OSTEOPOROSIS
DI SUSUN OLEH :
B. EPIDEMIOLOGI
C. ETIOLOGI
1. Faktor genetik
2. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa
tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh
becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya
terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot
tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan
luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa
lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang
yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai
normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar
lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia
yang sama.
4. Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses
demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis
fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
5. Kalsium
kalsium positif. Dari keadaan ini jelas bahwa pada wanita masa
serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil
sehari.
6. Protein
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
8. Alkohol
D. PATOFISIOLOGI
Kerangka manusia terdiri dari tulang kortikal dan trabekuler. Tulang
kortikal yang padat dan kompak bertanggung jawab pada sebagian besar
kekuatan tulang. Ini adalah jenis tulang yang paling umum dan menyusun
sekitar 80% dari kerangka. Ini umumnya ditemukan pada permukaan tulang
panjang dan datar. Tulang trabekuler atau kanselus memiliki tampilan seperti
busa dan umumnya ditemukan di sepanjang permukaan dalam tulang panjang
dan seluruh tulang belakang, panggul, dan tulang rusuk. Dalam keadaan
normal, kerangka mengalami proses remodeling tulang yang dinamis.
Jaringan tulang merespon terhadap stres dan cedera melalui penggantian terus
menerus dan perbaikan. Proses ini diselesaikan oleh unit multiseluler dasar,
yang meliputi osteoblas dan osteoklas. Osteoklas terlibat dengan resorpsi atau
pemecahan tulang dan terus menciptakan rongga mikroskopis dalam jaringan
tulang. Osteoblas terlibat dalam pembentukan tulang dan mineral tulang baru
dalam rongga tulang yang terus diciptakan oleh osteoklas (Burns et al, 2008).
Saat puncak massa tulang tercapai antara usia 25 dan 35, pembentukan
tulang melebihi resorpsi tulang untuk peningkatan secara massa tulang
keseluruhan. Bagian tulang trabekuler lebih rentan terhadap remodeling
tulang karena lebih besar luas permukaannya. Dalam osteoporosis,
ketidakseimbangan remodeling tulang terjadi. Secara umum, aktivitas
osteoklastik yang ditingkatkan, mengakibatkan hilangnya tulang secara
keseluruhan. Namun, penurunan aktivitas osteoblastik dan berkurangnya
pembentukan tulang juga dapat terjadi pada beberapa jenis osteoporosis.
remodeling tulang dipercepat selama menopause, dan sekitar 15% dari tulang
hilang selama 5 tahun pertama setelah menopause. Setelah awal penurunan,
keropos tulang terus terjadi tetapi pada tingkat yang lebih lambat hingga 1%
per tahun. Hilangnya tulang yang dihasilkan dan perubahan kualitas tulang
mempengaruhi pasien untuk patah tulang rapuh (Burns et al, 2008).
Secara klinis, osteoporosis dikategorikan menjadi postmenopause, terkait
usia, atau sekunder. Osteoporosis postmenopauseterutama mempengaruhi
tulang trabekuler dalam suatu dekade mengikuti terjadinya menopause, patah
tulang terjadi terutama pada lengan vertebral dan distal beberapa tahun
setelah puncak BMD tercapai, biasanya di pertengahan sampai akhir 30-an,
keropos tulang dimulai secara perlahan. Efek kumulatif seiring berjalannya
waktu dapat menerjemahkan ke dalam osteoporosis terkait usia yang
mempengaruhi baik kortikal dan tulang trabekular dan menyebabkan tulang
belakang, pinggul, dan patah tulang pergelangan tangan. Osteoporosis
sekunder disebabkan oleh penyakit atau pengobatan dan menimpa tipe tulang
keduanya (Dipiro et al, 2008).
1. Osteoporosis pascamenopause
Hilangnya kekuatan tulang selama perimenopause dan postmenopause
merupakan akibat dari peningkatan resorpsi terutama sebagai akibat dari
hilangnya produksi hormon ovarium, khususnya estrogen. Defisiensi
estrogen meningkatkan proliferasi, diferensiasi, dan aktivasi osteoklas
baru dan memperpanjang kelangsungan hidup osteoklas dewasa. Jumlah
perbaikan meningkat dan terdapat lubang-lubang yang lebih karena
resorpsi dan tidak cukup diisi oleh fungsi osteoblastik normal. Nilai
signifikandensity tulang hilang dan struktur tulang berubah. Trabecular
bone adalah yang paling rentan menyebabkan patah tulang belakang dan
pergelangan tangan (Dipiro et al, 2008).
2. Osteoporosis pada pria
Pria memiliki risiko lebih rendah untuk terkena osteoporosis dan patah
tulang osteoporosis karena ukuran tulang yang lebih besar, puncak massa
tulang yang lebih besar, dan lebih sedikit terjatuh. Pria juga tidak
menjalani masa percepatan resorpsi tulang yang mirip dengan
menopause. Namun, pria memiliki tingkat kematian lebih tinggi setelah
patah tulang.
Etiologi osteoporosis laki-laki cenderung multifaktorial dengan penyebab
sekunder dan penuaan menjadi faktor yang paling umum. Pada pria muda
dan usia menengah, penyebab sekunder tulang keropos biasanya bisa
diidentifikasi, dengan hipogonadisme yang paling umum. Osteoporosis
idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) dapat terjadi dan mungkin
merupakan hasil dari faktor genetik yang belum ditentukan (Dipiro et al,
2008).
3. Osteoporosis karena penuaan
Usia memiliki hubungan erat dengan osteoporosis yang terjadi manula
terutama akibat kurangnya hormon, kalsium, dan vitamin D yang
mengarah ke tingkat turnover tulang dipercepat dalam kombinasi dengan
pembentukan osteoblas tulang yang berkurang. Risiko patah tulang
pinggul meningkat secara dramatis pada manula sebagai konsekuensi
dari kerugian kumulatif tulang kortikal dan trabekuler dan peningkatan
risiko karena terjatuh (Dipiro et al, 2008).
4. Penyebab osteoporosis sekunder
Beberapa penyebab osteoporosis sekunder ditemukan di lebih dari
setengah dari wanita premenopause dan perimenopause, sekitar sepertiga
dari wanita menopause, dan lebih dari dua pertiga dari pria. Dua
penyebab umum osteoporosis sekunder adalah kekurangan vitamin D dan
terapi glukokortikoid. Obat potensial yang dapat menginduksi kehilangan
tulang pada wanita premenepouse adalah medroxyprogesteron asetat,
injeksi progestin kerja panjang (Dipiro et al, 2008).
Gambar 2. Mikrograf antara tulang osteoporosis (Kanan) dan tulang normal (kiri)
(Sumber: CLINICIANS GUIDE TO PREVENTION AND TREATMENT OF
OSTEOPOROSIS, 2014)
E. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko untuk osteoporosis diantaranya:
1) Rendahnya kerapatan mineral tulang
2) Sejarah trauma patah yang rendah saat dewasa
3) Sedang merokok
4) Rendahnya berat tubuh atau indeks massa tubuh
5) Umur
6) Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas/hari
7) Terapi glukokortikoid sistemik
8) Jenis kelamin perempuan
9) Osteoporosis sekunder (terutama rematoid artritis)
10) Rendahnya asupan kalsium
11) Rendahnya aktivitas fisik
12) Kesehatan yang buruk
13) Kurangnya paparan sinar matahari
14) Sering jatuh
15) Defisiensi estrogen sebelum umur 45 tahun
(Dipiro et al, 2008)
F. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah
demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis
dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun
dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan fungsi beban
usia.
b. Jenis Kelamin
Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria,
perbedaan ini disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih
kecil.
c. Faktor Genetik
tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain
kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur
tulang lebih kuat dan berat dari pada bangsa kulit putih. Jadi seseorang yang
e. Bentuk Tubuh
wanita antara usia 50-60 tahun dengan identitas tulang yang rendah dan di
a. Kalsium
b. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan
yang negatif.
c. Estrogen
disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas
f. Gaya hidup.
berat badan merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat
melakukan aktivitas
penurunan tinggi badan ialah fraktur tulang belakang yang umunya tanpa
keluhan, tapi tubuh semakin pendek. Jika terdapat penurunan tinggi badan
belakang yang baru. Semakin tua umur seseorang yang terserang osteoporosis
I. TUJUAN TERAPI
Tujuan utama osteoporosis adalah pencegahan. Mengoptimalkan
pertumbuhan skeletal (kerangka) dan massa puncak tulang pada anak-anak,
dewasa, dan dewasa awal mengurangi insiden osteoporosis. Ketika massa
tulang rendah atau perkembangan osteoporosis, tujuannya adalah
menstabilkan atau meningkatkan massa tulang dan kekuatan dan mencegah
patah. Pada pasien yang sudah mengalami osteoporosis, mengurangi rasa
sakit dan kelainan bentuk, meningkatkan kapasitas fungsi, meningkatkan
kualitas hidup dan mengurangi kejadian jatuh dan patah adalah tujuan utama
(Dipiro et al, 2014).
Normal BMD
T-skor -1
Gambar 3. Skema algoritma Terapi Farmakologi Osteoporosis Pada Osteoporosis
Wanita dan Pria atau
(Sumber: Dipiro
risiko Edisi tinggi
fraktur 9)
Evaluasi untuk penyebab sekunder T-skor <-2.5 pada leher femoralis, pinggul, atau tulang belak
Gaya hidup yang sehat
Diet kalsium 1000-1200 mg/hari
Vitamin D800-1000 unit/hari Gaya hidup sehat Massa tula
Terapi obat Diet kalsium 1000-1200
T-skor -1.1 sampai mg/hari
-2.4 pada leher femora
Terapi lini pertama: Alendronate, risedronate,
Vitamin asam zoledronic
D 800-1000 atau denosumab< 3% ata
unit/hari
Terapi alternatif: ibandronate, raloxifen atau teriparatid
Terapi terakhir: kalsitonin intranasal Dilakukan evaluasi kembali BMD dengan DXA saat
Dilakukan monitoring dengan penguian Central BMD. Evaluasi kembali BMD 1-2 tahun
2. Terapi Nonfarmakologi
Tujuan utama dari terapi non farmakologi untuk osteoporosis adalah
nutrisi yang benar, perubahan asupan alkohol, tidak merokok, olahraga
dan mencegah jatuh.
a) Diet
Secara keseluruhan, diet seimbang nutrisi dan mineral penting
bagi kesehatan tulang. Selain itu, membatasi asupan garam, kafein,
dan alkohol (Dipiro et al, 2014)
b) Kalsium
Data jelas menunjukkan bahwa asupan kalsium yang cukup
diperlukan untuk pengembangan massa tulang selama pertumbuhan
dan pemeliharaan sepanjang hidup. Asupan kalsium yang cukup
merupakan komponen penting dari semua strategi pencegahan dan
pengobatan osteoporosis. Beberapa sumber makanan dapat diserap
dengan baik tetapi memiliki kadar kalsium yang rendah (misalnya,
brokoli), atau mengandung asam oksalat (misalnya, bayam) atau
asam fitat (misalnya, dedak gandum) (Dipiro et al, 2014).
c) Vitamin D
Tiga sumber utama vitamin D adalah sinar matahari (vitamin
D3), diet dan suplemen. Vitamin D3berasal dari minyak ikan, telur
(Dipiro et al, 2014).
d) Nutrisi dan mineral lain
Vitamin K merupakan kofaktor untuk karboksilasi (aktivasi) dari
protein, seperti osteocalcin, yang terlibat dalam pembentukan tulang.
Kekurangan vitamin K dapat berkontribusi pada hilangnya tulang
dan peningkatan risiko untuk patah tulang (Dipiro et al, 2014).
e) Alkohol
Konsumsi alkohol berhubungan dengan peningkatan risiko
untuk osteoporosis dan fraktur. Alkohol meningkatkan reabsorpsi
tulang dan menurunkan formasi tulang. Konsumsi alkohol harus
dikurangi 1 gelas/hari untuk wanita dan 2 gelas/hari untuk laki-laki
(Dipiro et al, 2014).
f) Kafein
Konsumsi kafein berhubungan dengan peningkatan ekskresi
kalsium, peningkatan kehilangan tulang, dan meningkatkan risiko
untuk fraktur. Idealnnya konsumsi kafein harus dibatasi 2 penyajian
atau kurang seharinya (Dipiro et al, 2014).
g) Berhenti merokok
Konseling pasien dari segala usia tentang penghentian merokok
dapat membantu untuk mengoptimalkan massa tulang,
meminimalkan kehilangan tulang, dan akhirnya mengurangi risiko
patah tulang (Dipiro et al, 2014).
h) Latihan fisik
Aktivitas fisik atau olahraga merupakan pendekatan
farmakologis yang penting untuk mencegah patah tulang
osteoporosis. Latihan dapat mengurangi risiko jatuh dan patah tulang
dengan meningkatkan kekuatan otot, koordinasi, keseimbangan, dan
mobilitas. Aktivitas fisik sangat penting, dimana kurang olahraga
selama pertumbuhan dapat menyebabkan suboptimal tegang,
penurunan stimulasi deposisi tulang, dan massa tulang berkurang
puncak selanjutnya. Semua pasien yang sehat dan bugar harus
didorong untuk melakukan aktivitas moderat (seperti berjalan,
jogging, golf, menaikin tangga) (Dipiro et al, 2014).
i) Berhati-hati agar tidak jatuh
Risiko jatuh meningkat dengan bertambahnya umur sebagai
hasil dari masalah dari keseimbangan, cara berjalan dan mobilitas,
penglihatan buruk, menurunnya kekuatan tulang dan polifarmasi
(Dipiro et al, 2014).
Rekomendasi lain termasuk menggunakan pelindung pinggul.
Pelindung pinggul eksternal adalah pakaian khusus yang dirancang
untuk daerah sekitarnya pinggul (Dipiro et al, 2014).
KASUS 2. Osteoporosis
Riwayat penyakit:
Hipertensi, pertama didiagnosa usia 50 tahun.
Infark miokardial 12 tahun yll.
Hiperlipidemia selama 13 tahun, pasien memodifikasi diet dan menggunakan
kolestiramin selama beberapa tahun terakhir.
Hipotiroidisme selama 27 tahun, diterapi dengan levothyroxine.
Osteoporosis didiagnose dengan scan DXA 2 tahun yll.
COPD didiagnosis beberapa tahun yang lalu. Ada riwayat eksaserbasi hingga
membutuhkan prednison, terjadi eksaserbasi terakhir 6 bulan yll. Saat ini stabil
dengan inhaler kombinasi.
Kanker payudara dengan masektomi pada payudara kiri dan terapi radiasi pada
usia 40 tahun.
Menopaus pada usia 39.
Carotid endarterectomy kanan 2 tahun yang lalu.
GERD.
Riwayat keluarga:
Ada riwayat penyakit jantung koroner dari keluarga pihak ayah. Ayah meninggal
pada usia 60 tahun karena masalah jantung. Ada riwayat stroke dan vascular
disorders dari keluarga pihak ibu. Ibu mengalami menopause pada usia 40 tahun.
Riwayat sosial:
Janda, G2P3, merokok 2,5 pak per hari, berhenti merokok setelah mengalami
infark miokardial, tidak minum alkohol.
Review of System:
Sakit kepala ringan dan baru saja mengalami nyeri punggung, diterapi dengan
asetaminofen.
Vagina kering. Tinggi badannya turun 5 cm sejak ia berusia 35 tahun. Ia tidak
mengalami nafas pendek atau nyeri dada.
Riwayat pengobatan:
Ramipril 10 mg po 2.d.d selama 2 tahun
Tiotropium 18 mcg inhalasi 1.d.d. selama 9 bulan
Advair 250/50 1 puff 2.d.d. selama 9 bulan
Albuterol MDI 2 puffs tiap 6 jam PRN
Synthroid 100 mcg po 1.d.d. selama 20 tahun
Atenolol 50 mg po 1.d.d. selama 10 tahun
Aspirin 81 mg po 1.d.d. selama 12 tahun
Omeprazole 20 mg po 1.d.d. selama 1 tahun
Lipitor 10 mg po 1.d.d. selama 3 bulan
Os-Cal 500 po t.i.d. selama 3 bulan
Pengujian fisik:
Tanda vital: Tekanan darah 150/94, Pulse 64, Respiratory Rate 17, suhu 37C; BB
53,5 kg, tinggi 158 cm.
Uji laboratorium:
Na 141 mEq/L TSH 3.492 mIU/L
K 4.2 mEq/L AST 32 IU/L
Cl 104 mEq/L ALT 27 IU/L
CO 25 mEq/L SCr 1.0 mg/dL
BUN 17 mg/dL Glu 98 mg/dL
Identitas Pasien
Nama : Ny. BJ No Rek Medik :-
Tempt/tgl lahir : 75 Tahun Dokter yg merawat
:-
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan :-
Sosial : Seorang Janda, G2P3, merokok 2,5 pak per hari, berhenti
merokok setelah mengalami infark miokardial, tidak minum alkohol.
Kegiatan
Pola makan/diet
- Vegetarian Ya / tidak
Pengujian fisik:
Tanda vital: Tekanan darah 150/94, Pulse 64, Respiratory
Rate 17, suhu 37C; BB 53,5 kg, tinggi 158 cm.
Uji laboratorium:
Na 141 mEq/L TSH 3.492 mIU/L
K 4.2 mEq/L AST 32 IU/L
Cl 104 mEq/L ALT 27 IU/L
CO 25 mEq/L SCr 1.0 mg/dL
BUN 17 mg/dL Glu 98 mg/dL
Lainnya:
DXA scan lumbar spine L24 saat ini (T score: 3,2);
Panggul kanan (T score: 3,1)
X-ray pada tulang belakang saat ini menunjukkan adanya
fraktur baru di L3.
Hasil pemeriksaan
= 21,4
usia 39. -
8. Menopaus
9. Carotid 2 tahun yang lalu
-
endarterectomy
kanan.
10. GERD. -
Omeprazole
OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
Rute
No. Nama obat Indikasi Dosis Interaksi E
pemberian
Asetaminofen Menghilangkan nyeri oral - a
1. ringan sampai sedang; n
pengobatan demam.
p
Penggunaan berlabel -
(s): Nyeri dan t
profilaksis demam
setelah vaksinasi.
2. Ramipril Antihipertensi 10 mg oral Nsaids: H
(po 2.d.d bioavailabilitas p
selama 2 Ramipril p
mungkin akan P
tahun)
menurun. l
Pisahkan kali p
pemberian e
dengan 1 sampai d
2 jam. b
Untuk osteoporosis pasien pada tahap Osteoporosis atau risiko fraktur tinggi
diberikan terapi dilihat dari algoritma terapi pasien diberikan :
sembelit dan kembung, menyarankan ke pasien untuk rajin minum air putih
kadar tiroid dari pasien sudah normal. Dosis yang semula 100 mcg diturunkan
osteoporosis.
MONITORING