Anda di halaman 1dari 50

PENANGANAN PASCA PANEN DAN

STANDARISASI BAHAN BAKU


JAMU KEBUGARAN
Kelompok 1 - Saintifikasi Jamu
Azka Zakiyyah 222211101091 | Putri Nuriyah Zanata 222211101092
Ghina Malikah Malik 222211101093 | Andira Salsabil D. 222211101094
Tyas Rika Amalia 222211101095 | Sitlia Galiani Amalia 222211101096
Vioni Sabrina N. 222211101097 | Shindy Ayu Wardani 222211101098
Imanda Esa Amalia 222211101099 | Desy Diana Sari 222211101100
Table of Contents

01 Pendahuluan 04 Kontrol Kualitas

02 Ramuan Jamu 05
Khasiat & Keamanan
Kebugaran

03 Penanganan Pasca 06 Penutup


Panen & Standarisasi
1
Pendahuluan
Jamu merupakan ramuan Beberapa penelitian
Ramuan jamu
tradisional sebagai salah satu menjelaskan bahwa jamu bukan
kebugaran
upaya pengobatan yang hanya digunakan sebagai
terdiri dari :
dimanfaatkan oleh masyarakat pemelihara kesehatan untuk
rimpang kunyit,
dengan tujuan membantu mengobati berbagai penyakit
rimpang
meringankan gejala, mencegah di masyarakat, akan tetapi jamu
temulawak, dan
datangnya penyakit, menjaga juga dapat menjaga kebugaran
herba meniran
ketahanan & kesehatan tubuh tubuh

Berdasarkan uraian diatas, Proses pengolahan tanaman perlu


diperhatikan mulai dari proses budidaya,
ramuan jamu kebugaran akan
pengelolaan pasca panen & standarisasi
dibahas dalam makalah ini
masing-masing tanaman untuk mencegah
mulai dari penanganan pasca
kerusakan fisik & kimiawi sehingga bahan
panen hingga standarisasi baku yang dihasilkan terjamin keseragaman
bahan baku jamu senyawa aktif, keamanan, & khasiatnya
2
Ramuan Jamu Kebugaran
Ramuan jamu kebugaran merupakan salah satu jamu hasil riset
Definisi Ramuan saintifikasi jamu yang efektifitas khasiatnya telah terbukti melalui
Jamu Kebugaran uji klinik. Menurut Kementerian Kesehatan sesuai dengan Peraturan
Kementerian Kesehatan RI No.003/PerMenKes/I/2010 mengenai
saintifikasi jamu (SJ) bahwa jamu memiliki khasiat dan terbukti
dengan adanya penelitian berbasis pelayanan.

Komponen Jamu Kebugaran


- Rimpang Kunyit (Curcuma longa) : berkhasiat melancarkan
pencernaan, antibakteri, hepatoprotektor dan antiinflamasi.
- Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) : berkhasiat untuk
menyegarkan tubuh, memperlancar metabolisme, menyehatkan
fungsi hati, menambah nafsu makan, imunomodulator, dan
hepatoprotektor.
- Herba Meniran (Phyllanthus niruri) : telah diteliti dan terbukti
berkhasiat sebagai peningkat daya tahan tubuh
(imunomodulator).
1. Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

Klasifikasi
Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb


Morfologi
Temulawak memiliki perawakan terna berbatang semu,
tingginya dapat mencapai 2 m, rimpang berkembang
sempurna, bercabang-cabang kuat, berwarna hijau
gelap, bagian dalam berwarna jingga, rasanya agak
pahit. Perbungaan berupa bunga majemuk bulir,
muncul di antara 2 ruas rimpang (lateralis). Daun
berbentuk berbentuk lonjong sampai lanset berwarna
hijau dan bagian tengahnya coklat keunguan terang
sampai gelap.
Kandungan Senyawa Kimia Dan Manfaat Empiris Rimpang Temulawak

Pati berbentuk serbuk berwarna putih kekuningan dengan kadar sekitar 48,59%
Pati tergantung tempat tumbuh

Senyawa kurkuminoid pada rimpang temulawak terbagi kurkumin dan


Kurkuminoid desmetoksikurkumin dengan warna kuning atau kuning jingga. Jumlah senyawa
kurkuminoid dalam rimpang temulawak sekitar 2,02%.

Minyak Atsiri Komponen minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang temulawak adalah α-kurkumen
(22,11%), xanthorizol (4,65%), β-kurkumen (23,39%), kurzeren (6,02%) dan kampor (4,98%).

Tumbuhan temulawak secara empiris banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tunggal maupun
campuran. Manfaat temulawak berkhasiat untuk pengobatan, diantaranya yaitu:
1) Mengobati bau badan yang kurang sedap
2) Membersihkan darah
3) Mengobati penyakit kuning, demam malaria dan sembelit
4) Badan yang terlalu capek
5) Meredakan nyeri
6) Mengobati gangguan pencernaan
7) Menambah nafsu makan
8) Mengatasi masuk angin
Penelitian Terdahulu
● Temulawak Sebagai Pengobatan Tradisional
Tumbuhan temulawak sudah digunakan sejak jaman dahulu secara turun - temurun oleh masyarakat
batak toba yang diperoleh dari alam dan diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Temulawak bermanfaat untuk melancarkan buang air besar,
mengobati penyakit dalam dan mengobati penyakit ginjal.

⁕ Penelitian Praklinik Rimpang Temulawak


Penelitian dilakukan pada 50 subjek. Jamu berbentuk simplisia kering, dosis satu hari terdiri dari g
daun jati cina, 6g daun jati belanda,6g daun tempuyung, 5g daun teh hijau,5g rimpang temulawak, 4g
rimpang kunyit dan 3g herba meniran. Dikonsumsi selama 28 hari direbus dengan air sebanayak 4
gelas belimbing (800 ml) dalam wadah yang diperbolehkan. Ramuan jamu penurun kolesterol
menunjukkan bahwa memiliki keamanan yang baik dengan tidak mengubah fungsi hati, ginjal, dan
darah rutin serta memiliki efek samping ringan yaitu peningkatan frekuensi BAB dan nyeri perut mulas.
2. Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.)

Klasifikasi
(Integrated Taxonomic Information System)
Kingdom :Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma L.
Spesies : Curcuma longa L.
Morfologi
Rimpang kunyit herba perenial dengan
batang semu yang dapat tumbuh
sepanjang 1 m dapat berdiri tegak.
Rhizoma kunyit berbentuk ovoid
(diameter 3-4 cm), rimpang membentuk
rumpun, berbentuk agak bengkok (1 cm
x 2-6 cm), daging rhizoma berwarna
jingga (World Health Organization,
1999).
Kandungan Senyawa Kimia Manfaat Empiris
⁕ Komponen dalam kunyit adalah ⁕ Kunyit dimanfaatkan sebagai
karbohidrat (69,4%), protein ramuan jamu kebugaran, obat
(6,3%), lemak (5,1%), mineral tradisional, bahan baku
(3,5%), dan air (13,1%). industri jamu, kosmetik, dan
bahan bumbu masak.
Kandungan senyawa pada
Penggunaan dalam
simplisia kunyit yang telah
pengobatan yaitu dapat
diserbukkan mengandung mengatasi asam lambung
kurkuminoid termasuk kurkumin berlebih, flatulensi, atau
(77%), demethoxycurcumin (17%), dispepsia atonik.
dan dan bisdemetoksikurkumin ⁕ Beberapa pengobatan
(3%). tradisional menunjukkan
⁕ Kandungan minyak atsiri bahwa kunyit sebagai jamu
rimpang kunyit terdiri dari kebugaran juga dapat
artumeron, ɑ dan ꞵ-tumeron, mengatasi bisul, memar,
tumerol, ɑ-atlanton, ꞵ-kariofilen, batuk, pusing, gigitan
linalool, dan 1,8-sineol serangga, & membantu untuk
memperlancar laktasi.
(Kocaadam dan Şanlier, 2017).
Kunyit sebagai Pengobatan Tradisional

Kunyit sejak lama digunakan sebagai ayurveda dan pengobatan cina sebagai anti inflamasi untuk
pengobatan saluran cerna, hati, penyakit kulit dan luka. Penggunaan sebagai pengobatan
tradisional di India, kunyit sebagai antiseptik saluran cerna digunakan dengan cara 1 sendok teh
bubuk kunyit dicampur dengan segelas susu serta diminum 2-3 kali sehari yang diminum saat
perut kosong. Selain itu, sari kunyit atau bubuk kunyit dapat dicampur dengan air minum untuk
pengobatan diare kronis.

Data Penelitian Klinis (Evidence Based)

Penelitian RCT pemberian kurkumin selama 4 minggu menilai efek formulasi kurkumin pada
fungsi kognitif, mood, dan biomarker darah pada 60 orang dewasa sehat 60-85 tahun. Satu jam
setelah pemberian 400 mg serbuk yang mengandung 80 mg curcumin menunjukkan adanya
peningkatan secara signifikan pada kemampuan konsentrasi dan memori kerja dibandingkan
dengan plasebo. Memori kerja dan suasana hati (kelelahan umum yang disebabkan oleh stress
psikologis, perubahan ketenangan) menunjukkan adanya efek signifikan yang lebih baik pada
pengobatan selama 4 minggu(Hewlings dan Kalman, 2017).
3. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Klasifikasi Taksonomi : Morfologi :
Kingdom : Plantae ● Tinggi : ± 30-60 cm
Subkingdom : Viridiplantae ● Batang : bercabang, halus atau
bersisik, berwarna hijau
Superdivisi : Embryophyta
● Daun : bentuk lonjong atau
Divis : Tracheophyta elips, berwarna hijau, pangkal
Subdivisi : Spermatophyta daun runcing dengan tepi rata
● Bunga : bunga jantan dan
Kelas : Magnoliopsida
betina, berwarna putih
Ordo : Malpighiales kehijauan
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Phyllanthus L.
Spesies :Phyllanthus niruri

Sumber : Integrated Taxonomic


Information System
Kandungan dan Mekanisme Senyawa Aktif
● Quercetin memiliki aktivitas farmakologi
seperti antioksidan, anti-tirosinase, antivirus,
dan antiinflamasi dengan mengganggu
masuknya virus dan replikasinya dengan
berikatan pada protein virus seperti papain
like protease, 3-chymotrypsin-like protease,
dan NTPase/helicase.
● Phyllanthin dan hypophyllantin memiliki
aktivitas sebagai antiinflamasi melalui efek
penghambatan pada aktivitas fagositosis
neutrofil dalam menghambat produksi ROS
● Senyawa niranthin, phyltetralin, dan
lintetralin memiliki aktivitas sebagai
antiinflamasi dengan menghambat edema
akibat induksi karegenan.
● Senyawa limonene dan P-cymene
menunjukkan aktivitas sebagai
imunomodulator dan mampu menghambat
produksi sitokin pada proses inflamasi
Data Penelitian dan Penggunaan Empiris
Di India, tanaman ini biasanya digunakan oleh praktisi pengobatan tradisional untuk pengobatan
asma, infeksi bronkial, penyakit hati, diabetes, gonore, menginduksi persalinan dan pengobatan
edema, nyeri demam, sakit tenggorokan, oliguria dan vaginitis.. Di Nigeria, meniran digunakan
untuk menghilangkan limbah dari tubuh dan digunakan untuk memulihkan aktivitas hati, tonik
darah dan meningkatkan sistem pertahanan tubuh. Di Indonesia tepatnya masyarakat suku Dayak
Ngaju Kalimantan Tengah, meniran digunakan untuk pengobatan penyakit Herpes zoster dengan
meracik salep berbahan herbal tumbuhan meniran dengan campuran benda padat atau semi
padat berupa tanah dan kotoran cacing yang diiringi pelafalan mantra tertentu sehingga
menghasilkan suatu produk yang disebut kasai tai handalai

Data Terdahulu
Penelitian terdahulu (in vitro) melaporkan bahwa meniran memiliki aktivitas sebagai
imunomodulator. Senyawa imunomodulator dapat meningkatkan sistem imun seluler dan
humoral tubuh. Senyawa yang terkandung dalam meniran yaitu senyawa flavonoid sebagai
antioksidan yang lebih kuat dari vitamin E, senyawa ini dapat merangsang kekebalan tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa meniran berfungsi menghambat DNA polimerase dari virus
menghambat enzim reverse transcriptase dari retrovirus, sebagai antibakteri, antijamur,
antidiare, dan penyakit saluran cerna lainnya.
3 Penanganan Pasca
Panen & Standarisasi
PASCA PANEN
→ Tahap perlakuan terhadap hasil panen sampai produk tersebut siap untuk dikonsumsi
atau menjadi simplisia yang umum digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (obat
alam).

Tujuan MACAM TAHAPAN


1. Melindungi bahan baku dari
kerusakan fisik dan kimiawi → Pengubahan Sortasi kering Penyimpanan
Pencucian bentuk
mutu bahan baku atau simplisia
terjamin (tidak berubah) 2 4 6 8
2. Menjamin ketersediaan bahan
baku tanaman obat yang bermutu
1 3 5 7
dalam jumlah cukup dan
berkelanjutan. sortasi kering, Sortasi Basah Penirisan Pengeringan Pengemasan

pengemasan, hingga penyimpanan


PASCA PANEN TEMULAWAK

Ciri-ciri temulawak yang siap panen : Perlakuan pasca panen:


- Mengeringnya semua bagian - Kebersihan rimpang temulawak harus dijaga
vegetatif tanaman (batang dan daun) - Rimpang dicuci dengan air bersih,
- Umur 10-12 bulan di musim kemarau - Dirajang tipis-tipis kemudian dijemur.
- Pada kondisi ini, asimilat pada bagian - Perajangan dilakukan dengan ketebalan lebih kurang 4 - 7
vegetatif telah diretranslokasikan ke mm → tidak boleh terlalu tipis
bagian rimpang sehingga rimpang - Hasil rajangan tersebut kemudian dijemur di bawah sinar
diharapkan telah memiliki kualitas matahari (ditutup kain hitam) atau dikeringkan di dalam
yang optimal (Rahardjo, 2010). oven (max 40C) → simplisia
- Pelaksanaan pengeringan diakhiri setelah kadar air
simplisia mencapai lebih kurang 10%.
- Simplisia yang sudah kering bisa dikemas pada kemasan
plastik kedap udara untuk disimpan sementara, diolah,
maupun dikirim ke tempat pembuatan jamu atau obat
(Rahardjo, 2010).
PASCA PANEN KUNYIT

Ciri-ciri kunyit yang siap panen : Perlakuan pasca panen:


- Mengeringnya semua bagian - Sotasi basah dilakukan untuk mengurangi jumlah pengotor
vegetatif tanaman (batang dan daun) berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma.
- Umur 7-12 bulan setelah tanam, - Dirajang tipis-tipis kemudian dijemur.
bergantung varietas dan keadaan - Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan
lingkungan kira-kira 5 mm – 7 mm
- Pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah
kadar airnya dibawah 8%.
- Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50°C - 60°C.
Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan
pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk.
- Pelaksanaan pengeringan diakhiri setelah kadar air simplisia
mencapai lebih kurang 10%.
- Simplisia yang sudah kering bisa dikemas pada kemasan
plastik kedap udara untuk disimpan sementara, diolah,
maupun dikirim ke tempat pembuatan jamu atau obat (Pinel,
2012).
PASCA PANEN MENIRAN

Ciri-ciri meniran yang siap panen : Perlakuan pasca panen:


- daun tampak hijau tua hampir - Sortasi basah dilakukan untuk mengurangi jumlah pengotor yang
menguning dan buah agak keras jika masih tercampur dengan bahan baku dikarenakan proses panen
dipijit. dan pengumpulan bahan yang kurang tepat.
- Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang melekat
pada bahan dengan menggunakan air yang digunakan dapat
berasal dari air sumur, air PDAM, maupun air dari sumber mata
air.
- Perajangan dengan ukuran berkisar antara 8-10 cm, diharapkan
ukuran beragam agar mempermudah proses pengeringan secara
merata.
- Meniran yang telah dipanen, dikeringkan selama 3 – 5 jam
tergantung cuaca.
- Meniran yang sudah dikeringkan dapat dikemas dalam wadah
yang kedap udara agar simplisia ini tidak mudah berjamur.
- Penyimpanan di ruangan tertutup, bersih, sirkulasi udara baik,
serta tidak terpapar matahari langsung.
- Kelembaban kurang dari 60% dan suhu tidak lebih dari 30oC serta
proses perlu dilakukan monitoring secara berkala (Kemenkes,
2011).
4
Kontrol Kualitas
Kontrol Kualitas Bahan Ramuan Jamu Kebugaran

Uji Makroskopis

Uji Mikroskopis

Parameter Spesifik
dan Non Spesifik

Uji Kromatografi
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak

Uji Makroskopis

Irisan rimpang keping


tipis, bentuk bulat atau
agak jorong, ringan,
keras, mudah patah,
permukaan luar
berkerut berwarna
coklat kekuningan atau
kecoklatan.
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak

Uji Mikroskopis

Fragmen pengenal pada


serbuk simplisia
rimpang temulawak
antara lain amilum,
parenkim korteks,
sklerenkim, berkas
pengangkut dengan
penebalan tipe tangga,
dan jaringan gabus.
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak

Parameter Spesifik

Gambar Struktur Kimia


Xantorizol
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak

Parameter Syarat

Susut pengeringan Tidak lebih dari 10%

Parameter Non Abu total Tidak lebih dari 4,8%

Spesifik Abu tidak larut asam Tidak lebih dari 0,7%

Sari larut air Tidak kurang dari 9,1%

Sari larut etanol Tidak kurang dari 3,6%

Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 1,20%

Kadar kurkumin Tidak kurang dari 2,3%


Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak

Uji Kromatografi

Pola kromatografi 1
Fase gerak : Toluen P-etil asetat P (93:7)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 0,1% dalam Toluen P
Larutan pembanding : Xantorizol 0,1% dalam Toluen P
Volume penotolan : 20 µL larutan uji dan 5 µL larutan
pembanding
Deteksi : Biru permanen LP dan ammonium
hidroksida P
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak

Uji Kromatografi

Pola kromatografi 2
Fase gerak : Kloroform P-metanol (95:5)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 0,1% dalam toluen P
Larutan pembanding : Kurkumin 0.1% dalam toluen
P
Volume penotolan : 10 µL larutan uji dan 5 µL
larutan pembanding
Deteksi : UV366
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Temulawak

Parameter Spesifik

Gambar Struktur Kimia Kurkumin


Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Kunyit

Uji Makroskopis

Irisan melintang rimpang,


ringan, rapuh, bentuk hampir
bulat sampai bulat panjang,
melengkung tidak
beraturan, terdapat bekas
ruas-ruas, warna kuning
jingga, kuning jingga
kemerahan sampai kuning
jingga kecoklatan.
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Kunyit

Uji Mikroskopis

Fragmen pengenal
serbuk simplisia rimpang
kunyit antara lain
amilum, parenkim
korteks berisi bahan
berwarna kuning, berkas
pengangkut dengan
penebalan tipe tangga,
rambut penutup,
periderm dan parenkim
stele.
Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Kunyit

Parameter Syarat

Susut pengeringan Tidak lebih dari 10%

Abu total Tidak lebih dari 8,2%


Parameter Non
Spesifik Abu tidak larut asam Tidak lebih dari 0,9%

Sari larut air Tidak kurang dari 11,5%

Sari larut etanol Tidak kurang dari 11,4%

Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 1,85%

Kadar kurkumin Tidak kurang dari 3,82%


Kontrol Kualitas Simplisia Rimpang Kunyit

Uji Kromatografi

Pola kromatografi
Fase gerak : Kloroform P-metanol (95:5)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 5% dalam etanol P
Larutan pembanding : Kurkumin 0.1% dalam
etanol P
Volume penotolan : masing-masing 2 µL
larutan uji dan larutan
pembanding
Deteksi : UV366
Kontrol Kualitas Simplisia Herba Meniran

Uji Makroskopis

Berupa herba, bau khas, rasa pahit,


batang berbentuk bulat, daun kecil
berbentuk bundar telur sampai
memanjang, panjang helai daun 5-10
mm, lebar 2,5-5 mm, bunga dan buah
terdapat pada ketiak daun atau
terlepas, buah berbentuk bulat
berwarna hijau kekuningan sampai
kuning kecoklatan.
Kontrol Kualitas Simplisia Herba Meniran

Uji Mikroskopis

Fragmen pengenal dari herba meniran


adalah epidermis atas dengan kristal
Epidermis dengan stomata
kalsium oksalat bentuk roset, epidermis
atas dengan kristal kalsium oksalat
bentuk prisma di palidase, epidermis
bawah dengan stomata, kulit buah
dengan dinding tangensial serupa
serabut sklerenkim dan kulit biji Kulit Buah
tampak tangensial.

Kulit Biji
Kontrol Kualitas Simplisia Herba Meniran

Parameter Spesifik

Struktur Kimia Filantin


Kontrol Kualitas Simplisia Herba Meniran

Parameter Syarat

Susut pengeringan Tidak lebih dari 14%

Parameter Non Abu total Tidak lebih dari 7,2%

Spesifik Abu tidak larut asam Tidak lebih dari 1,2%

Sari larut air Tidak kurang dari 16,0%

Sari larut etanol Tidak kurang dari 8,0%

Kadar flavanoid total Tidak kurang dari 0,90%


Kontrol Kualitas Simplisia Herba Meniran

Uji Kromatografi

Pola kromatografi
Fase gerak : Klorofom P-metanol P-air
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 2% dalam methanol P , gunakan larutan uji KLT
Larutan pembanding : Kuersetin 0,5% dalam methanol P
Volume penotolan : Totolkan 10 µL Larutan uji dan 1 µL Larutan pembanding
Deteksi : Aluminium klorida P 5% dalam methanol P dan UV366
5
Khasiat & Keamanan
Khasiat Tanaman Penyusun Jamu Kebugaran

❏ Rimpang Temulawak ❏ Rimpang Kunyit


- Antibakteri - Antivirus
Mekanisme inaktivasi partikel ekstraseluler virus,
Efektif pada bakteri Streptococcus mutans,
mencegah pengikatan dan replikasi virus, dll.
Listeria monocytogenes, Staphylococcus
- Antioksidan
aureus, dll. Meningkatkan enzim ASP, ALT, AST, SPO
- Antijamur Menurunkan SOD, GSH, MDA
Efektif pada jamur Candida albicans, Candida - Imunomodulator
glabrata, Trichophyton rubrum, dll. Menghambat produksi IL-2, IL-12, IFN-γ, dan TNF-α
- Antioksidan ❏ Herba Meniran
mencegah peroksidasi lipid yang diinduksi CCl4 - Imunomodulator
- Antiinflamasi Induksi proliferasi, produksi oksida nitrit,
stimulasi fagositosis neutrofil
Terbukti efektif pada hewan coba yang
- Antioksidan
diinduksi karagenan dan asam asetat dengan
Menghambat peroksidasi lipid dan superoksida
parameter respon menggeliat - Antiinflamasi
Dapat menurunkan volume udem hewan coba
Keamanan Tanaman Penyusun Jamu Kebugaran

❏ Rimpang Temulawak
Pada mencit yang diberikan ekstrak etanol rimpang temulawak, pemberian dosis tinggi
hingga 6400 mg/kgBB tidak menyebabkan kematian hewan coba → hingga dosis tersebut
tidak terjadi efek toksik yang signifikan.

❏ Rimpang Kunyit
Rimpang kunyit yang diekstrak dengan etanol 95% memiliki nilai LD50 sebesar 27,98 g/kgBB
untuk fraksi etil asetat dan nilai LD50 sebesar 19,25 g/kgBB untuk fraksi heksana

❏ Herba Meniran
Ekstrak air daun meniran memiliki nilai LD50 pada dosis 2590,984 mg/kgBB pada mencit
Swiss albino → peningkatan kadar ureum dalam serum
Khasiat dan Keamanan Jamu Kebugaran

❏ Khasiat
- In vivo: dapat meningkatkan kebugaran hewan uji → peningkatan lama waktu
ketahanan renang
- Klinis: bermanfaat sebagai ramuan kebugaran pada formularium jamu untuk
antihipertensi, hiperglikemia, hiperurisemia, dan hiperkolesterolemia (Siswoyo dkk.,
2011)
- Klinis: meningkatkan kebugaran dengan parameter kebugaran kardiovaskular
(Novianto dkk., 2020)

❏ Keamanan
- In vivo: terbukti aman terhadap fungsi hati dan ginjal hewan uji yang diberikan dosis
hingga 2.160 mg/kgBB selama 90 hari
- Klinis: terbukti aman karena fungsi hati, ginjal, dan profil darah dalam rentang normal
setelah pemberian selama 42 hari → temulawak dan kunyit mengandung senyawa
curcumin yang memiliki aktivitas hepatoprotektif
6
Penutup
Kesimpulan ● Saintifikasi Jamu (SJ) merupakan suatu program yang bertujuan untuk
membuktikan khasiat jamu dengan metode penelitian berbasis
pelayanan. Salah satu ramuan jamu saintifik adalah ramuan jamu
kebugaran.
● Ramuan jamu kebugaran terdiri dari rimpang temulawak, kunyit dan
herba meniran. Ramuan ini membantu untuk meningkatkan
kebugaran, bukan untuk obat kuat.
● Pengelolaan pasca panen dimulai sejak tanaman dipanen hingga
dikonsumsi. Kegiatan pasca panen meliputi kegiatan pengumpulan
bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi
kering, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan, dan kontrol kualitas.
● Kontrol kualitas suatu bahan obat atau sediaan obat tradisional
dilakukan mulai dari bahan baku hingga menjadi sediaan akhir yaitu
dari proses penanaman sehingga akan terwujud suatu homogenitas
bahan baku sesuai dengan parameter spesifik dan non spesifik.
● Ramuan jamu kebugaran dengan komposisi 5 gram rimpang
temulawak, 4 gram rimpang kunyit, dan 3 gram herba meniran
meningkatkan parameter kebugaran secara signifikan pada penelitian
tersebut yaitu kebugaran kardiovaskular. Selain itu, jamu kebugaran
juga terbukti aman sebab fungsi hati, ginjal, dan profil darah dalam
rentang normal serta subjek tidak merasakan keluhan yang berarti.
DAFTAR PUSTAKA
Aldizal, R., dkk. 2019. Temulawak plant (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) as a traditional medicine. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari. 51–65.
Ali Rosidi, dkk. 2014. Potensi temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai antioksidan.
B2P2TOOT. 2019. Sebelas Ramuan Jamu Saintifik Pemanfaatan Mandiri Oleh Masyarakat. Tawangmangu. Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
Bagalkotkar, dkk. 2010. Phytochemicals from Phyllanthus niruri Linn. and their pharmacological properties: a review . Journal of
Pharmacy and Pharmacology. 58(12):1559–1570.
Courtney, A. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Pocket Handbook of Nonhuman Primate Clinical Medicine.
Dahanayake, dkk. 2020. A minireview on therapeutic potentials of Phyllanthus niruri Linn. Trends in Phytochemical Research (TPR)
Trends Phytochem. Res. 4(3):101-108.
Danladi, dkk. 2018. Review on pharmacological activities and phytochemical constituents of Phyllanthus niruri (amarus). The Journal
of Phytopharmacology. 7(3):341–348.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia, edisi I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia, edisi II. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 1978. Materia Medika Indonesia, Jilid II. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Ervina, N. dan Y. Mulyono. 2019. Etnobotani meniran hijau (Phyllanthus ninuri L.) sebagai potensi obat kayap ular (herpes zoster)
dalam tradisi suku dayak ngaju. Jurnal Jejaring Matematika Dan Sains. 1(1):2686–2658.
Gardjito, M; Harmayani, E; dan Suhardjo, K. I. 2018. Jamu (Pusaka Penjaga Kesehatan Bangsa Indonesia). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pres.
Hewlings, S. J. dan D. S. Kalman. 2017. Curcumin: a review of its effects on human health. Foods. 6(10):1–11
Hikmah, U. dan A. Triastuti. Mechanism and immunomodulator bioactive compounds of Phyllanthus niruri (meniran)
mekanisme dan senyawa bioaktif imunomodulator Phyllanthus niruri (meniran). Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific
Journal of Pharmacy). 18(2):205–218.
Ichsyani, dkk. 2017. Antiviral effects of Curcuma longa L. against dengue virus in vitro and in vivo. IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science. 101(1)
DAFTAR PUSTAKA
Integrated Taxonomic Information System. 2023. Curcuma longa L. https://www.itis.gov/ [Diakses tanggal 9 Maret 2023].
Integrated Taxonomic Information System. 2023. Phyllanthus niruri L. https://www.itis.gov/ [Diakses tanggal 13 Maret 2023].
Jyotirmayee, B. dan G. Mahalik. 2022. A review on selected pharmacological activities of curcuma longa l. International Journal of
Food Properties. 25(1):1377–1398.
Kamruzzaman, H. M. dan M. O. Hoq. 2016. A review on ethnomedicinal, phytochemical and pharmacological properties of
phyllanthus niruri. Journal of Medicinal Plants Studies. 4(6):173–180.
Kemenkes RI. 2017. Formularium ramuan obat tradisonal indonesia. (December):1–135.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
Peraturan menteri kesehatan RI nomor 6 tahun 2016: Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kocaadam, B. dan N. Şanlier. 2017. Curcumin, an active component of turmeric (Curcuma longa), and its effects on health. Critical
Reviews in Food Science and Nutrition. 57(13):2889–2895.
Lukitaningsih, dkk. 2020. In vivo antioxidant activities of curcuma longa and curcuma xanthorrhiza: a review. Food Research.
4(1):13–19.
Ningsih, Indah Yulia. 2016. Modul Saintifikasi Jamu Penanganan Pasca Panen. Jember: Universitas Jember.
Nasution Jamilah, Riyanto, C. R. H. 2020. Kajian etnobotani zingiberaceae sebagai bahan pengobatan tradisional etnis batak toba di
sumatera utara (ethnobotany of zingiberaceae as a traditional herbal medicine of batak toba ethnic in north sumatera).
25(1):98–102.
Novianto, dkk. 2020. Pengaruh formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran terhadap kebugaran jasmani: suatu studi klinik. Media
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 30(1):37–44.
Nuari, D. A., A. Sadino, dan S. H. Ainaya. 2023. The safety evaluation of some plants of the zingibereceae family. Buletin Farmatera.
8(1):43–63.
Parwata, O. A. 2016. Obat tradisional. Diktat Obat Tradisional. 9–26. Paryono dan Ari Kurniarum. 2014. Kebiasaan Konsumsi Jamu
untuk Menjaga Kesehatan Tubuh Pada Saat Hamil dan Setelah Melahirkan di Desa Kajoran Klaten Selatan. Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan. 3(1): 64-72.
Qamari, dkk. 2005. Budidaya tanaman kunyit. Sirkuler. (11):1–6. Rahardjo, Mono. 2010. Penerapan SOP budidaya untuk mendukung
temulawak sebagai bahan baku obat potensial. Perspektif. 9(2): 78-93.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat, E., J. Lee, dan Y. Kang. 2021. Javanese turmeric (curcuma xanthorrhiza roxb.): ethnobotany, phytochemistry, biotechnology,
and pharmacological activities. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. 2021(1): 1-15.
Sachin Parmar, Amit Gangwal, N. S. D. 2011. Turmeric: a herbal and traditional medicine. Scholars Research Library. 2(4):373–383.
Satya, A. K., K. Narendra, J. Swathi, dan K. M. Sowjanya. 2012. Phyllanthus niruri: a review on its ethno botanical, phytochemical and
pharmacological profile. Journal of Pharmacy Research. 5(9):4681–4691.
Shaikh, U., Byrd, R.S., Auinger, P. 2009. Vitamin and Mineral Supplement Use by Children and Adolescents in the 1999-2004
National Health and Nutrition Examination Survey: Relationship With Nutrition, Food Security, Physical Activity, and Health
Care Access. Arch Pediatr Adolesc Med.163(2):150–157
Simorangkir, T. P. H., S. Tuba, dan R. C. A. Pangsibidang. 2022. The potential of indonesian natural materials as immunomodulators
and tonics for national resilience of public health in the era covid-19 pandemic. Budapest International Research and Critics
Institute-Journal. 5(2):10072–10081.
Singh, T., Ruchi, A. Singh, R. Kumar, dan J. K. Singh. 2016. Acute toxicity study of phyllanthus niruri and its effect on the
cyto-architectural structure of nephrocytes in swiss albino mice mus-musculus. Pharmacognosy Journal. 8(1):77–80.
Siswoyo, H. 2011. Laporan Penelitian Formularium Jamu Untuk Anti Hipertensi, Hiperglikemia, Hiperurisemia, Hiperkolesterolemia.
Badan Litbang Kesehatan Kementerian kesehatan RI.
Srivastava, B. B. L., A. S. Ripanda, dan H. M. Mwanga. 2022. Ethnomedicinal, phytochemistry and antiviral potential of turmeric
(Curcuma longa). Compounds. 2(3):200–221.
Wibowo Satrio, Fitriany Aulia, Arbi Anggun Purnomo, Rahmawati Ery, Anggraeni Nevi Puspita, A. Q. 2022. Pemanfaatan Temulawak
Sebagai Produk Minuman Bernilai Ekonomis Di Desa Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Pengabdian
Masyarakat Dosen Indonesia. 5:51–54.
World Health Organization. 1999. WHO Monographs on Selected Medical Plants. WHO Library Cataloguing in Publication Data.
Yuan Shan, C. dan Y. Iskandar. 2018. Studi kandungan kimia dan aktivitas farmakologi tanaman kunyit (curcuma longa l.). Jurnal
Farmaka. 16(2):547–555.
Zulkarnain Zuraida, Triyono Agus, Ardiyanto Danang, S. 2020. Uji klinik keamanan ramuan jamu penurun kolesterol. Jurnal
Kefarmasian Indonesia. 11(1):8–16
Thanks!
Any Question?
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai