1. Petugas analis laboratorium melakukan pemeriksaan Darah lengkap
pada pasien DHF dengan alat hematology analyzer merk “X” dengan system kerja Impedansi . hasil yang didapatkan adalah RBC 6,5 juta, WBC 4200 dan trombosit 60 pada hari ke 6 . pada hari ke 7 dilakukan pemeriksaan ulang, didapatkan hasil trombosit 13, RBC 5,8 dan WBC 6800. Petugas laboratorium melakukan konfirmasi pemeriksaan dengan membuat hapusan darah tepi a. Mekanisme konfirmasi hasil pemeriksaan trombosit dengan hapusan darah tepi (estimasi jumlah) : Semua hasil hitung trombosit baik normal maupun abnormal yang diperiksa menggunakan alat otomatis maupun manual harus di crosscheck pada SADT. Hasil hitung trombosit harus di konfirmasi dengan SADT mengingat trombositopenia dapat berisiko perdarahan sehingga penetapannya harus dilakukan dengan hati-hati. Crosscheck pada SADT bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil hitung trombosit dengan jumlah trombosit secara estimasi. SADT untuk estimasi jumlah trombosit harus dibuat sebaik mungkin sehingga terbentuk daerah baca yang baik. b. Penyebab perbedaan mencolok antara hasil pemeriksaan alat dan hasil pengamatan mikroskopis untuk estimasi jumlah disebabkan oleh kesalahan alat otomatis mengenali trombosit, kesalahan preanalitik, analitik, posanalitik. Selain itu, karena adanya kemungkinan agregasi trombosit.
2. Seorang petugas laboratorium diminta melakukan pemeriksaan
darah lengkap dan hapusan darah tepi oleh dokter penyakit dalam untuk evaluasi anemia pada pasien tersebut. Pemeriksaan darah lengkap menunjukan Hasil Hb 5,2, RBC 2,1 dan HCT 26. a. Mekanisme pengecatan Hapusan darah tepi yang dibuat :
1. Letakkan sediaan hapusan pada dua batang gelas di atas bak
tempat pewarnaan. 2. Fiksasi sediaan apus dengan methanol absolut 2-3 menit. 3. Genangi sediaan apus denagn zat warna Giemsa yang baru diencerkan dengan larutan Dapar, waktu inkubasi sesuai dengan perbandingan pengenceran. 4. Bilas dengan air ledeng, mila-mula denagn aliran lambat kemudian lebih kuat denagn tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sediaan hapus dalam rak posisi tegak dan biarkan mengering. Alasan memilih pengecatan Giemsa :
Cocok untuk pewarnaan massal (banyak), waktu pewarnaan dapat
diatur, pewarnaan individu juga dapat dilaksanakan dengan teknis pengenceran tetes per tetes perbandingan, struktur parasite lebih detail, kontras parasite pada, sitoplasma, inti dan benda sitoplasma lebih jelas dengan bantuan azur metilen.
3. Petugas laboratorium mendapatkan tugas pemeriksaan darah
lengkap pada pasien dengan suspect cacingan. Hasil pemeriksaan dengan alat 3 diff ternyata hanya memberikan hasil limposit, monosit dan granulosit. Dokter pengirim meminta kepastian hasil eosinophil sehingga petugas melakukan pemeriksaan hapusan darah tepi untuk memastikan a. Jumlah sel leukosit yang dihitung untuk melakukan hitung leukosit adalah : Jenis lekosit yang normal yang ditemukan dalam darah tepi adalah eosinofil (1% - 3%), basofil (0-1%), netrofil batang (2%-6%), netrofil segmen atau sel PMN (50%-70%), limfosit (20%-40%) dan monosit (2%-8%).Hitung jenis Ieukosit sama dengan angka persen jenis leukosit tertentu (misal: eosinofil) dikali konsentrasi jumlah leukosit total dan dibagi 100. Jenis leukosit dihitung dalam 10 lapang pandang. b. Zona dan syarat lapang pandang untuk pembacaan : Zona : - Zona I disebut dnegan zona ireguler. Didaerah tersebut distribusi sel darah merah tidak teratur dan kadang ada yang padat bergerombol. Daerah inimeliputi kira – kira 3 % dari seluruh badan SADT. - Zona II disebut juga dengan zona tipis, dimana penyebaran/distribusi sel darah merah tidak teratur, saling berdesakan (distorsion) dan bertumpuk (overlapping). Zona ini meliputi sekitar 14%. - Zona III disebut juga dengan zona tebal, dimana sel – sel darah merah bergerombol rapat dan padat. Luas zona ini adalah 45% atau hampir separoh dari badan SADT. - Zona IV disebut juga zona tipis yang sama juga kondisinya dengan zona II hanya lebih tipis. Luasnya sekitar 18% dari badan sediaan apus. - Zona V atau zona reguler, merupakan tempat sel – sel tersebar rata, tidak saling bertumpuk,dan bentuk – bentuknya masih asli. Daerah ini meliputi kira – kira 11% dari badan SADT. Merupakan daerah yang cocok untuk pemeriksaan SADT adalah suitable region atau zona V yang ditandai degan distribusi eritrosit yang baik dan struktur tiga dimensinya dapat dicermati dengan baik pula (bagian tengah tampak terang). - Zona VI disebut juga zona sangat tipis, terletak diujung sediaan apus sebelum ekor. Disini sel – sel tersusun lebih longgar, dan umumnya tersusun berderet. Zona ini luasnya sekitar 9% dari badan SADT.
Syarat lapang pandang:
Pada daerah yang eritrositnya saling berdekatan adalah daerah yang
paling baik untuk melakukan hitungan jenis lekosit. Dengan pembesaran sedang (lensa obyektif 40x dan lensa okuler 10x) dilakukan hitung jenis lekosit. Bila diperlukan dapat dilakukan penilaian lebih lanjut dari sediaan apus menggunakan lensa objektif 100 x menggunakan minyak imersi.
c. Kesimpulan yang diambil :
Pasien tersebut terinfeksi parasite jaringan atau bisa dikatakan pasien tersebut cacingan. Kelebihan eosinophil atau Eosinofilia, yaitu peningkatan fraksi jumlah eosinofil (>0,05) atau di atas 0,4 x 109/L. Ditemukannya eosinofilia hampir dianggap berkaitan dengan infeksi parasit jaringan (misalnya: skistosomiasis, filariasis, cacing tambang, askariasis). d. Tampilan eosinophil ketika diamati dengan pewarnaan wright giemza Inti sel berwarna biru keunguan dan granula tampak cukup jelas terlihat berwarna merah muda, dan apusan lebih tahan lama setelah disimpan.
4. Seorang patugas ATLM diminta melakukan pemeriksaan retraksi
bekuan dan pemeriksaan daya kerapuhan eritrosit, a. Volume darah yang harus diambil untuk kedua tes tersebut adalah : Sampel 3 ml - 2 ml untuk pemeriksaan hematologi /erytrosit - 1 ml untuk retraksi bekuan b. Dampak pemeriksaan retraksi bekuan yaitu waktu retraksi bekuan memanjang. c. Mekanisme pengamatan darah hemolysis : 1. Sediakan 10 Tabung reaksi dan isi dengan NaCl 1% pada masing-masing 2. (1,2ml; 1,1ml; 1,0ml; 0,9ml; 0,8ml; 0,7ml; 0,6ml; 0,5ml; 0,4ml; 0,3ml) 3. Tambahkan Aquadest secara berurutan pada tabung yang sama (0,6ml; 0,7ml; 0,8ml; 0,9ml; 1,0ml; 1,1ml; 1,2ml; 1,3ml; 1,4ml; 1,5ml) 4. Tambahkan masing-masing 1 tetes darah 5. Diamkan selama 15 menit 6. Sentrifuge 2000rpm 15 menit 7. Amati secara visual : dimana terjadi permulaan hemolysis dan hemolysis sempurna. 8. Bandingkan dengan nilai Normal
5. Dokter bedah akan melakukan operasi pada pasien X, sebelum
operasi dilakukan pasien diminta melakukan pemeriksaan laboratorium Darah lengkap, Glukosa darah, BT, CT, PPT dan APTT a. Pada pemeriksaan PPT dan APTT tabung yang digunakan tabung bertutup biru yang berisi natrium sitrat, Urutan tabung pemeriksaan faat hemostasis diambil apabila pengambilan dilakukan dengan vacutainer pada pemeriksaan Darah lengkap, Kimia darah dan Faal hemostasis : Tabung pemeriksaan faat hemostasis diambil pertama dengan tabung biru (Faal hemostasis), lalu tabung kuning (kimia darah) dan yang terakhir yaitu tabung ungu (DL) b. Yang sebaiknya dilakukan oleh petugas tersebut : Bila perdarahan sampai 15 menit belum berhenti, tekanlah lukanya. Tes diulangi lagi terhadap lengan lainnya. Bila hasilnya sama, hasil dilaporkan bahwa masa perdarahan > 15 menit. c. Penyebab kesalahan pada tes tersebut : Karena petugas tersebut mendiamkan reagen APTT dan mendiamkan disuhu kamar selama lebih dari 1 jam, sedangkan reagen APTT seharusnya tidak boleh berada pada suhu ruang lebih dari 1 jam sebagaimana beberapa syarat penyimpanan reagen adalah :
- Reagent APTT-P tidak perlu di inkubasi.mHanya CaCl 2 0,025 M
yang perlu di inkubasi - Jangan biarkan vial TEClot APTT & CaCl 2 0,025Mmpada suhu kamar karena akan menurunkan stabilitas reagen), CaCl 2 disimpan pada suhu 2 – 8 ºC - Reagen APTT pada suhu kamar tidak boleh lebih dari 1 jam.