02 Ramuan Jamu 05
Khasiat & Keamanan
Kebugaran
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Pati berbentuk serbuk berwarna putih kekuningan dengan kadar sekitar 48,59%
Pati tergantung tempat tumbuh
Minyak Atsiri Komponen minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang temulawak adalah α-kurkumen
(22,11%), xanthorizol (4,65%), β-kurkumen (23,39%), kurzeren (6,02%) dan kampor (4,98%).
Tumbuhan temulawak secara empiris banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tunggal maupun
campuran. Manfaat temulawak berkhasiat untuk pengobatan, diantaranya yaitu:
1) Mengobati bau badan yang kurang sedap
2) Membersihkan darah
3) Mengobati penyakit kuning, demam malaria dan sembelit
4) Badan yang terlalu capek
5) Meredakan nyeri
6) Mengobati gangguan pencernaan
7) Menambah nafsu makan
8) Mengatasi masuk angin
Penelitian Terdahulu
● Temulawak Sebagai Pengobatan Tradisional
Tumbuhan temulawak sudah digunakan sejak jaman dahulu secara turun - temurun oleh masyarakat
batak toba yang diperoleh dari alam dan diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Temulawak bermanfaat untuk melancarkan buang air besar,
mengobati penyakit dalam dan mengobati penyakit ginjal.
Klasifikasi
(Integrated Taxonomic Information System)
Kingdom :Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma L.
Spesies : Curcuma longa L.
Morfologi
Rimpang kunyit herba perenial dengan
batang semu yang dapat tumbuh
sepanjang 1 m dapat berdiri tegak.
Rhizoma kunyit berbentuk ovoid
(diameter 3-4 cm), rimpang membentuk
rumpun, berbentuk agak bengkok (1 cm
x 2-6 cm), daging rhizoma berwarna
jingga (World Health Organization,
1999).
Kandungan Senyawa Kimia Manfaat Empiris
⁕ Komponen dalam kunyit adalah ⁕ Kunyit dimanfaatkan sebagai
karbohidrat (69,4%), protein ramuan jamu kebugaran, obat
(6,3%), lemak (5,1%), mineral tradisional, bahan baku
(3,5%), dan air (13,1%). industri jamu, kosmetik, dan
bahan bumbu masak.
Kandungan senyawa pada
Penggunaan dalam
simplisia kunyit yang telah
pengobatan yaitu dapat
diserbukkan mengandung mengatasi asam lambung
kurkuminoid termasuk kurkumin berlebih, flatulensi, atau
(77%), demethoxycurcumin (17%), dispepsia atonik.
dan dan bisdemetoksikurkumin ⁕ Beberapa pengobatan
(3%). tradisional menunjukkan
⁕ Kandungan minyak atsiri bahwa kunyit sebagai jamu
rimpang kunyit terdiri dari kebugaran juga dapat
artumeron, ɑ dan ꞵ-tumeron, mengatasi bisul, memar,
tumerol, ɑ-atlanton, ꞵ-kariofilen, batuk, pusing, gigitan
linalool, dan 1,8-sineol serangga, & membantu untuk
memperlancar laktasi.
(Kocaadam dan Şanlier, 2017).
Kunyit sebagai Pengobatan Tradisional
Kunyit sejak lama digunakan sebagai ayurveda dan pengobatan cina sebagai anti inflamasi untuk
pengobatan saluran cerna, hati, penyakit kulit dan luka. Penggunaan sebagai pengobatan
tradisional di India, kunyit sebagai antiseptik saluran cerna digunakan dengan cara 1 sendok teh
bubuk kunyit dicampur dengan segelas susu serta diminum 2-3 kali sehari yang diminum saat
perut kosong. Selain itu, sari kunyit atau bubuk kunyit dapat dicampur dengan air minum untuk
pengobatan diare kronis.
Penelitian RCT pemberian kurkumin selama 4 minggu menilai efek formulasi kurkumin pada
fungsi kognitif, mood, dan biomarker darah pada 60 orang dewasa sehat 60-85 tahun. Satu jam
setelah pemberian 400 mg serbuk yang mengandung 80 mg curcumin menunjukkan adanya
peningkatan secara signifikan pada kemampuan konsentrasi dan memori kerja dibandingkan
dengan plasebo. Memori kerja dan suasana hati (kelelahan umum yang disebabkan oleh stress
psikologis, perubahan ketenangan) menunjukkan adanya efek signifikan yang lebih baik pada
pengobatan selama 4 minggu(Hewlings dan Kalman, 2017).
3. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Klasifikasi Taksonomi : Morfologi :
Kingdom : Plantae ● Tinggi : ± 30-60 cm
Subkingdom : Viridiplantae ● Batang : bercabang, halus atau
bersisik, berwarna hijau
Superdivisi : Embryophyta
● Daun : bentuk lonjong atau
Divis : Tracheophyta elips, berwarna hijau, pangkal
Subdivisi : Spermatophyta daun runcing dengan tepi rata
● Bunga : bunga jantan dan
Kelas : Magnoliopsida
betina, berwarna putih
Ordo : Malpighiales kehijauan
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Phyllanthus L.
Spesies :Phyllanthus niruri
Data Terdahulu
Penelitian terdahulu (in vitro) melaporkan bahwa meniran memiliki aktivitas sebagai
imunomodulator. Senyawa imunomodulator dapat meningkatkan sistem imun seluler dan
humoral tubuh. Senyawa yang terkandung dalam meniran yaitu senyawa flavonoid sebagai
antioksidan yang lebih kuat dari vitamin E, senyawa ini dapat merangsang kekebalan tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa meniran berfungsi menghambat DNA polimerase dari virus
menghambat enzim reverse transcriptase dari retrovirus, sebagai antibakteri, antijamur,
antidiare, dan penyakit saluran cerna lainnya.
3 Penanganan Pasca
Panen & Standarisasi
PASCA PANEN
→ Tahap perlakuan terhadap hasil panen sampai produk tersebut siap untuk dikonsumsi
atau menjadi simplisia yang umum digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (obat
alam).
Uji Makroskopis
Uji Mikroskopis
Parameter Spesifik
dan Non Spesifik
Uji Kromatografi
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak
Uji Makroskopis
Uji Mikroskopis
Parameter Spesifik
Parameter Syarat
Uji Kromatografi
Pola kromatografi 1
Fase gerak : Toluen P-etil asetat P (93:7)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 0,1% dalam Toluen P
Larutan pembanding : Xantorizol 0,1% dalam Toluen P
Volume penotolan : 20 µL larutan uji dan 5 µL larutan
pembanding
Deteksi : Biru permanen LP dan ammonium
hidroksida P
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak
Uji Kromatografi
Pola kromatografi 2
Fase gerak : Kloroform P-metanol (95:5)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 0,1% dalam toluen P
Larutan pembanding : Kurkumin 0.1% dalam toluen
P
Volume penotolan : 10 µL larutan uji dan 5 µL
larutan pembanding
Deteksi : UV366
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak
Parameter Spesifik
Uji Makroskopis
Uji Mikroskopis
Fragmen pengenal
serbuk simplisia rimpang
kunyit antara lain
amilum, parenkim
korteks berisi bahan
berwarna kuning, berkas
pengangkut dengan
penebalan tipe tangga,
rambut penutup,
periderm dan parenkim
stele.
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Kunyit
Parameter Syarat
Uji Kromatografi
Pola kromatografi
Fase gerak : Kloroform P-metanol (95:5)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 5% dalam etanol P
Larutan pembanding : Kurkumin 0.1% dalam
etanol P
Volume penotolan : masing-masing 2 µL
larutan uji dan larutan
pembanding
Deteksi : UV366
Kontrol Kualitas Simplisia Herba Meniran
Uji Makroskopis
Uji Mikroskopis
Kulit Biji
Kontrol Kualitas Simplisia Herba Meniran
Parameter Spesifik
Parameter Syarat
Uji Kromatografi
Pola kromatografi
Fase gerak : Klorofom P-metanol P-air
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 2% dalam methanol P , gunakan larutan uji KLT
Larutan pembanding : Kuersetin 0,5% dalam methanol P
Volume penotolan : Totolkan 10 µL Larutan uji dan 1 µL Larutan pembanding
Deteksi : Aluminium klorida P 5% dalam methanol P dan UV366
5
Khasiat & Keamanan
Khasiat Tanaman Penyusun Jamu Kebugaran
❏ Rimpang Temulawak
Pada mencit yang diberikan ekstrak etanol rimpang temulawak, pemberian dosis tinggi
hingga 6400 mg/kgBB tidak menyebabkan kematian hewan coba → hingga dosis tersebut
tidak terjadi efek toksik yang signifikan.
❏ Rimpang Kunyit
Rimpang kunyit yang diekstrak dengan etanol 95% memiliki nilai LD50 sebesar 27,98 g/kgBB
untuk fraksi etil asetat dan nilai LD50 sebesar 19,25 g/kgBB untuk fraksi heksana
❏ Herba Meniran
Ekstrak air daun meniran memiliki nilai LD50 pada dosis 2590,984 mg/kgBB pada mencit
Swiss albino → peningkatan kadar ureum dalam serum
Khasiat dan Keamanan Jamu Kebugaran
❏ Khasiat
- In vivo: dapat meningkatkan kebugaran hewan uji → peningkatan lama waktu
ketahanan renang
- Klinis: bermanfaat sebagai ramuan kebugaran pada formularium jamu untuk
antihipertensi, hiperglikemia, hiperurisemia, dan hiperkolesterolemia (Siswoyo dkk.,
2011)
- Klinis: meningkatkan kebugaran dengan parameter kebugaran kardiovaskular
(Novianto dkk., 2020)
❏ Keamanan
- In vivo: terbukti aman terhadap fungsi hati dan ginjal hewan uji yang diberikan dosis
hingga 2.160 mg/kgBB selama 90 hari
- Klinis: terbukti aman karena fungsi hati, ginjal, dan profil darah dalam rentang normal
setelah pemberian selama 42 hari → temulawak dan kunyit mengandung senyawa
curcumin yang memiliki aktivitas hepatoprotektif
6
Penutup
Kesimpulan ● Saintifikasi Jamu (SJ) merupakan suatu program yang bertujuan untuk
membuktikan khasiat jamu dengan metode penelitian berbasis
pelayanan. Salah satu ramuan jamu saintifik adalah ramuan jamu
kebugaran.
● Ramuan jamu kebugaran terdiri dari rimpang temulawak, kunyit dan
herba meniran. Ramuan ini membantu untuk meningkatkan
kebugaran, bukan untuk obat kuat.
● Pengelolaan pasca panen dimulai sejak tanaman dipanen hingga
dikonsumsi. Kegiatan pasca panen meliputi kegiatan pengumpulan
bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi
kering, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan, dan kontrol kualitas.
● Kontrol kualitas suatu bahan obat atau sediaan obat tradisional
dilakukan mulai dari bahan baku hingga menjadi sediaan akhir yaitu
dari proses penanaman sehingga akan terwujud suatu homogenitas
bahan baku sesuai dengan parameter spesifik dan non spesifik.
● Ramuan jamu kebugaran dengan komposisi 5 gram rimpang
temulawak, 4 gram rimpang kunyit, dan 3 gram herba meniran
meningkatkan parameter kebugaran secara signifikan pada penelitian
tersebut yaitu kebugaran kardiovaskular. Selain itu, jamu kebugaran
juga terbukti aman sebab fungsi hati, ginjal, dan profil darah dalam
rentang normal serta subjek tidak merasakan keluhan yang berarti.
DAFTAR PUSTAKA
Aldizal, R., dkk. 2019. Temulawak plant (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) as a traditional medicine. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari. 51–65.
Ali Rosidi, dkk. 2014. Potensi temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai antioksidan.
B2P2TOOT. 2019. Sebelas Ramuan Jamu Saintifik Pemanfaatan Mandiri Oleh Masyarakat. Tawangmangu. Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
Bagalkotkar, dkk. 2010. Phytochemicals from Phyllanthus niruri Linn. and their pharmacological properties: a review . Journal of
Pharmacy and Pharmacology. 58(12):1559–1570.
Courtney, A. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Pocket Handbook of Nonhuman Primate Clinical Medicine.
Dahanayake, dkk. 2020. A minireview on therapeutic potentials of Phyllanthus niruri Linn. Trends in Phytochemical Research (TPR)
Trends Phytochem. Res. 4(3):101-108.
Danladi, dkk. 2018. Review on pharmacological activities and phytochemical constituents of Phyllanthus niruri (amarus). The Journal
of Phytopharmacology. 7(3):341–348.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia, edisi I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia, edisi II. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 1978. Materia Medika Indonesia, Jilid II. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Ervina, N. dan Y. Mulyono. 2019. Etnobotani meniran hijau (Phyllanthus ninuri L.) sebagai potensi obat kayap ular (herpes zoster)
dalam tradisi suku dayak ngaju. Jurnal Jejaring Matematika Dan Sains. 1(1):2686–2658.
Gardjito, M; Harmayani, E; dan Suhardjo, K. I. 2018. Jamu (Pusaka Penjaga Kesehatan Bangsa Indonesia). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pres.
Hewlings, S. J. dan D. S. Kalman. 2017. Curcumin: a review of its effects on human health. Foods. 6(10):1–11
Hikmah, U. dan A. Triastuti. Mechanism and immunomodulator bioactive compounds of Phyllanthus niruri (meniran)
mekanisme dan senyawa bioaktif imunomodulator Phyllanthus niruri (meniran). Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific
Journal of Pharmacy). 18(2):205–218.
Ichsyani, dkk. 2017. Antiviral effects of Curcuma longa L. against dengue virus in vitro and in vivo. IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science. 101(1)
DAFTAR PUSTAKA
Integrated Taxonomic Information System. 2023. Curcuma longa L. https://www.itis.gov/ [Diakses tanggal 9 Maret 2023].
Integrated Taxonomic Information System. 2023. Phyllanthus niruri L. https://www.itis.gov/ [Diakses tanggal 13 Maret 2023].
Jyotirmayee, B. dan G. Mahalik. 2022. A review on selected pharmacological activities of curcuma longa l. International Journal of
Food Properties. 25(1):1377–1398.
Kamruzzaman, H. M. dan M. O. Hoq. 2016. A review on ethnomedicinal, phytochemical and pharmacological properties of
phyllanthus niruri. Journal of Medicinal Plants Studies. 4(6):173–180.
Kemenkes RI. 2017. Formularium ramuan obat tradisonal indonesia. (December):1–135.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
Peraturan menteri kesehatan RI nomor 6 tahun 2016: Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kocaadam, B. dan N. Şanlier. 2017. Curcumin, an active component of turmeric (Curcuma longa), and its effects on health. Critical
Reviews in Food Science and Nutrition. 57(13):2889–2895.
Lukitaningsih, dkk. 2020. In vivo antioxidant activities of curcuma longa and curcuma xanthorrhiza: a review. Food Research.
4(1):13–19.
Ningsih, Indah Yulia. 2016. Modul Saintifikasi Jamu Penanganan Pasca Panen. Jember: Universitas Jember.
Nasution Jamilah, Riyanto, C. R. H. 2020. Kajian etnobotani zingiberaceae sebagai bahan pengobatan tradisional etnis batak toba di
sumatera utara (ethnobotany of zingiberaceae as a traditional herbal medicine of batak toba ethnic in north sumatera).
25(1):98–102.
Novianto, dkk. 2020. Pengaruh formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran terhadap kebugaran jasmani: suatu studi klinik. Media
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 30(1):37–44.
Nuari, D. A., A. Sadino, dan S. H. Ainaya. 2023. The safety evaluation of some plants of the zingibereceae family. Buletin Farmatera.
8(1):43–63.
Parwata, O. A. 2016. Obat tradisional. Diktat Obat Tradisional. 9–26. Paryono dan Ari Kurniarum. 2014. Kebiasaan Konsumsi Jamu
untuk Menjaga Kesehatan Tubuh Pada Saat Hamil dan Setelah Melahirkan di Desa Kajoran Klaten Selatan. Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan. 3(1): 64-72.
Qamari, dkk. 2005. Budidaya tanaman kunyit. Sirkuler. (11):1–6. Rahardjo, Mono. 2010. Penerapan SOP budidaya untuk mendukung
temulawak sebagai bahan baku obat potensial. Perspektif. 9(2): 78-93.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat, E., J. Lee, dan Y. Kang. 2021. Javanese turmeric (curcuma xanthorrhiza roxb.): ethnobotany, phytochemistry, biotechnology,
and pharmacological activities. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. 2021(1): 1-15.
Sachin Parmar, Amit Gangwal, N. S. D. 2011. Turmeric: a herbal and traditional medicine. Scholars Research Library. 2(4):373–383.
Satya, A. K., K. Narendra, J. Swathi, dan K. M. Sowjanya. 2012. Phyllanthus niruri: a review on its ethno botanical, phytochemical and
pharmacological profile. Journal of Pharmacy Research. 5(9):4681–4691.
Shaikh, U., Byrd, R.S., Auinger, P. 2009. Vitamin and Mineral Supplement Use by Children and Adolescents in the 1999-2004
National Health and Nutrition Examination Survey: Relationship With Nutrition, Food Security, Physical Activity, and Health
Care Access. Arch Pediatr Adolesc Med.163(2):150–157
Simorangkir, T. P. H., S. Tuba, dan R. C. A. Pangsibidang. 2022. The potential of indonesian natural materials as immunomodulators
and tonics for national resilience of public health in the era covid-19 pandemic. Budapest International Research and Critics
Institute-Journal. 5(2):10072–10081.
Singh, T., Ruchi, A. Singh, R. Kumar, dan J. K. Singh. 2016. Acute toxicity study of phyllanthus niruri and its effect on the
cyto-architectural structure of nephrocytes in swiss albino mice mus-musculus. Pharmacognosy Journal. 8(1):77–80.
Siswoyo, H. 2011. Laporan Penelitian Formularium Jamu Untuk Anti Hipertensi, Hiperglikemia, Hiperurisemia, Hiperkolesterolemia.
Badan Litbang Kesehatan Kementerian kesehatan RI.
Srivastava, B. B. L., A. S. Ripanda, dan H. M. Mwanga. 2022. Ethnomedicinal, phytochemistry and antiviral potential of turmeric
(Curcuma longa). Compounds. 2(3):200–221.
Wibowo Satrio, Fitriany Aulia, Arbi Anggun Purnomo, Rahmawati Ery, Anggraeni Nevi Puspita, A. Q. 2022. Pemanfaatan Temulawak
Sebagai Produk Minuman Bernilai Ekonomis Di Desa Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Pengabdian
Masyarakat Dosen Indonesia. 5:51–54.
World Health Organization. 1999. WHO Monographs on Selected Medical Plants. WHO Library Cataloguing in Publication Data.
Yuan Shan, C. dan Y. Iskandar. 2018. Studi kandungan kimia dan aktivitas farmakologi tanaman kunyit (curcuma longa l.). Jurnal
Farmaka. 16(2):547–555.
Zulkarnain Zuraida, Triyono Agus, Ardiyanto Danang, S. 2020. Uji klinik keamanan ramuan jamu penurun kolesterol. Jurnal
Kefarmasian Indonesia. 11(1):8–16
Thanks!
Any Question?
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik