FARMASI SOSIAL
“ Peran Farmasis di Apotek, Puskesmas dan Rumah Sakit ”
Disusun Oleh :
Fenny Wiji Astuti (419015)
Mela Ananda Putriana (419022)
Putri Kartika (419027)
Veronica Bellacaesa (419036)
Yosef Dwiki Yudianto (419038)
Dosen Pengampu :
Apt. Fransisca Gloria, M. Farm
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
Kami dapat menyelesaikan makalah Farmasi Sosial yang berjudul “Peran
Farmasis di Apotek, Puskesmas dan Rumah Sakit” dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan
saran yang membangun akan Kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung yang
bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sedian farmasi untuk
mencapai hasil yang pasti demi meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan Sumber Daya Manusia
(SDM), sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta
administrasi. Pelayanan kefarmasian klinik meliputi penerimaan resep,
peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep dengan memanfaatkan tenaga, dana,
prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan (Depkes RI, 2009).
Ruang lingkup pelayanan kefarmasian meliputi kegiatan, tanggung
jawab, kewenangan dan hak. Seluruh ruang lingkup pelayanan
kefarmasian harus dilaksanakan dalam kerangka sistem pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada masyarakat. Tenaga Kefarmasian
sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan
pemberian pelayanan, khususnyan pelayanan kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian dibantu oleh seorang apoteker pendamping dan/atau tenaga
teknis kefarmasian yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi
dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Apoteker merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang
mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagaimana tercantum dalam PP No.51 Tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian pasal satu bahwa pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa landasan hukum peran farmasis dalam pemberian pelayanan
kefarmasian di Apotek, Puskesmas dan Rumah Sakit?
2. Bagaiamana peran farmasis dalam pemberian pelayanan kefarmasian
di Apotek?
3. Bagaimana peran farmasis dalam pemberian pelayanan kefarmasian di
Puskesmas?
4. Bagaimana peran farmasis dalam pemberian pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit?
C. Tujuan
1. Mengetahui landasan hukum peran farmasis dalam pemberian
pelayanan kefarmasian di Apotek, Puskesmas dan Rumah Sakit
2. Mengetahui peran farmasis dalam pemberian pelayanan kefarmasian di
Apotek
3. Mengetahui peran farmasis dalam pemberian pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
4. Mengetahui peran farmasis dalam pemberian pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit
D. Manfaat
Makalah Farmasi Sosial yang berjudul “Peran Farmasis di Apotek,
Puskesmas dan Rumah Sakit” diharapkan mampu menambah wawasan
penulis sebagai referensi bekerja sebagai tenaga kefarmasian di salah satu
instansi terkait kelak. Makalah ini diharapkan mampu meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian di intansi terkait kepada masyrakat sehingga
tercapai kualitas hidup masyarakat yang optimal.
4
BAB II
Tinjauan Pustaka
Apotek
Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran
sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pengertian ini
didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek.
Menurut PP No. 25 tahun 1980 tugas dan fungsi apotek yaitu sebagai
tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan. Sarana Farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat
dan bahan obat. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan
obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
Puskesmas
5
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, dengan masyarakat
yang:
Rumah Sakit
6
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan.
Pekerjaan Kefarmasian
Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung
dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian
informasi Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan. Dalam
melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang apoteker harus menjalankan
peran (Permenkes RI No.73 tahun 2016) yaitu:
1. Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.
Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan
kesehatan secara berkesinambungan.
2. Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan
dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien.
3. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
4. Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil
keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
5. Apoteker sebagai pengelola harus mampu mengelola sumber daya
manusia, fisik, anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus
mengikuti kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi
informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
Obat.
7
6. Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing
Professional Development/CPD) sebagai Pembelajar seumur hidup
7. Apoteker sebagai peneliti harus selalu menerapkan prinsip/kaidah
ilmiah dalam mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi dan
Pelayanan Kefarmasian dan memanfaatkannya dalam pengembangan
dan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian
Farmasis dalam Pelayanan Kefarmasan di Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek,
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Standar pelayanan kefarmasian di Apotek
meliputi :
1. standar pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
2. Pelayanan farmasi klinik.
8
Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan di Puskesmas
2. Pelayanan farmasi klinik.
9
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah,dan menyelesaikan masalah terkait Obat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu.
Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi :
3. standar pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
4. Pelayanan farmasi klinik.
Kompetensi Apoteker menurut WHO dikenal dengan Eight Stars Pharmacist, yaitu:
1. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi
informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya.
2. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu
mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil
keputusan terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien, sebagai contoh ketika
pasien tidak mampu membeli obat yang ada dalam resep maka Apoteker dapat
berkonsultasi dengan dokter atau pasien untuk pemilihan obat dengan zat aktif
yang sama namun harga lebih terjangkau.
10
3. Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal
pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan
administrasi keuangan. Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan
manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu
manajemen.
11
diberikan kepada penderita akan tepat, aman, dan efektif. Termasuk di
dalamnya adalah pelayanan obat bebas dan pelayanan obat dengan resep
dokter yang obatnya dibuat langsung oleh apotek.
12
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu
melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
13
14
BAB III
ISI
Judul
Penulis
Tahun
Jurnal
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Kesimpulan
2. Pembahasan
Judul
Penulis
Tahun
Jurnal
15
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Kesimpulan
2. Pembahasan
C. Peran Farmasis dalam Pelayanan Kefarmasan di Apotek
16