Anda di halaman 1dari 5

Apa itu anemia def. Fe?

Anemia didefinisikan sebagai kadar Hb yang 2 SD di bawah rata-rata sesuai usia (AAP). Setelah
menginjak usia 12 tahun, nilai normal Hb dapat dibagi sesuai gendernya.

Anemia defisiensi fe  anemia yang disebabkan karena berkurangnya kadar Fe yang diperlukan untuk
pembentukan heme.

Kenapa cek MCV, MCH, MCHC?

Index eritrosit: MCV, MCH, MCHC.

• MCV  mengetahui ukuran eritrosit, diukur dalam fL (femtoliter). Nilai normalnya 87±7 fL.
• MCH  mengetahui jumlah Hb per eritrosit. Nilai normalnya 29±2 pg (picogram) per eritrosit.
• MCHC  mengetahui jumlah Hb per unit volume. Nilai normalnya 34±2 g/dL.

Index eritrosit ini berguna dalam klasifikasi anemia, karena etiologi anemia yang berbeda akan
memberikan gambaran morfologi eritrosit yang berbeda pula.

Berdasarkan ukuran eritrosit, anemia dibagi menjadi:

• Normositik (MCV dalam batas normal)


• Mikrositik (MCV berkurang)
• Makrositik (MCV berlebih)
MDT liat apa?

MDT = pemeriksaan morfologi pada sediaan darah tepi dengan pewarnaan Wright. Eritrosit
merupakan sel berbentuk bikonkaf, ukurannya sedikit lebih kecil dari limfosit, Hbnya terletak di
perifer, makanya di tengahnya warnanya lebih pucat (sekitar 30-45% diameter eritrositnya).

Variabilitas abnormal dari ukuran eritrosit = anisositosis

Variasi bentuk yang tidak biasa = poikilositosis

Perbedaan yang signifikan pada luas daerah yang pucat di tengah eritrosit = anisokromia

Pemeriksaan MDT

Sampel darah biasanya diambil dari vena perifer, lalu disimpan di tabung antikoagulan (biasanya
dengan EDTA / Ethylene diamine tetraacetic acid). Selain itu, bisa juga dilakukan dengan finger prick.
Pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam setelah darah diambil, karena jika terlalu lama dapat terjadi
degenerasi sel darah dan dapat menyebabkan pembacaan MDT menjadi tidak akurat, contohnya
pseudotrombositopenia karena adanya agregasi platelet.

Wedge method

Darah diteteskan sebanyak 1 tetes di dekat salah satu ujung dari object glass (sekitar 1 cm dari ujung)
dengan menggunakan pipet. Kemudian object glass kedua lagi diposisikan miring (membuat sudut 30-
45o dengan object glass pertama) di dekat ujung satunya dari permukaan object glass pertama.
Kemudian object glass kedua digeser sampai menyentuh tetesan darah, sehingga darah menyebar di
sepanjang tepi object glass kedua. Selanjutnya, object glass kedua digeser sehingga terbentuk
hapusan darah di sepanjang object glass pertama. Ketika membuat hapusan, tidak boleh terlalu
ditekan. Jika sudut lebih kecil dan gerakan lebih cepat, maka hapusan yang terbentuk akan lebih tebal.
Kemudian preparat dikeringkan.
Preparat yang sudah kering difiksasi dengan menggunakan methanol atau etil alcohol selama 10-20
menit. Jika teknik fiksasi tidak tepat, dapat terjadi krenasi eritrosit. Selanjutnya preparat diwarnai
dengan pewarnaan Romanowsky merupakan campuran asam dan basa yang memberikan staining
berbeda untuk komponen sel yang berbeda. Pewarna yang sering digunakan adalah pewarna Wright
(eosin untuk komponen asam, dan methylene blue untuk komponen basa). Waktu staining sangat
berpengaruh terhadap intensitas warna yang timbul. Durasi pewarnaan yang adekuat adalah 5-10
menit, kemudian disiram dengan akuades (buffered water) dan dibiarkan selama 5-10 menit. Setelah
itu, preparat dibilas lagi dengan menggunakan air mengalir dan didiamkan dalam posisi miring supaya
mengering.

Methylene blue  berikatan dengan nucleus yang asam dan memberikan warna biru

Eosin  berikatan dengan sitoplasma yang alkali dan memberikan warna merah

Sumber: Adewoyin AS, Nwogoh B. Peripheral blood film - a review. Ann Ib Postgrad Med.
2014;12(2):71-79.

Cara baca MDT

a. Cari tempat dimana eritrosit berada di 1 bidang dan tidak menumpuk. Biasanya dimulai
sekitar 1 mm dari ujung hapusan darah (“tail”). Hindari membaca di bagian “head”
(karena densitas sel darah di bagian itu 2 kali lipat dibandingkan dengan di bagian “tail”)
b. Lihat ukuran eritrosit. Bandingkan ukuran eritrosit dengan nucleus dari limfosit kecil,
eritrosit yang lebih besar kemungkinan makrositik dan eritrosit yang lebih kecil
kemungkinan mikrositik. Makrosit bisa berbentuk bulat atau oval (ovoid). Jika makrosit
berbentuk bulat, dapat disebabkan oleh penyakit hepar dan alkoholisme. Jika makrosit
berbentuk oval, dapat disebabkan oleh anemia megaloblastic (defisiensi folat atau
kobalamin), mielodisplasia, dan penggunaan obat-obatan tertentu seperti
hidroksikarbamid. Bila ukuran eritrosit sangat bervariasi, bisa disebut anisositosis, dan
bila bentuk eritrosit sangat bervariasi dapat disebut poikilositosis.
c. Lihat warna eritrosit, normokrom atau hipokrom, tidak ada eritrosit hiperkrom.
d. Lihat red-cell inclusions (Basophilic stippling, Howell-Jolly bodies, nucleus, parasite,
Heinz bodies)
i. Howell jolly bodies = sisa-sisa DNA, biasanya terlihat pada pasien post
splenektomi atau asplenia (anatomis atau fungsional)
ii. Basophilic stippling = fragmen DNA yang mengalami denaturasi di dalam
sitoplasma, terjadi karena hemoglobinopati (thalassemia), keracunan arsen
atau lead, haemoglobin yang tidak stabil, infeksi berat, anemia megaloblastic,
anemia sideroblastic, dan kondisi yang diturunkan seperti defisiensi pyrimidine
5’ nucleotidase
iii. Pappenheimer bodies (granul siderotik) = terjadi karena gangguan
penggunaan zat besi seperti anemia sideroblastic; tampak ungu pada
pewarnaan Romanowsky
iv. Parasit intrasel = contohnya plasmodium
v. Heinz bodies = haemoglobin yang mengalami denaturasi, contohnya pada
defisiensi G6PD atau cedera oksidan
e. Lihat bentuk eritrosit
i. Semua eritrosit berbentuk abnormal : poikilosit
ii. Eritrosit kecil tanpa inti pucat : spherosit (spherositosis, anemia hemolitik)
iii. Eritrosit bentuk air mata : dakrosit (anemia hemolitik, defisiensi Fe, talasemia,
myelofibrosis, dan sindrom myelodisplastik)
iv. Bentuk helmet : Schistocytes (anemia hemolitik mikroangiopatik)
v. Bentuk jeruji roda sepeda : Echinocytes (renal failure, malnutrisi)
vi. Bentuk jeruji roda tidak beraturan : Acanthocytes (renal disease, splenectomy)
vii. Bentuk elips : Elliptocytes (defisiensi Fe, sindrom myelodisplastik, anemia
megaloblastik, talasemia)
viii. Inti pucat berbentuk garis (tidak bulat) : Stomatocytes (defek membran,
alcoholism)
ix. Bagian tengah pucat dengan inti merah : Target cells (talasemia, defisiensi Fe,
penyakit cholestasis)
f. Lihat leukosit.
i. Jumlahnya : normalnya 2-5 leukosit per HPF (high power field); jika >5 curiga
leukositosis, jika <2 curiga leukopenia
ii. Neutrofil : Terbagi segmen dan batang. Peningkatan jumlah neutrophil batang
menunjukkan usaha pembentukan neutrophil lebih cepat (left shift pada
infeksi bakteri). Dohle bodies merupakan indikasi adanya infeksi, luka bakar
atau inflamasi lain. Neutrofil dengan >5 segmen menandakan anemia
megaloblastic
iii. Eosinofil : Perubahan pada eosinophil tidak menunjukkan penyakit spesifik
iv. Basofil : Peningkatan jumlah basophil terjadi pada leukemia myeloid kronik
v. Limfosit : Pada infeksi viral, terjadi peningkatan jumlah limfosit dan ukuran
limfosit menjadi lebih besar (limfosit reaktif). Pada leukemia myeloid kronik,
terjadi peningkatan jumlah limfosit kecil yang kemudian hancur saat
pembuatan hapusan dan membentuk smudge cells.
vi. Monosit
g. Lihat trombosit
i. Ukuran normal = sekitar 1/3 ukuran eritrosit
ii. Jumlahnya : normalnya sekitar 7-15 trombosit dalam perbesaran objektif x100
(1 trombosit per HPF ekivalen dengan 15.000-20.000/mm3)
iii. Jika terdapat trombosit berukuran besar  karena kebutuhan trombosit yang
bertambah meyebabkan hiperaktivitas megakariosit

Apa itu sel pensil dan target?

Sel target (codocyte) = eritrosit dengan disk of Hb yang ada di pusat, dikelilingi oleh daerah yang
pucat, dengan lingkar luarnya terdapat Hb lagi. Sel target memiliki peningkatan rasio luas permukaan
eritrosit : volume karena adanya membran sel yang berlebih. Bisa terjadi karena adanya penurunan
volume eritrosit (contohnya pada hemoglobinopati dan defisiensi besi) atau bertambahnya membran
eritrosit (contohnya pada kolestasis hepar, post splenektomi). Etiologi sel target adalah sickle cell,
thalassemia, defisiensi besi, Hb C trait, Hb CC disease, kolestasis, asplenia.

Eritrosit yang usianya masih muda  memiliki membran yang berlebih jika dibandingkan dengan
eritrosit yang matur

Anemia defisiensi besi  sel target hipokrom  eritrosit memiliki diameter yang lebih besar dengan
ketebalan sel yang berkurang

Kalau sel target normokrom  bisa jadi karena ada ketidakseimbangan kolesterol dengan fosfolipid
pada membrane eritrosit; paling sering terkait dengan penyakit hepar

Sel pensil = eritrosit berbentuk Panjang dan tipis (panjangnya >4x dari lebarnya), biasanya hipokromik;
merupakan varian dari eliptosit.

Sel pensil terjadi pada anemia defisiensi besi. Tapis selain itu, bisa juga ditemukan pada thalassemia
dan anemia penyakit kronis.

Cara hitung hematokrit kalau di daerah terpencil

Anda mungkin juga menyukai