Anda di halaman 1dari 7

KISI KISI TUTORIAL SKENARIO 1 IKK 2

IMELDA PRATIWI
HIPOTESIS :

1. Sinusistis maksilaris dekster dentogenik

 Sinusitis Maksilaris dengan Asal Geligi. Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar,
biasanya molar pertama, di mana sepotong kecil tulang di antara akar gigi molar dan
sinus maksilaris ikut terangkat. Infeki gigi lainnya seperti abses apikal atau penyakit
periodontal dapat menimbulkan kondisi serupa. Gambaran bakteriologik sinusitis berasal
dr gigi geligi ini terutama didominasi oleh infeksi gram negatif. Karena itulah infeksi ini
menyebabkan pus yang berbau busuk dan akibatnya timbul bau busuk dari hidung. Faktor
Predisposisi Lokal. Faktor predisposisi lokal lain menyebabkan sinusitis rnaksilaris akut
adalah suatu benda asing dalam hidung dan deviasi septum nasi.1

1. George L; Adams M. D; Lawrence R;  Boies Jr. M. D; Peter A. Higler M. D. Alih bahasa : dr. Caroline
Wijaya. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT, Edisi ke 6, EGC, 1997

2. Sebutkan 3 macam merahnya mata dan tanda tandanya

 Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata paling umum. Penyakit ini
bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat
dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa endogen.
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau
terbakar, sensasi penuh di sekeliling riata, gatal, dan fotofobia Sensasi benda asing dan
sensasi tergores atau terbakar sering dihubungkan dengan edema dan hipertrofi papilla
yang biasanya menyertai hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, kornea juga
terkena.Tanda-tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, eksudasi,
pseudoptosis, hipertrofi papilar, kemosis, folikel, pseudomembran dan membran,
granuloma, dan adenopati preaurikular. Penyebab konjungtivitis Konjungtivitis bisa
disebabkan oleh alergi, bakteri dan paling sering disebabkan oleh virus, dan sangat
menular.1-2

 Keratitis (Radang Kornea): Pada keratitis merahnya tidak begitu berat, ada injeksi
perikornea, sekretnya sedikit atau tidak ada. Keratitis bisa disebabkan oleh alergi, bakteri
dan virus. Untuk ulkus kornea, penyebabnya terutama berasal dari golongan bakteri dan
jamur. Tanda2 : adanya edema kornea, infiltrasi sel inflamasi, dan kongesti silia.2

 Skleritis : inflamasi yang diperantarai oleh sistem imun, disebabkan oleh Kadang-
kadang disebabkan tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda
asing, dan pasca bedah .Tanda2 : Mata terasa nyeri, Pandangan menjadi kabur.
Keluarnya air mata tanpa diketahui sebabnya, Mata menjadi sensitif terhadap cahaya,
Mata berwarna kemerahan, Ada tonjolan kecil pada bagian putih dari bola mata. Skleritis
tidak mengeluarkan kotoran, terlihat benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga,
mengenai seluruh lingkaran kornea, sehingga terlihat sebagai skleritis anular.2-3

1. Paulsen F & Waschke J, 2010; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, Edisi 23, EGC, Jakarta 97-99
2. Suhardjo, Hartono. Buku Ilmu Penyakit Mata FK UGM. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada; 2007.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2010. Hal 119
3. Bila pasien dengan konjungtivitis alergi tindakan apa yang di lakukan

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya.


Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi dengan antimikroba topikal
spektrum luas (mis., polymyxin hime thoprim). Pada setiap konjungtivitis purulen yang pulasan
gram-nya menunjukkan diplokokus gram-negatif, sugestif neisseria, harus segera dimulai terapi
topikal dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1 g yang diberikan dosis tunggal per
intramuskular biasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan
ceftriaxone parenteral, 1-2 gper hari selama 5 hari. Pada konjungtivitis purulen dan
mukopurulen, saccus conjunctivalis harus dibilas dengan larutan saline agar dapat
menghilangkan sekret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan
keluarga diminta memperhatikan higiene perorangan secara khusus.1

1. Paulsen F & Waschke J, 2010; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, Edisi 23, EGC, Jakarta

4. Bagaimana bila bersamaan dengan rhinitis alergi

Jika gejala rinitis alergi disertai oleh gejala konjungtiva, maka lebih tepat jika menggunakan
istilah rinokonjungtivitis. Sekitar 60% pasien rinitis alergi juga mengalami konjungtivitis alergi.
Terapi untuk konjungtivitis, sinusitis maupun asma yang menyertai gejala rinitis alergi
sebaiknya dilakukan dengan mengatasi penyebabnya terlebih dahulu, dalam hal ini adalah proses
alergi. Pengobatan untuk rinokonjungtivitis tambahkan: Penghambat H1 oral Atau kromolin
intraokular Atau penghambat h1 intraokular (atau larutan garam fisiologis).

1. Anonim. Buku Pegangan Pelatih : Rhinitis Alergi pada Anak. FK UNAIR. 2017. Diakses dari
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/AI02_Rintis-Alergi.pdf pada 30 Sep 2021.

5. Gangren pulpa

Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan
pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel  pulpa yang rusak menjadi
semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa.
Istilah gangren pulpa sering kali diterapkan pada kondisi nekrosis pulpa dengan adanya
keterlibatan infeksi bakteri.Gangren didefinisikan sebagai nekrosis jaringan yang
sumperimposisi dengan adanya infeksi bakteri.Nekrosis pulpa gangren sering diikuti dengan
adanya bau busuk jika pulpa yang terinfeksi tersebut dibuka. Gangren pulpa merupakan hasil
akhir dari pulpitis, di mana terjadi nekrosis pulpa total.
1. Rajendran, R. dan Sivapathasundharam, B., 2012, Shafer’s Textbook of Oral Pathology, New Delhi, Elsevier, hal.
482.
LEARNING ISSUES
1. Anatomi dan fisiologi hidung, sinus paranasal dan mata

 Anatomi hidung
Hidung bagian luar tersusun atas dasar, puncak hidung, collumela. Sedangkan hidung lainnya
tersusun atas ala nasi, alar sulcus, dan nostril. Semuanya disusun oleh tulang, kartilago, otot,
dan subcutaneous fat.
 Fisiologi Hidung
sebagai organ respirasi, sebagai penyaring udara, sebagai indera penghidu, dan produksi
suara.
 Anatomi sinus paranasal
yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sfenoid kanan dan kiri.
 Fisiologi sinus paranasal
1. Membantu menguatkan resonansi suara
2. Membantu sistem pertahanan imun
3. Membantu keseimbangan kepala

 Anatomi Dan Fisiologi Mata


1. Kelopak mata: sebagai penutup untuk melindungi bagian anterior mata dari
gangguan lingkungan.
2. Bulu mata: sebagai proteksi  menangkap kotoran halus di udara seperti
debu sebelum masuk ke mata
3. Kornea: merupakan bagian terdepan sklera, lapisan jernih memudahkan sinar masuk ke
dalam bola mata, berperan paling besar dalam kemampuan refraksi mata
4. Sklera: terdiri dari jaringan ikat , bagian terluar yg melindungi bola mata dan memberi
bentuk pada mata.
5. Konjungtiva : mengandung kelenjar musin yg dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat
membasahi bola mata

2. Definisi, etiologi,klasifikasi, diagnosa , diagnosa banding dan komplikasi


sinusistis dan konjungtivitis
 Sinusistis

1. Definisi : Sinusitis merupakan istilah bagi suatu proses inflamasi yang melibatkan
mukosa hidung dan sinus paranasal didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus
paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis.
Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut
multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.1
2. Etiologic :

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rhinitis
terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanital hamil, polip hidung, kelainan anatomi
seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM),
infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, dyskinesia silia seperti pada sindroma
Kartagener, dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik. Pada anak, hipertrofi adenoid
merupakan faktor penting penyebab sinusitis1

3. Klasifikasi

1. Sinusitis akut ;sinusitis kronik


2. Sinusitis pada anak ; sinusitis pada dewasa
3. Sinusitis odontogen (akibat dari infeksi gigi rahang atas) ; sinusitis rinogen
(karena infeksi / kelainan pada hidung).2

4. diagnosa
- Sering pilek biasa yang tidak sembuh sembuh
- Ingus kuning kental - Rasa lendir di tenggorok
- Hidung buntu
- Nyeri wajah
- Nyeri kepala sesuai lokasi sinus yang sakit - Batuk (terutama pada anak anak)
- Bau mulut - Penciuman berkurang
- Demam (akut)
- Suara kadang sengau

5. Diagnosa banding

6.
 Konjungtivitis

Definisi: Konjungtivitis adalah inflamasi pada jaringan konjungtiva.

➢Etiologi: Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, trauma, fungus, serta
parasit.

➢ Klasifikasi: Berdasarkan penyebabnya konjungtivitis dibagi menjadi:

 ●  Konjungtivitis bakteri

Disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus. Gejalanya


yaitu mukosa purulen, edema kelopak, kemosis konjungtiva, kadang-kadang disertai keratitis dan
blefaritis. Dapat diobati dengan antibiotik tunggal seperti neospirin, basitrasin, gentamisin,
kloramfenikol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa selama 2-3 hari.

 ●  Konjungtivitis virus
Konjungtivitis virus biasanya diakibatkan karena demam faringokonjungtiva. Biasanya
memberikan gejala demam, faringitis, secret berair dan sedikit, folikel pada konjungtiva yang
mengenai satu atau kedua mata. Pengobatan konjungtivitis virus hanya bersifat suportif karena
dapat sembuh sendiri.
 ●  Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi paling sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva
yang diperantarai oleh sistem imun. Gejala karakteristiknya yaitu terdapat papil besar
pada konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Pengobatan
dapat dilakukan dengan memberikan astringen, sodium kromolin, dan steroid topical
dosis rendah.
 ●  Konjungtivitis fungus
Biasanya disebabkan oleh Candida albicans. Ditandai dengan adanya bercak putih yang dapat
timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu.

➢ Diagnosis: Pada konjungtivitis, biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah,
sekret pada mata, serta iritasi.

➢ Diagnosis banding:

 ○  - Skleritis dan episkleritis


 ○  - Keratitis
 ○  - Glaukoma akut dan sub akut
 ○  - Uveitis anterior
➢ Komplikasi: Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada konjungtivitis adalah

1. Blefaritis marginal menahun, biasanya menyertai konjungtivitis stafilokokkus

kecuali pada pasien muda.

2. Parut konjungtiva, hal ini dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembran

dan pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea dan perforasi.

3. Ulserasi kornea marginal, terjadi pada infeksi N. gonorrhea, N. Konchii, N. meningitides,


dan H. aegyptus, yang berdifusi melalui kornea dan dapat timbul

iritis toksik

4. Keratitis dan keratokonjungtivitis


5. Uveitis dan dapat menyebabkan kebutaan
6. Glaukoma
7. Katarak dan ablasio retina
8. Sepsis dan meningitis. Hal ini dapat terjadi terutama pada konjungtivitis meningen.

1. Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke- 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2. http://repository.unimus.ac.id/292/1/BUKU%20AJAR%20THT.pd

3. Definisi dan hubungannya dengan GP pada sinusitis dentogenik

Merupakan salah satu penyebab penting sinusitis kronik. Dasar sinus maksila adalah prosesus
alveolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh
tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas lnfeksi gigi rahang
atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar secara
langsung ke sinus, atau melalui pembuluh darah dan limfe. Sehingga bila adanya gejala gangrene
pd gigi RA maka dapat menyebabkan sinusitis.

1. Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke- 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Definisi, etiologic, diagnosis, diagnosis banding dan komplikasi rhinitis
alergi
1. definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien
atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan allergen.1

2. Etiologic
Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam
perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi
rinitis alergi. Penyebab rinitis alergi tersering adalah allergen inhalan pada dewasa dan
ingestan pada anak-anak. Beberapa pasien sensitif terhadap beberapa allergen sekaligus.
Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi. Alergen yang
menyebabkan rinitis alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur. Berbagai
pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor. nonspesifik di
antaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan
cuaca.2
3. Diagnosa
Gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat.1
4. Diagnosis banding:
➢ Rhinitis vasomotor

➢ Rhinitis akut

5. Komplikasi :
 Polip hidung
Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa alergi hidung merupakan salah satu factor
penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung
 Otitis media efusi yang sering residif, terutama pada anak-anak
 Sinusitis paranasal

1. Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke- 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2. Adams, G.L., Boeis, L.R., Higler, P.A. Buku Ajar Penyakit THT BOIES edisi 6, Jakarta : EGC. 2012

5. Hubungan focus infeksi pada gigi dengan kelainan mata

Terdapat hubungan infeksi pada gigi, rongga mulut, dan mata melalui fokal infeksi yang
merupakan pusat atau suatu daerah di dalam tubuh yang dapat bersumber dari gigi dimana
kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran darah/limfe ke tempat lain pada tubuh seperti
mata, kulit, ginjal, jantung.

Anda mungkin juga menyukai