Anda di halaman 1dari 4

PENGUJIAN TOKSISITAS AKUT ORAL TEH HERBAL

DAUN SUNGKAI TERHADAP MENCIT PUTIH

Pada Bulan Desember tahun 2019, dunia dilanda sebuah pandemi yang dikenal
dengan virus corona (Covid-19). Pandemi ini bermula di Tiongkok, Wuhan. Badan
kesehatan PBB (WHO) telah menetapkan pandemi Covid-19 pada hari Kamis, 12 Maret
2020.

Saat ini pandemi Covid-19 sudah mulai mereda atau dikenal dengan masa pasca
pandemi. Akibat pandemi ini, banyak perubahann baru yang terjadi di masyarakat. Salah
satunya yaitu perubahan pola konsumsi makanan dan minuman. Telah ada peningkatan
terhadap kepedulian masyarakat terhadap kesehatanyan Masyarakat mulai kembali
mengonsumsi makanan dan minuman yang berbahan alami dan mengurangi penggunaan
bahan-bahan sintetik (back to nature).

Salah satu bentuk menjaga kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu
mengonsumsi minuman fungsional seperti teh herbal. Teh herbal merupakan minuman
yang tidak mengandung Camellia sinensis dan terbuat dari bahan-bahan alami seperti daun,
bunga, akar, atau buah tanaman herbal (Amanto at al, 2020).Teh herbal dapat dikonsumsi
baik dalam keadaan hangat maupun dingin, dan biasanya diminum sebagai minuman yang
menyegarkan atau untuk tujuan kesehatan. Menurut Taufik et al., (2016), aroma dan rasa
yang spesifik dan khas pada teh dapat dibentuk melalui pengeringan yang sesuai.
Pengeringan mampu menurunkan kadar air serta meningkatkan konsentrasi komponen
fenolik pembentuk warna,rasa, dan aroma pada teh. Pengeringan daun teh yang sering
digunakan yaitu pengeringan dengan food dryer, oven, sangrai, dan penjemuran sinar
matahari.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Fitrahnurlia (2020), dijelaskan


bahwa ketertarikan yang tinggi dalam membeli produk herbalterdapat dua alasan utama
yaitu 84,1% karena berasal dari bahan-bahan alami sebesar dan alasan kedua 69,6% karena
tidak mempunyai efek samping.

Teh herbal telah menjadi pilihan populer bagi banyak orang yang mencari
alternatif sehat untuk minuman sehari-hari. Namun, meskipun dianggap sebagai minuman
yang aman, beberapa jenis teh herbal dapat mengandung senyawa yang berpotensi
berbahaya bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, pengujian toksisitas teh herbal sangat
penting untuk menentukan apakah minuman tersebut aman dikonsumsi dalam jangka
panjang

Salah satu tanaman yang diyakini memiliki berbagai manfaat bagi tubuh yaitu
tumbuhan sungkai Peronema canescens. Di Indonesia tanaman sungkai dapat
ditemukan di daerah Kalimantan dan Sumatra. Daun sungkai secara empiris telah
digunakan sebagai obat tradisional Indonesia seperti sebagai penurun demam, sakit gigi,
malaria, dan obat utuk asam urat (Okfrianti et al, 2022).

Daun sungkai memiliki senyawa bioaktif berupa triterpenoid, alkaloid, flavonoid,


fenolik, steroid dan saponin (Pindan, et al., 2021) yang mana senyawa tersebut telah
diyakini memiliki aktivitas antioksida. Hasil penelitian juga menyebutkan daun sungkai
dapat digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh atau imunostimulator Hasil beberapa
penelitian menunjukkan bahwa daun sungkai dapat berperan sebagai antipiretik (Dosis
0,562 mg/kgBB mencit), sebagai antimikroba. (Dosis 500-2000 ppm), antioksidan(IC50
hingga 12 ppm), dan antiplasmodium (dosis 0,084 g/kgBB mencit).

Selain itu, daun sungkai juga bermanfaat sebagai peningkat daya tahan tubuh
(imunostimulator) dan mencegah infeksi yakni dengan ara meningkatkan jumlah leukosit,
dengan dosis ekstrak 0,562 mg/kgBB. Esktrak etanol daun sungkai eningkatkan leukosit
sebanyak 36%. Dosis tersebut setara dengan 15-30gram daun basah atau 3-5 gram daun
kering atau simplisia (Subandrate et al, 2022).Namun pengujian terkait keamanan teh daun
sungkai sejauh ini masih minim.

Pengujian keamanan konsumsi the herbal daun sungkai dalam waktu lama masih
jarang dilakukan. Tingkat toksisitas atau efek samping yang mungkin terjadi pada manusia
belum dapat dipastikan terutama jika mengonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Sehingga konsumsi teh ini setiap hari belum bisa dianjurkan.

Sebelum dikomersialkan maka teh herbal daun sungkai perlu dilakukan beberapa
tahapan pengujian keamanan. Teh ini harus terlebih dahulu diuji pada bahan hidup (in
vivo) Walaupun demikian, untuk mengamati, mempelajari, dan menyimpulkan seluruh
kejadian pada makhluk hidup secara utuh diperlukan hewan percobaan karena hewan
percobaan mempunyai interaksi antara bagian atau organ tubuh tersebut.

Dalam BPOM RI (2020) dijelaskan bahwa ada empat jenis uji toksisitas :
toksisitas akut, sub akut, kronis, dan subkronis. Toksisitas akut adalah suatu pengujian
untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan
uji yang diberikan secara oral dalam dosis tunggal, atau dosis berulang yang diberikan
dalam waktu 24 jam.

Uji toksisitas sub akut merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui organ
yang dipengaruhi oleh tingkatan dosis yang berbeda. Studi ini mengakses sifat toksik dari
tingkatan dosis dalam situasi yang lebih realistis daripada studi toksisitas akut.

Uji toksisitas kronis adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang
muncul setelah pemberian sediaan uji secara berulang selama sebagian besar umur hewan
uji.
Uji toksisitas subkronis adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang
muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang diberikan secara oral
pada hewan uji selama sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur
hewan.

Pada uji toksisitas akut dilihat efek pada suatu organisme atas paparan yang relatif
jangka pendek terhadap rentang kehidupan organisme. Uji toksisitas akut ini biasanya
berjalan selama 24 hingga 96 jam. Dalam uji toksisitas akut, titik akhir yang paling umum
diukur adalah mortalitas, dengan hasil umumnya dilaporkan sebagai % kematian pada
konsentrasi tertentu.

Pengujian toksisitas merupakan metode pengukuran kemampuan suatu zat untuk


menyebabkan efek berbahaya pada organisme hidup. Pengujian ini melibatkan
pengevaluasian efek zat pada berbagai tingkat dosis, yang dapat memberikan informasi
tentang tingkat toksisitas zat tersebut. Pengujian toksisitas pada teh herbal dapat membantu
menentukan apakah senyawa-senyawa yang terkandung dalam teh herbal berbahaya bagi
manusia dan dalam jumlah berapa yang aman untuk dikonsumsi.

Mengingat pemanfaatan daun sungkai yang cukup luas di masyarakat sedangkan


tingkat keamanan dan efek samping teh herbal daun sungkai belum diketahui sehingga
informasi ilmiah mengenai khasiat dan efek toksik yang akan ditimbulkan dari konsumsi
teh ini masih perlu ditelaah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terkait pengaruh
toksisitas teh herbal daun sungkai secara akut terhadap hewan uji berupa mencit.

Rumusan masalah

1. Apa saja gejala dan wujud efek toksik yang ditimbulkan akibat konsumsi teh herbal
daun sungkai dalam waktu lama?

2. Bagaimana mekanisme efek toksik hewan uji akibat konsumsi teh herbal daun
sungkai dalam waktu lama berdasarkan pengamatan?

3. Apakah teh herbal daun sungkai aman dikonsumsi dalam waktu lama ?

Tujuan

1. Mengetahui tingkat toksisitas teh herbal daun sungkai dan pengaruh mengonsumi
dalam waktu yang lama

2. Mengetahui batas dosis konsumsi teh herbal daun sungkai


Hipotesis

H0 : Teh herbal daun sungkai menberikan pengaruh atau efek toksisitas yang
signifikan terhadap mencit putih jantan

H1 : Teh herbal daun sungkai tidak memberikan pengaruh atau efek toksisitas yang
signifikan terhadap mencit putih jantan

Fitrahnurlia, Andi Magie. 2020. “The 2nd Industry Roundtable: Pharmaceutical Industry
Perspective- Key Findings MarkPlus: Product and Usage Frequency”. Jurnal pertanian
cemara. Vol.18(1) :

Dalam BPOM RI. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Tentang Pedoman Uji
Toksisitas Praklinik Secara in Vivo. J Chem Inf Model. 2020;53(9):21-5

Anda mungkin juga menyukai