Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang warnanya merah. Warna merah keadaannya tidak tetap tergantung
pada banyaknya O2dan CO2di dalamnya. Darah yang banyak mengandung
CO2 warnanya merah tua.Adanya O2 dalam darah diambil dengan jalan
pernapasan, dan zat ini sangat bergunapada peristiwa pembongkaran atau
metabolisme di dalam tubuh. Orang-orang dengan kelainan trombosit, baik
kualitatif maupun kuantitatif, sering mengalami perdarahan-perdarahan kecil
di kulit dan permukaan mukosa yang disebut ptechiae, dan tidak dapat
mengehentikan perdarahan akibat luka yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Agar dapat berfungsi dengan baik, trombosit harus memadai dalam
kuantitas (jumlah) dan kualitasnya. Kandungan dari plasma terdiri dari gas O2
dan CO2, hormon-hormon, enzim, antigen. Unsur-unsur padat, yaitu sel
darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis: Eritrosit (sel darah merah), Lekosit (sel
darah putih) dan Trombosit (keeping-keping darah).
Pembentukan sumbat hemostatik akan berlangsung dengan normal
jika jumlah trombosit menandai dan kemampuan trombosit untuk berdhesi
dan beragregasi juga bagus. Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk
menilai kualitas trombosit adalah agregasi trombosit, retensi trombosit,
retraksi bekuan, dan antibody anti trombosit. Sedangkan uji laboratorium
untuk menilai kuantitas trombosit adalah masa perdarahan dan hitung
trombosit.
Terdapat beberapa metode pemeriksaan hitung jumlah trombosit, di
antaranya adalah menggunakan cara manual dan automatik. Cara manual
antara lain cara langsung dan tak langsung. Cara langsung dengan yang
menggunakan bilik hitung dancara tak langsung dengan menggunakan sedian
darah apus. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu
perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 % adalah cairan,
sedangkan 45 % sisanya dari sel darah. Dan jumlah ini dinyatakan dalam nilai
hematokrit atau volume sel darah yangdipadatkan yang berkisar antara 40-47.
Volume darah dalam kondisi sehat adalah konstan dan sampai batas tertentu
diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan
(Ratnaningsih,2003).
Pemeriksaan sediaan apus darah tepi merupakan pemeriksaan darah rutin
dan pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan darah rutin terdiri dari Hemoglobin,
jumlah sel darah putih, hitung jenis sel darah putih, dan laju endap darah.
Pemeriksaan penyaring tediri dari gambaran darah tepi, jumlah sel darah
merah, hematokrit, indeks sel darah merah, jumlah retikolosit, dan trombosit.
Sediaan apus darah tepi menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu sediaan
apus darah tipis dan sediaan apus darah tebal dengan menggunakan beberapa
larutan untuk pewarnaannya.
Oleh karena itu yang melatar belakangi pembuatan makalah ini yaitu
untuk mengetahui bagaimana hitung trombosit dan penilaian apus darah tepi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian darah ?
2. Apa yang dimaksud dengan trombosit ?
3. Apa saja metode pemeriksaan trombosit ?
4. Bagimana pemeriksaan laboratorium hitung jumlah trombosit ?
5. Apa saja kelalaian trombosit ?
6. Apa yang dimaksud dengan apusan darah tepi ?
7. Bagaimana pembuatan apusan darah tepi ?
8. Bagaimana ciri-ciri sediaan apusan darah tepi yang baik ?
9. Bagaimana pemeriksaan apusan darah tepi ?
10. Pemeriksaan apa saja yang menggunakan apusan darah tepi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian darah
2. Untuk mengetahui pengertian trombosit
3. Untuk mengetahui metode pemeriksaan trombosit
4. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium hitung jumlah trombosit
5. Untuk mengetahui kelaianan trombosit
6. Untuk mengetahui pengertian apusan darah tepi
7. Untuk mengetahui pembuatan apusan darah tepi
8. Untuk mengetahui ciri-ciri sediaan apusan darah tepi yang baik
9. Untuk mengetahui pemeriksaan apusan darah tepi
10. Untuk mengetahui pemeriksaan yang menggunakan apusan darah tepi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Darah


Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di
dalam arteri (sudah dioksigenasi) dan berwarna merah ungu gelap di dalam
vena (deoksigenasi), setelah melepas sebagian oksigen ke jaringan. Darah
bersifat sedikit alkali dan pH-nya hanya sedikit bervariasi sepanjang
kehidupan karena sel-sel badan hanya bisa hidup bila pH dalam batas normal.
Jumlah darah sekitar 5% berat badan, sehingga volume rataratanya adalah 3-4
liter (Watson, 2002).
2.2 Definisi Trombosit
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari
sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam
sirkulasi darah selama 10 hari. Fungsi utama trombosit adalah melindungi
pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang
terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh
darah. Mereka membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan
trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan
agregasi (perlekatan antar sel trombosit). Pembentukan sumbat hemostatik
akan berlangsung dengan normal jika jumlah trombosit memadai dan
kemampuan trombosit untuk beradhesi dan beragregasi juga bagus.
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit
diaktifkan setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit
terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari.
Sebesar2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di
limfa. Produksi trombosit mengikuti pembentukan mikrovesikulus dalam
sitoplasma sel yang bersatu (koalesensi) membentuk membrane batas
pemisah (demarkasi) trombosit. Produksi trombosit berada dibawah kontrol
zat humoral yang dikenal sebagai trombopoietin. Hitung trombosit normal
adalah sekitar 250 x 109/L (batas150-400 x 109/L) (Tarwoto, 2006).
Jumlah trombosit dalam keadaan normal antara 200.000-500.000 per µl
darah. Jumlah trombosit dalam darah dapat diketahui dengan cara
pemeriksaan hitung jumlah trombosit. Trombosit sukar dihitung karena
mudah sekali pecah dan sukar dibedakan dengan kotoran kecil, dan
cenderung melekat pada permukaan asing (bukan endotel utuh)
dan membentuk gumpalan (Gandasoebrata, 2010).
2.3 Metode Pemeriksaan Trombosit
Hitung trombosit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Metode secara langsung dengan menggunakan kamar hitung yaitu dengan
mikroskop fasekontras dan mikroskop cahaya (Rees-Ecker) maupun secara
otomatis. metode yang dianjurkan adalah penghitungan dengan mikroskop
fase kontras dan otomatis. Metode otomatis akhir-akhir ini banyak dilakukan
karena bisa mengurangi subyektifitas pemeriksaan dan penampilan diagnostik
alat ini cukup baik. Hitung trombosit secara tidak langsung yaitu dengan
menghitung jumlah trombosit padasediaan apus darah yang telah diwarnai.
Cara ini cukup sederhana, mudah dikerjakan, murah dan praktis. Keunggulan
cara ini adalah dalam mengungkapkan ukuran dan morfologi trombosit, tetapi
kekurangannya adalah bahwa perlekatan kekaca obyek atau distribusi yang
tidak merata di dalam apusan dapat menyebabkan perbedaan yang mencolok
dalam perhitungan konsentrasi trombosit. Sebagai petunjuk praktis adalah
bahwa hitung trombosit adekuat apabila apusan mengandung satu trombosit
per duapuluh eritrosit, atau dua sampai tiga trombosit per lapang pandang
besar (minyak imersi) (Ratnaningsih dan Setyawati, 2003).
Pemeriksaan apusan harus selalu dilakukan apabila hitung trombosit
rendah karena penggumpalan trombosit dapat menyebabkan hitung trombosit
rendah palsu. Bahan pemeriksaan yang dianjurkan untuk pemeriksaan hitung
trombosit adalah darah EDTA. Antikoagulan ini mencegah pembekuan darah
dengan cara mengikat kalsium dan juga dapat menghambat agregasi
trombosit(Ratnaningsih dan Setyawati, 2003).
1. Metode Langsung (Rees Ecker)
Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu
denganmikroskop cahaya. Pada hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah
diencerkan kedalam larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue
sehingga trombosit tercatbiru muda. Sel trombosit dihitung dengan
menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop. Secara mikroskopik
trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lila lebih
kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar atau
bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%. Penyebabnya
karena faktor teknik pengambilan sampel yang menyebabkan trombosit
bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat dan
penyebaran trombosit yang tidak merata (Ratnaningsih dan Setyawati,
2003).
2. Metode tidak langsung
Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan
pewarna Wright, Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada
bagian sediaan dimana eritrosit tersebar secara merata dan tidak saling
tumpang tindih. Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode
Fonio yaitu jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit,
sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung. Cara ini
sekarang tidak digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain
menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung eritrosit
(Ratnaningsih dan Setyawati, 2003).
Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan
sediaan apus dilakukan dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000
memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk populasi trombosit
normal dan tinggi (trombositosis). Korelasinya dengan metode otomatis
dan bilik hitung cukup erat. Sedangkan untuk populasi trombosit rendah
(trombositopenia) di bawah 100.000 per mmk, penghitungan trombosit
dianjurkan dalam 10 lpmix2000 karena memiliki sensitifitas dan
spesifisitas yang baik. Korelasi dengan metode lain cukup erat
(Ratnaningsih dan Setyawati, 2003).
2.4 Pemeriksaan Laboratorium Hitung Jumlah Trombosit
Menurut (Ratnaningsih dan Usi, 2005) bahwa dalam pemeriksaan hitung
jumlah trombosit yaitu :
Metode : Direct counting dengan bilik hitung
Prinsip :
Darah diencerkan dengan Ammonium oxalate 1 % maka sel-sel
selain trombosit dan eritrosit dilisiskan dan darah menjadi lebih
encer sehingga trombosit lebih mudah dihitung. Jumlah trombosit
dihitung dalam bilik hitung di bawah mikroskop dengan
perbesaran sedang.
Reagensia: Larutan Amonium Oksalat 1% (Bisa juga digunakan Rees Ecker)
Alat-alat :
Tabung reaksi, Pipet 20 µl (adjusted), 2000 µl, Bilik hitung
Improved Neubauer, Cawan Petri, Mikroskop. Counter
Spesimen : Darah EDTA
Cara Kerja:
1. Dipipetkan 2000 µl reagen ammonium oxalat 1% dan masukkan dalam
tabung reaksi.
2. Ditambahkan ke dalam tabung 20 µl specimen darah, campur hingga
homogeny.
3. Cairan tersebut (reagen+darah) dipipet dengan pipet tetes, kemudian
sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 300 pada permukaan kamar hitung
dan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung terisi cairan
dengan daya kapilaritasnya.
4. Letakkan kamar hitung kedalam cawan petri yang didalamnya ada kertas
tissue yang sudah dibasahi, inkubasi selama 15 menit.
5. Periksa dibawah mikroskop lensa obyektif 40x.
Perhitungan :
Jumlah trombosit = N/V x P
Keterangan: N = Jumlah Sel
V =Volum bilik hitung = 0.04 mm3
P = Pengenceran = 101 x
Nilai Normal :
Jumlah Trombosit normal adalah 150.000-400.000 sel/mm3 darah.
2.5 Kelainan Trombosit
1. Trombositopenia
Trombositopenia adalah istilah keadaan dimana jumlah trombosit
dibawah jumlah normal. Penurunan sampai dibawah 10.000 sel/mm3
darah berpotensi untuk terjadinya pendarahan dan hambatan pembekuan
darah. Penyebab trombosipenia : penurunan masa hidup,
sekuestrasi/pemecahan. Abnormal terjadi pada hopersplenisme,
Trombopoetik trombosipenia purpura, uremik hemolitik, DIC, sepsis,
trombosipenia imun.
2. Trombositosis
Trombositopenia adalah istilah keadaan dimana jumlah trombosit diatas
jumlah normal. Kelainan-kelainan Mieloproliferastif: Terjadi pada
Polisitemia vera, myeloid agranulosit, leukemia granulositik kronik,
(Trombositopenia primer). Trombositosis sekunder: dapat disebabkan oleh
peradangan, keganasan, penyakit hodgin, perdarahan akut, pasca
splenoktomi,reboun dari defisiendi besi yang parah.
2.6 Apusan Darah Tepi
Sedian apus darah tepi (A peripheral blood smear / peripheral blood film)
merupakan slide untuk mikroskop (kaca objek) yang pada salah satu sisinya
di lapisi dengan lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan pewarnaan
(biasanya Giemsa, Wright) dan diperiksa di bawah / dengan menggunakan
mikroskop.
Pemeriksaan apusan darah tepi merupakan salah satu pemeriksaan paling
informatif yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Belakangan ini telah
ditemukan alat analisis sel darah otomatis sehingga pemeriksaan apusan darah
tepi tampak kurang bermanfaat, tetapi hasil pemeriksaan darah dengan
teknologi analisis sel darah otomatis tidak dapat menggantikan interpretasi
pemeriksaan apusan darah tepi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih. Hal ini disebabkan karena tenaga kesehatan tersebut mengetahui
keadaan klinis pasien, perjalanan penyakitnya, riwayat keluarga dan riwayat
sosial ekonominya (Longo,2012).
Darah yang digunakan dalam pembuatan apusan darah tepi dapat berasal
dari vena maupun dari kapiler. Apabila spesimen darah diambil dari vena,
maka apusan darah harus segera dibuat setelah spesimen didapatkan, karena
penundaan pemeriksaan dapat menyebabkan perubahan morfologi komposisi
darah (Longo,2012).
Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai
unsur sel darah tepi seperti eritosit, leukosit, dan trombosit dan mencari
adanya parasit seperti malaria, tripanasoma, microfilaria dan lain sebagainya.
Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil yang baik (Arjatmo Tjokronegoro, 1996).
Jenis Apusan Darah Tepi
1. Sediaan Darah Tipis
Ciri-ciri apusan sediaan darah tipis yaitu lebih sedikit membutuhkan
darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tebal
morfologinya lebih jelas. bentuk parasit plasmodium berada dalam eritrosit
sehingga didapatkan bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna.
Serta lebih mudah untuk menentukan spesies dan stadium parasit dan
perubahan pada eritrosit yang dihinggapi parasit dapat dilihat jelas.
(Sandjaja 2007).
2. Sediaan Darah Tebal
Ciri-ciri apusan sediaan darah tebal yaitu membutuhkan darah lebih
banyak untuk pemeriksaan dibanding dengan apusan darah tipis, sehingga
jumlah parasit yang ditemukan lebih banyak dalam satu lapang pandang,
sehingga pada infeksi ringan lebih mudah ditemukan. Sediaan ini
mempunyai bentuk parasit yang kurang utuh dan kurang begitu lengkap
morfologinya. (Sandjaja 2007).
2.7 Pembuatan Apusan Darah Tepi
Cara pembuatan apusan darah tepi yaitu:
1) Mengambil darah pada homo biasanya dari jari tangan 2, 3, atau 4,
sebaiknya jagan jari nomor 1 dan 5. Adapun caranya paling sedikit alat-
alat penusuk haruslah telah disterilkan dengan mendidihkan selama
minimal 15 menit dan sebelum dipakai gosoklah dengan alkohol 70%
tempat yang akan ditusukpun harus digosok alkohol. Penusukan
sebaikknya darahnya secukupnya hingga darah menetes.
2) Tetes pertama darah dihapus dengan menggunakan tissue. Kemudian
tetes berikutnya diteteskan diatas objek glass.
3) Meletakkan deck glass pada sisi muka tetes darah tersebut, lalu menarik
kebelakang sedikit sampai kira-kira ditengah lingkaran darah, supaya
timbul kapiler yang menyebabkan darah dengan sendirinya merata ke kiri
dan ke kanan.
4) Mendorong deck glass dengan kekuatan dan kecepatan yang sama rata
supaya mendapatkan film darah yang tipis sama rata. Arah mendorong
itu menentukan hasil apusan disamping bersih dan beban lemaknya objek
glass serta kekuatan dan kecepatan mendorong dan sudut antara benda
tadi.
5) Mengeringkan diudara dan memfixir dengan methyl alkohol 3-5 menit
bilamana akan diwarnai degan giemsa.
Apusan kurang lebih 2/3 panjang slide; terdapat bagian yang tebal, tipis,
dan peralihan tebal tipis; apusan lebih sempit dari slide dengan tepi yang
halus; bebas goresan, lubang, tonjolan, kerutan, dan kontaminasi. Setelah
kering, apusan darah harus diberi pewarnaan supaya pemeriksa dapat
mengidentifikasi sel-sel darah di bawah mikroskop. Pewarnaan yang
digunakan untuk melihat morfologi sel darah adalah pewarnaan Giemsa.
Gambar 1 Pembuatan Apusan Darah Tepi
A. Pewarnaan Apusan Darah Metode May Grunwald-Giemsa
1) Keringkan apusan di udara, kemudian di fiksasi dengan cara
merendamnya dalam stoples berisi metanol selama 5-10 menit. Untuk
apusan sumsum tulang, dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memastikan pengeringan secara menyeluruh dan kemudian di
celupkan selama 15-20 menit dalam metanol
2) Apusan harus sesegera mungkin difiksasi setelah kering. Jika
dibiarkan pada suhu kamar dalam keadaan tidak terfiksasi, mungkin
akan terjadi noda plasma kering pada latar belakang warna biru pucat
yang tidak mungkin untuk dibersihkan tanpa merusak sel-sel darah.
Penting untuk mencegah kontak dengan air sebelum fiksasi selesai.
3) Metil alkohol (metanol) adalah zat fiksatif pilihan, meskipun etil
alkohol (alkohol absolut) juga dapat digunakan. Untuk mencegah
alkohol tekontaminasi oleh air, maka harus disimpan dalam botol
dengan sumbat erat dan tidak dibiarkan terbuka, terutama pada ruang
yang lembab karena akan menyerap air.
4) Masukan slide yang telah terfiksasi ke dalam stoples berisi pewarnaan
May-Grunwald yang baru di encerkan dengan volume yang sama
dengan air terbufer.
5) Setelah sekitar 15 menit direndam dalam larutan, pindahkan slide
kedalam botol berisi pewarna Giemsa yang baru di encerkan dengan
9x volume air terbufer dengan pH 6,8.
6) Setelah 10-15 menit, pindahkan slide ke stoples air terbufer pada pH
6,8
7) Slide segera cepat di cuci dengan air yang mengalir (Rukman Kiswari,
2014).
B. Pewarnaan Apusan Darah Metode Methylen Blue
1) Meneteskan methylen blue dan dibiarkan selama 10 menit
2) Dengan menggunakan pembakar spritus, menghangatkan kaca objek
pada permukaan yang tidak ada apusan darahnya hingga air menguap,
jangan sampai kering
3) Mencuci apusan darah dengan merendamnya dalam aquadest selama ±
2 menit, kemudian keringkan di udara.
4). Mengamati dibawah mikroskop lalu dilakukan penutupan (Rukman
Kiswari, 2014).
C. Faktor Penyebab Hasil Pewarnaan Tidak Baik
No. Hasil Pewarnaan Penyebab
1. Terlalu Biru  Salah mempersiapkan stok
 Konsentrasi eosin terlalu rendah
 Larutan stok terpapar sinar terang
 Penggunaan batch pewarna terlalu
banyak
 Larutan pewarna terkontaminasi
 Waktu pewarnaan terlalu singkat
 Larutan pewarna terlalu asam

2 Apusan terlalu tebal Waktu yang tidak tepat dalam


menggunakan larutan buffer
3 Terlalu Ungu  Perbandingan Azure B : eosin Y
tidak tepat
 Larutan pewarna terkontaminasi
 pH buffer terlalu rendah
 Pencucian dengan buffer terlalu
rendah

4 Hasil pewarnaan pucat  Larutan pewarna kadaluwarsa


 Terlalu banyak menggunakan
pewarna
 Persiapan larutan stok tidak tepat
 Larutan pewarna terkontaminasi
 Temperatur yang terlalu tinggi

5 Granula Neutrofil tidak Kekurangan Azure B


terwarnai
6 Granula neutrofil Terlalu banyak Azure B
berwarna biru tua/hitam
(pseudotoksik)
7 Anomali pewarna Larutan pewarna terkontaminasi metal
lainnya dan garam
8 Latar belakang biru  Fiksasi tidak sempurna
 Sampel tidak segera difikasi
 Terdapat antikoagulan heparin

(Rukman Kiswari, 2014).


2.8 Ciri-Ciri Sediaan Darah Tepi Yang Baik

Gambar 2. Ciri-ciri sediaan darah tepi yang baik


1) Sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek, panjangnya adalah ½ -
¾ panjang kaca.
2) Pada sediaan harus ada bagian yan cukup tipis untuk diperiksa, pada
bagian-bagian itu eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan dan
tidak menyusun gumpalan atau rouleux.
3) Pinggir sediaan rata dan sediaan tidak boleh berlubang-lubang atau
bergaris-garis.
4) Penyebaran leukosit tidak boleh buruk, leukosit tidak boleh bertumpuk
pada pinggir-pinggir atau ujung-ujung sediaan(Bashar, 2013).
Adapun beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat
apusan darah tepi yang baik secara visual, diantaranya yaitu :
1) Ketebalannya gradual, paling tebal di daerah kepala, makin menipis ke
arah ekor (pada saat proses pengeringan dimulai dari bagian ekor menuju
ke kepala)
2) Apusan tidak melampaui atau menyentuh pinggir kaca objek
3) Tidak bergelombang atau terputus-putus
4) Tidak berlubang-lubang
5) Bagian ekornya tidak membentuk “bendera robek”
6) Panjang apusan kira-kira 2/3 panjang kaca objek(Bashar, 2013).
Zona Apusan DarahPembagian zona apusan darah yang dapat diamati
melalui mikroskop :
1) Zona I: Zona ireguler (± 3%) Penyebaran tidak teratur, bergerombol
sedikit/banyak dan tidak selalu sama pada tiap preparat.
2) Zona II: zona tipis (± 14%) Penyebaran tidak teratur, saling bertumpukan
dan berdesakan.
3) Zona III: zona tebal (± 45%) Penyebaran sel darah rapat/padat, saling
bertumpukan dan berdesakan.
4) Zona IV: zona tipis (± 18%) Penyebaran tidak teratur, saling
bertumpukan dan berdesakan.
5) Zona V: counting area/zona reguler (± 11%) 24 Sel-sel tersebar secara
merata, tidak saling bertumpukan dan berdesakan, bentuknya terlihat
masih utuh.
6) Zona VI: zona sangat tipis (± 9%) Daerah sebelum ekor terlihat eritrosit
tersusun longgar, cenderung membentuk gerombolan sel-sel yang
berderet.
Gambar 3. Pembagian Zona Apusan Darah
2.9 Pemeriksaan Apusan Darah Tepi
1) Morfologi Apusan Darah Tepi
Apusan darah tepipada dasarnya dibedakan menjadi 3 bagian,
yaitu:
1. Kepala, adalah bagian tempat darah diteteskan sebelum dilakukan
apusan
2. Ekor, bagin ujung preparat atau akhir apusan
3. Badan, bagian yang berada diantara kepala dengan ekor (Rukman
Kiswari, 2014).
2) Pemeriksaan Apusan Darah Tepi dengan Berbagai Pebesaran
Berdasarkan tujuan pengamatan, ADT sebaiknya diamati dengan
pembesaran lensa ocular 10x, dan secara berturut-turut dengan
pembesaran lensa objektif :
1. Pemeriksaan dengan Pembesaran 4x
a) Mengetahui apusan darah. Misalnya, apusan yang terlalu tipis,
terlalu tebal, dan sebagainya, apakah memenuhi syarat apusan yang
baik
b) Mengetahui kemungkinan adanya sel-sel ganas dengan cepat. Sel-
sel ganas pada umumnya menggumpal, morfologinya tergantung
pada jenis sel ganas tersebut. Megakariosit kadang-kadang
ditemukan pada pasien anak-anak karena anak-anak biasanya
menangis pada saat pegambilan darah
c) Adanya kemungkinan trombosit yang menggumpal, maka
pemeriksaan taksiran jumlah trombosit tidak dapat dilakukan
d) Ditemukannya sel epitel yang umumnya juga menggumpal
sehingga dapat mengacaukan dengan sel ganas
e) Bekan fibrin yang berwarna ungu, dan benang fibrin yang berwarna
merah muda
f) Microfilaria, sering disalahartikan sebagai benang fibrin
g) Autoaglutinasi(Rukman Kiswari, 2014).
2. Pembesaran dengan 10x
a) Melihat adanya formasi rouleaux
b) Taksiran jumlah leukosit (antara 25-40/ lapangan pandang)
c) Adanya parasit malaria, khusunya gametosit
d) Sel meiloid yang berukuran besar, misalnya pada anemia
megaloblastik (Rukman Kiswari, 2014).
3. Pembesaran dengan 40x
a) Taksiran jumlah leukosit (10-15 sel/lapang pandang) dalam hal ini
1 leukosit mewakili 20.000 sel/ml
b) Hitung jumlah leukosit, bagi yang telah berpengalaman pada
umunya dapatmengetahui jenis sel leukosit cukup dengan
pembesaran ini. Bila ditemukan adanya kelainan morfologi sel,
maka pemeriksaan dilakukan dengan pembesaran 100x (dengan
minyak emerai) (Rukman Kiswari, 2014).
4. Pembesaran dengan 100x
a) Mempertegas temuan dari pembesaran 40x
b) Menilai kualitas pewarnaan
c) Pemeriksaan hitung jenis leukosit
d) Pemeriksaan morfologi leukosit (Rukman Kiswari, 2014).
2.10Pemeriksaan Yang menggunakan Apusan Darah Tepi
1) Penilaian Eritrosit (Evaluasi Eritrosit)
Terhadap eritrosit dilakukan laporan tentang size (ukuran), shape
(bentuk), staining (warna) dan adanya benda inklusi, parasit, eritrosit
berinti, eritrosit normal berbentuk bulat. Contoh hasil evaluasi hapusan
darah tepi untuk eritrosit yang mempunyai kelaianan sebagai berikut:
a. Kelainan Bentuk
1. Ovalosit: eritrosit yang berbentuk lonjong atau oval.
2. Sperosit: eritrosit berbentuk lebih bulat dan lebih tebal dari
eritrosit normal. Bentuk irisan melintang bukan bikonkaf tapi
bikonveks.
3. Segistosit atau fragmentosit : eritrosit berupa fragmen-fragmen
kecil yang merupakan pecahan eritrosit.
4. Leptosit atau target sel: bentuk eritrosit sangat pipih, eritrosit
mempunyai warna kemerahan dibagian tengahnya.
5. Sickle sel : eritrosit berbentuk bulan sabit.
6. Burr sel: eritrosit mempunyai toonjolan pendek dan tumpul satu
atau lebih.
7. Akantosit: eritrosit yang mempunyai tonjolan-tonjolan panjang
seperti jalu.
8. Tear drop cell: eritrosit yang mempunyai bentuk seperti tetesan
air mata.
9. Crenation: eritrosit yang mempunyai tonjolan-tonjolan merata
pada permukaan eritrosit. Biasanya disebabkan sampel yang lama
atau fiksasi yang tidak segera dilakukan.
10. Poikilositosis: istilah yang menunjukkan bentuk eritrosit yang
bermacam-macam dalam sediaan hapus darah tepi.
11. Rouleaux: 3-5 eritrosit yang membentuk barisan atau susunan
seperti uang logam, sehingga membentuk suatu masa yang berat.
Biasanya karena peningkatan plasma protein dalam darah,
fibrinogen, alfa 1 dan alfa 2 globulin.
12. Stomatocyt : eritrosit dengan warna pucat dan tidak bundar,
melainkan berbentuk elips atau tongkat.
13. Eliptosit: eritrosit ini mempunyai bentuk oval, hanya saja pada
kedua bagian pinggirnya membentuk lonjong (Risaluvita, 2012).
b. Benda Inklusi :
1. Basophilic stipping : inklusi titik-titik berwarna biru merupakan
endapan RNA berupa granula-granula yang menyebar diseluruh
isi sel.
2. Howell jolly : benda ini merupakan inklusi tunggal biru padat
(satu titik).
3. Cincin Cabot : inklusi berbentuk cincin atau angka delapan.
4. Heinz bodies : tidak terwarnai oleh pewarnaan Romanowski.
5. Papean Heimer : granula siderotik, berwarna gelap, kecil, bulat.
6. Hb-H: tidak terwarnai oleh pewarnaan Romanowski(Risaluvita,
2012).
c. Eritrosit Berinti
Bila dijumpai eritrosit-eritrosit berinti, maka harus dihitung
jumlahnya per 100 leukosit. Dalam hal ini penting untuk mengoreksi
perhitungan jumlah lekosit, karena sel-sel ini tidak rusak oleh asam
cuka 2-3% (larutan pengencer pada perhitungan leukosit) dan
dihitung sebagai lekukosit (Risaluvita, 2012).
2. Penilaian Leukosit (Evaluasi Leukosit)
Terhadap leukosit dilaporkan kesan jumlah, hitung jenis sel dan
kelainan morfologi sel. Tiap-tiap perhitungan leukosit harus dikontrol
pemeriksaan hapusan darahnya, penaksiran jumlah leukosit harus
dilakukan pada daerah perhitungan (counting area), yaitu bagian dari
hapusan darah tempat eritrosit terletak berdampingan satu dengan lainnya
tidak bertumpukan. Bila didapatkan 20-30 leukosit per lapang pandang
ini kira-kira sesuai dengan kira-kira 10000.
a. Kelainan Morfologi Sel pada Leukosit :
1. Kelainan pada sitoplasma
2. Granula toksik : sitoplasma dari neutrofil terdapat granula kasar
kebiruan.
3. Agranula polimorfnuklear : granula sedikit/ sama sekali tidak ada
granula pada sel PMN.
4. Vakuolisasi : terdapatnya lubang pada sitoplasma atau inti.
5. Batang auer: batang merah yang mungkin ditemukan pada
sitoplasma monoblast atau mieloblast.
6. Limfosit plasma biru.
7. Smudge cells: leukosit rusak pada saat pembuatan sediaan apus.
8. Badan doble (Risaluvita, 2012).
b. Kelainan inti sel:
1. Hipersegmentasi: banyak dijumpai neutrofil dengan segmen inti
lebih dari 3.
2. Anomali pelger-huet: kebanyakan granulosit mempunyai satu
inti.
3. Piknosit: sel dengan kromatin inti menggumpal akibat proses
degenerasi (Risaluvita, 2012).
3. Penilaian Trombosit
Trombosit adalah pecahan sitoplasma megakariosit yang terdiri
atas 2 bagian yaitu kromomer yang bergranula terletak ditengah serta
hialomer yang mengelilingi kromomer, tidak bergranula dan berwarna
lebih muda. Terhadap trombosit harus dinilai jumlah dan kelainan
morfologinya. Dalam keadaan normal denga perbesaran 10-40x
trombosit didapatkan 4-8 sel per 100 eritrosit. Bila pada hapusan yang
baik sukar ditemukan trombosit maka menandakan bahwa jumlah
trombosit berkurang. Bila tiap lapang pandang dijumpai beberapa
trombosit terlihat banyak sekali, maka mungkin jumlah trombosit
meningkat (Risaluvita, 2012).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hitung trombosit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Metode secara langsung dengan menggunakan kamar hitung yaitu dengan
mikroskop fase kontras dan mikroskop cahaya (Rees-Ecker) maupun secara
otomatis, Hitung trombosit secara tidak langsung yaitu dengan menghitung
jumlah trombosit pada sediaan apus darah yang telah diwarnai. Tujuan
pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel
darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya parasit
seperti malaria, tripanosoma, microfilaria dan lain sebagainya. Sediaan apus
yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bashar, yazhid. 2013. Pembuatan Dan Pewarnaan Sediaan Apus.


(http://www.atlm.web.id/2013/04/pembuatan-dan-pewarnaan-sediaan-
apus. html). Diakses pada tanggal 2 April 2019.

Gandasoebrata, R, 2008, Penuntun Laboratorium Klinik, Edisi 5, Dian Rakyat :


Jakarta Diakses pada tanggal 2 April 2019.

Kiswari Rukman, 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga.

Prof. Dr. Tjokronegoro, Arjatmo dan Hendra Utama. 1996. Pemeriksaan


Hematologi Sederhana. FKUI: Jakarta.

Ratnaningsih, T. dan Setiyawati, 2003. Perbandingan antara hitung trombosit


metode langsung dan tidak langsung pada trombositopenia. Berkala
Kesehatan Klinik, Vol IX No 1, Juni 2003, RS Dr. Sardjito, Yogyakarta.

Ratnaningsih, T. dan Usi Sukorini, 2005. Pengaruh Kosentrasi Na2EDTA


Terhadap Perubahan Parameter Hematologi. FK UGM. Yogyakarta.

Risa Luvita, 2012. ‘’Laporan Praktikum Patologi Klinik Eritrosit’’


https://risaluvita. wordpress.com/2012/09/29/laporan-praktikum-
patologi-klinik-eritrosit/. Diakses Pada tanggal 2 April 2019.

Sandjaja, 2007. Bahan Pengajaran Mikroteknik, DEPDIKBUD Institiut Pertanian.

Tarwoto dan Wartona. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika : Jakarta.

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Diakses pada tanggal 15 November 2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa
ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ‘’Hitung Trombosit dan Penilaian Sediaan
Hapusan Darah Tepi’’yang Insyaa Allah tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami dihadapkan dengam berbagai banyak
kendala dan hambatan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak makalah ini
dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Hematologi II
Bapak Nasar, AMAK, S.ST, M.Kes yang senantiasa dengan sabar membimbing
dan mengarahkan kami dalam hal penulisan makalah. Dan tak lupa juga kami
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
semangat serta bantuan dan bimbingan agar terselesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya.

Gorontalo, April 2019

Penyusun
MAKALAH
HITUNG TROMBOSIT DAN PENILAIAN SEDIAAN
HAPUSAN DARAH TEPI

‘’Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Hematologi II
yang diampuh oleh Bapak Nasar, AMAK, S.ST, M,Kes’’

Anda mungkin juga menyukai