Anda di halaman 1dari 25

Diskusi Kasus Skenario 3

Daun Daunan Penurun


Panas
Kelompok 2
1. SYIKA DIMEISEH H.P 201810300511069
2. NISRINA NUR N. 201910300511005
3. VINKA YULI .L 201910300511014
4. ALLYA DANDI K. 201910300511015
5. MIFTAHUL ILA SYADIAH 201910300511016
6. MEGA AMELIA T.A 201910300511017
7. ALFIRA SALSABILA 201910300511025
8. ANINDYA ALYSYAH 201910300511026
9. SHALMA MHAULIA 201910300511027
10. AHCMAD RAMADHANI 201910300511028
KASUS
Seorang balita dibawa ke rumah sakit karena mengalami demam
tinggi. setelah diperiksa suhu anak tersebut 40°C. Dokter yang
merawatnya pun telah memberikan resep obat penurun panas. Beberapa
saat suhu tubuh anak itupun menurun. Namun beberapa saat kemudian
demamnya naik lagi dan sempat beberapa kali mengalami kejang.
Beberapa jam kemudian, pamannya datang membawa daun-daunan dan
menempelkannya ke dahi anak tersebut.

Perawat melihat situasi tersebut melarangnya karena menjadi kotor dan


beranggapan bahwa hal tersebut dapat menyebabkan munculnya
Hospital Aquired Infections (HAIs) atau Infeksi nosokomial. Paman
anak itupun menjelaskan bahwa ia ingin membantu keponakannya agar
cepat menurunkan panasnya. Keluarga pasien tersinggung dengan sikap
perawat dan memilih untuk pulang paksa.
Diagnosis Keperawatan
Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas
nilai normal (40°)
Penjelasan Jurnal
01
EVALUASI SEDIAAN PATCH
DAUN HANDEULEUM (Graptophyllum griff L) SEBAGAI
PENURUN PANAS
Tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai obat adalah handeuleum
(dalam bahasa sunda) dikenal juga dengan nama daun hitam atau daun ungu.
Masyarakat di daerah Cibalong, kabupaten Tasikmalaya menggunakan daun
handeuleum untuk menurunkan panas dengan cara meremas 7 lembar daun
handeuleum yang telah dibasahi sedikit air kemudian ditempelkan pada dahi
penderita demam. Hasil laporan masyarakat atas penggunaan tersebut, mampu
menurunkan demam hingga suhu tubuh normal kembali.

Ungkap Prof dr H Sardjono Oerip Santoso dari Farmakologi FKUI.


Sebanyak 9-10 gram daun ungu segar kemudian direbus dalam 2 gelas air (600 cc)
sampai menjadi 1 gelas rebusan dan diminum tiap hari 1 kali.
Tabel 1
Hasil Fitokimia Ekstrak Daun Handeuleum

Kandungan Reaksi Hasil


Flavonoid HCL , Serbuk Zn +
Kuinon NaOH +
Tanin Gelatin +
Saponin HCL -
Polifenol Fecl3 +
Steroid dan Triterpenoid Lieberman Burchard -
Monoterpenoid dan Vanillin asam sulfat +

Seskuiterpenoid

Khasiat Handeulum (Graptophyllum pictum Griff L) disebabkan oleh adanya


sejumlah senyawa aktif yang dikandungnya, antara lain alkaloid non toksik, flavonoid,
glikosida, steroid, saponin, tanin, kalsium oksalat, asam formiat, dan lemak.
Kandungan flavonoid yang terdapat pada daun handeuleum memiliki berbagai macam
bioaktivitas. Bioaktivitas yang ditunjukkan antara lain efek antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi. Flavonoid bekerja sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX).
Cyclooxygenase (COX) berfungsi memicu pembentukan prostaglandin. Prostaglandin
berperan dalam proses inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. Apabila prostaglandin
tidak dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang akan mengakibatkan
demam (Kalay, dkk,2014).
Penjelasan Jurnal
02
Efektivitas Daun Jarak Kepyar (Ricinus Communis L.) Sebagai
Anti-piretik Vonisya Mutia1 , Rasmi Zakiah Oktarlina2
Di Indonesia terdapat berbagai jenis jarak, antara lain jarak kepyar (Ricinus communis
L.) merupakan jarak yang memiliki kegunaan untuk dijadikan sebagai obat terbanyak pada
penyakit. Tumbuhan ini memiliki efek antioksidan, antihistamin, antinosiseptif, antiasma,
antiulcer, immunomedulatory, anti diabetes, hepatoprotektif, antifertilitas, antiinflamasi,
antimikroba, stimulan sistem saraf pusat, lipolitik, penyembuh luka, insektisida, dan
larvacida.
Aktivitas tumbuhan ini dihasilkan dari proses senyawa aktif seperti flavonoid, saponin,
glikosida, alkaloid, kuersetin, kaempferol dan steroid.
Tanaman obat yang memiliki efektivitas sebagai anti-piretik salah satunya dengan
menggunakan daun jarak kepyar (Ricinus Communis L.).
Pengaruh daun jarak terhadap penurunan suhu terjadi karena daun jarak mempunyai kandungan
salah satunya kuersetin. Kuersetin (3,4-dihidroksiflavonol) adalah senyawa aktif termasuk
golongan flavonoid yang banyak ditemukan dalam tanaman atau tumbuhtumbuhan dan sayuran,
buah-buahan serta bijibijian. Kuersetin memiliki banyak manfaat yang dipercaya sebagai anti
inflamasi, antioksidan,anti kanker, antidiabetes, menurunkan kolesterol dan dapat menjadi anti
piretik.

Mekanisme kerja kuersetin dalam menurunkan suhu tubuh atau menurunkan demam yaitu dengan
cara menghambat produksi dan pelepasan histamin, serta mediator-mediator inflamasi yang
dapat memicu terjadinya demam yaitu prostaglandin, leukotrien, sitokin, makrofag, interleukin-
1, interleukin-6, tumor necrosis factor, dan interferon.

Tahapan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan pembuatan ekstrak dari
rendaman daun jarak pagar. Uji aktivasi langsung dilakukan dengan tujuh helai daun jarak yang
di rendam dengan air hangat, proses yang butuhkan dalam penyembuhan panas dalam dengan
rendaman daun jarak selama 3 hari. Hasil eksperimen membuktikan bahwa rendaman daun
tanaman jarak ini dapat membantu proses penyembuhan demam
Penjelasan Jurnal
03
Penggunaan Daun Jambu Biji untuk Menurunkan Demam
oleh Penduduk Di Sentani
Daun jambu biji diyakini memiliki komponen aktif yang dapat membantu mengobati
berbagai keluhan kesehatan serta penyakit. Daun jambu biji diketahui memiliki senyawa
berupa tanin, flavonoid, saponin, sterol, dan kuinon. Flavonoid diduga dapat menghambat
beberapa enzim salah satunya siklooksigenase yang dapat berpengaruh terhadap penurunan
demam. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi cara menggunakan daun jambu biji oleh
penduduk di Sentani untuk menurunkan demam.
Masyarakat cenderung merebus daun jambu biji daripada dikunyah. Daun jambu biji yang
direbus dinilai lebih efektif. Jumlah daun jambu jambu biji yang digunakan bervariasi. Ada yang
menggunakan 2-3 lembar daun jambu biji muda segar, ada juga yang menggunakan 4-5 lembar daun
jambu biji segar. Dalam penggunaan jumlah daun yang bervariasi, masyarakat tetap menggunakan
daun jambu biji karena merasakan efek yang baik dalam penurunan demam. Alasan masyarakat
meminum rebusan daun jambu biji agar keringat dapat keluar dari tubuh sehingga panas berkurang
dan demam menurun.

Berdasarkan analisis data diatas, sebagian besar responden yang menggunakan daun jambu biji
dengan cara direbus. Masyarakat mengetahui bahwa daun jambu biji mempunyai manfaat yang besar
sebagai terapeutik namun belum ada penjelasan ilmiah terkait efek daun jambu biji terhadap
penurunan demam. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti efek daun jambu biji
terhadap penurunan demam.(Thome et al., 2019)
Penjelasan Jurnal
04
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI DAUN
DEWANDARU (Eugenia uniflora L.)
Daun dan buah dewandaru sudah terbukti secara empiris maupun ilmiah sebagai obat
penurun panas dan sakit perut (Morton, 1987). Dewandaru mengandung saponin, tannin,
vitamin C, senyawa atsiri seperti sineol, sitronela, sesquiterpen, flavonoid, dan antosianin
(Einbond, et al, 2004; Hutapea, 1991). Penelitian-penelitian telah dilakukan dan
menunjukkan bahwa dewandaru memiliki aktivitas antibakteri (Khotimah, 2004),
antioksidan (Einbond, et al, 2004), penangkal radikal bebas, penghambat hidrolisis dan
oksidasi enzim, dan antiinflamasi (Pourmorad, et al, 2006). Daun dewandaru dapat berfungsi
sebagai antiradikal yang disebabkan karena adanya senyawa flavonoid.
Kandungan Kimia
Dewandaru memiliki beberapa kandungan kimia diantaranya tannin, alkaloid, dan glikosida
(Adebajo, et al, 1983), lycopene, β-karoten, γ-karoten, ς-karoten, phytofluene, β-
cryptoxanthine, dan rubixanthin (Calvacante and Rodriguez-Amaya, 1992), alkaloid indolizidin
dan piperidin (Michael, 2002), antosianin (Einbond, et al, 2004). Sedangkan pada daunnya kaya
akan minyak atsiri seperti furanodiene, β-elemene, dan α-cadinol.

Senyawa flavonoid dari daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) hasil isolasi dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis preparatif dan identifikasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis mengarah pada golongan flavonol.(Daun & Eugenia, 2008).

Takaran dan dosis : daun dikeringkan, kemudian ditumbuk sekitar 50gram, kemudian dilarutkan
dalam air sebanyak 15mL
Penjelasan Jurnal
05
Penentuan Kadar Flavonoid Total dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Kajajahi (Leucosyke capitellata Wedd.)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ling (2008) dan Rahmi (2013)
diketahui bahwa daun kajajahi mengandung senyawa flavonoid tanin dan saponin.
Tumbuhan kajajahi oleh masyarakat setempat digunakan untuk mengatasi keputihan,
penawar racun, penurun panas (anti piretik). Flavonoid merupakan senyawa
golongan fenol yang tersebar di alam dan memiliki sifat sebagai penangkal radikal
bebas (Pourmourad, 2006) Flavonoid juga merupakan salah satu metabolit sekunder
yang memiliki aktivitas antioksidan. Kemampuan menghambat radikal bebas DPPH
ekstrak etanol daun kajajahi berkaitan dengan senyawa kimia yang terkandung
didalamnya yaitu flavonoid. Flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan
karena mampu mendonasikan atom H dari gugus hidroksi kepada senyawa radikal
bebas. Radikal bebas sangat berbahaya bagi tubuh manusia karena dapat merusak
komponen-komponen sel tubuh seperti lipid, protein dan DNA (Oktarini, 2014).
Antioksidan berfungsi untuk menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan pemberian
antioksidan tersebut dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dan timbulnya penyakit degeneratif.
Pemilihan antioksidan alami menjadi perhatian masyarakat karena telah ditemukannya efek samping
pada antioksidan sintetik yang bersifat karsinogenik jika digunakan dalam jangka waktu yang lama
dan dalam jumlah yang berlebihan. Serbuk kasar daun Kajajahi ditimbang sebanyak 480 g. Serbuk
kasar daun kajajahi yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam bejana maserasi. Pelarut etanol 70%
ditambahkan sambil diaduk hingga seluruh serbuk kasar terbasahi merata dengan pelarut. Ekstrak
disaring hingga diperoleh filtrat DAN dimasukan dalam rotary evaporator pada suhu 50oC sehingga
didapat ekstrak kental.

Tabel II. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol


Daun Kajajahi
Kaitan Dengan Keperawatan Transkultural

Saat ini di masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya


kembali ke alam untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Alam dari dulu sebenarnya
telah menyediakan berbagai macam obat yang selama ribuan tahun yang lalu, dimana
oleh nenek moyang dimanfaatkan manusia secara turuntemurun. semakin
meningkatnya kesadaran tersebut, riset-riset ilmiah pun kini semakin banyak diarahkan
pada bahan-bahan alami. Obat-obatan dari tanaman disebut dengan herbal atau jamu
yang diproses secara modern dan didukung hasil riset semakin banyak tersedia. Salah
satu tujuan dari pengobatan herbal adalah membantu tubuh mengembalikan
keharmonisan atau keseimbangan tubuh.
Penggunaan herbal sebagai alternative dalam tindakan keperawatan

Karena herbal merupakan hasil kekayaan alam dan biasanya dalam


penggunaanya berkaitan dengan budaya/kultur setempat maka dapat dilakukan dengan
pendekatan transkultural. Kombinasi pengetahuan tentang praktik transkultural dengan
kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan
kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

Penggunaan obat tradisional (herbal) merupakan bagian dari pengelolaan


pelayanan keperawatan komunitas dalam rangka meningkatkan kesehatan individu,
kelompok dan komunitas termasuk dalam saran keperawatan.
Keuntungan menggunakan
bahan obat obatan tradisional menurut Pramono (2010)

Sebagian besar bahan-bahan diserap Tidak mengandung


bahan kimia, tanpa efek
oleh tubuh sebagai nutrisi untuk
membantu system kekebalan tubuh
1 2 samping

Bahan-bahannya mudah di
peroleh disekitar lingkungan 3 4 Proses pembuatan dan
peralatan yang digunakan
tempat tinggal, jadi lebih lebih sederhana
hemat biaya
Daftar Pustaka
● Hermanto, F. J., & Nurviana, V. (2019). EVALUASI SEDIAAN PATCH DAUN HANDEULEUM (Graptophyllum griff L) SEBAGAI
PENURUN PANAS. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi, 19(2),
209. https://doi.org/10.36465/jkbth.v19i2.499
● Daun, D., & Eugenia, D. (2008). Landyyun Rahmawan Sjahid Fakultas Farmasi.
● Setiawan Rifqi, A. (2020). Lembar Kegiatan Literasi Saintik untuk Pembelajaran Jarak Jauh Topik Penyakit Coronavirus 2019
(COVID-19). Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 28–37. https://edukatif.org/index.php/edukatif/index
● Thome, A. L., Sudiana, I. K., & Bakar, A. (2019). Penggunaan Daun Jambu Biji untuk Menurunkan Demam oleh Penduduk Di
Sentani. Jurnal Penelitian Kesehatan “SUARA FORIKES” (Journal of Health Research “Forikes Voice”), 10(4), 261.
https://doi.org/10.33846/sf10403
● Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006
dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
● Kumala Sari, Lusia Oktora Ruma. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan Keamanannya.
Universitas Jember. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.III,No.1, April 2006, 01-07 ISSN: 1693-9883
● Sukmono, Rizki Joko. 2009. Mengatasi Aneka Penyakit Dengan Terapi Herbal, PT Perca:Jakarta
Daftar Pustaka
● Ling, L. 2008. Evaluation of Anti- hiperglicaemic Effect of Leucosyke capitellata Leaf in Normal and Streptozotocin -
Induced Diabetic Rats. Thesis. Program Pasca Sarjana. Universiti Malaysia Sabah, Malaysia.
● Pourmourad, F., S.J Hosseinimehr & N. Shahabimajd. 2008. Antioxidant Activity, Phenol And Flavonoid Contents Of
Some Selected Iranian Medicinal Plants. African journal of Biotechnology 5 : 43-49.
● Rahmi, K. I., Y. B. Paradina., & H. Izma. 2013. Identifikasi Senyawa Fitokimia dan Kajian Farmakognostik Tanaman
Kajajahi Asal Loksado Kalimantan Selatan. PKM-Penelitian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
● Oktarini, N.W, A.C. Dewi, N.M. puspawati, I.M.D. Swantara, L.A.R.A. Asih & W.S. Rita. 2014. Aktivitas Antioksidan
Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Biji Terong Belanda (Solanum betaceum,Syn) Dalam Menghambat Reaksi
Peroksidasi Lemak Pada Plasma Darah Tikus Wistar. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) 2: 7-
16.
● UJI RENDAMAN DAUN TANAMAN JARAK PAGAR TERHADAP PENURUNAN DEMAM Nuri Muhtri Dewi1*
1 Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Padang, Indonesia
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai