Anda di halaman 1dari 42

TANAMAN OBAT

ANALGETIK
ANTIPIRETIK
Disusun Oleh:
FAIRUZ SYAFIRA RAHMAH
NAILIL MUNA D.NURA
NIA AYUNINGRUM
SITI NUR ZUHRA
Analgetik Antipiretik

Analgetik adalah zat-zat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan
panas. Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefek pada
orang normal. Mediator-mediator yang dapat menimbulkan efek nyeri dan
peningkatan suhu tubuh yaitu prostaglandin, histamin, serotonin, plasmakinin,
dan ion-ion kalium.
Metabolit sekunder adalah senyawa yang tidak essential bagi tubuh
tumbuhan, dan berfungsi sebagai pertahanan hidup tumbuhan tersebut.
Senyawa metabolit sekunder setiap tanaman berbeda-beda. Senyawa metabolit
sekunder pada tanaman yang dapat memberikan efek analgetik antipiretik
yaitu flavonoid, alkaloid pikrinin, skolarisin, vallesamin dan cylindol A.
Mekanisme Kerja
Analgetik dan Anti piretik
Alang-Alang (Tazakka)
a.Deskripsi
Nama latin alang-alang (Imperata cylindrical (L.) Beauv.var.mayor <Nees>)
 Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Imperata
Spesies : Imperata Cylindrical
 Ciri-ciri
Perawakan : herba, rumput, merayap, tinggi 30-180 cm.
Batang: rimpang, merayap di bawah tanah, batang tegak membentuk satu perbungaan, padat,
pada bukunya berambut jarang.
Daun: tunggal, pangkal saling menutup, helaian; berbentuk pita, ujung runcing tajam, tegak,
kasar, berambut jarang, ukuran 12-80 cm. x 35-18 cm.
.
Tanaman Imperata cylindrical
dikenal dengan nama daerah
ilalang atau kambengan.
Tumbuhan ini banyak tumbuh
liar di daerah yang terbuka dan
menjadi tumbuhan pengganggu
bagi pertanian. Namun meskipun
tanaman ini menjadi musuh
petani ternyata banyak juga
khasiat pengobatan yang
dikandungnya. Pada zaman
dahulu, bangsa cina
memanfaatkan alang-alang
sebagai obat demam, diuretik,
menyembuhkan penyakit ginjal
akut, paru-paru dll.
b. Senyawa aktif, analisis, dan farmakokinetik
Senyawa aktif :
Metabolit yang telah ditemukan pada akar alang-alang terdiri dari arundoin,
fernenol, cylindol A, isoarborinol, silindrin, simiarenol, kampesterol,
stigmasterol, ß-sitosterol, skopoletin, skopolin, p-hidroksibenzaladehida,
katekol, asam klorogenat, asam isoklorogenat, asam p-kumarat, asam
neoklorogenat, asam asetat, asam oksalat, asam d-malat, asam sitrat, potassium
(0,75% dari berat kering), sejumlah besar kalsium dan 5-hidroksitriptamin.
Dari hasil penelitian lain terhadap akar dan daun ditemukan 5 macam turunan
flavonoid yaitu turunan 3’,4’,7-trihidroksi flavon, 2’,3’-dihidroksi kalkon dan
6-hidroksi flavanol. Suatu turunan flavonoid yang kemungkinan termasuk
golongan flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon atau isoflavon
terdapat pada fraksi ekstrak yang larut dalam etilasetat akar alang-alang. Pada
fraksi ekstrak yang larut dalam air akar alang-alang ditemukan golongan
senyawa flavon tanpa gugus OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-
0H, flavanon, atau isoflavon.
Struktur kimia flavonoid

Struktur kimia cylindol A


c. Farmakologi dan toksikologi
Farmakologi :
Kandungan yang berefek sebagai antipiretik adalah senyawa flavon tanpa gugus OH bebas,
flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon, atau isoflavon. Zat-zat tersebut berefek
menghambat sintesis prostaglandin (PGE2) dan mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah
perifer. Cylindol A yang terkandung di dalam rimpang alang-alang mempunyai efek menghambat
enzim 5-lipoksigenase. Dengan terhambatnya 5-lipoksigenase maka pembentukan prostaglandin
yang menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada otot dapat terhalangi. 
Efek antipiretik yang mungkin ditimbulkan akibat efek diuretik oleh zat-zat yang terkandung
didalamnya antara lain unsur-unsur mikro (logam) natrium, kalium dan senyawa karbohidrat
(glukosa, sukrosa dan manitol) (Katzung, 1995). Menurut Ives dan Warmock (19), ion natrium dan
kalium serta manitol mempengaruhi selaput apical dan ATPase dalam transportasi cairan tubuh
(H2O) pada selaput basolateral sel tabular, sehingga reabsorpsi air dari luminal ke lumen urin jadi
meningkat. Ini mengakibatkan lumen urin cepat menjadi penuh, sehingga urin lebih sering
disekresikan beriringan dengan pelepasan panas tubuh bersama urin. Namun tidak dijelaskan
seberapa jauh pengaruh efek diuretik terhadap penurunan suhu tubuh dan pada dosis mana
unsurunsur tersebut mempunyai pengaruh sebagai diuretik dan antipiretik (Katzung, 1995).
Toksikologi :
Pemberian dosis tunggal 2000, 5000, 10000, 15000, dan 20000 mg/Kg
BB tidak menyebabkan kematian pada mencit setelah 24 jam pengamatan.
Pengamatan bobot badan, setelah perlakuan tidak menunjukkan adanya
gejala-gejala toksik yang timbul pada hewan uji. Bobot badan mencit pada
semua kelompok mengalami peningkatan. Peningkatan ini menunjukkan
bahwa ekstrak etanol akar alang-alang tidak toksik setelah pemberian dosis
tertinggi, yaitu 20000 mg/Kg BB. Nilai LD50 tidak dapat ditentukan karena
hingga dosis terbesar, yaitu 20000 mg/Kg BB, tidak menyebabkan kematian
pada mencit. Meskipun LD50 tidak dapat ditentukan melalui penelitian ini,
namun dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol akar alang-alang praktis
nontoksik berdasarkan klasifikasi toksisitas.
d. Indikasi, efek samping, dosis, dan kontraindikasi
Indikasi : antipiretik
Efek samping : Pusing, mual, ngantuk, adanya peningkatan rasa ingin buang
air besar.
Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap kandungan obat.
Dosis : Tiap 1 kapsul mengandung 2 gram, Impereta Rhizoma
Dosis Empiris :Akar alang-alang segar 60 g dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas.
e. Simplisia dan ekstrak
Impereata Rhizoma
f. Efikasi klinik terhadap pasien
Untuk membuat seduan herbal dari akar / rhizoma / rimpang rumput
alang-alang. Ambillah 30-60 gram akar rumput basah, bisa dikeringkan dulu
atau langsung dihaluskan. Direbus dengan satu liter air digadikan sepertiga,
disaring kalau perlu. Diminum separuh pagi separuh malam. Pemakaian
produk, dikosumsi 2 kapsul 3 X 1 hari.
Mahkota Dewa

a. Deskripsi
Tanaman mahkota dewa berbentuk pohon, berumur
panjang (perenial), tingginya 1-2,5 meter.
Akar : tunggang, batangnya silindris, berkayu, tegak,
berwarna cokelat, dengan permukaan yang kasar.
Percabangannya simpodial dengan arah cabang miring
ke atas.
Daun : tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan
5 (folio oposita), berwarna hijau tua, bentuk lonjong
hingga lanset, panjang 7-10 cm, dan lebar 2-2,5 cm.
Helaian daunnya tipis, dengan ujung dan pangkal
runcing, serta tepi rata, dan pertulangan daunnya
menyirip (pinnate), sedangkan permukaan daunnya licin.
Tanaman mahkota dewa Phaleria papuana wichanni (Val) Back sinonim Phaleria macrocarpa
(scheff) Boerl, yang dikenal juga dengan nama pusaka dewa, makuta dewa, derajat, makuto dewo,
makuto rojo atau simalakama. Tanaman ini merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah Papua.

Pemanfaatan dalam bentuk ramuanpun


sudah dilakukan. Buah ini sangat beracun
bila dimakan langsung dalam keadaan
mentah. Di Jawa Barat buah ini disebut
sebagai buah simalakama, hal ini cukup
beralasan karena jika dimakan melebihi
takaran akan menyebabkan pusing, serangan
kantuk dan mual. Tanaman ini disebut juga
dapat mengobati berbagai jenis penyakit
seperti lever, kanker, kencing manis, sakit
jantung, asam urat, rematik, ginjal, tekanan
darah tinggi, eksim. jerawat, luka gigitan.
Pemakaiannya dikatakan sebagai obat dalam
dengan cara diminum atau sebagai obat luar
dengan cara dioleskan atau dilulurkan.
b. Senyawa aktif
Buah mahkota dewa terkandung senyawa alkaloid, saponin, dan
flavonoid, sedangkan dalam daunnya terkandung alkaloid saponin serta
polifenol (Gaotama dkk., 1999).
c. Farmakologi dan toksikologi
Farmakologi :
Flavonoid bekerja dengan menghambat enzim penghasil
eicosanoid termasuk fosfolipase A2, siklooksigenase dan
lipooksigenase dan juga mengurangi konsentrasi dari prostanoid dan
leukotrin. Penghambatan enzim siklooksigenase akan mengurangi
produksi prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri (Gunawan
dan Mulyani, 2004).
Toksikologi :
Uji toksisitas akut dilakukan terhadap infus biji dan buah mahkota
dewa serta ekstrak buah mahkota dewa menggunakan hewan uji mencit
putih. Dengan menggunakan dosis "penjajagan" dan percobaan untuk
mendapatkan harga LD50, maka didapatkan harga LD5,, untuk infus biji
sebesar 3,835 mgl log bb; infus sebesar 67,04 mg 1 log bb ip dan untuk
ekstrak sebesar 36,53 mgIl0g bb ip. Harga ini jika diekstrapolasikan ke
penggunaan secara oral menumt Paget dan Barnes pada tikus", untuk infuse
biji adalah 2,684 mgkg bb; infbs buah adalah 46.925 mgkg bb, sedangkan
pada ekstrak sebesar 25.570 mg/kg. Kategori aman atau toksik, dapat
menggunakan beberapa dasar patokan.
d. Indikasi, efek samping, dosis, kontraindikasi
Indikasi : Meredakan rasa nyeri baik nyeri kepala maupun nyeri sendi.
Efek samping : Tidak memiliki efek samping
Kontraindikasi : Penderita hipersensitifitas terhadap kandungan obat, ibu
hamil dan menyusui.
Dosis : tiap tablet mengandung ekstrak Pharellia Fructus 200mg.
Dosis empiris : 5 gram buah mahkota dewa dalam 2500mL (5 gelas)
menjadi setengahnya.
e. Simplisia dan ekstrak
Phaleriae Fructus
f. Efikasi kinik terhadap pasien
Daging buah mahkota dewa disiapkan kurang lebih sebanyak 5 gram.
Daging buah tersebut direbus dalam 2.500 mililiter air atau sekitar 5 gelas.
Perebusan menggunakan api sedang, dan dibiarkan hingga air tersisa
setengahnya. Ramuan diminum 3 kali 1 gelas setiap hari. Lakukan sampai
nyeri berkurang. Pemakaian produk 1 tablet, 2 X 1 hari. Obat diberikan
setelah makan.
SAMBILOTO

Gambar: Tumbuhan Sambiloto Gambar: Produk jamu sambiloto

https://jualdaunmurah.id
Deskripsi Tumbuhan
– SEJARAH SINGKAT :

Sambiloto atau yang dikenal sebagai “King of Bitters” bukanlah tumbuhan asli Indonesia, tetapi
berasal dari India. Menurut data spesimen yang ada di Herbarium Bogoriense di Bogor, sambiloto
sudah ada di Indonesia sejak 1893. Di India, sambiloto adalah tumbuhan liar yang digunakan
untuk mengobati penyakit disentri, diare, atau malaria. (Traditional Chinese Medicine/TCM),
sambiloto juga digunakan sebagai penurun panas serta membersihkan racun-racun di dalam tubuh.

–  KLASIFIKASI :

Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Personales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Nees
Kandungan Senyawa Zat Aktif Sambiloto dan Farmakokinetik

– Secara kimia mengandung flavonoid dan lakton. Pada lakton, komponen utamanya adalah
andrographolide, yang juga merupakan zat aktif utama dari tanaman ini. Kedua zat tersebut
berkhasiat sebagai antipiretik dengan bekerja menghambat sintesis prostaglandin, sehingga
menurunkan demam.
– FARMAKOKINETIK :
Bahwa 48 jam setelah pemberian andrographolide, komponen ini dijumpai tersebar luas ke
seluruh organ tubuh.
Konsentrasi: Otak 20,9%, limpa 14,9%, jantung 11,1%, paru-paru 10,9%, rektum 8,6%, ginjal
7,9%, hati 5,6%, uterus 5,1%, ovarium 5,1%, dan usus halus sebesar 3,2%.

– Andrographolide memiliki bioavailabilitas tinggi pada manusia. Setelah pemberian peroral, 20


mg andrographolide segera diabsorbsi, mencapai nilai puncak plasma dalam waktu 1,5 sampai 2
jam dengan waktu paruh 6,6 jam. Pada penelitian lainnya menunjukkan waktu paruh
andrographolide relatif singkat, lebih kurang dalam waktu 2 jam. Setelah 72 jam, hampir 90%
andrographolide dieksresikan. Sebagian besar eksresinya ini melalui urin, sebagian lainnya
melalui saluran cerna. Pada beberapa studi dikatakan bahwa 80 persen dari dosis andrographolide
yang dikonsumsi akan dieksresikan dari tubuh dalam waktu 8 jam. (Tri Widyawati, 2007).  
Farmakologi dan Toksikologi

– FARMAKOLOGI :
Flavonoid bekerja sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX).
Cyclooxygenase (COX) berfungsi memicu pembentukan prostaglandin.
Prostaglandin berperan dalam proses inflamasi dan peningkatan suhu tubuh.
Apabila prostglandin tidak dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh
yang menyebabkan demam.

– TOKSISITAS:
Uji toksikologi pada hewan coba dan manusia menunjukkan bahwa
andrographolide dan senyawa lain yang terdapat pada sambiloto memiliki
toksisitas yang sangat rendah.
Indikasi, Efek Samping, Dosis, Kontra Indikasi

– INDIKASI :

Antipireutik dan obat penghilang rasa sakit.

– EFEK SAMPING:

Mulut terasa pahit, sakit kepala, tekanan darah rendah, mual, muntah.

– DOSIS SAMBILOTO KAPSUL :

Tiap kapsul mengandung ekstrak herbal yang setara dengan 2 gram simplisia Andrographis
paniculata herba, diminum 3 x sehari 2 kapsul.
Secara empiris daun sambiloto segar sebanyak satu genggam (30 gram) ditumbuk rata kemudian
ditambahkan air matang setengah cangkir (110 mL), saring kemudian minum sekaligus. Atau bisa
juga menggunakan bahan kering sebanyak 3 gram direbus dan diminum 2 kali sehari sebelum makan.

– KONTRA INDIKASI : wanita hamil dan menyusui, hipersensitivitas, penyakit kantung empedu,
gangguan pendarahan, hipotensi, hyperacidity, dan ulkus duodenum.
Simplisia dan Ekstrak

– Nama ekstrak : Extractum Andrographis paniculata Nees. Siccum (ekstrak


kering sambiloto)

– Nama simplisia : Andrographis Folium


 
Efikasi pada Pasien

• Bagian dari sambiloto (Andrographis paniculata) yang dapat


digunakan sebagai obat adalah seluruh bagian tanaman,
penggunaannya sebagai obat dengan cara direbus dengan air,
setelah dingin air rebusan tersebut diminum. Sebagai
pencegahan penyakit di minum sambiloto 2x seminggu.
Sedangkan untuk penyembuhan bisa setiap hari selama 1
sampai 2 berturut – turut.
• daun sambiloto segar sebanyak satu genggam (30 gram)
ditumbuk rata kemudian ditambahkan air matang setengah
cangkir (110 mL), saring kemudian minum sekaligus. Atau
bisa juga menggunakan bahan kering sebanyak 3 gram
direbus dan diminum 2 kali sehari sebelum makan.
JAMBU MEDE
(Anacardium occidentale)

BAGIAN YANG DIMANFAATKAN SEBAGAI OBAT


Daun

NAMA SIMPLISIA
Anacardii Folium
TAKSONOMI

Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Superdivisi: Spermatophyta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Subkelas: Rosidae

Ordo: Sapindales

Famili: Anacardiaceae

Genus: Anacardium

Spesies: Anacardium occidentale
DESKRIPSI TANAMAN
Jambu mede atau jambu monyet, tersebar di
daerah tropik dan ditemukan pada ketinggian
antara 1-1.200 m dpl.

Pohon, tinggi 8-12 m, memiliki cabang dan


ranting yang banyak.

Batang melengkung, berkayu, bergetah,


percabangan mulai dari bagian pangkalnya.

Daun tunggal, bertangkai, panjang 4-22,5 cm,


lebar 2,5-15 cm.

helaian daun berbentuk bulat telur sungsang,


tepi rata, pengkal meruncing, ujung membulat Tangkai buahnya lama kelamaan akan menggelembung
dengan lekukan kecil di bagian tengah, menjadi buah semu yang lunak, seperti buah peer,
pertulangan menyirip, berwarna hijau. berwarna kuning, kadangkadang bernoda merah, rasanya
manis agak sepat, banyak mengandung air dan berserat.
Bunga berumah satu memiliki bunga betina dan Daun muda bisa dimakan sebagai lalap (mentah atau
bunga jantan, tersusun bentuk malai, keluar di dikukus terlebih dahulu).
ketiak daun atau di ujung percabangan. Buah semu rasanya sepat dan bisa dimakan sebagai
rujak, dibuat minuman, anggur dan selai.
Buahnya buah batu, keras, melengkung. Jika sudah diolah, harga biji jambu mede cukup mahal,
dikenal dengan nama kacang mede.
Biji bulat panjang, melengkung pipih, warnanya
coklat tua.
PENGUNAAN SECARA EMPIRIS

Secara empiris tanaman jambu mete dapat dimanfaatkan sebagai  obat konstipasi, diabetes mellitus, radang
tenggorokan, sariawan, rematik, hipertensi, antidotum, dan analgesik.
KANDUNGAN SENYAWA KIMIA

Simplisia daun jambu mete mengandung senyawa


golongan flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.
Dari ekstrak n-heksana diperoleh isolat yang menghasilkan
bercak berwarna merah-ungu setelah disemprot penampak
bercak Liebermann Burchard.
FARMAKOLOGI

ZAT AKTIF : FLAVONOID

MEKANISME KERJA

Menghambat kerja enzim siklooksigenase yang berperan dalam sistesis prostaglandin sebagai
mediator pembentuk rangsang nyeri.

FARMAKOKINETIK

ABSORBSI

Flavonoid akan di absorbsi di dalam usus bersamaan dengan empedu melalui epitel masuk ke
dalam peredaran darah .

Distribusi

Flavonoid masuk ke peredaran darah melalui jaringan epitel tubuh.

Metabolisme

Melalui vena porta flavonoid akan dimetabolisme di hati

Ekskresi

Flavonoid akan dikeluarkan melalui sisa ekskresi tubuh berupa urine.


TOKSISITAS

LD50 per oral pada mencit jantan dan betina 16 g/kg BB. LD50 ekstrak
dehidro-etanol dengan efek menghambat lesi lambung adalah 150 mg/kg
BB.
•  Uji toksisitas subkronis:

Dosis 2; 6; 10 mg/kg BB pemberian berulang selama 56 hari, menyebabkan penurunan


asupan makanan, berat badan, perubahan fungsi liver dan ginjal, serta perubahan tingkah
laku mencit. Dalam studi lain, pemberian ekstrak <2 g/kg BB tidak menunjukkan gejala
toksik akut.
DOSIS
25 g/50 kg BB secara peroral

INDIKASI
Analgetik

KONTRAINDIKASI
Belum diketahui

EFEK SAMPING
Dosis tinggi (ekstrak > 6 g/kg BB) menunjukkan efek toksik
berupa asthenia, anoreksia, diare, dan sinkop.

ATURAN PEMAKAIAN
1 x 1 sachet (10 g serbuk)/hari, rebus dengan 2 gelas air
sampai menjadi 1 gelas
DAPUS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
FORMULARIUM OBAT HERBAL ASLI INDONESIA
Http//: Plantamor.com
www.bphn.go.id
PULAI (Alstonia scholaris)
Deskripsi Tanaman ALSTONIA SCHOLARIS
– SEJARAH SINGKAT :

Tanaman pulai adalah  tanaman pohon yang berkayu besar yang sering kita jumpai di
sekitar kita. Nama latin tanaman pulai adalah Alstonia scholaris R. Br. Sedangkan dalam
bahasa Inggris tanaman pulai mempunyai nama Indian Devil Tree. Tanaman pulai ini
tersebar China, Negara-negara di wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia,
Kepulauan Solomon. Ciri-ciri tanaman pulai ini adalah pohon yang ukuran besar dengan
bentuk daun tersusun melingkar denga jumlah 4-8 helaian daun mirip daun ketela dengan
buah berbentuk panjang. Fungsi dan kegunaan tanaman pulai ini kayunya digunakan
sebagai perkakas rumah karena kayunya memiliki serat yang halus. Namun diteliti karena
pemakaian orang cina terhadap analgesika.
– Nama Daerah Tanaman Pulai
 Jawa : Pule
 Sunda : Lame
 Melayu : Kayu Bagus
 Sumba : Lita
 Madura : Polay
 Ambon dan Papua : Rita
KLASIFIKASI
– Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
– Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
– Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
– Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
– Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
– Sub Kelas : Asteridae
– Ordo : Gentianales
– Famili : Apocynaceae
– Genus : Alstonia
– Spesies : Alstonia scholaris R. Br.
Kandungan Senyawa Zat Aktif Pulai
– Fraksi alkaloid daun Alstonia scholaris, tiga alkaloid utama, pikrinine,
vallesamine dan scholaricine, dapat menghasilkan efek anti-inflamasi dan
analgesik perifer berdasarkan beberapa dalam tes vivo. Dalam tes in vitro,
alkaloid menunjukkan penghambatan mediator inflamasi (COX-1, COX-2
dan 5-LOX), yang sesuai dengan hasil pada model binatang. Selain itu,
inhibitor COX-2/5-LOX ditemukan dalam percobaan, seperti 16-formil-5-
methoxystrictamine, picralinal, dan tubotaiwine mungkin berharga untuk
perhatian lebih lanjut 
Farmakologi tanaman pulai

– FARMAKOLOGI : Perkembangan inflamasi dapat disertai dengan


peningkatan produksi prostaglandin dan leukotrien dari asam arakidonat.
COX-1 dan COX-2 bertanggung jawab untuk produksi prostaglandin dan
LOX untuk leukotrien. Inhibisi dari cyclooxygenase oleh obat anti-
inflamasi nonsteroid dan inhibitor COX-2 selektif mengurangi tingkat
prostaglandin, menghasilkan pengurangan rasa sakit dan peradangan.
Namun, ini penghambatan dapat menyebabkan pengolahan alternatif asam
arakidonat melalui jalur 5-lipoxygenase (5-LOX), menghasilkan
peningkatan produksi leukotrien pro-inflamasi dan gastrotoxic. Inhibitor
ganda COX dan 5-LOX menurunkan produksi dari kedua leukotrien dan
prostaglandin, dan dengan demikian, mereka secara teoritis harus
menampilkan efek anti-inflamasi yang ditingkatkan dan penurunan efek
samping kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa selektif
Penghambat COX-2, seperti rofecoxib dan valdecoxib
Produk alstonia scholaris
Indikasi, Efek Samping, Dosis, Kontra Indikasi

– INDIKASI : Antiinflamasi, analgesik

– EFEK SAMPING: belum diketahui

– DOSIS PELET : 4-5 PELET UNTUK SATU DOSIS.

– KONTRA INDIKASI : wanita hamil dan menyusui, hipersensitivitas.


SUMBER

Anda mungkin juga menyukai