Oleh :
01.207.5377
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Hati merupakan organ tubuh sekaligus kelenjar yang paling besar dan
mempengaruhi aktifitas sel kuffer. Sel kuffer yang aktif akan menghasilkan
Hal ini dapat berpengaruh pada regenerasi sel hati maupun kadar SGPT,
penelitian tentang efek ekstrak daun mimba terhadap kadar bilirubin total
fungsi hati. Lebih dari 900 jenis obat yang telah dilaporkan menyebabkan
1
2
Indonesia mudah didapatkan, maka overdosis obat baik sengaja maupun tidak
dengan mengukur parameter fungsi berupa zat dalam peredaran darah yang
dibentuk oleh sel hati yang rusak atau mengalami nekrosis. Zat tersebut
antara lain serum transaminase berupa SGPT, SGOT, serta kadar bilirubin
mikroorganisme, seperti virus dan bakteri juga dapat disebabkan oleh obat-
obatan misalnya CCL4, parasetamol, hidroksi urea, dan obat anti tuberkolusis
dengan dosis 325-500 mg 4 kali sehari pada orang dewasa dan untuk anak-
anak dalam dosis yang lebih kecil yang sebanding. Pemberian parasetamol
tergantung pada dosis yang diberikan. Akibat dari dosis toksik parasetamol
yang paling serius adalah nekrosis hati, nekrosis tubulus renalis serta koma
Gunawan, 2007)
adanya perbedaan yang bermakna dari kadar enzim SGOT, SGPT, dan ALT
dalam daun mimba dapat berpengaruh pada regenerasi sel hepar terutama
pengaruh ekstrak daun mimba terhadap kadar bilirubin dengan dosis minimal
terhadap kadar bilirubin pada tikus putih galur wistar yang diinduksi
parasetamol?”
4
indica) terhadap kadar bilirubin pada tikus putih galur wistar yang
diinduksi parasetamol.
terhadap kadar bilirubin pada tikus galur wistar yang diinduksi parasetamol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
alat yang sangat bernilai dalam mendiagnosis penyakit darah hemolitik dan
Sel darah merah sudah habis masa hidupnya (rata-rata 120 hari) dan
menjadi terlalu rapuh untuk bertahan dalam sistem sirkulasi, membran selnya
pertama kali dipecah menjadi globin dan heme, dan cincin heme dibuka untuk
memberikan besi bebas yang ditranspor ke dalam darah oleh transferin, dan
rantai lurus dari empat inti pirol yaitu substrat yang nantinya akan dibentuk
tetapi pigmen ini dengan cepat direduksi menjadi bilirubin bebas, yang secara
segera bergabung sangat kuat denga albumin plasma dan ditranspor dalam
dengan protein plasma, bilirubin ini masih disebut “bilirubin bebas” untuk
5
6
hati. Sewaktu memasuki sel hati, bilirubin dilepaskan dari albumin plasma
A B C
D E F
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk
dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, apabila masak
agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat
bergerigi, bergigi, helaian daun tipis seperti kulit dan mudah layu,
8
anak daun memanjang pangkal anak daunn runcing, ujung anak daun
2.2.3. Habitat
tandus, ada juga yang ditanam orang di tepi-tepi jalan sebagai pohon
perindang.
Pemberian ekstrak air daun mimba secara oral pada tikus yang
et al., 2005).
9
2.3. Parasetamol
atau asetaminofen merupakan salah satu dari obat yang sering digunakan.
sebagai obat bebas dan dapat dengan mudah mendapatkannya. Efek analgesik
sedang seperti nyeri kepala, mialgia, dan keadaan lain. Parasetamol tidak
kronik. Hal ini dapat terjadi karena mekanisme autoimun, defisiensi G6PD,
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan
masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Hasil konjugasi ini
akan dieliminasi lewat urin. Selain itu dalam jumlah kecil (4%) diubah
menjadi metabolit reaktif berupa senyawa antara yang reaktif dan toksik yaitu
metabolit sistin dan metabolit merkapturat yang non toksik. Pada dosis tinggi,
Akibatnya NAPQI akan membentuk ikatan kovalen dengan protein sel hati
nekrosis sel hati. Metabolit ini juga menyebabkan pengikatan kovalen pada
makromolekul seperti DNA, RNA dan protein. Jika demikian, maka akibat
yang parah pada fungsi sel akan segera terlihat dengan nyata (Murray et al.,
2014).
pada orang dewasa dan untuk anak-anak dalam dosis yang lebih kecil yang
Efek samping dari parasetamol tergantung pada dosis yang diberikan. Akibat
dari dosis toksik parasetamol yang paling serius adalah nekrosis hati, nekrosis
pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250 mg/kg BB) setelah 48 jam
bahwa dosis 20-25 gram atau lebih dapat berakibat fatal. Sekitar 10% pasien
meninggal karena kegagalan fungsi hati. Kegagalan ginjal akut juga terjadi
2006).
12
terjadi pada semua bagian sel. Tetapi perubahan pada inti sel adalah
petunjuk yang paling jelas pada kematian sel. Bagian sel yang telah
mati intinya menyusut, batas tidak teratur dan berwarna gelap dengan
zat warna yang biasa digunakan oleh para ahli patologi anatomi.
pecahan sisa inti berupa zat kromatin yang tersebar didalam sel.
2012).
2.4.3. Efek Ekstrak Daun Mimba Terhadap Kadar Bilirubin Tikus Putih
enzim Cytochrome P-450 (CYP 450), dalam hati akan diikat oleh
dapat mempengaruhi aktifitas sel kuffer. Sel kuffer yang aktif akan
Growth Factor ). Hal ini dapat berpengaruh pada regenerasi sel hati
percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang
lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan
kehamilan seperti pada tikus betina. Tikus putih jantan juga mempunyai
kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang
lebih stabil dibandingkan tikus betina (Sugiyanto, 2010). Jenis tikus putih
jantan yang digunakan adalah jenis galur wistar. Jenis tikus putih galur wistar
biologi dan penelitian medis. Tikus wistar saat ini menjadi salah satu galur
tikus yang banyak digunakan untuk penelitian laboratorium. Ciri dari tikus
putih galur wistar yaitu mempunyai kepala yang lebar, telinga panjang, dan
Klasifikasi tikus putih menurut Gusti Ngurah Bagus Tirta (2011) berikut
adalah
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Klas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Tikus putih lebih besar dari family tikus umumnya dimana tikus ini
panjangnya dapat mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor, dan
Kadar
Kandungan
Enzim
Saponin dan Flavonoid
CYP-450
Kadar
NAPQI
Aktivasi
Dihepar
Sel Kuffer
Di hepar
Kadar
BILIRUBIN
Ekstrak Daun
Mimba
Overdosis KADAR
Parasetamol BILIRUBIN
2.8. Hipotesis
bilirubin total pada tikus putih galur wistar yang diinduksi parasetamol.
BAB III
METODE PENELITIAN
tikus.
18
19
perlakuan II.
b. Kadar Bilirubin
Agustus 2016.
yang diambil secara random berusia 2-3 bulan dengan berat badan
3.4.1. Instrumen
c. Sonde oral
g. Spektofotometer
21
h. Sentrifuge
b. Parasetamol
c. N-Asetilsistein
e. Minyak kelapa
g. Aquades
a. Dosis Parasetamol
= 0,018 x 15 g
= 0,27 g = 270 mg
= 2,52 mg
22
= 0,018 x 400 mg
= 7,2 mg/cc/200gBB
= 14,4 mg/cc/200gBB
oral dan di beri ekstrak daun mimba per oral dosis 7,2mg/cc/200gBB.
(0,27g/200gBB) per oral dan di beri ekstrak daun mimba per oral
oral 1 kali sehari mulai hari ke-4 sampai dengan hari ke-10.
Hoc Test.
Parasetamol Aqua
Parasetamol Parasetamol Parasetamol
2,7ml + Ekstrak 2,7ml+ 2,7ml + N- 2,7ml +
daun mimba Aqua Asetilsistein Ekstrak daun
mimba
7,2mg/cc/200 0,15ml
14,4mg/cc/200g
gBB BB
Bandingkan
Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diolah
perbedaan rata-rata yang bermakna dilanjutkan dengan uji lanjut Post Hoc
Test. Uji statistik Anova untuk mengetahui adanya perbedaan dalam seluruh
kelompok populasi. Hasil yang diharapkan dalam uji ini adalah perbedaan
yang bermakna atau terdapat perbedaan kadar bilirubin hati tikus putih jantan
Uji lanjut Post Hoc Test untuk mengetahui letak adanya perbedaan dalam
dengan PI, K. Negatif dengan PII, K. Positif dengan PI, K. Positif dengan PII,
Apabila data tidak berdistribusi normal dan homogen, maka uji Anova
tidak dapat dilakukan. Jika terjadi hal seperti itu, maka dilakukan uji non
indica) terhadap kadar bilirubin total rata – rata tikus putih galur wistar yang
berikut :
Perlakuan I dan II
Keterangan :
Hasil pengukuran kadar bilirubin total darah tikus putih sebelum dan
ini menyajikan rata – rata kadar bilirubin total darah tikus putih sebelum
27
Gambar 1. Diagram batang rata – rata kadar bilirubin total darah tikus putih
Keterangan :
menunjukkan nilai rata – rata kadar bilirubin total darah mula – mula yang
kontrol negatif terlihat rata – rata kadar bilirubin total darah mengalami
bilirubin total darah tikus putih hampir sebanding dengan pengukuran kadar
bilirubin total darah pada K1 sebagai acuan kisaran kadar bilirubin total
berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji tersebut terlihat bahwa nilai
p > 0.05, ini berarti data hasil penelitian berdistribusi normal. Perhitungan
Kolmogorov- Shapiro-
Smirnov Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kadar K_Normal .231 5 .200 .881 5 .314
Bilirubin K_Negatif .136 5 .200 .987 5 .967
Total K_Positif .221 5 .200 .902 5 .421
K_Perlakuan I .136 5 .200 .987 5 .967
K_Perlakuan II .221 5 .200 .902 5 .421
apakah varians data homogen atau tidak. Sebaran data secara deskriptif dan
hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 3. Nilai p yang diperoleh
0.001 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha (0.05), sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rata – rata kadar bilirubin total
kelompok tersebut maka uji statistik dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk
mengetahui antar kelompok mana yang ada perbedaan rata – rata kadar
bilirubin total darah yang bermakna dan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD), dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut :
Kelompok P Keterangan
K.Normal – K.Negatif .001 Bermakna
K.Normal – K.Positif .490 Tidak Bermakna
K.Normal – PI .817 Tidak Bermakna
K.Normal – PII .030 Bermakna
K.Negatif – K.Positif .000 Bermakna
K.Negatif – PI .002 Bermakna
K.Negatif – PII .175 Tidak Bermakna
K.Positif - PI .360 Tidak Bermakna
K.Positif - PII .006 Bermakna
PI – PII .048 Bermakna
untuk membandingkan rata – rata kadar bilirubin total darah antar kelompok
30
perlakuan. Hasil uji bermakna jika nilai p < 0.05, sedangkan jika nilai p >
0.05 maka hasil uji tidak bermakna atau tidak terdapat perbedaan yang
K.Negatif dan PI, K.Positif dan PII, PI dan PII terdapat perbedaan yang
kelompok K.Normal dan K.Positif, K.Normal dan PI, K.Negatif dan PII,
4.2. Pembahasan
Anova diperoleh hasil ada perbedaan yang bermakna kadar bilirubin total
dengan uji post hoc dengan analisa Multiple Comparisons (LSD) didapatkan
hasil ada perbedaan bermakna (p < 0.05) antara kelompok K.Normal dan
K.Negatif, K.Normal dan PII, K.Negatif dan K.Positif, K.Negatif dan PI,
K.Positif dan PII, PI dan PII. Hasil perbedaan tidak bermakna (p > 0.05)
antara kelompok K.Normal dan K.Positif, K.Normal dan PI, K.Negatif dan
dan PII yaitu dengan pemberian ekstrak daun mimba. Pada kelompok
terjadinya kerusakan pada sel hati. Pemberian parasetamol dengan dosis 2,7
kadar bilirubin total darah sebesar 0.700 IU/liter yang bernilai jauh diatas
0.380 IU/liter. Peningkatan kadar bilirubin total darah ini sesuai dengan
kerusakan sel hati (Koga, 2012). Hal ini dapat berpengaruh pada regenerasi
sel hati maupun kadar SGPT, SGOT dan bilirubin (Wibawa, 2007).
merusak organ hati karena secara normal terbentuknya metabolit toksik (N-
Cytochrome P-450 (CYP 450), dalam hati akan diikat oleh glutathion
dan menyebabkan pengikatan pada molekul makro lainnya dari sel-sel hati
dengan kelompok kontrol negatif yaitu 0.700 IU/liter. Hal ini menunjukkan
kadar bilirubin total darah yang signifikan dan hampir mendekati normal.
bilirubin total darah (0.580 IU/liter) yang lebih tinggi diatas normal (0.380
IU/liter) bahkan mendekati kontrol negatif (0.700 IU/liter). Hasil uji statistik
pula (p = 0.006) dan antara kelompok PII dan kelompok kontrol negatif
demikian dapat dikatakan bahwa ekstrak daun mimba dengan dosis II (14,4
PII. Penurunan kadar yang hampir mencapai keadaan normal yaitu pada
yang berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh dan berperan penting dalam
34
ekstrak daun mimba dalam menurunkan kadar bilirubin total darah akibat
pemberian parasetamol.
35
BAB V
5.1. Kesimpulan
terhadap kadar bilirubin total pada tikus putih galur wistar yang
diinduksi parasetamol.
5.2. Saran
5.2.1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai dosis ekstrak daun
5.2.2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun
5.2.3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan waktu penelitian yang lebih lama,
sehingga diketahui waktu terapi yang cukup dan hasil yang maksimal.
37
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Abul K., Lichtman, Andrew H., Pober, Jordan S, 2011, Cellular and
Molecular Immunology, Edisi 7, Philadelphia : W.B. Saunders Company,
261.
Bhanwra, S., Singh, J., and Khosla, P., 2005, Effect of Azadirachta indica (Neem)
Leaf Aqueous Axtract on Paracetamol-Induced Liver Damage in Rats,
Indian J Physiol Pharmacol, 44 (1) : 64-68.
Duran, L., Sisman, B., Dogruel, C., Yardan, T., Baydin, A., Yavuz, Y., 2011,
Parasetamol Zehirlenmesinde Intravenoz N-Asetil Sistein Kullanimi : Use
of Intravenous N-Acetyl Sistein in Paracetamol Intoxication. Turkey :
Ondokuz Mayis Universitesi Tip Fakultesi.
Guyton, A.C., & Hall, J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11,
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Gusti Ngurah Bagus Tirta, 2011, Pemberian Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda
Citrifolia L) Menurunkan Tekanan Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar
(Rattus Norvegicus) yang Hipertensi, Tesis, Program Studi Ilmu Biomedik
Universitas Udayana, Bali.
Handajani Sri, 2006, The Queen of Seeds : Potensi Agribisnis Komoditas Wijen,
Yogyakarta : Andi.
Katzung, B.G., 2012, Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 12. Jakarta : EGC,
157-160.
Laely Widjajati, 2013, Khasiat dan Manfaat Daun Mimba, Dalam : http://laely-
widjajati.blogspot.com/2013/11/khasiat-dan-manfaat-daun-mimba.html,
dikutip tanggal 25 Februari 2016.
Mohandis Haki, 2009, Efek Ekstrak Daun Talok (Muntingia calabura L.)
Terhadap Aktivitas Enzim SGPT Pada Mencit Yang Diinduksi Karbon
Tetraklorida, Skripsi, Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., & Rodwell, V.W., 2014, Biokimia
Harper, Edisi 29, Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 743-9.
Price, S.A., & Wilson, L.M., 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6, Jakarta : EGC, 472-6.
Rifal Amirudin, 2007, Fisiologi dan Biokimia Hati, Dalam : Sudoyo, A.W.,
Setyohadi, B., Alwi, I., Simadribata, M.K., Setiati, S. (eds), Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4, Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI, pp : 415-9.
Robbins, S.L., Kumar, V., Cotran, R.S., 2006, Buku Ajar Patologi I dan II, Edisi
5, Alih Bahasa : Pendit B.U., Jakarta : EGC, pp : 663-90.
Srelatha S, Padma PR., 2009, Antioxidant activity and total phenolic content of
Moringa oleifera leaves in two stages of maturity. Plant foods for human
nutrition. 64(4):303-11.
Thomas, C., 2010, Histopatologi, Edisi IX, Alih Bahasa : Tonang, dkk. Jakarta :
EGC, p : 169.
Waji RA, Sugrani A., 2009, Makalah kimia organic bahan alami flavonoid
(quercetin), Makasar, Universitas Hasanuddin. Hal 8-9
Wenas, N.T., 2009, Kelainan Hati Akibat Obat, Dalam Buku Ajar Penyakit
Dalam, Edisi 5, Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 363-369.
Yenny., Elly, H., Wirasmi, M., Rianto, S., 2011, Efek Schizandrine C terhadap
kerusakan hati akibat pemberian parasetamol pada tikus, Universa
Medicina, Volume 24 No.4.
40
LAMPIRAN 1
b. Ethical clearance
41
LAMPIRAN 2
a. Surat Penelitian
42
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
49
LAMPIRAN 5
GAMBAR PENELITIAN