Anda di halaman 1dari 6

Nama : Made Yurika Putri Dharmayanti

NIM : P07134019097

Kelas : IVB

Mata Kuliah : Hematologi II

Tanggal Ujian : 25 Mei 2021

Dosen Pengampu : NI NYOMAN ASTIKA DEWI, M. Biomed

1. Petugas analis laboratorium melakukan pemeriksaan Darah lengkap


pada pasien DHF dengan alat hematology analyzer merk “X”
dengan system kerja Impedansi . hasil yang didapatkan adalah RBC
6,5 juta, WBC 4200 dan trombosit 60 pada hari ke 6 . pada hari ke 7
dilakukan pemeriksaan ulang, didapatkan hasil trombosit 13, RBC
5,8 dan WBC 6800. Petugas laboratorium melakukan konfirmasi
pemeriksaan dengan membuat hapusan darah tepi
a. Mekanisme konfirmasi hasil pemeriksaan trombosit dengan hapusan
darah tepi (estimasi jumlah) :
 Semua hasil hitung trombosit baik normal maupun abnormal yang
diperiksa menggunakan alat otomatis maupun manual harus di
crosscheck pada SADT.
 Hasil hitung trombosit harus di konfirmasi dengan SADT
mengingat trombositopenia dapat berisiko perdarahan sehingga
penetapannya harus dilakukan dengan hati-hati.
 Crosscheck pada SADT bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil hitung trombosit dengan jumlah trombosit secara
estimasi.
 SADT untuk estimasi jumlah trombosit harus dibuat sebaik
mungkin sehingga terbentuk daerah baca yang baik.
b. Penyebab perbedaan mencolok antara hasil pemeriksaan alat dan
hasil pengamatan mikroskopis untuk estimasi jumlah disebabkan oleh
kesalahan alat otomatis mengenali trombosit, kesalahan preanalitik,
analitik, posanalitik. Selain itu, karena adanya kemungkinan agregasi
trombosit.

2. Seorang petugas laboratorium diminta melakukan pemeriksaan


darah lengkap dan hapusan darah tepi oleh dokter penyakit dalam
untuk evaluasi anemia pada pasien tersebut. Pemeriksaan darah
lengkap menunjukan Hasil Hb 5,2, RBC 2,1 dan HCT 26.
a. Mekanisme pengecatan Hapusan darah tepi yang dibuat :

1. Letakkan sediaan hapusan pada dua batang gelas di atas bak


tempat pewarnaan.
2. Fiksasi sediaan apus dengan methanol absolut 2-3 menit.
3. Genangi sediaan apus denagn zat warna Giemsa yang baru
diencerkan dengan larutan Dapar, waktu inkubasi sesuai dengan
perbandingan pengenceran.
4. Bilas dengan air ledeng, mila-mula denagn aliran lambat
kemudian lebih kuat denagn tujuan menghilangkan semua
kelebihan zat warna. Letakkan sediaan hapus dalam rak posisi
tegak dan biarkan mengering.
Alasan memilih pengecatan Giemsa :

Cocok untuk pewarnaan massal (banyak), waktu pewarnaan dapat


diatur, pewarnaan individu juga dapat dilaksanakan dengan teknis
pengenceran tetes per tetes perbandingan, struktur parasite lebih
detail, kontras parasite pada, sitoplasma, inti dan benda sitoplasma
lebih jelas dengan bantuan azur metilen.

3. Petugas laboratorium mendapatkan tugas pemeriksaan darah


lengkap pada pasien dengan suspect cacingan. Hasil pemeriksaan
dengan alat 3 diff ternyata hanya memberikan hasil limposit,
monosit dan granulosit. Dokter pengirim meminta kepastian hasil
eosinophil sehingga petugas melakukan pemeriksaan hapusan
darah tepi untuk memastikan
a. Jumlah sel leukosit yang dihitung untuk melakukan hitung leukosit
adalah :
Jenis lekosit yang normal yang ditemukan dalam darah tepi adalah
eosinofil (1% - 3%), basofil (0-1%), netrofil batang (2%-6%), netrofil
segmen atau sel PMN (50%-70%), limfosit (20%-40%) dan monosit
(2%-8%).Hitung jenis Ieukosit sama dengan angka persen jenis
leukosit tertentu (misal: eosinofil) dikali konsentrasi jumlah leukosit
total dan dibagi 100. Jenis leukosit dihitung dalam 10 lapang
pandang.
b. Zona dan syarat lapang pandang untuk pembacaan :
Zona :
- Zona I disebut dnegan zona ireguler. Didaerah tersebut distribusi
sel darah merah tidak teratur dan kadang ada yang padat
bergerombol. Daerah inimeliputi kira – kira 3 % dari seluruh badan
SADT.
- Zona II disebut juga dengan zona tipis, dimana
penyebaran/distribusi sel darah merah tidak teratur, saling
berdesakan (distorsion) dan bertumpuk (overlapping). Zona ini
meliputi sekitar 14%.
- Zona III disebut juga dengan zona tebal, dimana sel – sel darah
merah bergerombol rapat dan padat. Luas zona ini adalah 45%
atau hampir separoh dari badan SADT.
- Zona IV disebut juga zona tipis yang sama juga kondisinya
dengan zona II hanya lebih tipis. Luasnya sekitar 18% dari badan
sediaan apus.
- Zona V atau zona reguler, merupakan tempat sel – sel tersebar
rata, tidak saling bertumpuk,dan bentuk – bentuknya masih asli.
Daerah ini meliputi kira – kira 11% dari badan SADT. Merupakan
daerah yang cocok untuk pemeriksaan SADT adalah suitable
region atau zona V yang ditandai degan distribusi eritrosit yang
baik dan struktur tiga dimensinya dapat dicermati dengan baik
pula (bagian tengah tampak terang).
- Zona VI disebut juga zona sangat tipis, terletak diujung sediaan
apus sebelum ekor. Disini sel – sel tersusun lebih longgar, dan
umumnya tersusun berderet. Zona ini luasnya sekitar 9% dari
badan SADT.

Syarat lapang pandang:

Pada daerah yang eritrositnya saling berdekatan adalah daerah yang


paling baik untuk melakukan hitungan jenis lekosit. Dengan
pembesaran sedang (lensa obyektif 40x dan lensa okuler 10x)
dilakukan hitung jenis lekosit. Bila diperlukan dapat dilakukan
penilaian lebih lanjut dari sediaan apus menggunakan lensa objektif
100 x menggunakan minyak imersi.

c. Kesimpulan yang diambil :


Pasien tersebut terinfeksi parasite jaringan atau bisa dikatakan
pasien tersebut cacingan. Kelebihan eosinophil atau Eosinofilia, yaitu
peningkatan fraksi jumlah eosinofil (>0,05) atau di atas 0,4 x 109/L.
Ditemukannya eosinofilia hampir dianggap berkaitan dengan infeksi
parasit jaringan (misalnya: skistosomiasis, filariasis, cacing tambang,
askariasis).
d. Tampilan eosinophil ketika diamati dengan pewarnaan wright giemza
Inti sel berwarna biru keunguan dan granula tampak cukup jelas
terlihat berwarna merah muda, dan apusan lebih tahan lama setelah
disimpan.

4. Seorang patugas ATLM diminta melakukan pemeriksaan retraksi


bekuan dan pemeriksaan daya kerapuhan eritrosit,
a. Volume darah yang harus diambil untuk kedua tes tersebut adalah :
Sampel 3 ml
- 2 ml untuk pemeriksaan hematologi /erytrosit
- 1 ml untuk retraksi bekuan
b. Dampak pemeriksaan retraksi bekuan yaitu waktu retraksi bekuan
memanjang.
c. Mekanisme pengamatan darah hemolysis :
1. Sediakan 10 Tabung reaksi dan isi dengan NaCl 1% pada
masing-masing
2. (1,2ml; 1,1ml; 1,0ml; 0,9ml; 0,8ml; 0,7ml; 0,6ml; 0,5ml; 0,4ml;
0,3ml)
3. Tambahkan Aquadest secara berurutan pada tabung yang
sama (0,6ml; 0,7ml; 0,8ml; 0,9ml; 1,0ml; 1,1ml; 1,2ml; 1,3ml;
1,4ml; 1,5ml)
4. Tambahkan masing-masing 1 tetes darah
5. Diamkan selama 15 menit
6. Sentrifuge 2000rpm 15 menit
7. Amati secara visual : dimana terjadi permulaan hemolysis dan
hemolysis sempurna.
8. Bandingkan dengan nilai Normal

5. Dokter bedah akan melakukan operasi pada pasien X, sebelum


operasi dilakukan pasien diminta melakukan pemeriksaan
laboratorium Darah lengkap, Glukosa darah, BT, CT, PPT dan APTT
a. Pada pemeriksaan PPT dan APTT tabung yang digunakan tabung
bertutup biru yang berisi natrium sitrat,
Urutan tabung pemeriksaan faat hemostasis diambil apabila
pengambilan dilakukan dengan vacutainer pada pemeriksaan Darah
lengkap, Kimia darah dan Faal hemostasis :
Tabung pemeriksaan faat hemostasis diambil pertama dengan
tabung biru (Faal hemostasis), lalu tabung kuning (kimia darah) dan
yang terakhir yaitu tabung ungu (DL)
b. Yang sebaiknya dilakukan oleh petugas tersebut :
Bila perdarahan sampai 15 menit belum berhenti, tekanlah lukanya.
Tes diulangi lagi terhadap lengan lainnya. Bila hasilnya sama, hasil
dilaporkan bahwa masa perdarahan > 15 menit.
c. Penyebab kesalahan pada tes tersebut :
Karena petugas tersebut mendiamkan reagen APTT dan
mendiamkan disuhu kamar selama lebih dari 1 jam, sedangkan
reagen APTT seharusnya tidak boleh berada pada suhu ruang lebih
dari 1 jam sebagaimana beberapa syarat penyimpanan reagen
adalah :

- Reagent APTT-P tidak perlu di inkubasi.mHanya CaCl 2 0,025 M


yang perlu di inkubasi
- Jangan biarkan vial TEClot APTT & CaCl 2 0,025Mmpada suhu
kamar karena akan menurunkan stabilitas reagen), CaCl 2
disimpan pada suhu 2 – 8 ºC
- Reagen APTT pada suhu kamar tidak boleh lebih dari 1 jam.

Anda mungkin juga menyukai