Pada saat ini Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak potensi
keanekaragaman, baik habitat maupun flora dan fauna yang dimiliki. Keanekargaman ini pula
membuat Indonesia memiliki tumbuhan herbal. Namun pada kenyataannya, pemanfaatan
yang dilakukan saat ini masih belum optimal, karena sebagian besar kekayaan herbal
Indonesia masih belum tergali dengan baik, sehingga banyak tanaman herbal yang belum
dimanfaatkan untuk pengembangan industri obat tradisional.
Semua kelompok kontrol dan perlakuaan diinduksi aloksan dosis 125 mg/kg agar
mendapatkan kondisi hiperglikemia, secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui
keefektivan ekstrak daun kelor anti toksisitas akut pada fungsi sel β Wistar hiperglikemia.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan analisis uji fitokimia dan analisis GC-MS menunjukkan bahwa daun sawi
hijau mengandung 3,4-Dihydroxy-5-methyl-dihydrofuran-2-one senyawa ini merupakan golongan
senyawa yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan berfungsi untuk
memproduksi hormon insulin yang berperan menurunkan kadar glukosa dalam darah
(Corey,2002).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
UJI TOKSISITAS
Uji toksisitas diperlukan untuk penelitian obat herbal baru, selain ini farmako
kenetik dan uji farmakodinamik. Uji farmakokenetik dilalukan melalui penelitian kondisi
umum, dan 2. Uji toksisitas khusus . Uji toksisitas umum meliputi: berbagai pengujian yang
dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek umum suatu senyawa pada hewan uji.
- Pengujian toksisitas khusus, meliputi uji potensial, uji kekar sinogenik, uji
kemutagenik, uji heterogenik, uji reproduksi, kulit dan mata serta perilaku (
Loomis.,1978)
.
Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat
( 24 jam ) setelah pembarian dosis tinggi. Jadi yang dimaksud dengan uji toksisitas akut
adalah uji yang dilakukan untuk mengukur derajat efek saat senyawa itu diberikan pada
hewan coba tikus putih betina ( Rattus norvegicus) dan pengamatannya 24 jam pertama
setelah perlakuan dilakukan dalam satu kesempatan saja.
Data kuantitatif ujintoksisitas akut dapat diperoleh melalui 2 cara yaitu: dosis letal
tengah (LD50 ), dan toksik tengah-tengah ( TD50 ). Namun yang paling sering digunakan
adalah dengan metode LD50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode uji hayati dengan uji toksisitas akut yang dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Organization for Economic Co-operation and Development ( OECD)423; Guideline for
Testing of Chemicals - Acute Oral Toxicity (2001). Subjek penelitian dibagi menjadi kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan. Uji toksisitas ekstrak etanol daun kelor diawali dengan uji pendahuluan (limit test) dan
dilanjutkan dengan uji utama (main test) yang masing-masing terdiri atas 30 ekor hewan uji.
Uji toksisitas akut dilakukan dengan menggunakan tikus betina galur Wistar dewasa muda,
tidak bunting, dan memiliki berat badan 110-180 g. Tikus betina dipilih karena memiliki
sensitivitas lebih tinggi terhadap perlakuan. Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan
batas bawah dari dosis ekstrak etanol daun kelor yang akan diberikan pada uji utama. Dosis
yang diberikan pada uji pendahuluan adalah 0,20 mg/kg BB, 2,0 mg/kg BB, dan 8,0 mg/kg
BB.Pemberian ekstrak kelor dilakukan secara oral menggunakan sonde lambung. Ekstrak
dilarutkan dalam larutan CMC 0,05% dan diberikan dalam volume tidak lebih dari 0,5;
2,0;8,0 ml/berat badan tikus. Sebelum perlakuan, hewan ujidipuasakan selama kurang lebih 8
jam dan hanya diberi minum. Hasil uji pendahuluan menunjukkan tidak ada hewan uji yang
mati pada dosis 10 mg/kg BB, sehingga dosis yang digunakan untuk uji utama lebih tinggi.
Uji utama dilakukan untuk menentukan nilai LD50 dari ekstrak daun kelor dengan dosis
bertingkat mulai dari 0,5 mg/kg BB dan jika tidak ditemukan lebih dari tiga ekor hewan uji
yang mati maka dosis ditingkatkan menurut Annex 2 pada pedoman OECD 423 (2001)
hingga ditemukan tiga atau lebih hewan uji yang mati dari setiap dosis perlakuan. Pada
penelitian ini, dosis yang digunakan untuk uji utama adalah 0,50; 2,0; 8,0, dan 10,0,
mg/kg BB. Masing-masing perlakuan terdiri atas lima ekor hewan uji. Hewan uji diamati
secara individual setidaknya satu kali selama 30 menit pertama dan berikutnya hingga 24 jam
dengan pengamatan khusus dilakukan pada 4 jam pertama pasca perlakuan. Selanjutnya,
pengamatan gejala LD50 .MADIHAH et al. – Toksisitas akut ekstrak daun kelor .
Toksisitas dan perubahan berat badan dilakukan setiap hari selama 14 hari. Jika terdapat
hewan uji yang mati, waktu kematian dicatat dan data nekropsi diambil. Pada hari ke15,
hewan uji yang selamat dikorbankan untuk diambil organ pangkreasnya, kemudian
difiksasi dalam larutan Boiun.Sediaan histologis pangkreas dilakukan dengan metode
Analisis data
Nilai Lethal Dose 50 (LD 50 ) dari uji utama diperoleh berdasarkan analisis Probit. Data
95% dan jika terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
Duncan. 50 Derajat kerusakan organ pangkreas diberi skor 0-3 berdasarkan struktur hepatosit
(nukleus, sitoplasma,susunan), vena sentralis, dan sinusoid. Rincian ciri-ciri setiap skor
Skor Parameter
Sel-β Pangkreas Derajat Kerusakan
P0 Normal
P1 Nekrosis
P2 Nekrosis
P3 Nekrosis
P4 Nekrosis
P5 Nekrosis
Pengamatan diatas dilakukan terhadap 5 lapang pandang dari 3 ulangan per perlakuan.
Hasil pemberian skor dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui adanya tidaknya
pengaruh toksisitas terhadap histopatologi hati dan Multiple Comparison untuk
mengetahui beda nyata antar perlakuan (Sudjana, 2012).Semua data dianalisis menggunakan
program SPSS versi 17,0
DAFTAR PUSTAKA