Nama Anggota :
1. Mela Ananda P 419022
2. Nadia Fabiola 419024
3. Niken Yuliasari 419026
SUPLEMEN KAPSUL TEMULAWAK
SARI TEMULAWAK
MORFOLOGI DAN
KLASIFIKASI
01 TAKSONOMI
TEMULAWAK 02 TEMULAWAK
03 TEMULAWAK
04 TEMULAWAK
MORFOLOGI DAN TAKSONOMI TEMULAWAK
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberacea) yang banyak ditemukan
daerah tropis..Selain di dataran rendah, temulawak juga dapat tumbuh sampai pada ketinggian tanah 1.500 meter di
atas permukaan laut. Temulawak adalah bahan baku obat tradisional yang banyak digunakan dari keluarga
Zingiberaceae.Temulawak merupakan tanaman berbatang semu dengan bunga yang eksotis berwarna putih kemerahan
dan memiliki rimpang relatif besar dengan warna irisan rimpang kuning cerah. Temulawak dapat tumbuh di daerah
tanah gembur hutan tropis dengan ketinggian 5-1500 mreter dpl, tanah kering, perkarangan, ladang, dan padang alang-
alang.
Tinggi tanaman temulawak dapat mencapai 2 meter. Temulawak memiliki daun 2-9 helai, berwarna hijau, berbentuk
bulat memanjang, panjang 31- 84 cm, dan lebar 10-18 cm. Bunga temulawak termasuk tipe majemuk berbentuk bulir,
bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm, perbungaan termasuk tipe exantha (bunga keluar langsung dari
rimpang), mahkota bunga berwarna merah, dan bunga mekar pada pagi hari dan pada sore hari layu. Rimpang
temulawak merupakan rimpang yang terbesar pada rimpang curcuma. Rimpang temulawak terdiri atas 2 jenis, yaitu
rimpang induk (empu) dan rimpang cabang. Rimpang induk berwarna kuning tua, cokelat kemerahan, dan bagian
dalamnya berwarna jingga cokelat. Rimpang cabang tumbuh keluar dari rimpang induk, berukuran lebih kecil, dan
memiliki warna lebih muda. Akar temulawak memiliki ujung akar yang melebar.
( Kemenkes RI.,2011 )
KLASIFIKASI TEMULAWAK
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb
( Syamsudin, R. A.,2019 )
PEMANFAATAN TEMULAWAK SECARA EMPIRIS
Temulawak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pewarna, bahan pangan, obat
tradisional, memelihara kesehatan dan juga sebagai bahan obat seperti kurang nafsu makan,
sembelit, ambeien, jerawat, diare, obat kejang-kejang, untuk menghancurkan batu empedu,
untuk mengobati pengobatan penyakit ginjal dan hati, obat pegal linu, reumatik, radang sendi,
dan dalam bentuk segar, rebusan, seduhan maupun serbuk digunakan untuk mengobati
sariawan dan keputihan. ( Hartati F,K.,2017 ) Temulawak bersama dengan brotowali dan
sambiloto digunakan dapat juga digunakan sebagai obat lambung. ( Sari, N.,2017 )
SENYAWA KIMIA TEMULAWAK
TAHAP 1 TAHAP 2
a Tidak ada perbedaan pengaruh jamu temulawak instan dan kapsul Ada pengaruh penurunan kadar
terhadap kadar SGPT dan SGOT pada sukarelawan sehat wanita dan pria SGPT & SGOT sukarelawan sakit
yg minum jamu temulawak instan
b Tidak ada perbedaan pengaruh jamu temulawak instan dan kapsul Ada pengaruh penurunan kadar
terhadap kadar SGPT dan SGOT pada sukarelawan sehat wanita dengan SGPT & SGOT sukarelawan sakit
usia di atas 30 tahun dan di bawah 30 tahun yg minum jamu temulawak instan
c Tidak ada perbedaan pengaruh jamu temulawak instan dan kapsul Tidak ada perbedaan yang
terhadap kadar SGPT dan SGOT pada sukarelawan sehat pria dengan signifikan pengaruh penurunan
usia di atas 30 tahun dan di bawah 30 tahun kadar SGPT &SGOT sukarelawan
sakit antara yg minum jamu temu
lawak kapsul dan instan
d Tidak ada perbedaan pengaruh jamu temulawak instan dan kapsul
terhadap kadar SGPT & SGOT sukarelawan sehat secara keseluruhan.
UJI KLINIK
TAHAP 3
Pemeriksaan terhadap pasien selama mengkonsumsi jamu temulawak dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap
1 pada saat pasien datang ke Puskesmas karena mengalami keluhan sakit, selanjutnya diperiksa
kesehatannya dan diminta kesediaannya untuk mengikuti program. Selanjutnya pasien diminta untuk
minum jamu temulawak 2x sehari satu kapsul. 2 minggu setelah minum jamu temulawak diminta kembali
untuk periksa kesehatannya tahap 2, dan dilanjutkan dua minggu lagi untuk pemeriksaan tahap 3.
Data analisis kuantitatif tersebut sejalan dengan data analisis keluhan pasien yang menunjukkan keluhan
negatif berkurang, sedang keluhan positif bertambah. Keluhan yang dirasakan pasien beberapa diantaranya
menunjukkan efek negatif seperti berdebar debar, perut terasa penuh, keringat dingin, keringat berbau jamu,
sering sendawa, masingmasing dengan persentasi berkisar antara 1 sampai 30%. Sedangkan keluhan positif
yang dirasakan pasien seperti kesemutan berkurang, tidur lebih nyenyak, badan terasa nyaman, BAB
menjadi tambah lancar, BAK lancar, pegal pegal berkurang badan terasa segar, masing-masing
menunjukkan persentasi berkisar antara 40-70%. Penelitian uji klinik fase 3 yang dilakukan tidak
menggunakan pembanding penggunaan obat antihepatotoksik, oleh karena memang belum ada obatnya.
Uji Praklinik Temulawak
Dalam penelitian sampel yang digunakan adalah 36 ekor tikus putih jantan galur wistar yang dibagi
menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok normal, kelompok negatif, kelompok positif,
kelompok dosis 50 mg/kgBB, kelompok dosis 100 mg/kgBB, dan kelompok dosis 200 mg/kgBB
yang masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Dari hasil pengukuran kadar asam urat
menunjukkan bahwa ketiga kelompok dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB dari
ekstrak etanol rimpang temulawak dapat memberikan efek menurunkan kadar asam urat pada tikus.
Penurunan kadar asam urat yang paling signifikan terjadi pada kelompok 3 yaitu pada kelompok
dosis 200 mg/kgBB, terjadinya penurunan kadar asam urat yang signifikan pada kelompok dosis
200 mg/kgBB dikarenakan pada dosis tersebut lebih banyak senyawa flavonoid yang terkandung
didalam rimpang temulawak tersebut. Menurut Lallo dkk., 2018 Flavonoid yang terkandung pada
rimpang temulawak bekerja dengan menghambat kerja xantin oksidase sehingga dapat menurunkan
produksi asam urat. Senyawa flavonoid juga mempunyai aktifitas sebagai antioksidan yang dapat
menghambat kerja radikal bebas sehingga kerusakan sel terhambat. Menurut Cos et al., 1998 Jenis
flavonoid yang berperan dalam mekanisme penghambatan enzim xantin oxidase yaitu flavon dan
flavonol. Adanya senyawa yang lain selain flavonoid yang terkandung didalam rimpang temulawak
kemungkinan juga dapat berperan dalam menurunkan kadar asam urat. (Tarigan, Bahri, & Saragih,
2012).
DAFTAR PUSTAKA