Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN UTS HEMATOLOGI

TANGGAL 28 FEBRUARI 2019

NAMA : FEBRINA CELICA

NIM : P 2784118081

1. Urutan maturasi (hemopoisis) trombosit (platelet) dan eritrosit.


Urutan maturasi eritrosit : RUBRIBLAST → PRORUBRISIT → RUBRISIT →
METARUBRISIT → RETIKULOSIT → ERITROSIT.
Urutan maturasi trombosit : MEGAKARIOSIT dan PROMEGAKARIOSIT →
MEGAKARIOSIT.
2. Indeks Eritrosit MCV, MCH, MCHC :
o MCV : Besaran ini mencerminakn volume rata-rata sel darah merah. Dengan
penghitung elektronik, MCV diukur secara langsung, tetapi MCV dapat dihitung dengan
membagi hematokrit dengan hitung sel darah merah yang dinyatakan dalam juta per
mikroliter dan dikali 1000. Jawabannya dinyatakan dalam femtoliter (fL) per sel darah
merah (fL = 10-15 liter). Rentang normal adalah 80 sampai 98 fL.
o MCH : besaran ini dihitung secara otomatis pada penghitung elektronik tetapi juga
dapat ditentukan apabila hemoglobin dan hitung sel darah merah diketahui. Besaran ini
dinyatakan dalam pikogram dan dapat dihitung dengan membagi jumlah hemoglobin per
liter darah dengan jumlah sel darah merah per liter. Rentang normal adalah 26 sampai 32
pikogram (pg = 10-12 gram, atau mikrogram).
o MCHC : besaran ini juga dihitung dengan penghitung elektronik setelah pengukuran
hemoglobin dan penghitungan hematokrit. MCHC dapat ditentukan secara manual dengan
membagi hemoglobin per desiliter darah dengan hematokrit. Nilai rujukan berkisar dari 32
sampai 36%.
 Bila didapatkan hasil sebagai berikut : Hb = 5,5g/dL ; Hct = 23% ; Eritrosit = 3,4
juta, maka hasil indeks eritrosit dari MCV, MCH dan MCHC adalah :
MCV : PCV/Σ Eri (juta/cmm) x 10 (fL)
: 23/3,4 (juta/cmm) x 10 (fL)
: 67,64 fL (normal : Dewasa : 76-96 fL, neonatus : 120 fL, anak 3-6 th : 76-92
fL, bayi 3 bln-1th : 95 fL
MCH : Hb (g/dL)/ Σ Eri (juta/cmm) x 10 (pg)
: 5,5/3,4 (juta/cmm) x 10 (pg)
: 16, 17 pg (normal : Dewasa : 27-32 pg, anak 3 bln-2th : 24-30 pg).
MCHC : Hb (g/dL)/PCV (%) x 100 %
: 5,5 (g/dL)/23 (%) x 100 %
: 23,91 g/dL (normal : Dewasa : 30-35 g/dL, Bayi : 27, 3 – 32,7 g/dL).

3. Interpretasi dan gambaran eritrosit pada hapusan darah tepinya

4. Evaluasi hapusan darah tepi dilakukan secara bertahap :


1. Pemeriksaan dengan Obyektif 10x
1. 1 Penilaian mutu hapusan darah :
- Lapisan darah cukup tipis → eritrosit dan lekosit saling terpisah.
- Jangan ada endapan cat.
- Sel-sel tercat dengan baik.
- Lekosit tidak menggerombol di bagian ekor.
1.2 Penaksiran jumlah lekosit :
- Kesan hitung-Jenis lekosit, dan ada atau tidak sel-sel abnormal.

-Penaksiran lekosit dilakukan pada counting area, tergantung dari jenis mikroskop
yang dipakai (ukuran FN = Field Number nya). Untuk FN-18 : bila jumlah
lekosit per lap.pandang sekitar 15-35 → jumlah lekosit normal. Untuk FN-22 :
bila jumlah lekosit per lap.pandang sekitar 22-50 → jumlah lekosit normal.

- Kesan hitung jumlah lekosit dapat dilakukan dengan mengamati beberapa


lap.pandang hapusan.

2. Pemeriksaan dengan Obyektif 100x dan dengan minyak imersi


2. 1 Eritrosit :

Ukuran – bandingkan ukuran eritrosit dengan inti limfosit kecil → laporkan


normositik/mikrositik/makrositik.

Warna – bandingkan diameter central pallor dengan diameter eritrosit →


laporkan normokromik atau hipokromik, anisokromia (double population).

Bentuk – perhatikan bentuk-bentuk eritrosit seperti : ovalosit, sferosit, drepanosit


(sickle cell/sel sabit), schistosit (fragmentosit/keratosit), sel helmet, bite cell,
stomatosit, sel target (codocyte), tear drop cell (drakosit), echinosit (krenasi),
akantosit.

Benda Inklusi eritrosit – seperti normoblas, howell jolly bodies, basophilic


stippling, cincin dari cabot, Heinz bodies, granula siderotik (pappenheimer),
parasit malaria (plasmodium). Bentukan rouleaux, otoaglutinasi.

Bila dijumpai normoblas dalam jumlah cukup banyak (≥10 dalam 100 lekosit) →
perlu dilakukan koreksi terhadap hasil hitung lekosit, karena inti normoblas akan
ikut terhitung sebagai lekosit : tentukan jumlah normoblas disamping 100 lekosit,
misalnya N. Koreksi lekosit = 100/100+N) x Hitung lekosit.

2.2 Lekosit :

- Dapat dilakukan hitung jenis lekosit.

- Perhatikan adanya lekosit imatur (mieloblas sampai metamielosit, limfoblas,


monoblas), adanya shift to the left, reaksi leukomoid.

- Perhatikan segmen netrofil → laporkan bila dijumpai : shift to the right,


hipersegmentasi, hiposegmentasi (anomaly Pelger- Hṻet).

- Perhatikan benda inklusi/bentukan dalam lekosit : Granula toksik – granula


kasar, gelap, sering dijumpai pada infeksi bakteri; Vakuola – sering dijumpai pada
infeksi bakteri, bersama granula toksik menunjukkan tanda-tanda degenerasi
netrofil.
2. 3 Trombosit :

- Memperkirakan jumlah trombosit :

Untuk mikroskop dengan FN-18 : jumlah trombo/mm3 = jumlah trombo dalam


18 lp x 1000/ mm3 . Normal : rata-rata trombo 8-25/lp atau trombosit tampak
menggerombol.

Untuk mikroskop dengan FN-22 : jumlah trombo/mm3 = jumlah trombo dalam 11


lp x 1000/ mm3 . Normal : rata-rata trombo 13-40/lp atau trombosit tampak
menggerombol.

- Perhatikan morfologi trombosit : adanya mega/giant trombosit menunjukkan


turn-over trombosit yang meningkat misalnya pada perdarahan.
 Contoh laporan evaluasi HDT
o Eritrosit : - hipokromik, anisopoikilositosis
- polikromasi (+)
- sel target (+)
- normoblas (+)
o Lekosit : - kesan jumlah meningkat
- didominasi oleh sel-sel PMN bergranula toksik, tak tampak sel
muda.
o Trombosit : - kesan jumlah meningkat
- giant trombosit (+)
5. Perbedaan anisositosis dan poikilositosis

Anisositosis : adalah kondisi penyakit pada sel darah merah dimana mempunyai
perbedaan ukurannya. Sel darah merah tampak dengan ukuran tidak sama. Sel darah merah
secara normal memiliki diameter sekitar 6.2-8.2 mikro meter. Ukuran sel darah merah bisa
lebih besar, atau lebih kecil dari parameter normal. Penyebab anisositosis adalah anemia.
Terdapat beberapa jenis anemia yang memicu anisositosis, yakni anemia defisiensi besi,
anemia sel sabit, anemia megaloblastik, anemia pernisiosa dan thalasemia. Penegakkan
diagnosis anisositosis mudah yakni dengan analisis mikroskopik darah tepi dari individu.
Selama pemeriskaan mikroskopik, sel darah merah bisa tampak lebih besar (makrositosis),
lebih kecil (mikrositosis) atau keduanya, (ada yang besar dan ada yang kecil). Gejala dari
penyakit ini adalah lemah lesu, kulit pucat, dan nafas cepat.

Poikilositosis : Poikilositosis diamati ketika sel darah merah berbeda bentuknya karena
abnormalias sel darah merah. Perbedaan ini meliputi bentuk sabit, burr, tetesan air mata, dan
bentuk elips. Sel darah merah ini lebih datar dan mungkin terkandung penonjolan di
permukaan selnya, serta berbeda dengan bentuk normalnya. Pada anemia, poikilositosis
dapat menyebabkan penyakit liver, penyakit sel darah turunan dan alkoholism. Poikilositosis
didiagnosis melalui pmeriksaan mikroskipik sel darah merah. Jika bentuk abnormal
diidentifikasi, melalui pemeriksaan langsung. Poikilositosisi juga menunjukkan defisiensi
vitamin B12 dan asam folat. Beberapa tipe poikilositosis berdasarkan bentuk sel darah
merah : spherosit, stromatosit (elips), condosit, leptosit dan sel sabit.

Anisositosis Poikilositosis

Pada anisositosis, sel darah merah memiliki Pada poikilositosis, sel darah merah
ukuran tidak sama, dan dapat terlihat lebih memiliki bentuk sel abnormal. Mereka tidak
besar atau lebih kecil memiliki bentuk standard.

Ukuran sel darah merah menjadi prediktor Bentuk sel darah merah menjadi prediktor

Tipenya adalah sperosit, stromatosit,


Tipenya mikrositosis dan makrositosis
kondosit, leptosit dan sel sabit.

Contoh : Contoh :

6. Mengapa metode manual dianggap metode referen dan jelaskan prinsip metode
automatic.
Metode manual : karena metode manual merupakan pemeriksaan hematologi yang
lengkap, pelaksanaannya akan sangat mendukung diagnosa penyakit, yakni dengan
menilai dan menghitung jenis leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, dan trombosit
secara bersama-sama.

Prinsip hematologi analyzer :


Hematologi analyzer adalah alat yang sangat membantu para analis kesehatan dalam
memeriksa sampel darah yang diambil dari seorang pasien. Alat ini merupakan alat multi
fungsi yang digunakan pada bidang medis dan kedokteran untuk mengetahui apakah
terjadi kelainan dalam darah pasien.

Prinsip kerja hematologi analyzer : didasarkan pada sistem flow cytometer. Hal yang
dimaksud dengan sistem flow cytometer adalah sistem yang memungkinkan darah
sampel dapat mengalir melalui suatu celah yang sangat sempit hingga sel darah yang
melaluinya dapat lewat satu persatu. Dengan demikian, jumlah sel dapat dihitung. Selain
itu, ukuran dari sel darah juga dapat diketahui. Selain menggunakan metode tersebut,
pengukuran juga dilakukan dengan sistem spektrofotometri yaitu mengetahui tingkat
penyerapan sinar yang terjadi karena interaksi larutan sampel darah yang dilewati suatu
sinar dengan panjang gelombang tertentu. Alat ini bekerja untuk memberikan data berupa
jumlah, volume, konsentrasi, sampai dengan informasi yang lebih detail seperti bagian
intraseluler darah.

Anda mungkin juga menyukai