Anda di halaman 1dari 1

Learning Objective :

Pembahasan :

Osteoporosis adalah penyakit klinis yang dicirikan dengan massa tulang yang rendah dan abormal serta terjadi
defek pada struktur tulang dengan konsekuensi peningkatan kerapuhan tulang dan kerentanan terhadap patah tulang,
yang melibatkan pergelangan tangan, tulang belakang,pinggul, panggul, tulang rusuk, atau humerus (Meeta, 2020).
Berdasarkan rekomendasi WHO, osteoporosis didefinisikan sebagai penurunan lebih dari -2,5 standar deviasi dari nilai
rata-rata densitas mineral tulang (bone mineral density, BMD) pada orang dewasa muda sehat (BMD T-Score,=2,5 SD).
Seseorang dikatakn mengalami osteoporosis berat apabila terdapat satu atau lebih fragility fractures. Masa tulang pada
dewasa tua sama dengan puncak massa tulang yang didapat pada usia 18-25 tahun dikurangi dengan jumlah tulang yang
hilang setelahnya. Puncak massa tulang ditentukan oleh faktor genetik dan faktor nutrisi, status hormon, aktivitas fisik
dan kesehatan pda masa pertumbuhan. Normalnya, proses pembentukan dan resorpsi tulang berjalan berpasangan.
Pada dewasa muda, tulang yang dirsorpsi digantikan dengan jaringantulang yang baru dalam jumlah yang sama. Massa
tulang rangka akan tetap konstan setelah massa puncak tulang sudah tercapai. Setelah usia 30-45 tahun, proses resorpsi
dan pembentkan tulang menjadi tidak seimbang, dan proses resorpsi melebihi proses pembentukannya.
Ketidakseimbangan ini dapat dimulai pada usia yang berbeda dan bervariasi pada lokasi tulang rangka yang berbeda.
Hilangnya jaringan tulang menyebabkan kerusakan pada arsitektur atau pondasi tulang dan peningkatan risiko
terjadinya fraktur. Pada wanita menjelang menopause, terjadi defisiensi estrogen secara signifikan sehingga massa
tulang menurun dengan sangat cepat. Penurunan ini menyebabkan kadar sitokin seperti interleukin-1, interleukin-6 dan
tumor necrosis factor alpha (TNF-α) menjadi meningkat dan meningkatkan resorpsi tulang melalui perekrutan,
diiferensiasi dan aktivasi osteoklas yang baru dan memperanjang waktu hidup osteoklas. Interleukin, prostaglandin E2,
TNF-α dan interferon gama menyebabkan peningkatan pada RANKL yaang memberikan peranan pada destruksi tulang,
selain peningkatan RANKL terjadi penurunan OPG. OpG merupakan inhibitoralami untuk mengahambat ikatan RANKL
dengan RANK, yang membuta tijak terjadinya pembentukan osteoklas. Kehilangan massa dan kekuatan tulang dengan
cepat dimulai selama masa perimenopause dan berlanjut hingga 8 tahun setelah menopause. Hal ini disebabkan karena
peningkatan resorpsi tulang yang lebih banyak dibandingkan dengan pembentukan tulang (DiPiro, ).

Faktor risiko terjadinya osteoporosis yaitu dibagi menjadi dua yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah.
Faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat diubah yaitu, (1) Usia. Seseorang yang memiliki usia >= 50 tahun lebih tinggi
terjadinya penurunan BMD, sehingga disarankan untuk mengevaluasi perempuan postmenopasue yang memiliki usia
>=50 tahun terhadap terjadinya osteoporosis; (2) Jenis kelamin. Perempuan lebih berisiko terjadinya osteoporosis
dibaningkan laki-laki. Hal ini karena terjadinya penurunan hormon estrogen ketika telah menopause; (3) riwayat fraktur
sebelumnya; (4) Menopause. Seorang perempuan yang telah mengalami postmenopause memiliki risiko tinggi dan
risiko sangat tinggi untuk terjadinya osteoporosis begitu pula risiko terjadinya fraktur (AACE, 2020); (5) penggunaan
glukokortikoid sebelumnya (diPiro, 20). Faktor risiko yang apat diubah yaitu, (1) Alkohol. Pasien harus menghindari
penggunaan alkohol dimana tidak lebih 2 unit per hari (); (2) Merokok. pasien harus menghindari atau berhenti merokok
(); (3) aktivitas fisik yang kurang; (4) penggunaan kalsium yang sedikit; (5) riwayat rheumatoid arthritis; (6) diefisiensi
vitamin D; (7) IMT yang rendah; (8) Sering terjatuh, meningkatkan risiko terjadinya fraktur (diPiro, 20).

Anda mungkin juga menyukai