NIM : P07134015006
MENGHITUNG LEUKOSIT
I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat memahami cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah leukosit /mm3 darah probandus.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung leukosit darah probandus.
II. METODE
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan leukosit ini adalah metode manual
dengan menggunakan kamar hitung ( Improved Neubauer )
III. PRINSIP
Darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan larutan asam lemah dan hipotonis,
kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume
tertentu, dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit per l darah dapat
dihitung.
Perhitungan
Pengenceran dalam pipet adalah 20 kali
Jumlah semua sel yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4. Kalikan
angka itu dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengenceran) untuk jumlah
leukosit dalam 1 uL darah. Singkatnya : jumlah sel yang dihitung kali 50 = jumlah
leukosit per uL darah.
: 176 x 80
: 8.800/mm3
: 8,8 x 109/L
Gambar :
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum hematologi ini, praktikan melakukan perhitungan jumlah leukosit
dimana leukosit merupakan sel efektor dari sistem kekebalan tubuh dan beredar di
seluruh aliran darah dan sistem limfatik. Infeksi atau hasil cedera fisik pada respon
inflamasi menginduksi peningkatan produksi leukosit untuk menyelesaikan cedera atau
infeksi tersebut. Karena antara leukosit dan respon inflamasi memiliki hubungan, maka
jumlah sel darah putih adalah metrik yang berharga untuk diagnosis dan prognosis dari
beberapa penyakit. (JaebumChung, dkk., 2015). Leukosit hidup di jaringan dan bagian
tubuh lainnya tetapi hanya menggunakan darah sebagai alat transportasi. (Sanaullah
Khan,dkk., 2012)
Hitung sel darah putih adalah tes yang mengukur jumlah sel darah putih yang
terdapat dalam tubuh. Jumlah sel darah putih sering menjadi bagian dalam pemeriksaan
klinis rutin. Hasil hitung sel darah putih dapat menjadi penanda peradangan sistemik.
Beberapa data dari studi observasional telah menunjukkan bahwa jumlah sel darah putih
memiliki kemampuan independen untuk memprediksi penyebab kematian akibat kanker
dan penyakit kardiovaskular. (Gran Nilsson, dkk., 2014)
Hitung leukosit cenderung dikaitkan dengan faktor risiko lainnya seperti merokok,
serta HDL-kolesterol dan trigliserida. Sebuah penelitian Patofisiologis yang
menghubungkan jumlah WBC tinggi dengan peningkatan mortalitas tidak dapat
disimpulkan dengan baik. Dengan demikian, tidak diketahui apakah peningkatan jumlah
WBC terlibat langsung dalam patogenesis penyakit pembuluh darah atau hanyalah
indikator risiko faktor lain yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Terdapat
bukti bahwa neutrofil adalah subkelompok dari sel darah putih yang paling sangat terkait
dengan risiko koroner. ( Gran Nilsson, dkk. 2014).
Dalam menghitung jumlah sel darah putih terdapat dua metode yaitu metode
manual dan otomatis. Namun dalam praktikum digunakan metode manual. Dalam
metode manual, digunakan hemositometer yaitu alat yang dipakai untuk menghitung
jumlah sel darah dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan pipet thoma
leukosit. Jumlah sel dalam darah murni dilaporkan dalam satuan per mm3 dari seluruh
darah. (Tshering Namgyal Wangdi. 2009). Masalah utama pada metode penghitungan
secara manual di bawah mikroskop adalah akurasi, Metode ini membutuhkan teknisi
laboratorium yang berpengalaman dan cukup terlatih untuk menghasilkan laporan
penghitungan sel yang akurat, dan bahkan jika teknisi laboratorium terlatih dan
berpengalaman juga mengabaikannya, kesalahan masih dapat mungkin terjadi
disebabkan oleh laboran, kesalahan pribadi, kesalahan statistik dll. (Sanaullah Khan.
2012). Kesalahan teknis lainnya yang terkait dengan metode penghitungan manual
adalah kesalahan yang terkait dengan scanning mekanik slide kaca. Dimana dalam hal
ini kinerja sebuah mikroskop konvensional terbatas, yang berarti bahwa ada suatu trade-
off(batasan) antara resolusi gambar dan bidang dari sudut pandang mikroskop.
Umumnya, untuk melihat dan membedakan leukosit di bawah mikroskop konvensional,
dilakukan dengan pembesaran 10x. (JaebumChung. 2015).
Proses penghitungan dapat menimbulkan masalah ketika terdapat sel yang tumpang
tindih dan biasanya temuan tersebut diabaikan. Metode ini membutuhkan keahlian untuk
mengklasifikasikan sel secara manual, dimana metode ini akan memakan waktu. Selain
itu, metode ini berkontribusi terhadap ketidaktelitian, inkonsistensi dan ketepatan
diagnosis yang rendah sehingga dapat menyebabkan salah diagnosis. (Razali
Tomari,dkk. , 2015).
Pada perhitungan leukosit secara manual, 50 l darah dicampur dengan larutan
pengencer sejumlah 950 l. Dalam metode hitung manual, spesimen darah diencerkan
dalam pipet leukosit dengan perbandingan 1:20 dengan cairan pengencer kemudian
dihitung di bawah mikroskop dengan daya rendah menggunakan kamar hitung. Setelah
dilakukan proses homogenisasi darah dengan larutan pengencer kamar hitung diisi
segera. Menghitung leukosit dimulai setelah 2 menit di 4 kotak besar. Menggunakan
parameter ini terdapat rumus yang telah diturunkan untuk perhitungan leukosit dengan
memperhatikan hal berikut yaitu: Jumlah leukosit yang dihitung dalam kotak besar, batas
pengenceran, total jumlah kotak yang dihitung, volume satu persegi besar. (Sanaullah
Khan,dkk., 2012) Dalam metode hitung manual digunakan larutan Turk yang terdiri dari
asam asetat glacial dan larutan gentian violet. Asam asetat glasial pada larutan ini
berfungsi untuk melisiskan sel darah merah sedangkan gentian violet memberi warna
pada inti dari leukosit. Jumlah sel dalam darah murni dilaporkan per mm3 dari seluruh
darah. (Tshering Namgyal Wangdi. 2009)
Nilai rata-rata kisaran normal untuk hasil hitung sel darah putih adalah antara
4.500 10.000 per mm3. Hasil tes yang abnormal diklasifikasikan berdasarkan angka
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kisaran ini. Hal ini penting bahwa usia juga
dapat mempengaruhi jumlah sel darah putih dimana bayi memiliki jumlah leukosit yang
lebih tinggi daripada orang dewasa. Sel darah putih rendah atau tinggi dapat
menunjukkan gangguan darah atau kondisi medis lainnya. Dokter mungkin akan
merekomendasikan hitung sel darah putih jika seseorang mengeluh sakit terus-menerus,
demam, menggigil, atau sakit kepala. Hitung sel darah putih dapat mendeteksi infeksi
tersembunyi dalam tubuh seseorang dan membantu dokter untuk waspada terhadap
kondisi medis yang tidak terdiagnosis, seperti penyakit autoimun, defisiensi kekebalan
tubuh, dan gangguan sel darah. Tes ini juga membantu dokter memantau efektivitas
kemoterapi atau pengobatan radiasi pada pasien kanker. (Valencia Higuera 2012).
Nilai normal leukosit untuk orang dewasa berkisar antara 4,000-10,000 / mm 3,
untuk bayi baru lahir adalah 10.000-25.000 / mm3, untuk anak-anak usia 1 sampai 3
tahun antara 6,000-18,000 / mm3, untuk anak-anak usia 4-7 tahun antara 6,000-15,000 /
mm3 dan untuk anak usia 8 sampai 12 tahun adalah antara 4,500-13,500 / mm 3.
(Tshering Namgyal Wangdi., 2009). Dalam praktikum digunakan sampel darah vena
dengan antikogulan EDTA.
Dalam praktikum ini, didapatkan hasil perhitungan trombosit probandus atas nama
I Made Gede Bayu Ariawan berumur 19 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan metode
manual menggunakan hemositometer adalah 8.800 sel per mm3 darah. Berdasarkan nilai
rujukan, rentang nilai leukosit normal adalah 4.000-10.000 per mm 3, maka hasil
perhitungan jumlah leukosit probandus yang didapat adalah normal. Sehingga dapat
diindikasikan bahwa probandus tidak sedang mengalami imflamasi ataupun peradangan.
Dalam menginterpretasikan suatu hasil hitung sel darah putih terdapat indikasi
terhadap peningkatan dan penurunan nilai sel darah putih. Peningkatan total jumlah
leukosit hingga lebih dari 10.000 / mm 3 dikenal sebagai leukositosis dan penurunan
jumlah leukosit hingga kurang dari 4 000 mm 3 disebut leukopenia. Leukopenia adalah
istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan jumlah WBC rendah. Rendahnya
nilai leukosit dapat dipicu oleh: HIV, gangguan autoimun, gangguan sumsum tulang /
kerusakan, limfoma, infeksi berat, penyakit hati dan limpa, lupus, terapi radiasi.
Sedangkan Leukositosis adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan
jumlah WBC yang tinggi. Hal ini bisa dipicu oleh adanya Anemia, tumor di sumsum
tulang, leukemia, kondisi peradangan, seperti artritis dan usus penyakit menekankan
olahraga, kerusakan jaringan, kehamilan, alergi, asma. (Higuera Valencia, dkk. 2012)
Penyebab leukositosis (Tshering Namgyal Wangdi, 2009):
a. Patologi
Leukositosis umum terjadi pada periode transien infeksi. Tingkat kenaikan leukosit
tergantung pada jenis dan beratnya infeksi dan respon tubuh. Infeksi tersebut antara
lain : 1) bakteri 2) virus 3) protozoa (malaria) atau 4) parasit (filaria, infeksi cacing
tambang). Leukositosis juga ditemukan pada perdarahan parah dan pada Leukemia.
b. Fisiologis
1. Umur: Saat lahir total jumlah leukosit adalah sekitar 18.000 /mm3 dan menurun
secara bertahap saat menuju dewasa.
2. Kehamilan: Jumlah total leukosit cenderung menjadi sekitar 12.000 sampai
15.000 / mm3 yang meningkat segera setelah melahirkan dan kemudian secara
bertahap kembali ke normal.
3. Suhu tinggi.
4. Nyeri berat.
5. Latihan otot.
Beberapa studi prospektif telah menunjukkan hubungan positif dan independen
antara jumlah WBC dan risiko penyakit jantung koroner (PJK), stroke, dan semua
penyebab kematian. Selanjutnya, subtipe sel darah putih juga dikenal sebagai biomarker
untuk memprediksi risiko kardiovaskular atau stroke. Beberapa studi menemukan bahwa
jumlah leukosit dikaitkan dengan ketebalan dari arkus aorta plak, Perkembangan
ateroma aorta pada pasien stroke, atau peningkatan risiko stroke dan kematian vaskular
pada pasien dengan gejala penyakit aterosklerosis intrakranial. Penelitian lain telah
menunjukkan bahwa jumlah neutrofil menambah informasi prognostik peristiwa jantung
samping utama pada sindrom koroner akut atau sebagai prediktor independen stroke
iskemik berulang. Selain itu, sebuah studi menunjukkan bahwa jumlah granulosit adalah
biomarker kuat untuk hubungan antara Penyakit Jantung Koroner kejadian stroke
iskemik dan kardiovaskular mortalitas penyakit(Tzy-Haw Wu. 2013).
Penyebab leukopenia adalah Infeksi virus dan bakteri tertentu (tifus) cenderung
menyebabkan leukopenia daripada leukositosis(Tshering Namgyal Wangdi, 2009).
1. Infeksi
a. Bakteri : (Paratifoid, tifoid., tuberculosis, dll)
b. Viral (hepatitis, influenza, campak, dll)
c. Protozoa (malaria)
2. Beberapa kasus Leukemia
3. Depresi sumsum tulang primer (anemia aplastik).
4. Depresi sumsum tulang sekunder (karena obat, radiasi, dll)
5. Anemia (defisiensi besi, megaloblastik, dll.)
Selain masalah klinis tertentu, hasil perhitungan leukosit juga dipengaruhi oleh
obat-obatan. Obat-obatan yang dapat menurunkan jumlah leukosit meliputi: Antibiotik ,
Antikonvulsan , Obat anti-tiroid , Arsenicals , Kaptopril , Obat kemoterapi ,
Klorpromazin , Clozapine , Diuretik , Histamin-2 blocker , Quinidine , Terbinafine dan
Tiklopidin. Sedangkan obat-obatan yang dapat meningkatkan jumlah leukosit meliputi:
Agonis adrenergik beta (misalnya, albuterol) , Kortikosteroid , Epinefrin , Granulosit
colony stimulating factor , Heparin , dan Lithium. (Yi-Bin Chen, MD. 2015). Sedangkan
menurut (Higuera Valencia,dkk. 2012) Obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil tes
selain yang telah disebutkan adalah: Antihistamin, sulfonamide.
IX. KESIMPULAN
Dalam praktikum ini, didapatkan hasil perhitungan trombosit probandus dengan cara
manual menggunakan metode hemositometer adalah 8.800 sel per mm3 dimana probandus
seorang laki-laki dewasa berumur 19 tahun atas nama I Gede Made Bayu Ariawan,
berdasarkan nilai rujukan, maka perhitungan jumlah leukosit probandus berada pada rentang
normal. Pada menginterpretasikan hasil perhitungan leukosit terdapat dua indikasi terhadap
nilai hitung sel darah putih. Peningkatan total jumlah leukosit lebih dari 10.000 / mm 3 dikenal
sebagai leukositosis dan penurunan kurang dari 4 000 mm3 sebagai leukopenia.
DAFTAR PUSTAKA