Anda di halaman 1dari 16

Nama : I Wayan Bagus Adigunawan

NIM : P07134015006

MENGHITUNG LEUKOSIT 2

I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat memahami cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara hitung jumlah leukosit darah probandus.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan hitung jumlah leukosit darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah leukosit /mm3 darah probandus.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung leukosit darah probandus.

II. METODE
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan leukosit ini adalah metode manual
dengan menggunakan kamar hitung ( Improved Neubauer )

III. PRINSIP
Darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan larutan asam lemah dan hipotonis,
kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume
tertentu, dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit per l darah dapat
dihitung.

IV. DASAR TEORI


Darah merupakan cairan dalam tubuh yang bertugas memberikan zat yang
diperlukan oleh sel-sel tubuh seperti nutrisi dan oksigen serta mengangkut produk-
produk limbah dari sel-sel . Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit. (Campbell, Ken. 2007). Fungsi sel darah meluas melewati fungsi
kekebalan tubuh leukosit atau fungsi pernapasan dan hemostatik eritrosit dan trombosit.
Dilihat secara keseluruhan, aliran darah bertanggung jawab atas memelihara dan
melindungi semua organ dengan membawa campuran populasi sel dalam perjalanan dari
satu organ yang lain. Untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi ini, evolusi telah
memberikan darah dan sistem pembuluh darah yang membawa dengan berbagai
mekanisme yang menjamin masuknya dan jalan keluar dari sel yang sesuai ke dan dari
peredaran di mana dan bila diperlukan. (Christoph Scheiermann. 2015)
Proliferasi dan diferensiasi sel induk hematopoietik menjadi sel darah putih matang
(WBC) di sumsum tulang, diikuti dengan penyebaran ke dalam sirkulasi WBC, yang
merupakan suatu proses yang sangat teratur. Sel darah putih atau leukosit merupakan
komponen seluler darah yang memiliki inti, mampu melakukan motilitas, dan
mempertahankan tubuh melawan infeksi dan penyakit dengan cara menelan benda asing
dan keping-keping selular, dengan menghancurkan agen infeksi dan sel-sel kanker, atau
dengan memproduksi antibodi. Sel darah putih adalah bagian penting dari sistem
kekebalan tubuh. Sel-sel ini membantu melawan infeksi dengan menyerang bakteri,
virus, dan kuman yang menyerang tubuh. Sel darah putih berasal dari sumsum tulang,
tetapi beredar ke seluruh aliran darah. Terdapat lima jenis utama dari sel darah putih
yaitu : neutrofil, limfosit, eosinofil, monosit, basofil. (Valencia Higuera, 2012)
Leukosit adalah bagian kecil dari sel darah count mereka adalah 9.000 - 30.000 /
mm3 untuk yang baru lahir dan setelah beberapa minggu itu berkurang 6.000 - 11.000 /
mm3. Dewasa memiliki hanya 4.000 - 11, 000 / mm3 leukosit. Limfosit mengontrol
sistem kekebalan tubuh manusia dan melawan kuman berbahaya dalam tubuh. Limfosit
menghasilkan antibodi. Jumlah limfosit meningkat pada infeksi yang disebabkan oleh
virus. Neutrofil memiliki peran defensif dalam menyerang kuman dan tubuh yang
berbahaya. Sel ini juga meningkat bila terjadi infeksi bakteri didalam tubuh. Leukosit
memiliki berbagai masa hidup, Leukosit hidup di jaringan dan bagian lain dari tubuh,
tetapi hanya menggunakan darah sebagai alat transportasi. (Sanaullah Khan. 2012)
Hitung jumlah sel darah putih (WBC) merupakan indikator untuk peradangan akut
atau kronis, dan jumlah WBC juga merupakan faktor risiko untuk penyakit vaskular
aterosklerotik. WBC berasal serangkaian reaksi fagosit diyakini berkontribusi terhadap
cedera vaskular dan perkembangan aterosklerosis. (Tzy-Haw Wu. 2013). Tes ini
biasanya disertakan dalam hitung sel darah lengkap (Complete Blood Count). Hitung sel
darah putih dilakukan untuk mengetahui jumlah leukosit yang dimiliki seseorang.
Dimana dalam kondisi tertentu tubuh akan memproduksi leukosit berlebih. Hal ini pada
umumnya terjadi ketika seseorang memiliki infeksi atau reaksi alergi. Seseorang juga
dapat memiliki leukosit berlebih ketika berada di bawah stres atau mengalami
peradangan. Peningkatan jumlah leukosit juga dapat disebabkan oleh kanker darah
seperti leukemia atau limfoma (Yi-Bin Chen, MD., 2015).
Metode penghitungan manual adalah cara alternatif untuk menghitung leukosit,
tetapi dengan ketelitian yang lebih rendah. Metode penghitungan manual sel darah putih
dapat dilakukan di sampel apusan darah atau hemositometer menggunakan sistem
mikroskop standar. Spesimen baik dapat dilihat langsung melalui lensa mikroskop atau
ditangkap dalam file gambar. Untuk sampel apusan darah, daerah monolayer secara
mekanis dipindai untuk menghitung jumlah total leukosit, sedangkan untuk
hemositometer, area grid dipindai untuk penghitungan tujuan. Meskipun metode manual
lebih melelahkan dan memakan waktu, namun metode ini menawarkan fleksibilitas
untuk menggunakan beragam lensa objektif yang tersedia untuk mikroskop standar
untuk analisis visual yang cermat dari spesimen. (Jaebum Chung, dkk. 2015).
Dalam melakukan perhitungan terhadap jumlah sel darah putih digunakan rumus
sebagai berikut:
Jumlah sel yang dihitung x Pengenceran
jumlah kotak yang dihitung x Volume

(Sanaullah Khan. 2012).


V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Pipet thoma leukosit
Kamar Hitung Improved Neubauer
Cover glass
Mikroskop
b. Bahan pemeriksaan
Darah vena dengan antikoagulan EDTA
c. Reagen
Larutan Turk

VI. CARA KERJA


I. ALAT DAN BAHAN

A. Alat :

Pipet thoma eritrosit


Kamar hitung Improved Neubaeuer
Cover glass
Mikroskop

B. Spesimen pemeriksaan
Darah vena dengan antikoagulan EDTA

C. Reagen

Larutan pengencer dapat digunakan salah satu dari larutan berikut :

1. Larutan Turk:
Asam asetat glacial 3 ml
Gentian violet 1 % 1 ml
Akuades 100 ml
Penambahan gentian violet bertujuan member warna pada inti dan granula
leukosit. Larutan ini melisiskan eritrosit dan trombosit tetapi tidak
melisiskan leukosit maupun eritrosit.
2. HCL 1 %
3. Asam asetat 2 %

VI. PROSEDUR KERJA


A. Mengisi pipet Leukosit
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan diatas meja praktikum
2. Darah diisap dengan pipet thoma leukosit hingga skala 0,5 tepat.
3. Dihapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
4. Dimasukkan ujung pipet dalam larutan Turk sambil menahan darah pada garis
tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan larutan Turk diisap perlahan-
lahan sampai garis tanda 11. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
5. Diangkat pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan
karet penghisap.
6. Pipet tersebut dikocok selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan dihitung,
letakanlah dalam sikap horizontal.

B. Mengisi Kamar Hitung


1. Diletakkan kamar hitung yang bersih dengan kaca penutupnya terpasang
mendatar diatas meja.
2. Dikocok pipet yang diisi selama 3 menit terus-menerus, dijaga jangan sampai ada
cairan terbuang dari dalam pipet itu selama waktu mengocok.
3. Dibuang semua cairan yang ada didalam batang kapiler pipet ( 3 atau 4 tetes) dan
segera disentuh ujung pipet itu dengan suduh 30 derajat pada permukaan kamar
hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Dibiarkan kamar hitung itu
terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya.
4. Dibiarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukosit dapat dihitung.
Jika tidak segera dihitung maka kamar hitung dapat diletakkan pada sebuah
cawan petri tertutup yang berisi segumpal kapas basah.

C. Menghitung Jumlah Sel :


1. Dipakai lensa objektif kecil, yaitu dengan perbesaran 10X. Diturunkan lensa
kondensor atau dikecilkan diafragma. Meja mikroskop harus dalam posisi datar.
2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan dibawah objektif dan focus
mikroskop diarahkan kepada garis bagi itu. Dengan sendirinya leukosit jelas
terlihat.
3. Dihitung semua leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada sudut-
sudut seluruh permukaan yang dibagi.
4. Dimulai menghitung dari sudut kiri atas, terus kekanan, kemudian turun kebawah
dan kanan ke kiri, lalu turun lagi kebawah dan dimulai lagi dari kiri kekanan.
Cara seperti ini dilakukan pada keempat bidang besar.
5. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garis batas sesuatu
bidang. Sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas
haruslah dihitung. Sebaiknya sel-sel yang menyinggung garis tanda batas sebelah
kanan atau bawah tidak boleh dihitung.

Perhitungan
Keempat bidang pada bilik hitung leukosit masing-masing memiliki luas 1 mm 2, jadi
luas seluruh bidang adalah 4 mm2. Karena kedalaman setiap bilik-hitung leukosit
adalah 0,1 mm, volume seluruh bilik hitung leukosit adalah 4 x 0,1 = 0,4 mm 3.. Jadi
kalau jumlah leukosit yang ditemukan dibagi 4 dan dikali 10 , diperoleh jumlah
leukosit pr 1 mm3 darah (dengan pengenceran ). Karena pengencerannya adalah 1 :
20, jumlah leukosit per 1 mm3 darah ( tanpa pengeceran ) sama dengan hasil di atas
dikali 20. Karena 1 liter sama dengan 1 juta ( 10 6) millimeter kubik, jumlah leukosit
per liter darah ( tanpa pengeceran ) sama dengan nilai tersebut dikali 106.

Jumlah leukosit per liter = Jumlah leukosit yang ditemukan x 10 x 20


4
X
VII. HASIL PENGAMATAN
Nama Probandus : Kadek Randa Wira Pradana
Umur Probandus : 6 Tahun 7 bulan 3 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sampel : Darah vena EDTA
Jumlah leukosit normal : 4000 10.000 / mm3 darah
85 x 10 x 20
Perhitungan : 4

: 85 x 50
: 4.250/mm3

Gambar :

Sampel darah yang Pemeriksaan leukosit Pemeriksaan leukosit pada


digunakan dalam pada pengamatan dengan pengamatan dengan
pemeriksaan jumlah sel pembesaran lensa objektif pembesaran lensa objektif
darah putih. Sampel darah 40x (LP 1). Dimana pada 40x(LP2). Dimana pada
yang digunakan adalah pembesaran ini sel-sel lapang pandang ini
sampel darah vena dengan leukosit dapat dibedakan ditemukan 19 leukosit.
antikoagulan EDTA dari kotoran disekitarnya.

Pemeriksaan leukosit pada Pemeriksaan leukosit Sampel darah yang telah


pengamatan dengan pada pengamatan dengan diencerkan dimasukkan ke
pembesaran lensa objektif pembesaran lensa objektif dalam improved ke
40x (LP 3). 10x (LP 4). Dimana pada neubaeuer.
lapang pandang ini
ditemukan 28 leukosit.
Gambar hasil pemeriksaan darah lengkap,
dimana dalam hasil tersebut digunakan
hasil perhitungan Leukosit yang digunakan
sebagai pembanding perhitungan leukosit
dengan cara manual. Dimana dalam
perhitungan tersebut nilai Leukosit dari
probandus 4.760/mm3 dengan nilai rujukan
6.000-14.000/mm3 yang digunakan sebagai
pembanding untuk mengetahui akurasi dan
presisi dari hasil perhitungan manual.

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum hematologi ini, praktikan melakukan perhitungan jumlah leukosit
dimana leukosit merupakan sel efektor dari sistem kekebalan tubuh dan beredar di
seluruh aliran darah dan sistem limfatik. Infeksi atau hasil cedera fisik pada respon
inflamasi menginduksi peningkatan produksi leukosit untuk menyelesaikan cedera atau
infeksi tersebut. Karena antara leukosit dan respon inflamasi memiliki hubungan, maka
jumlah sel darah putih adalah metrik yang berharga untuk diagnosis dan prognosis dari
beberapa penyakit. (JaebumChung, dkk., 2015). Leukosit hidup di jaringan dan bagian
tubuh lainnya tetapi hanya menggunakan darah sebagai alat transportasi. (Sanaullah
Khan,dkk., 2012).
Hitung sel darah putih adalah tes yang mengukur jumlah sel darah putih yang
terdapat dalam tubuh. Jumlah sel darah putih sering menjadi bagian dalam pemeriksaan
klinis rutin. Hasil hitung sel darah putih dapat menjadi penanda peradangan sistemik.
Beberapa data dari studi observasional telah menunjukkan bahwa jumlah sel darah putih
memiliki kemampuan independen untuk memprediksi penyebab kematian akibat kanker
dan penyakit kardiovaskular. (Gran Nilsson, dkk., 2014)
Hitung leukosit cenderung dikaitkan dengan faktor risiko lainnya seperti merokok,
serta HDL-kolesterol dan trigliserida. Sebuah penelitian Patofisiologis yang
menghubungkan jumlah WBC tinggi dengan peningkatan mortalitas tidak dapat
disimpulkan dengan baik. Dengan demikian, tidak diketahui apakah peningkatan jumlah
WBC terlibat langsung dalam patogenesis penyakit pembuluh darah atau hanyalah
indikator risiko faktor lain yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Terdapat
bukti bahwa neutrofil adalah subkelompok dari sel darah putih yang paling sangat terkait
dengan risiko koroner. ( Gran Nilsson, dkk. 2014).
Sel darah putih mengandung sel-sel kekebalan tubuh yang dapat menyerang virus
dan bakteri dalam tubuh seseorang. Ada sebuah jumlah jenis WBC dan mereka memiliki
nilai yang berbeda-beda seperti: Monosit (2% -9% dari semua leukosit), Eosinofil (1%
-4% dari semua leukosit), Basofil (0,5% -2% dari semua leukosit), Absolute neutrofil
Count (ANC), Neutrofil (50% -60% dari semua leukosit), Limfosit (20% -40% dari
semua leukosit)( Pooja Patil,dkk.2013).
Dalam menghitung jumlah sel darah putih terdapat dua metode yaitu metode
manual dan otomatis. Namun dalam praktikum digunakan metode manual yang hasilnya
dibandingkan dengan hasil perhitungan secara otomatis mennggunakan alat
flowsitometer sehingga dapat dinilai hasil perhitungan dapat dikoreksi presisi dan
akurasinya. Metode otomatis mampu menghitung sejumlah besar sel untuk memberikan
pembacaan statistik yang lebih akurat dari jumlah WBC dari sampel, tetapi
menggunakan peralatan khusus(Jaebum Chung, dkk. 2015). Cara otomatis menggunakan
alat Flowsitometer yang memungkinkan pemeriksaan di bidang imunologi dan
hematologi (Ayako Yamamoto,dkk.2014). Flowsitmeter adalah alat yang memungkinkan
analisis sel tunggal dan menghasilkan data yang secara inheren bersifat kuantitatif. Alat
ini menjadi teknologi yang telah difokuskan pada kemampuan khusus untuk
mempelajari sel tunggal dan alat analisis yang tepat untuk menangani keterbatasan
teknologi sederhana.
Kelebihan Flowsitometer terletak pada kemampuan khusus dalam pengukuran
pada setiap sel tanpa gangguan dari sampel atau sel lainnya, dan mengevaluasi setiap
parameter fungsional yang berbeda dalam mikrodetik. Mesin ini merupakan pemisah sel
tercepat yang dapat memproses sekitar 100.000 sel / detik, dan analisa tercepat sekitar
70.000 sel / detik. Oleh karena itu, instrumen ini memiliki tarif sel-analisis yang jauh
lebih besar daripada sistem yang tersedia saat ini sehingga mudah digunakan untuk
skrining. Sedangkan kelemahan Flowsitmeter adalah perlunya menjaga sel-sel dalam
suspensi yang sangat terbatas yang digunakan untuk memperoleh informasi spasial. Hal
ini merupakan kelemahan dari flow sitometri dimana sel-sel dapat melekat pada cawan
kultur. (J.Paul Robinson, dkk. 2012).
Dalam metode manual, digunakan hemositometer yaitu alat yang dipakai untuk
menghitung jumlah sel darah yang terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan pipet
thoma leukosit. Jumlah sel dalam darah murni dilaporkan dalam satuan per mm3 dari
seluruh darah. (Tshering Namgyal Wangdi. 2009). Pada perhitungan leukosit secara
manual, 50 l darah dicampur dengan larutan pengencer sejumlah 950 l. Dalam metode
hitung manual, spesimen darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan perbandingan
1:20 dengan cairan pengencer kemudian dihitung di bawah mikroskop dengan daya
rendah menggunakan kamar hitung. Setelah dilakukan proses homogenisasi darah
dengan larutan pengencer kamar hitung diisi segera. Menghitung leukosit dimulai
setelah 2 menit di 4 kotak besar. Menggunakan parameter ini terdapat rumus yang telah
diturunkan untuk perhitungan leukosit dengan memperhatikan hal berikut yaitu: Jumlah
leukosit yang dihitung dalam kotak besar, batas pengenceran, total jumlah kotak yang
dihitung, volume satu persegi besar. (Sanaullah Khan,dkk., 2012) Dalam metode hitung
manual digunakan larutan Turk yang terdiri dari asam asetat glacial dan larutan gentian
violet. Asam asetat glasial pada larutan ini berfungsi untuk melisiskan sel darah merah
sedangkan gentian violet memberi warna pada inti dari leukosit. Jumlah sel dalam darah
murni dilaporkan per mm3 dari seluruh darah. (Tshering Namgyal Wangdi. 2009)
Penghitungan sel darah merah dengan metode manual memiliki fleksibilitas untuk
menggunakan beragam lensa objektif yang tersedia untuk mikroskop standar untuk
analisis visual yang cermat dari spesimen ilmuwan. Metode ini berkualitas tinggi namun
lebih murah dari teknologi yang berkembang saat ini dan memungkinkan untuk
diaplikasikan di tempat yang terbatas sumber daya(Jaebum Chung. 2015)
Masalah utama pada metode penghitungan secara manual di bawah mikroskop
adalah akurasi, Metode ini membutuhkan teknisi laboratorium yang berpengalaman dan
cukup terlatih untuk menghasilkan laporan penghitungan sel yang akurat, dan bahkan
jika teknisi laboratorium terlatih dan berpengalaman juga mengabaikannya, kesalahan
masih dapat mungkin terjadi disebabkan oleh laboran, kesalahan pribadi, kesalahan
statistik dll. (Sanaullah Khan. 2012). Kesalahan teknis lainnya yang terkait dengan
metode penghitungan manual adalah kesalahan yang terkait dengan scanning mekanik
slide kaca. Dimana dalam hal ini kinerja sebuah mikroskop konvensional terbatas, yang
berarti bahwa ada suatu trade-off(batasan) antara resolusi gambar dan bidang dari sudut
pandang mikroskop. Umumnya, untuk melihat dan membedakan leukosit di bawah
mikroskop konvensional, dilakukan dengan pembesaran 10x. (JaebumChung. 2015).
Umumnya, untuk melihat dan membeda-bedakan perhitungan leukosit di bawah
mikroskop konvensional, tujuan dengan kekuatan pembesaran minimal 10x (0.25NA)
digunakan. Namun, pada kekuatan-kekuatan pembesaran tinggi, FOV sangat kecil, yang
memerlukan scanning mekanik slide kaca selama proses penghitungan. Hal ini tidak
menguntungkan karena gerakan scanning harus tepat sesuai dan dapat dikendalikan
untuk menghindari tumpang tindih daerah scanning. Kelemahan lain dari menggunakan
mikroskop standar untuk penghitungan manual adalah ketegangan fisik pada praktikan
terkait dengan scanning manual dari slide dan observasi langsung melalui mikroskop.
(Jaebum Chung.dkk, 2015)
Proses penghitungan dapat menimbulkan masalah ketika terdapat sel yang tumpang
tindih dan biasanya temuan tersebut diabaikan. Metode ini membutuhkan keahlian untuk
mengklasifikasikan sel secara manual, dimana metode ini akan memakan waktu. Selain
itu, metode ini berkontribusi terhadap ketidaktelitian, inkonsistensi dan ketepatan
diagnosis yang rendah sehingga dapat menyebabkan salah diagnosis. (Razali
Tomari,dkk. , 2015).
Nilai rata-rata kisaran normal untuk hasil hitung sel darah putih adalah antara
4.500 10.000 per mm3. Hasil tes yang abnormal diklasifikasikan berdasarkan angka
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kisaran ini. Hal ini penting bahwa usia juga
dapat mempengaruhi jumlah sel darah putih dimana bayi memiliki jumlah leukosit yang
lebih tinggi daripada orang dewasa. Sel darah putih rendah atau tinggi dapat
menunjukkan gangguan darah atau kondisi medis lainnya. Dokter mungkin akan
merekomendasikan hitung sel darah putih jika seseorang mengeluh sakit terus-menerus,
demam, menggigil, atau sakit kepala. Hitung sel darah putih dapat mendeteksi infeksi
tersembunyi dalam tubuh seseorang dan membantu dokter untuk waspada terhadap
kondisi medis yang tidak terdiagnosis, seperti penyakit autoimun, defisiensi kekebalan
tubuh, dan gangguan sel darah. Tes ini juga membantu dokter memantau efektivitas
kemoterapi atau pengobatan radiasi pada pasien kanker. (Valencia Higuera 2012).
Nilai normal leukosit untuk orang dewasa berkisar antara 4,000-10,000 / mm 3,
untuk bayi baru lahir adalah 10.000-25.000 / mm3, untuk anak-anak usia 1 sampai 3
tahun antara 6,000-18,000 / mm3, untuk anak-anak usia 4-7 tahun antara 6,000-15,000 /
mm3 dan untuk anak usia 8 sampai 12 tahun adalah antara 4,500-13,500 / mm 3.
(Tshering Namgyal Wangdi., 2009). Dalam praktikum digunakan sampel darah vena
dengan antikogulan EDTA.
Dalam praktikum ini, didapatkan hasil perhitungan trombosit probandus atas nama
Kadek Randa Pradana berumur 6 tahun 7 bulan 3 hari jenis kelamin laki-laki dengan
metode manual menggunakan hemositometer adalah 4.250 sel per mm3 darah.
Berdasarkan nilai rujukan, rentang nilai leukosit normal adalah 4.000-10.000 per mm 3,
maka hasil perhitungan jumlah leukosit probandus yang didapat adalah normal.
Sehingga dapat diindikasikan bahwa probandus tidak sedang mengalami imflamasi
ataupun peradangan. Namun nilai rujukan perhitungan menggunakan flowsitometer
6.000 14.000 sehingga hasil perhitungan sel darah putih yang didapatkan tersebut
berada dibawah normal yang mengindikasikan pasien mengalami leukopenia.
Perhitungan dengan cara otomatis didapatkan hasil perhitungan 4.760/ mm3 sedangkan
dengan cara manual didapatkan 4.250/ mm3.
Dalam sebuah penelitian perbandingan antara perhitungan jumlah sel darah dengan
cara manual dengan cara otomatis, rata-rata (SE) nilai hemoglobin, hematokrit,
trombosit dan jumlah sel darah putih menunjukkan perbedaan yang signifikan secara
statistik (p <0,001) dimana berdasarkan perangkat lunak SPSS yang digunakan dalam
analisis statistik nilai p kurang dari 0,05 (p <0,05) dianggap signifikan(Samuel O Ike,
dkk. 2010).
Dalam menginterpretasikan suatu hasil hitung sel darah putih terdapat indikasi
terhadap peningkatan dan penurunan nilai sel darah putih. Peningkatan total jumlah
leukosit hingga lebih dari 10.000 / mm 3 dikenal sebagai leukositosis dan penurunan
jumlah leukosit hingga kurang dari 4 000/ mm3 disebut leukopenia.
Leukositosis didefinisikan sebagai jumlah sel darah putih (WBC)> 11 109 sel / L
berdasarkan batas atas normal dari laboratorium rujukan pusat. Demikian juga batas atas
normal untuk leukosit subtipe dari laboratorium rujukan pusat digunakan untuk
menentukan limfositosis absolut (> 4,4 109 sel / L), monositosis mutlak (> 1,2 109
sel / L), dan neutrophilia mutlak (> 7,7 109 sel / L). (Gregory C. Connolly. 2010)
Sedangkan menurut (Gregory K. Deirmengian. 2011) Leukositosis didefinisikan sebagai
penghitungan sel darah putih (WBC) lebih besar dari 11,0 sel 106 / uL, sesuai dengan
bagian atas 2,5% dari nilai referensi pasien. Leukositosis biasa menyertai infeksi dan
dapat berfungsi sebagai penanda awal untuk infeksi berkembang. Tingkat WBC sering
digunakan untuk menyelidiki infeksi awal, tanpa adanya tanda-tanda lain atau gejala.
Leukositosis mengacu peningkatan jumlah leukosit di atas kisaran normal dalam
darah dan merupakan temuan umum laboratorium pada pasien. Ini terjadi sebagai
respons terhadap berbagai kondisi patologis, termasuk infeksi virus, bakteri, dan jamur,
invasi parasit, kanker, perdarahan, trauma, infark miokard, keganasan, keracunan, dan
gangguan metabolik. Berdasarkan jenis leukosit yang terakumulasi, leukositosis
selanjutnya disubkaterogikan sebagai neutrophilia, limfositosis, monositosis, eosinofilia,
dan basophilia. Secara klinis, leukositosis ini paling sering disebabkan oleh neutrophilia
dan jarang disebabkan oleh limfositosis, dan jarang terjadi konsekuensi dari monositosis,
eosinofilia, atau basophilia. Studi mekanistik telah menunjukkan bahwa leukositosis
dapat dikaitkan dengan peningkatan produksi sel, peningkatan pelepasan sel dari
penyimpanan, demargination di pembuluh darah, dan / atau penurunan egress ke
jaringan target. Banyak molekul yang berperan dalam peradangan leukositosis, terutama
selectins, kemokin, integrin, dan protease (Siyuan Zhang. 2012)
Penyebab leukositosis (Tshering Namgyal Wangdi, 2009):
a. Patologi
Leukositosis umum terjadi pada periode transien infeksi. Tingkat kenaikan leukosit
tergantung pada jenis dan beratnya infeksi dan respon tubuh. Infeksi tersebut antara
lain : 1) bakteri 2) virus 3) protozoa (malaria) atau 4) parasit (filaria, infeksi cacing
tambang). Leukositosis juga ditemukan pada perdarahan parah dan pada Leukemia.
b. Fisiologis
1. Umur: Saat lahir total jumlah leukosit adalah sekitar 18.000 /mm3 dan menurun
secara bertahap saat menuju dewasa.
2. Kehamilan: Jumlah total leukosit cenderung menjadi sekitar 12.000 sampai
15.000 / mm3 yang meningkat segera setelah melahirkan dan kemudian secara
bertahap kembali ke normal.
3. Suhu tinggi.
4. Nyeri berat.
5. Latihan otot.
Leukopenia diindikasikan dengan sel darah putih (leukosit) <4.0 109 per liter
(NCI-CTCAE kelas 1)(C K Lee. 2011). Leukopenia adalah istilah medis yang
digunakan untuk menggambarkan jumlah WBC rendah. Rendahnya nilai leukosit dapat
dipicu oleh: HIV, gangguan autoimun, gangguan sumsum tulang / kerusakan, limfoma,
infeksi berat, penyakit hati dan limpa, lupus, terapi radiasi. Sedangkan Leukositosis
adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan jumlah WBC yang tinggi.
Hal ini bisa dipicu oleh adanya Anemia, tumor di sumsum tulang, leukemia, kondisi
peradangan, seperti artritis dan usus penyakit menekankan olahraga, kerusakan jaringan,
kehamilan, alergi, asma. (Higuera Valencia, dkk. 2012). Leukopenia merupakan kondisi
yang disebabkan oleh invasi bakteri, yang kemungkinan dimediasi oleh inflamasi dan
sitokin, yang dapat mengurangi jumlah jenis leukosit tertentu, seperti netrofil(Robert D.
Robison, 2016).
Penyebab leukopenia adalah Infeksi virus dan bakteri tertentu (tifus) cenderung
menyebabkan leukopenia daripada leukositosis(Tshering Namgyal Wangdi, 2009).
1. Infeksi
a. Bakteri : (Paratifoid, tifoid., tuberculosis, dll)
b. Viral (hepatitis, influenza, campak, dll)
c. Protozoa (malaria)
2. Beberapa kasus Leukemia
3. Depresi sumsum tulang primer (anemia aplastik).
4. Depresi sumsum tulang sekunder (karena obat, radiasi, dll)
5. Anemia (defisiensi besi, megaloblastik, dll.)
Beberapa studi prospektif telah menunjukkan hubungan positif dan independen
antara jumlah WBC dan risiko penyakit jantung koroner (PJK), stroke, dan semua
penyebab kematian. Selanjutnya, subtipe sel darah putih juga dikenal sebagai biomarker
untuk memprediksi risiko kardiovaskular atau stroke. Beberapa studi menemukan bahwa
jumlah leukosit dikaitkan dengan ketebalan dari arkus aorta plak, Perkembangan
ateroma aorta pada pasien stroke, atau peningkatan risiko stroke dan kematian vaskular
pada pasien dengan gejala penyakit aterosklerosis intrakranial. Penelitian lain telah
menunjukkan bahwa jumlah neutrofil menambah informasi prognostik peristiwa jantung
samping utama pada sindrom koroner akut atau sebagai prediktor independen stroke
iskemik berulang. Selain itu, sebuah studi menunjukkan bahwa jumlah granulosit adalah
biomarker kuat untuk hubungan antara Penyakit Jantung Koroner kejadian stroke
iskemik dan kardiovaskular mortalitas penyakit(Tzy-Haw Wu. 2013).
Selain masalah klinis tertentu, hasil perhitungan leukosit juga dipengaruhi oleh
obat-obatan. Obat-obatan yang dapat menurunkan jumlah leukosit meliputi: Antibiotik ,
Antikonvulsan , Obat anti-tiroid , Arsenicals , Kaptopril , Obat kemoterapi ,
Klorpromazin , Clozapine , Diuretik , Histamin-2 blocker , Quinidine , Terbinafine dan
Tiklopidin. Sedangkan obat-obatan yang dapat meningkatkan jumlah leukosit meliputi:
Agonis adrenergik beta (misalnya, albuterol) , Kortikosteroid , Epinefrin , Granulosit
colony stimulating factor , Heparin , dan Lithium. (Yi-Bin Chen, MD. 2015). Sedangkan
menurut (Higuera Valencia,dkk. 2012) Obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil tes
selain yang telah disebutkan adalah: Antihistamin, sulfonamide.

IX. KESIMPULAN

Dalam praktikum ini, didapatkan hasil perhitungan Leukosit probandus dengan


cara manual menggunakan metode hemositometer adalah 4.250 sel per mm3 dimana
probandus adalah seorang Laki-laki berumur 6 tahun atas nama Kadek Randa Wira
Pradana. Berdasarkan nilai rujukan, maka perhitungan jumlah leukosit probandus berada
pada rentang normal. Namun berdasarkan nilai rujukan pada flowcytometri nilai tersebut
berada dibawah normal sehingga diindikasikan pasien mengalami leukopenia. Pada
menginterpretasikan hasil perhitungan leukosit terdapat dua indikasi terhadap nilai
hitung sel darah putih. Peningkatan total jumlah leukosit lebih dari 10.000 / mm 3 dikenal
sebagai leukositosis dan penurunan kurang dari 4.000/ mm3 sebagai leukopenia.

DAFTAR PUSTAKA

Razali Tomari,dkk., 2015. Red Blood Cell Counting Analysis By Considering An


Overlapping Constraint. tersedia :
http://www.arpnjournals.com/jeas/research_papers/rp_2015/jeas_0215_1610.pdf [diakses :
Selasa, 4 Oktober 2016 ; 14.00wita]
Tshering Namgyal Wangdi. 2009. Total Leukocyte Count By Hemocytometer. [online]
tersedia: http://www.slideshare.net/Tshering_Namgyal_Wangdi/total-leukocyte-count-by-
hemocytometer [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016 ; 20.36 wita]
Campbell, Ken. 2007. Blood Cells. [online] tersedia :
http://www.nursingtimes.net/download?ac=1262903 [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016 ;
20.40 wita]
Sanaullah Khan. 2012. An Accurate and Cost Effective Approach to Blood Cell Count.
[online] tersedia : http://research.ijcaonline.org/volume50/number1/pxc3880682.pdf
[diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016 ; 20. 45 wita]
Higuera Valencia, MD, MPH, FACP. 2012. WBC (White Blood Cell) Count. [online]
tersedia: http://www.healthline.com/health/wbc-count [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016;
21.15 wita]
Gran Nilsson, dkk. 2014. White Blood Cell Count in Elderly Is Clinically Useful in
Predicting Long-Term Survival. [online] tersedia :
http://www.hindawi.com/journals/jar/2014/475093/ [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016
21.40 wita]
Higuera Valencia, dkk. 2012. WBC (White Blood Cell) Count. [online] tersedia:
http://www.healthline.com/health/wbc-count [diakses : Sabtu, 29 Oktober 2016; 21.15
wita]
Yi-Bin Chen, MD. 2015. WBC Count. [online] tersedia :
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003643.htm [diakses: Sabtu, 29
Oktober 2016; 22.02 wita]
Tzy-Haw Wu. 2013. Total white blood cell count or neutrophil count predict ischemic
stroke events among adult Taiwanese: report from a community-based cohort study.
[online] Tersedia: [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3641985/] [diakses
Minggu, 30 Oktober 2016 pukul 22.00 wita.]
Chung ,Jaebum,dkk. 2015. Counting White Blood Cells from a Blood Smear Using
Fourier Ptychographic Microscopy. Tersedia: [file:///C:/Users/user/Desktop/leokositm/90-
AC-CountWBC-FPM-PLOS-Jul2015.pdf] [diakses Rabu, 2 November 2016 pukul 13.05]
Christoph Scheiermann. 2015. Regulation of leucocyte homeostasis in the circulation.
[online] Tersedia: [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4560027/] [diakses
Minggu, 30 oktober 2016 pukul 22.30 wita]
Siyuan Zhang. 2012. Heparin-induced Leukocytosis Requires 6-O-Sulfation and Is Caused
by Blockade of Selectin- and CXCL12 Protein-mediated Leukocyte Trafficking in Mice.
[Online] Tersedia: [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3285330/] diakses
Rabu, 9 November 2016 pukul 21.00 wita
Gregory C. Connolly. 2010. Leukocytosis, thrombosis and early mortality in cancer
patients initiating chemotherapy. [Online] Tersedia:
[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3635827/] diakses Rabu, 9 November
2016 pukul 21.05 wita
Gregory K. Deirmengian. 2011. Leukocytosis Is Common After Total Hip and Knee
Arthroplasty. [Online] Tersedia: [https://www. ncbi. nlm. nih. gov/pmc /articles
/PMC3183208/] diakses Rabu, 9 November 2016 pukul 21.15 wita
C K Lee. 2011. Carboplatinpaclitaxel-induced leukopenia and neuropathy predict
progression-free survival in recurrent ovarian cancer. [Online] Tersedia
[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3172911/] diakses Rabu, 9 November
2016 pukul 21.30 wita
Robert D. Robison, 2016. Acute Leukopenia. [Online] Tersedia:
[http://labmed.oxfordjournals.org/content/labmed/32/6/323.full.pdf] diakses Kamis, 10
November 2016 pukul 11.30 wita
J.Paul Robinson, dkk. 2012. Computational analysis of high-throughput flow cytometry
data. [online] Tersedia [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4389283/]
diakses: Kamis, 10 November 2016 pukul 13.20 wita
Samuel O Ike, dkk. 2010. Comparison of Haematological Parameters Determined by The
Sysmex KX - 2IN Automated Haematology Analyzer and The Manual Counts. [online]
tersedia : http://www.biomedcentral.com/1472-6890/10/3 [diakses : Kamis, 10 Oktober
2016 ; 14.45 wita]
Chung , Jaebum.dkk. 2015. Counting White Blood Cells from a Blood Smear Using
Fourier Ptychographic Microscopy. [online] Tersedia:
[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4506059/ ] diakses Kamis, 10 Oktober
2016 ; 15.00 wita
Pooja Patil,dkk.2013. An Overview: Optimization of WBC and RBC from Blood Sample
Based on Microscopic Images. International Journal of Advanced Research in Computer
and Communication Engineering. [online] Tersedia:
[http://www.ijarcce.com/upload/2013/october/66-O-Pooja_Patil_-AN_OVERVIEW.pdf]
diakses Kamis, 10 November; 15.07 wita

Anda mungkin juga menyukai