. Baca tingginya pengendapannya.
Nilai normal
Wanita : 0-15 mm/jam (Gandasoebrata, 2007).
Pria : 0-10 mm/jam (Gandasoebrata, 2007).4

D. Manfaat Laju Endapan Darah


Pemeriksaan laju endap darah memiliki banyak manfaatnya sehingga
dokter dapat menggunakan laju endap darah untuk memonitor penyakit yang
dicurigai. Ketika penyakit itu menjadi parah maka nilai laju endap darah akan
naik, sedangkan jika penyakit tersebut mulai membaik maka laju endap darah
akan menurun. Meningkatnya nilai laju endap darah tidak dapat mendeteksi
penyakit secara spesifik, tetapi merupakan indikator adanya penyakit. Selain
itu dapat mendeteksi inflamasi atau penyakit ganas rheumatic fever dan
serangan jantung. Meskipun bersifat tidak spesifik tetapi sangat bermanfaat
dalam mendeteksi adanya TBC, nekrosis atau kematian jaringan, kerusakan
tulang, atau penyakit yang lain yang tidak menunjukkan gejala (Christopher,
2003).3

E. Penilaian Laju Endapan Darah


a) Nilai Normal Laju Endapan Darah

Pada orang sehat sel eritrosit berisi muatan listrik negatif, sel-sel
ini akan tolak-menolak sehingga tidak terbentuk deretan uang logam.3

Menurut Kiswari (2014), nilai normal laju endap darah


berdasarkan metode westergren yaitu:3
1. Orang dewasa
Laki-laki usia 18-50 tahun :0-15 mm/jam
Wanita usia 18-50 tahun :0-20 mm/jam
Orang lanjut usia > 60 tahun :0-20 mm/jam
2. Anak-anak
Bayi baru lahi :0-2 mm/jam
Anak-anak dan remaja :3-13 mm/jam

b) Nilai Abnormal Laju Endapan Darah

Apabila laju endap darah itu sangat tinggi maka muatan itu tidak
negatif lagi tetapi berubah menjadi netral. Pada suatu peradangan,
interleukin yang berasal dari granulosit-granulosit yang rusak,
merangsang sel hati untuk meningkatkan produksi fibrinogen. Protein
yang memegang peranan utama dalam proses pembekuan darah, hanya
dibuat dalam hati. Kadar fibrinogen dalam darah akan naik dan
fibrinogen membentuk suatu lapisan tipis di sekeliling eritrosit,
sehingga eritrosit akan kehilangan muatan listrik negatif dan
membentuk deretan uang logam.3

Anda mungkin juga menyukai