Disusun oleh :
G1C217195
A. Dasar Teori
Estimasi leukosit dilakukan untuk bisa menyebut kesesuaian antara hasil dari
alat hematologi otomatis dan nilai estimasi dapat dihitung menggunakan
rumus. Hasil maksimal atau minimal terdapat nilai kritis yang dikeluarkan
oleh alat kemudian harus dikonfirmasi dengan apusan darah.
B. Tujuan
Estimasi Trombosit
Untuk mengkonfirmasi hasil yang di keluarkan oleh alat dengan
pemeriksaan apusan darah maupun sumsum tulang, kemudian dapat
menilai preparat tersebut termasuk ke dalam trombositosis, normal atau
trombositopeni.
Estimasi Leukosit
Untuk mengkonfirmasi hasil yang di keluarkan oleh alat dengan
pemeriksaan apusan darah maupun sumsum tulang, kemudian dapat
menilai preparat tersebut termasuk ke dalam leukopenia, normal atau
leukositosis.
D. Cara Kerja
Estimasi Trombosit
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Letakkan preparat pada meja objek
3. Pengamatan dilakukan dari perbesaran 10X untuk mencari lapang
pandang.
4. Setelah menemukan lapang pandang putar lensa ke perbesaran
100X, kemudian diteteskan oil imersi dan diamati.
5. Untuk bisa dilakukan pengamatan dan penghitungan pastikan
berada pada zona baca 4-5 pada preparat apusan darah
6. Dihitung estimasi leukosit sebanyak 10 lapang pandang.
7. Rumus Estimasi
Estimasi Leukosit
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Letakkan preparat pada meja objek.
3. Dilakukan pengamatan pada perbesaran objektif 10X
4. Untuk bisa dilakukan pengamatan dan penghitungan pastikan
berada pada zona baca 4-5 pada preparat apusan darah
5. Dihitung estimasi leukosit sebanyak 10 lapang pandang.
6. Rumus estimasi
E T : 46/10 X 20.000
: 92.000 = Trombositopenia
G. Pembahasan
Penghitungan estimasi trombosit maupun lekosit bertujian untuk
mengkonfirmasi hasil yang di keluarkan oleh alat otomatis, maka dibuat
preparat apusan darah kemudian dapat menilai untuk trombosit
(trombositopenia, normal, trombositosis) sedangkan leukosit (leukopenia,
normal, leukositosis atau hiperleukositosis). Pembacaan estimasi yang
ideal dilakukan pada zona 4-5 karena pada zona ini eritrosit tidak roulux
atau terpisah.
Estimasi leukosit dilakukan pengamatan pada perbesaran objektif
10X dan dilakukan sebanyak 10 lapang pandang. Estimasi trombosit
dilakukan pengamatan pada perbesaran 100X karena sel trombosit
memiliki sifat spesifik dan menggunakan perbesaran 100X untuk
penegasan identifikasi.
H. Kesimpulan
Estimasi trombosit Preparat ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia) adalah
trombositopenia.
Estimasi leukosit Preparat ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia) adalah
leukositosis.
Estimasi trombosit Preparat CML (Cronic Myeloblastic Leukemia) adalah
trombositosis.
Estimasi leukosit Preparat CML (Cronic Myeloblastic Leukemia) adalah
hiperleukositosis.
Praktimum II :Pengamatan Preparat Thalasemia, AML, CLL, ALL
dan CML
A. Dasar teori
C. Cara kerja
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Letakkan sediaan preparat pada meja objek
3. Atur lensa dari perbesaran kecil objektif 10X untuk mencari lapang
pandang
4. Beri 1 tetes oil imersi, dilakukan pengamatan dengan perbesaran
objektif 100X
5. Pengamatan preparat dengan seksama untuk melihat kelainan morfologi
sel
D. Pengamatan Preparat
Pengamatan Preparat Thalasemia
a. Tujuan
- Untuk menegetahui kelainan morfologi sel eritrosit
- Untuk mengetahui kelainan warna sel eritrosit
- Untuk mengetahui kelainan ukuran sel eritrosit
b. Hasil pengamatan
c. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat ditemukan
kelainan eritrosit dalam bentuk sel target, akantosit, sel sabit, bur
cell, sferosit dll.
Pengamatan preparat AML (Acute Myeloid Leukimia )
a. Tujuan
- Untuk mengetahui sel – sel yang dominan myeloid dalam preparat
- Untuk menegakkan diagnosis dan skrining penyakit
b. Hasil pengamatan
c. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat ditemukan sel
dominan yaitu sel blast dalam preparat.
c. Kesimpulan
Berdasarkan pengamat yang telah dilakukan dapat ditemukan sel
dominan lymphoblast pada preparat.
b. Hasil pengamatan
c. Kesimpulan
Berdasar pengamat yang telah dilakukan dapat ditemukan sel
dominan lonfosit dan terdapat smuge cell.
E. Pembahasan
Jenis kanker leukemia diantaranya: 1) Acute Lymphocytic
Leukemia (ALL) dapat menghambat fungsi limfosit sehingga
pengidapnya berpotensi mengalami infeksi serius. Kanker darah ini
umumnya diidap oleh anak-anak, tapi bisa juga menyerang dewasa. 2)
Acute Myelogenous Leukemia (AML) Ini adalah jenis kanker darah yang
umumnya menyerang dewasa. Tetapi AML juga dapat diidap oleh anak-
anak serta remaja. Kanker ini akan membentuk sel-sel mieloid yang tidak
sempurna dan dapat menyumbat pembuluh darah. 3) Chronic Lymphocytic
Leukemia (CLL) jenis kanker darah ini hanya dialami oleh orang dewasa.
CLL umumnya baru terdeteksi pada stadium lanjut karena pasien
cenderung tidak merasakan gejala-gejalanya untuk waktu yang lama. 4)
Chronic myelogenous leukemia (CML) jenis kanker darah ini kebanyakan
diderita oleh orang-orang dengan usia di atas 20 tahun. CML memiliki dua
tahap. Pada tahap pertama, sel-sel abnormal akan berkembang secara
perlahan-lahan. Ketika memasuki tahap kedua, jumlah sel-sel abnormal
akan bertambah dengan pesat sehingga akan menurun secara drastis.
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan praktikan dapat
mengetahui dan membedakan kelainan morfologi sel dan jenis-jenis sel
jajaran granulosit.
Pembuatan Preparat Sumsum Tulang
Tanggal Praktikum: Sabtu, 24 Februari 2018
A. Dasar teori
Sumsum tulang merupkan tempat produksi sel-sel darah.
Pemeriksaan sumsum tulang merupakan pemeriksaan khusus atas dasar
indikasi, sebab membutuhkan tindakan khusus. Terdapat penyakit-
penyakit sumsum tulang yaitu leukemia, anemia aplastic. Perubahan dalam
sumsum tulang dilihat dari estimsi jumlah leukosit abnormal hipoatau
hiper dan terdapat sel-sel abnormal dalam sel darah tepi.
Keterangan tentang hematopoesis yang berlangsung dalam sumsum
tulang, sejumlah kecil sumsum di ambil dengan memakai jarum khusus
yang dibuat dengan maksud tersebut.Pada orang dewasa punksi sumsum
sering dilakukan pada corpus sterni setinggi sela iga ketiga. Tempat lain
ialah os ileum sedikit dibawah crista iliaca atau salah satu processus
spinosus vertebrae lumbalis. Pada anak kurang dari 2 tahun, punksi dapat
dilakukan juga pada ujung kranial dan sebelah medial os tibia. Menurut
keadaan klinik, tempat lain-lain pun dapat dipakai untuk punksi.
Pemeriksaan sumsum tulang selain untuk pemeriksaan hematologi
juga pemeriksaan mikrobiologi (infiltrasi), imunologi (sel tiping),
sitogenik,transplantasi stem cell, pemeriksaan sel LE dll.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui cara pembuatan apusan sumsum tulang
- Untuk dapaat membedakan metode pembuatan apusan sumsum
tulang sesuai dengan penilaian pemeriksaan
Preparat Squash
1. Disiapkan Alat dan bahan yang akan digunakan
2. Letakkan objek glasss pada cawan petri dengan posisi dimiringkan
3. Sampel sumsusm tulang dihomogenkan, kemudian diambil
menggunakan pipet dan diteteskan pada objek glass
4. Sumsum tulang yang mengalir diratakan menggunakan pemalit agar
telihat fragmen-fragmen sumsum tulang
5. Tarik fragmen sumsum tulang dengan menggunakan pemalit secara
horizontal
6. Fragmen yang terdapat diujung pemalit diletakkan di tengah objek
glass
7. Tempelkan pemalit dan tunggu sumsum tulang menyebar,
kemudian dorong kedepan sambil ditekan dengan tujuan fragmen
sumsum tulang pecah
8. Setelah didorong ke depan kemudian dorong atau digesek
kesamping secara cepat.
9. Tunggu hingga benar-benar kering
10. Lakukan fiksasi dan pewarnaan
E. Penilaian selularitas
- Normoselullar : Perbandingan volume sel lemak dengan sel
hemopoetik sama besar dan sama banyak/besar.
Yang artinya aktivitas produksi sel hemopoetik
dengan sel semak seimbang.
- Hiperselullar : Perbandingan volume sel hemopoetik lebih
banyak dibandingkan volume sel lemak. Yang
artinya aktivitas produksi sel hemopoetik yang
tinggi.
- Hiposelullar : Perbandingan volume sel hemopoetik lebih
sedikit dibandingkan volume sel lemak. Yang
artinya aktivitas produksi sel hemopoetik yang
rendah.
G. Pembahasan
Pembuatan apusan sumsum tulang bertujuan salah satunya untuk
menilai selularitas fragmen sumsum tulang. Pembuatan sumsum tulang
ada 2 macam preparat spread dan squash. Preparat spread untuk menilai
selularitas, menghitung jenis sel darah, hitung megakariosit, identifikasi
sel dan estimasi trombosit. Preparat squash untuk menilai estimasi
selularitas dan estimasi jenis sel. Preparat tersebut memiliki zona sebaran
sel yang berbeda untuk preparat spread zona sebaran sel disebut trail dan
untuk preparat squash zona sebaran sel disebut core. Menilai selularitas
dengan cara membandingkan antara volume sel lemak dengan volume sel
hemopoetik.
Apusan sumsum tulang diharapkan membentuk ekor yang bergerigi
dengan fragmen berada dipangkal. Pada saat mengambil fragmen harus
dengan mantap untuk mengambilnya, jika tidak fragmen tidak dapat
terambil begitupun pada saat membuat apusan. Pada preparat squash
pemuatanya harus benar-benar dengn menekan agar fragmen hancur.
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pembuatan apusan sumsum tulang praktikan
dapan mengetahui cara pembuatan preparat apusan squash dan spread.
Praktikan dapat mengetahui kegunaan penilaian pemeriksaan masing-
masing preparat.
Pengecatan Sitokimia dan
Praktikum II :Pemeriksaan Preparat Sumsum Tulang
A. Dasar teori
Mikroskop Methanol
Oil imersi
d. Cara Kerja
Cara Kerja Pembuatan Giemsa
1. Siapkan campuran Buffer A+B (1:1)
2. Tambahkan Giemsa pekat kedalam buffer, dengan
perbandinagan giemsa pelat 1 bagian : 7 bagian buffer.
Cara Kerja Pengecatan
1. Preparat yang sudah kering di fiksasi dengan methanol 5-10
menit.
2. Digenangi dengan larutan giemsa yang sudah dibuat selama
20-30 menit.
3. Sisa cat dibuang, cuci dengan air mengalir hingga benar-benar
bersih
4. Keringkan diudara dan preparat siap diamati
e. Hasil Pengecatan
f. Hasil Pengamatan Preparat
g. Pembahasan
Pengecatan preparat sumsum tulang dengan pewarnaan
giemsa dengn prinsip asam basa maka dihasilkan warna ungu
untuk bagian yang bersifat asam seperti inti sel dan warna merah
muda untuk bagian basa seperti sitoplasma. Pada pewarnaan ini
untuk menilai selulatitas fragmen sumsum tulang dan dapat
mengetahui sel-sel yang dominan, karena pada pewarnaan ini
sangat jelas untuk membedakan sel bergranula maupun tidak.
Pewarnaan ini sama seperti pewarnaan giemsa biasa.
h. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan praktikan
dapat mengetahui cara pengecatan dan didapatkan hasil
pengamatan yaitu hiperselularitas fragmen sumsum tulang, sel
yang dominan adalah sel plasma dan terdapat megakariosit.
2. Pengecatan Sudan Black B / SBB (Menurut lison)
a. Tujuan
Untuk mengetahui jajaran sel granulosit / granulapoetik
b. Prinsip
Sudan Black B dalam ethanol akan mencat phospholipid yang
terdapat dalam lekosit berwarna coklat kehitaman.
c. Alat dan Bahan
Pipet disposable Nampan
Cawan petri Botol cat
Rak pengecatan Gelas ukur
Tissue Mikroskop
Sarung tangan Oil imersi
d. Reagen
Larutan A:
- Penol : 12 gr
- Ethanol 70% : 25 ml
Larutan B:
- Na2HPO4.2H2O : 0,225 gr
- Aquadest : 75 ml
Laruran C:
- Sudan Black B : 0,45 gr
- Ethanol 70% : 150 ml
e. Cara Kerja
Larutan Kerja
1. Campurkan larutan A+B (1:1) > (5ml : 5ml)
2. Tambahahkan larutan C, 3bagian (15 ml)
3. Campuran ini harus netral atau sedikkit alkalis
f. Interpretasi hasil
- Seri granulosit : blast positif setempat, makin tua makin
banyak.
- Seri monosit : seperti seri granulosit, tetapi dengan
granula yang lebih besar sehingga sangat sulit di bedakan dengan
promielosit.
- Seri limposit : negative
- Seri eritrosit : negative
- Seri plasma : negative
g. Hasil Pewarnaan
h. Hasil Pemeriksaan
i. Pembahasan
j. Kesimpulan
3. Pengecatan Lepehne
a. Tujuan
Tujuan pewarnaan lepehne yaitu, untuk melihat sel dari jajaran
eritrosit.
b. Prinsip
Prinsip pengecatan ini dilakukan secara bertingkat, dengan 2 kali
pewarnaan, pewarnaan ini mengecat bagian dari sitoplasma dari sel
jajaran seri eritrosit tua maupun muda. Pewarnaan 1 akan memberi
warna pada sitoplasma, menghasilkan warna hijau pada sitoplasma.
Pewarnaan 2 menggunakan cat giemsa akan menghasilkan inti
yang berwarna ungu kebiruan dan akan mengecat sel-sel
bergranula.
d. Reagen
Reagen lepehne yang trdiri dari
Larutan benzidine 0,6% dalam ethanol 96% sebanyak 2 ml
0,5 ml perhidrol 30% dalam 4,5 ml ethanol 70%
Methanol
Giemsa (larutan kerja)
e. Cara Kerja
1. Preparat yang sudah kering difiksasi dengan methanol selama
5-10 menit.
2. Rendam dengan reagen lepehne selama 10 menit
3. Cuci dan keringkan
4. Rendam dengan cat giemsa (lar. kerja) 15-20 menit
5. Cuci dan keringkan, preparat siap diperiksa.
f. Interprestasi
Lepehne akan memberikan warna hijau terang pada sitoplasma seri
eritrosit.
g. Hasil pengecatan
h. Hasil pemeriksaan
i. Pembahasan
j. Kesimpulan
4. Pengecatan Fe / PERL’S Stain
a. Tujuan
Pengecatan fe bertujuan untuk mengetahui simpanan besi si dalam
sumsum tulang.
b. Prinsip
Ion ferri dalam hemosiderin mengubah Ferrocyanida yang
berwarna kuning dan mudah larut dalam larutan asam menjadi
suatu endapan (presipitat) Ferri Ferrocyanida yang berwarna biru
(reaksi peri).
c. Alat dan Bahan
Staning jar Sarung tangan (handscond)
Tissue Pipet
Mikroskop Gelas ukur
Oil imersi Botol reagen
Nampan
d. Reagen
HCl 1 N
K Ferrocyanida 4%
Methanol
HCl 20%
e. Cara Kerja
1. Preparat yang sudah kering difiksasi dengan methanol 5-10
menit
2. Tuangkan ½ bagian HCl 1 N kedalam staining jar dan
masukkan kedalam water bath 56oC selama 10 menit.
3. Tambahkan ½ bagian K Ferrocyanida 4% ke dalam staining jar
4. Masukkan preparat yang sudah di fiksasi hingga terendam
semua
5. Biarkan selama 10-20 menit dalam water bath 56oC
6. Bilas dengan air mengalir ½ - 1 menit
7. Lakukan counter stain dengan safranin 1% 10-30 detik
8. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
f. Interpretasi
Kandungan Fe di daalam fragmen sumsum tulang dan sekitarnya
akan berwarna biru, banyak sedikitnya kandungan Fe tergantung
dari warna biru yang dihasilkan.
j. Pembahasan
k. Kesimpulan
5. Pengecatan PAS (Periodic Acid Schiff)
a. Tujuan
Pengecatan PAS bertujuan untuk mewarnain untuk mengetahui sel
dari jajaran seri limphosit.
b. Prinsip
Pengecatan PAS berguna untuk mengenali sel sel jajaran limposit
yang mengandung glicogen. Reaksi yang terjadi adalah oksidasi
glicogen oleh asam periodat (Periodic Acid) menjadi aldehida, dan
bereaksi dengan reagent schiff yang menyusun warna merah.
c. Alat dan Bahan
Pipet Oil imersi
Cawan petri Sarung tangan (handscond)
Mikroskop Nampan
Tissue Botol reagen
d. Reagen
Kristal formalin
Larutan Periodic Acid
Lrutan schiff
Larutan Hematoxylin
e. Cara kerja
1. Preparat di fiksasi dengan uap formalin 10 menit
2. Rendam dengan Periodic Acid selama 30 menit
3. Buang cat, kemudian cuci dengan air mengalir selama 10
menit, bilas dengan aquadest
4. Rendam dengan larutan Schiff selama 30 menit
5. Buang cat, cuci dengan air mengalir sampai benar-benar bersih
selama 15 menit
6. Rendam dengan Hematoxylin selama 10 menit
7. Buang cat, cuci dengan air mengalir selama 10 menit
8. Preparat dikeringkan kemudian preparat siap pemeriksaan
f. Interpretasi
Pada penderita dengan B-lymphoblastic leukemia, terlihat
granulasi merah tua kasar pada sitoplasma limfoblas
g. Hasil Pengecatan
h. Hasil pemeriksaan
i. Pembahasan
j. Kesimpulan