Anda di halaman 1dari 11

Nama : I Wayan Bagus Adigunawan

NIM : P07134015006

MENGHITUNG LEUKOSIT

I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat memahami cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah leukosit /mm3 darah probandus.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung leukosit darah probandus.

II. METODE
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan leukosit ini adalah metode manual
dengan menggunakan kamar hitung ( Improved Neubauer )

III. PRINSIP
Darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan larutan asam lemah dan hipotonis,
kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume
tertentu, dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit per l darah dapat
dihitung.

IV. DASAR TEORI


Darah merupakan cairan dalam tubuh yang bertugas memberikan zat yang
diperlukan oleh sel-sel tubuh seperti nutrisi dan oksigen serta mengangkut produk-
produk limbah dari sel-sel . Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit. (Campbell, Ken. 2007). Fungsi sel darah meluas melewati fungsi
kekebalan tubuh leukosit atau fungsi pernapasan dan hemostatik eritrosit dan trombosit.
Dilihat secara keseluruhan, aliran darah bertanggung jawab atas memelihara dan
melindungi semua organ dengan membawa campuran populasi sel dalam perjalanan dari
satu organ yang lain. Untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi ini, evolusi telah
memberikan darah dan sistem pembuluh darah yang membawa dengan berbagai
mekanisme yang menjamin masuknya dan jalan keluar dari sel yang sesuai ke dan dari
peredaran di mana dan bila diperlukan. (Christoph Scheiermann. 2015)
Proliferasi dan diferensiasi sel induk hematopoietik menjadi sel darah putih matang
(WBC) di sumsum tulang, diikuti dengan penyebaran ke dalam sirkulasi WBC, yang
merupakan suatu proses yang sangat teratur. Sel darah putih atau leukosit merupakan
komponen seluler darah yang memiliki inti, mampu melakukan motilitas, dan
mempertahankan tubuh melawan infeksi dan penyakit dengan cara menelan benda asing
dan keping-keping selular, dengan menghancurkan agen infeksi dan sel-sel kanker, atau
dengan memproduksi antibodi. Sel darah putih adalah bagian penting dari sistem
kekebalan tubuh. Sel-sel ini membantu melawan infeksi dengan menyerang bakteri,
virus, dan kuman yang menyerang tubuh. Sel darah putih berasal dari sumsum tulang,
tetapi beredar ke seluruh aliran darah. Terdapat lima jenis utama dari sel darah putih
yaitu : neutrofil, limfosit, eosinofil, monosit, basofil. (Valencia Higuera, 2012)
Leukosit adalah bagian kecil dari sel darah count mereka adalah 9.000 - 30.000 /
mm3 untuk yang baru lahir dan setelah beberapa minggu itu berkurang 6.000 - 11.000 /
mm3. Dewasa memiliki hanya 4.000 - 11, 000 / mm3 leukosit. Limfosit mengontrol
sistem kekebalan tubuh manusia dan melawan kuman berbahaya dalam tubuh. Limfosit
menghasilkan antibodi. Jumlah limfosit meningkat pada infeksi yang disebabkan oleh
virus. Neutrofil memiliki peran defensif dalam menyerang kuman dan tubuh yang
berbahaya. Sel ini juga meningkat bila terjadi infeksi bakteri didalam tubuh. Leukosit
memiliki berbagai masa hidup, Leukosit hidup di jaringan dan bagian lain dari tubuh,
tetapi hanya menggunakan darah sebagai alat transportasi. (Sanaullah Khan. 2012)
Hitung jumlah sel darah putih (WBC) merupakan indikator untuk peradangan akut
atau kronis, dan jumlah WBC juga merupakan faktor risiko untuk penyakit vaskular
aterosklerotik. WBC berasal serangkaian reaksi fagosit diyakini berkontribusi terhadap
cedera vaskular dan perkembangan aterosklerosis. (Tzy-Haw Wu. 2013). Tes ini
biasanya disertakan dalam hitung sel darah lengkap (Complete Blood Count). Hitung sel
darah putih dilakukan untuk mengetahui jumlah leukosit yang dimiliki seseorang.
Dimana dalam kondisi tertentu tubuh akan memproduksi leukosit berlebih. Hal ini pada
umumnya terjadi ketika seseorang memiliki infeksi atau reaksi alergi. Seseorang juga
dapat memiliki leukosit berlebih ketika berada di bawah stres atau mengalami
peradangan. Peningkatan jumlah leukosit juga dapat disebabkan oleh kanker darah
seperti leukemia atau limfoma (Yi-Bin Chen, MD., 2015).
Dalam melakukan perhitungan terhadap jumlah sel darah putih digunakan rumus
sebagai berikut:
Jumlah sel yang dihitung x Pengenceran
jumlah kotak yang dihitung x Volume

(Sanaullah Khan. 2012).


V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Pipet thoma leukosit
Kamar Hitung Improved Neubauer
Cover glass
Mikroskop
b. Bahan pemeriksaan
Darah vena dengan antikoagulan EDTA
c. Reagen
Larutan Turk

VI. CARA KERJA


A. Mengisi pipet Leukosit
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan diatas meja praktikum.
2. Darah diisap dengan pipet thoma leukosit hingga tepat pada skala 0,5.
3. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
4. Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk sambil menahan darah pada garis tanda
tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan larutan Turk diisap perlahan-
lahan sampai garis tanda 11. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
5. Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap.
6. Pipet tersebut dikocok selama 3 menit terus menerus, jagalah jangan sampai ada
cairan terbuang dari dalam pipet itu selama waktu mengocok. Jika tidak segera
akan dihitung, letakkanlah dalam sikap horisontal.

B. Mengisi Kamar Hitung


1. Letakkanlah kamar hitung yang bersih dengan kaca penutupnya terpasang
mendatar diatas meja.
2. Setelah dikocok selama 3 menit, buanglah cairan yang ada didalam pipet (3 atau 4
tetes) dan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30 derajat pada
permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan
kamar hitung itu terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya.
3. Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukosit dapat dihitung.
Jika tidak segera dihitung maka kamar hitung dapat diletakkan pada sebuah cawan
petri tertutup yang berisi segumpal kapas basah.

C. Menghitung Jumlah Sel


1. Pakailah lensa objektif kecil, yaitu dengan perbesaran 10x. Turunkan lensa
kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus dalam posisi datar.
2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan dibawah obyektif dan focus
mikroskop diarahkan kepada garis bagi itu. Dengan sendirinya leukosit jelas
terlihat.
3. Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada sudut
sudut seluruh permukaan yang dibagi.
a. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus kekanan, kemudian turun
kebawah dari kanan ke kiri, lalu turun lagi kebawah dan dimulai lagi dari kiri
kekanan. Cara seperti ini dilakukan pada keempat bidang besar.
b. Kadang kadang ada sel sel yang letaknya menyinggung garis batas sesuatu
bidang. Dikarenakan menggunakan metode L, sel sel yang menyinggung
garis batas sebelah kiri dan garis bawah haruslah dihitung sedangkan sel sel
yang menyinggung garis batas sebelah kanan dan atas tidak boleh dihitung.

Perhitungan
Pengenceran dalam pipet adalah 20 kali
Jumlah semua sel yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4. Kalikan
angka itu dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengenceran) untuk jumlah
leukosit dalam 1 uL darah. Singkatnya : jumlah sel yang dihitung kali 50 = jumlah
leukosit per uL darah.

VII. HASIL PENGAMATAN


Nama Probandus : I Gede Made Bayu Ariawan
Umur Probandus : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sampel : Darah Vena
Jumlah leukosit normal : 4000 10.000 / mm3 darah
176 x 10 x 20
Perhitungan : 4

: 176 x 80
: 8.800/mm3
: 8,8 x 109/L
Gambar :

Sampel darah yang Pemeriksaan leukosit pada Pemeriksaan leukosit pada


digunakan dalam pengamatan dengan pengamatan dengan
pemeriksaan jumlah sel pembesaran lensa objektif pembesaran lensa objektif
darah putih. Sampel darah 40x (LP 1). Dimana pada 40x(LP2).
yang digunakan adalah pembesaran ini sel-sel
sampel darah vena dengan leukosit dapat dibedakan
antikoagulan EDTA dari kotoran disekitarnya.

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum hematologi ini, praktikan melakukan perhitungan jumlah leukosit
dimana leukosit merupakan sel efektor dari sistem kekebalan tubuh dan beredar di
seluruh aliran darah dan sistem limfatik. Infeksi atau hasil cedera fisik pada respon
inflamasi menginduksi peningkatan produksi leukosit untuk menyelesaikan cedera atau
infeksi tersebut. Karena antara leukosit dan respon inflamasi memiliki hubungan, maka
jumlah sel darah putih adalah metrik yang berharga untuk diagnosis dan prognosis dari
beberapa penyakit. (JaebumChung, dkk., 2015). Leukosit hidup di jaringan dan bagian
tubuh lainnya tetapi hanya menggunakan darah sebagai alat transportasi. (Sanaullah
Khan,dkk., 2012)
Hitung sel darah putih adalah tes yang mengukur jumlah sel darah putih yang
terdapat dalam tubuh. Jumlah sel darah putih sering menjadi bagian dalam pemeriksaan
klinis rutin. Hasil hitung sel darah putih dapat menjadi penanda peradangan sistemik.
Beberapa data dari studi observasional telah menunjukkan bahwa jumlah sel darah putih
memiliki kemampuan independen untuk memprediksi penyebab kematian akibat kanker
dan penyakit kardiovaskular. (Gran Nilsson, dkk., 2014)
Hitung leukosit cenderung dikaitkan dengan faktor risiko lainnya seperti merokok,
serta HDL-kolesterol dan trigliserida. Sebuah penelitian Patofisiologis yang
menghubungkan jumlah WBC tinggi dengan peningkatan mortalitas tidak dapat
disimpulkan dengan baik. Dengan demikian, tidak diketahui apakah peningkatan jumlah
WBC terlibat langsung dalam patogenesis penyakit pembuluh darah atau hanyalah
indikator risiko faktor lain yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Terdapat
bukti bahwa neutrofil adalah subkelompok dari sel darah putih yang paling sangat terkait
dengan risiko koroner. ( Gran Nilsson, dkk. 2014).
Dalam menghitung jumlah sel darah putih terdapat dua metode yaitu metode
manual dan otomatis. Namun dalam praktikum digunakan metode manual. Dalam
metode manual, digunakan hemositometer yaitu alat yang dipakai untuk menghitung
jumlah sel darah dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan pipet thoma
leukosit. Jumlah sel dalam darah murni dilaporkan dalam satuan per mm3 dari seluruh
darah. (Tshering Namgyal Wangdi. 2009). Masalah utama pada metode penghitungan
secara manual di bawah mikroskop adalah akurasi, Metode ini membutuhkan teknisi
laboratorium yang berpengalaman dan cukup terlatih untuk menghasilkan laporan
penghitungan sel yang akurat, dan bahkan jika teknisi laboratorium terlatih dan
berpengalaman juga mengabaikannya, kesalahan masih dapat mungkin terjadi
disebabkan oleh laboran, kesalahan pribadi, kesalahan statistik dll. (Sanaullah Khan.
2012). Kesalahan teknis lainnya yang terkait dengan metode penghitungan manual
adalah kesalahan yang terkait dengan scanning mekanik slide kaca. Dimana dalam hal
ini kinerja sebuah mikroskop konvensional terbatas, yang berarti bahwa ada suatu trade-
off(batasan) antara resolusi gambar dan bidang dari sudut pandang mikroskop.
Umumnya, untuk melihat dan membedakan leukosit di bawah mikroskop konvensional,
dilakukan dengan pembesaran 10x. (JaebumChung. 2015).
Proses penghitungan dapat menimbulkan masalah ketika terdapat sel yang tumpang
tindih dan biasanya temuan tersebut diabaikan. Metode ini membutuhkan keahlian untuk
mengklasifikasikan sel secara manual, dimana metode ini akan memakan waktu. Selain
itu, metode ini berkontribusi terhadap ketidaktelitian, inkonsistensi dan ketepatan
diagnosis yang rendah sehingga dapat menyebabkan salah diagnosis. (Razali
Tomari,dkk. , 2015).
Pada perhitungan leukosit secara manual, 50 l darah dicampur dengan larutan
pengencer sejumlah 950 l. Dalam metode hitung manual, spesimen darah diencerkan
dalam pipet leukosit dengan perbandingan 1:20 dengan cairan pengencer kemudian
dihitung di bawah mikroskop dengan daya rendah menggunakan kamar hitung. Setelah
dilakukan proses homogenisasi darah dengan larutan pengencer kamar hitung diisi
segera. Menghitung leukosit dimulai setelah 2 menit di 4 kotak besar. Menggunakan
parameter ini terdapat rumus yang telah diturunkan untuk perhitungan leukosit dengan
memperhatikan hal berikut yaitu: Jumlah leukosit yang dihitung dalam kotak besar, batas
pengenceran, total jumlah kotak yang dihitung, volume satu persegi besar. (Sanaullah
Khan,dkk., 2012) Dalam metode hitung manual digunakan larutan Turk yang terdiri dari
asam asetat glacial dan larutan gentian violet. Asam asetat glasial pada larutan ini
berfungsi untuk melisiskan sel darah merah sedangkan gentian violet memberi warna
pada inti dari leukosit. Jumlah sel dalam darah murni dilaporkan per mm3 dari seluruh
darah. (Tshering Namgyal Wangdi. 2009)
Nilai rata-rata kisaran normal untuk hasil hitung sel darah putih adalah antara
4.500 10.000 per mm3. Hasil tes yang abnormal diklasifikasikan berdasarkan angka
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kisaran ini. Hal ini penting bahwa usia juga
dapat mempengaruhi jumlah sel darah putih dimana bayi memiliki jumlah leukosit yang
lebih tinggi daripada orang dewasa. Sel darah putih rendah atau tinggi dapat
menunjukkan gangguan darah atau kondisi medis lainnya. Dokter mungkin akan
merekomendasikan hitung sel darah putih jika seseorang mengeluh sakit terus-menerus,
demam, menggigil, atau sakit kepala. Hitung sel darah putih dapat mendeteksi infeksi
tersembunyi dalam tubuh seseorang dan membantu dokter untuk waspada terhadap
kondisi medis yang tidak terdiagnosis, seperti penyakit autoimun, defisiensi kekebalan
tubuh, dan gangguan sel darah. Tes ini juga membantu dokter memantau efektivitas
kemoterapi atau pengobatan radiasi pada pasien kanker. (Valencia Higuera 2012).
Nilai normal leukosit untuk orang dewasa berkisar antara 4,000-10,000 / mm 3,
untuk bayi baru lahir adalah 10.000-25.000 / mm3, untuk anak-anak usia 1 sampai 3
tahun antara 6,000-18,000 / mm3, untuk anak-anak usia 4-7 tahun antara 6,000-15,000 /
mm3 dan untuk anak usia 8 sampai 12 tahun adalah antara 4,500-13,500 / mm 3.
(Tshering Namgyal Wangdi., 2009). Dalam praktikum digunakan sampel darah vena
dengan antikogulan EDTA.
Dalam praktikum ini, didapatkan hasil perhitungan trombosit probandus atas nama
I Made Gede Bayu Ariawan berumur 19 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan metode
manual menggunakan hemositometer adalah 8.800 sel per mm3 darah. Berdasarkan nilai
rujukan, rentang nilai leukosit normal adalah 4.000-10.000 per mm 3, maka hasil
perhitungan jumlah leukosit probandus yang didapat adalah normal. Sehingga dapat
diindikasikan bahwa probandus tidak sedang mengalami imflamasi ataupun peradangan.
Dalam menginterpretasikan suatu hasil hitung sel darah putih terdapat indikasi
terhadap peningkatan dan penurunan nilai sel darah putih. Peningkatan total jumlah
leukosit hingga lebih dari 10.000 / mm 3 dikenal sebagai leukositosis dan penurunan
jumlah leukosit hingga kurang dari 4 000 mm 3 disebut leukopenia. Leukopenia adalah
istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan jumlah WBC rendah. Rendahnya
nilai leukosit dapat dipicu oleh: HIV, gangguan autoimun, gangguan sumsum tulang /
kerusakan, limfoma, infeksi berat, penyakit hati dan limpa, lupus, terapi radiasi.
Sedangkan Leukositosis adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan
jumlah WBC yang tinggi. Hal ini bisa dipicu oleh adanya Anemia, tumor di sumsum
tulang, leukemia, kondisi peradangan, seperti artritis dan usus penyakit menekankan
olahraga, kerusakan jaringan, kehamilan, alergi, asma. (Higuera Valencia, dkk. 2012)
Penyebab leukositosis (Tshering Namgyal Wangdi, 2009):
a. Patologi
Leukositosis umum terjadi pada periode transien infeksi. Tingkat kenaikan leukosit
tergantung pada jenis dan beratnya infeksi dan respon tubuh. Infeksi tersebut antara
lain : 1) bakteri 2) virus 3) protozoa (malaria) atau 4) parasit (filaria, infeksi cacing
tambang). Leukositosis juga ditemukan pada perdarahan parah dan pada Leukemia.
b. Fisiologis
1. Umur: Saat lahir total jumlah leukosit adalah sekitar 18.000 /mm3 dan menurun
secara bertahap saat menuju dewasa.
2. Kehamilan: Jumlah total leukosit cenderung menjadi sekitar 12.000 sampai
15.000 / mm3 yang meningkat segera setelah melahirkan dan kemudian secara
bertahap kembali ke normal.
3. Suhu tinggi.
4. Nyeri berat.
5. Latihan otot.
Beberapa studi prospektif telah menunjukkan hubungan positif dan independen
antara jumlah WBC dan risiko penyakit jantung koroner (PJK), stroke, dan semua
penyebab kematian. Selanjutnya, subtipe sel darah putih juga dikenal sebagai biomarker
untuk memprediksi risiko kardiovaskular atau stroke. Beberapa studi menemukan bahwa
jumlah leukosit dikaitkan dengan ketebalan dari arkus aorta plak, Perkembangan
ateroma aorta pada pasien stroke, atau peningkatan risiko stroke dan kematian vaskular
pada pasien dengan gejala penyakit aterosklerosis intrakranial. Penelitian lain telah
menunjukkan bahwa jumlah neutrofil menambah informasi prognostik peristiwa jantung
samping utama pada sindrom koroner akut atau sebagai prediktor independen stroke
iskemik berulang. Selain itu, sebuah studi menunjukkan bahwa jumlah granulosit adalah
biomarker kuat untuk hubungan antara Penyakit Jantung Koroner kejadian stroke
iskemik dan kardiovaskular mortalitas penyakit(Tzy-Haw Wu. 2013).

Penyebab leukopenia adalah Infeksi virus dan bakteri tertentu (tifus) cenderung
menyebabkan leukopenia daripada leukositosis(Tshering Namgyal Wangdi, 2009).
1. Infeksi
a. Bakteri : (Paratifoid, tifoid., tuberculosis, dll)
b. Viral (hepatitis, influenza, campak, dll)
c. Protozoa (malaria)
2. Beberapa kasus Leukemia
3. Depresi sumsum tulang primer (anemia aplastik).
4. Depresi sumsum tulang sekunder (karena obat, radiasi, dll)
5. Anemia (defisiensi besi, megaloblastik, dll.)

Selain masalah klinis tertentu, hasil perhitungan leukosit juga dipengaruhi oleh
obat-obatan. Obat-obatan yang dapat menurunkan jumlah leukosit meliputi: Antibiotik ,
Antikonvulsan , Obat anti-tiroid , Arsenicals , Kaptopril , Obat kemoterapi ,
Klorpromazin , Clozapine , Diuretik , Histamin-2 blocker , Quinidine , Terbinafine dan
Tiklopidin. Sedangkan obat-obatan yang dapat meningkatkan jumlah leukosit meliputi:
Agonis adrenergik beta (misalnya, albuterol) , Kortikosteroid , Epinefrin , Granulosit
colony stimulating factor , Heparin , dan Lithium. (Yi-Bin Chen, MD. 2015). Sedangkan
menurut (Higuera Valencia,dkk. 2012) Obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil tes
selain yang telah disebutkan adalah: Antihistamin, sulfonamide.

IX. KESIMPULAN
Dalam praktikum ini, didapatkan hasil perhitungan trombosit probandus dengan cara
manual menggunakan metode hemositometer adalah 8.800 sel per mm3 dimana probandus
seorang laki-laki dewasa berumur 19 tahun atas nama I Gede Made Bayu Ariawan,
berdasarkan nilai rujukan, maka perhitungan jumlah leukosit probandus berada pada rentang
normal. Pada menginterpretasikan hasil perhitungan leukosit terdapat dua indikasi terhadap
nilai hitung sel darah putih. Peningkatan total jumlah leukosit lebih dari 10.000 / mm 3 dikenal
sebagai leukositosis dan penurunan kurang dari 4 000 mm3 sebagai leukopenia.

DAFTAR PUSTAKA

Razali Tomari,dkk., 2015. Red Blood Cell Counting Analysis By Considering An


Overlapping Constraint. tersedia :
http://www.arpnjournals.com/jeas/research_papers/rp_2015/jeas_0215_1610.pdf [diakses :
Selasa, 4 Oktober 2016 ; 14.00wita]
Tshering Namgyal Wangdi. 2009. Total Leukocyte Count By Hemocytometer. [online]
tersedia: http://www.slideshare.net/Tshering_Namgyal_Wangdi/total-leukocyte-count-by-
hemocytometer [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016 ; 20.36 wita]
Campbell, Ken. 2007. Blood Cells. [online] tersedia :
http://www.nursingtimes.net/download?ac=1262903 [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016 ;
20.40 wita]
Sanaullah Khan. 2012. An Accurate and Cost Effective Approach to Blood Cell Count.
[online] tersedia : http://research.ijcaonline.org/volume50/number1/pxc3880682.pdf
[diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016 ; 20. 45 wita]
Higuera Valencia, MD, MPH, FACP. 2012. WBC (White Blood Cell) Count. [online]
tersedia: http://www.healthline.com/health/wbc-count [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016;
21.15 wita]
Gran Nilsson, dkk. 2014. White Blood Cell Count in Elderly Is Clinically Useful in
Predicting Long-Term Survival. [online] tersedia :
http://www.hindawi.com/journals/jar/2014/475093/ [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016
21.40 wita]
Higuera Valencia, dkk. 2012. WBC (White Blood Cell) Count. [online] tersedia:
http://www.healthline.com/health/wbc-count [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016; 21.15
wita]
Yi-Bin Chen, MD. 2015. WBC Count. [online] tersedia :
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003643.htm [diakses: Sabtu, 29
Oktober 2016; 22.02 wita]
Tzy-Haw Wu. 2013. Total white blood cell count or neutrophil count predict ischemic
stroke events among adult Taiwanese: report from a community-based cohort study.
[online] Tersedia: [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3641985/] [diakses
Minggu, 30 Oktober 2016 pukul 22.00 wita.]
Jaebum Chung. 2015. Counting White Blood Cells from a Blood Smear Using Fourier
Ptychographic Microscopy. Tersedia: [file:///C:/Users/user/Desktop/leokositm/90-AC-
CountWBC-FPM-PLOS-Jul2015.pdf] [diakses Rabu, 2 November 206 pukul 13.05]
Christoph Scheiermann. 2015. Regulation of leucocyte homeostasis in the circulation.
[online] Tersedia: [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4560027/] [diakses
Minggu, 30 oktober 2016 pukul 22.30 wita]

Anda mungkin juga menyukai