Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“OSTEOPOROSIS”

Disusun oleh:

1. Nursukma Pujiami
2. Hestiari Nia Anida
3. Kadek Windayani
4. Baiq Putri Riki Supana
5. Johandri Setiawan

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
NAHDLATUL WATHAN MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penulisan
Makalah “OSTEOPOROSIS” ini dapat diselesaikan. Dalam makalah ini penulis membahas
tentang masalah tulang dari definisi hingga faktor faktor yang menyebabkan osteoporosis
pada manusia. Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta ilmu pengetahuan pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu masukan berupa kritikan dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, sekiranya makalah ini dapat berguna bagi perawat dan pemaca untuk dapat
mempelajari serta memahami tentang penyakit degeneratif osteoporosis.

Sekian dan terima kasih

Mataram,13 Mei 2022

Kelompok 2
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Osteoporosis atau tulang rapuh adalah penyakit sistemik pada tulang, yang di cirikan
oleh pengurangan masa tulang dan melemahkan materi kaya mineral yang kuat dan padat
berbentuk tulang. Oleh karna kehilangan kepadatan,tulang juga kehilangan daya dukung
tehadap tubuh sehingga orang yang menderita osteoporosis lebih mudah mudah terkena
patah tulang. Orang sering memberi istilah,tulangnya telah keropos atau keropos tulang.
Penyakit ini sering di temukan dan bahkan akan semakin sering dengan meningkatnya
usia harapan hidup (ANIES. 2018)
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar
dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan massa tulang total.
Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah
fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.
Osteoporosis adalah penyakit kesehatan masyarakat yang paling umum di kalangan
wanita. Osteoporosis juga merupakan penyakit penurunan kepadatan mineral tulang yang
mempengaruhi individu terhadap cedera, termasuk jatuh atau luka ringan. Osteoporosis
adalah kelainan tulang yang umum, terjadi akibat ketidakseimbangan antar tulang
resorpsi dan pembentukan tulang, dengan kerusakan tulang melebihi pembentukan
tulang. Resorpsi tulang inhibitor, misalnya bifosfonat, telah dirancang untuk mengobati
osteoporosis, sedangkan agen anabolik seperti teriparatide merangsang pembentukan
tulang dan mengoreksi perubahan karakteristik pada trabekuler mikroarsitektur (Lowery,
2018).
Osteoporosis termasuk dalam penyakit kronis yang memerlukan pengobatan lanjutan
sebagai prasyarat pada banyak pasien untuk mendapatkan manfaat terapeutik, seperti
halnya dengan kondisi kronis lainnya. Obat anti-osteoporosis perlu disediakan secara
teratur dan terjadwal. Menunda pemberian obat osteoporosis dengan kategori tertentu
dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi pasien, mulai dari
kehilangan massa tulang hingga peningkatan perombakan tulang dan risiko patah tulang
(Lowery, 2018).
B. Etiologi
Menurut (Lowery, 2018). Penyebab penyakit ini belum diketahui, namun ada beberapa
faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit ini yaitu:
1. Determinan Massa Tulang
a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai
contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih
kuat/berat dari pada bangsa Asia. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat
(terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena
osteoporosis.
b. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban
akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut
menunjukkan respons terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan
mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar.
c. Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein
dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan
pengaruh genetik yang bersangkutan.
1) Determinan penurunan Massa Tulang
a) Faktor genetik
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat
ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang
normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat
genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu
dengan tulang yang besar, kemudianterjadi proses penurunan massa
tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu
tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu
yang mempunyai tulang kecil pada usia yangsama.
b) Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Pada
umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan
karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang
tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada
masa fase menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan
absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Hasil
akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah
pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium
sehari.
d) Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium.
e) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh
karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnyakonservasi kalsium di ginjal.
f) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Kafein dalam rokok dapat memperbanyak ekskresi
kalsium melalui urin maupun tinja.
g) Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan
kalsium rendah.
C. Klasifikasi
Menurut (Sunaryati, 2018) Ada 2 macam osteoporosis , yaitu :
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer bisa terjadi pada tiap kelompok umur. Jenis osteoporosis ini
faktor pemicunya adalah merokok, aktivitas, pubertas tertunda, berat badan rendah,
alcohol, ras kulit putih/asia, Riwayat keluarga, postur tubuh, dan asupan kalsium
rendah.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis ini dapat terjadi pada setiap kelompok umur. Penyebabnya meliputi
akses kortiosklerosis, hipertirodisme, multiple mieloma, faktor genetis, dan obat-
obatan. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis
bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormone (terutama tiroid,
paratiroid, barbiturate, dan adrenal) dan obat-obatan (kartikosteroid, barbiturate, dan
anti kejang) pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok pun bisa memperburuk
keadaan ini.
D. Patofisiologi
Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak
mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis
mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah-
daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang
vertebratadan kolumna femoris). Korpus vertebrata menunjukkan adanya perubahan
bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien
menurun dan terdapat lengkung vertebrata abnormal (kiposis). Osteoporosis pada
kolumna femoris sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik (yaitu
fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien lanjut usia.
Tanda dan gejala osteoporosis yang dikeluhkan biasanya pada masing-masing orang
berbeda bisa berubah seiring waktu. Biasanya gejala osteoporosis tidak langsung muncul
semua, dan terkadang di sebagian orang itu tidak terdapat tanda dan gejala. Tanda dan
gelaja yang sering terjadi seperti nyeri punggung, kehilangan tinggi badan, retak atau
patah tulang, dan kelainan spinal (kifosis) (Afni, 2019). Timbulnya nyeri osteoporosis
membuat penderita sering kali takut untuk bergerak sehingga menggangu aktivitas
sehari-hari. Nyeri yang dirasakan penderita osteoporosis sudah cukup membuat pasien
sulit beraktivitas dalam menjalani hidupnya sehari-hari sehingga dapat menggangu
kenyamanan lansia (lahemma,2019).
Masa total tulang yang terkena mengalami penurunan dan menunjukkan penipisan
korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya
variasi ketebalan trabekular pada individu “normal” yang berbeda. Diagnosis mungkin
dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologis jika osteoporosis dalam keadaan
berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak
menunjukkan adanya kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai kalsium, fosfat, dan
alkali fosfatase yang normal dalam serum.
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetik dan
faktor lingkungan.
1) Faktor genetik meliputi :
Usia, jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.
2) Faktor lingkungan meliputi :
Merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia
nervosa, dan pemakaian obat-obatan.
Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium
dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak
tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat
yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan assa tulang total yang disebut
osteoporosis. (Ode, 2018)
Pathway
Kortikosteroid dalam waktu yang lama Gaya hidup Usia lanjut Hormon
serta tidak adekuatnya asupan vit D

Kurang olahraga Konsumsi kopi Aktifitas fisik Pasca menopose


Defisiensi vitain D Konsumsi alkohol
menurun

Kadar estrogen
Absorpsi kalsium Menghambat Osteoblas Menghambat
Ketidakseimban menurun
terganggu osteoblas menurun penyerapan
kalsium gan kecepatan
regenerasi dan Timbunan
Merangsang aktifitas osteoblas & Pembentukan tulang Massa tulang pembentukan kalsium menurun
membatasi sel sel osteoklas terganggu menurun tulang
Osteoklas &
Reabsorpsi menurun
osteoblas tidak
terangsang
Tulang mudah rapuh

Reabsorsi menurun
Risiko Cedera Osteoporosis Defisit pengetahuan

Densitas tulang menurun

Merangsang
Gangguan Tulang hancur mediator
Ansietas Nyeri
mobilitas fisik inflamasi

Sumber : Web of Caution (WOC)


E. Manifestasi Klinis
Beberapa diantaranya sebagai manifestasi klinis osteoporosismenurut (Ahmad Murdillah,
2018)antara lain:
1. Tubuh terasa makin pendek
2. Kifosis dorsal bertambah
3. Nyeri tulang
4. Gangguan otot kaku dan lemah seperti didapat pada penderita osteomalasia atau
hipotiroidisme
5. Patah tulang akibat trauma ringan secara kebetulan
Nyeri punggung bawah adalah salah satu keluhan penderita, biasanya timbul mendadak.Hal
ini disebabkan fraktur kompresi korpus vertebra yang sering kali terjadi pada vertebra torakal
XII dan lumbal I.
F. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra
torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan
frakturcolles pada pergelangan tangan. (Hermayudi,2017)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Ode,2018) ada bererapa tahap dalam pemeriksaan penunjang, antaranya
adalah:
1. Pemeriksaan radiologik
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampakpadatulang-tulang vertebra
yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
2. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas
massa tulang, bisa di ukur dengan Bone mineral densitometry (BMD) atau dikenal
pula sebagai dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA) merupakan tes kepadatan
tulang untuk memeriksa kemungkinan osteoporosis. seseorang dikatakan menderita
osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 .
3. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan
gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2
sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang
trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.
5. Biopsi tulang dan Histomorfometri
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme
tulang.
6. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpusvertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan
penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang
intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
7. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi followup. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3
baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebraatau penonjolan, sedangkan mineral
vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
H. Pemeriksaan Laboratorium
 Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
 Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) danCt (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
 Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
 Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
 Obat-obatan.
I. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan untuk mencegah kerusakan tulang, mencegah hilangnya fungsi
tulang, mengurangi rasa nyeri pada punggung, dan mengupayakan agar pasien tetap bisa
bekerja dan hidup seperti sedia kala (Junaidi,2015)
a. Pengobatan:
1. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan
pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolic
2. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi
tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat. Penatalaksanaan
keperawatan:
a. Membantu klien mengatasi nyeri.
b. Membantu klien dalam mobilitas.
c. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
d. Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.
b. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
1. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2. Mengatur makanan dan life style yang menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b) Latihan teratur setiap hari
c) Hindari : Makanan tinggi protein, minum alkohol, merokok ,minum kopi,
minum antasida yang mengandung aluminium.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajiaan adalah tindakan mengumpulkan informasi mengenai klien,
mengorganisasikan informasi, dan menentukan signifikasinya. Ini merupakan fase
pertama dalam proses keperawatan, pengkajian terus berlangsung disemua fase dalam
proses keperawatan (TeresiaTiarma S, 2017).
1. Anamnesa
Umumnya berisikan identitas klien seperti : nama, , tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan masalah kesehatan. Identitas
perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa klien yang dihadapi adalah klien yang
dimaksud, selain itu identitas diperlukan untuk data penelitian, asuransi, dan lain
sebagainya(TeresiaTiarma S, 2017).
2. Riwayat Kesehatan
Pada riwayat kesehatan klien apakah terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarga,
apakah klien pernah mengalami fraktur sebelumnya, apakah klien mengonsumsi
kalsium diet harian sesesuai dengan kebutuhan, bagaimana pola latihan klien,
kapankah terjadinya dan mempengaruhi terjadinya menopause, apakah klien
mengunakan kortikostroid selain mengonsumsialkohol, rokok, dan kafein, apakah
klien mengalami gejala lain, misalnya nyeri pinggang, konstipasi, atau gangguann
citra diri(Humaryanto, 2017).
3. Pengkajian Psikososial
Pada penderita osteoporosis adalah wanita menopause dengan keluhan nyeri
punggung yang merupakan salah satu faktor predisposisi adanya multiple fraktur
karena trauma. Penyakit ini bisa menyebabkan fraktur berulang maka perlu dikaji
perasaan cemas dan takut bagi penderita (Hidayatus Sya’Diyah, 2018).
4. Pengkajian Aktifitas sehari-hari
Untuk usia lanjut perlu aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh.
Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerakan
persendian (Hidayatus Sya’Diyah, 2018).
5. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasa ditemukan adanya perubahan menurut (Hidayatus
Sya’Diyah, 2018) diantaranya:
a. Sistem pernafasan
Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kifosis, karena terdapat penekanan pada
fungsional paru.
b. Sistem persyarafan
Nyeri punggung disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari merupakan
indkasi adanya fraktur.
c. Sistem pencernaan
Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan konstipasi,
abdominal distance.
d. Sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan inspeksi dan palpasi daerah columna vertebralis, penderita dengan
osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau dowager’s hump dan adanya
perubahan gaya dalam berjalan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal (Sdki, D.0078 )
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Muskuloskeletal ( Sdki,
D.0054
3. Risiko Cedera berhubungan dengan Kegagalan Mekanisme Pertahanan Tubuh ( Sdki,
D.0136)
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kiteria Intervensi Rasional


Hasil
1 Nyeri Kronis Tujuan Manajemen nyeri
berhubungan Setelah di berikan Observasi Observasi :
dengan Kondisi asuhan keperawatan di 1. Untuk
Muskuloskeletal harapkanmasalah nyeri  Identifikasi mengetahui
kronis dapat teratasi lokasi, lokasi, karakteristik,
dengan keriteria hasill karakteristik, durasi, frekuensi,
durasi, frekuensi, kualitas dan
Tingkat nyeri menurun intensitas nyeri.
kualitas, 2. Agar kita
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri mengetahui tingkat
menurun  Identifikasi skala cedera yang
2. Perasaan depresi nyeri dirasakan oleh
menurun  Idenfitikasi pasien
3. Meringis menurun respon nyeri non 3. Agar kita
4. Gelisah menurun verbal mengetahui
5. Kemampuan  Identifikasi tingkatan nyeri yang
menuntaskan faktor yang sebenarny dirasakan
aktivitas memperberat dan
pasien
4. Agar kita dapat
meningkat memperingan
mengurangi faktor-
nyeri
faktor yang dapat
 Identifikasi
memperparah nyeri
pengetahuan dan yang dirasakan oleh
keyakinan pasien
tentang nyeri 5. Agar kita
 Identifikasi mengetahui sejauh
pengaruh budaya mana pemahaman
terhadap respon dan pengetahuan
nyeri pasien terhadap
 Identifikasi nyeri yang
pengaruh nyeri dirasakan
pada kualitas 6. Karena budaya
hidup pasien dapat
 Monitor mempengaruhi
keberhasilan bagaimana pasien
terapi mengartikan nyeri
komplementer itu sendiri
yang sudah 7. Untuk mencegah
diberikan
terjadinya
penurunan
 Monitor efek
kualitas hidup dari
samping
pasien itu sendiri
penggunaan
8. Agar kita
analgetik mengetahui sejauh
Terapeutik mana kemajuan
 Berikan Teknik yang dialami pasien
nonfarmakologis setelah dilakukan
untuk terapi
mengurangi nyeri komplementer
(mis: TENS, 9. Agar ketika
hypnosis, timbul
akupresur, terapi ciri-ciri abnormal
music, pada tubuh pasien
biofeedback, kita dapat
terapi pijat, menghentikan
aromaterapi, pemberian obat
Teknik imajinasi analgetik itu sendiri
Terapeutik :
terbimbing, 1. Agar pasien juga
kompres mengetahui
hangat/dingin, kondisinya dan
terapi bermain) mempermudah
 Kontrol perawatan
lingkungan yang 2. Agar dapat
memperberat rasa mengurangirasa
nyeri (mis: suhu nyeri yang
ruangan, dirasakan oleh
pencahayaan,
pasien dengan
menggunakan cara
kebisingan)
nonfarmakologis
 Fasilitasi istirahat
3. Agar nyeri yang
dan tidur
dirasakan oleh
 Pertimbangkan
pasien tidak
jenis dan sumber menjadi
nyeri dalam lebih buruk
pemilihan 4. Agar kebutuhan
strategi tidur pasien
meredakan nyeri terpenuhi
Edukasi 5. Agar tindakan
 Jelaskan yang akan kita
penyebab, berikan
periode, dan 4
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
 Ajarkan Teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2 Gangguan Tujuan : Dukungan ambulasi


Mobilitas Fisik Mobilitas fisik
berhubungan meningkat dengan
dengan Gangguan kriteria hasil Observasi
Muskuloskeletal 1. Identifikasi
1. Pergerakan adanya nyeri
ekstremitas atau keluhan
meningkat fisik lainnya
2. Kekuatan otot 2. Identifikasi
meningkat toleransi fisik
3. Rentang gerak melakukan
(ROM) ambulasi
meningkat 3. Monitor
frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum
memulai
ambulasi
4. Monitor
kondisi umum
selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik
1. Fasilitasi
aktivitas
ambulasi
dengan alat
bantu (mis:
tongkat, kruk)
2. Fasilitasi
melakukan
mobilisasi
fisik, jika perlu
3. Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan
ambulasi
sederhana yang
harus
dilakukan
(mis: berjalan
dari tempat
tidur ke kursi
roda, berjalan
dari tempat
tidur ke kamar
mandi,
berjalan sesuai
toleransi)

3 Risiko Cedera Tujuan Manajemen


berhubungan keselamatan
dengan Kegagalan Tingkat cidera lingkungan
Mekanisme menurun
Pertahanan Tubuh 1. Kejadian Observasi
cedera  Identifikasi
menurun kebutuhan
2. Luka/lecet keselamatan
menurun (mis: kondisi
fisik, fungsi
kognitif, dan
Riwayat
perilaku)
 Monitor
perubahan
status
keselamatan
lingkungan
Terapeutik
 Hilangkan
bahaya
keselamatan
lingkungan
(mis: fisik,
biologi, kimia),
jika
memungkinka
n
 Modifikasi
lingkungan
untuk
meminimalkan
bahaya dan
risiko
 Sediakan alat
bantu
keamanan
lingkungan
(mis:
commode chair
dan pegangan
tangan)
 Gunakan
perangkat
pelindung
(mis:
pengekangan
fisik, rel
samping, pintu
terkunci,
pagar)
 Hubungi pihak
berwenang
sesuai masalah
komunitas
(mis:
puskesmas,
polisi, damkar)
 Fasilitasi
relokasi ke
lingkungan
yang aman
 Lakukan
program
skrining
bahaya
lingkungan
(mis: timbal)
Edukasi
 Ajarkan
individu,
keluarga, dan
kelompok
risiko tinggi
bahaya
lingkungan

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi menutup kemungkinan
akan menyimpang dari rencana yang ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi klien
(Hida Shallyana, 2019).
E. Evaluasi Keperawatan
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau
dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai.
31 Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga
tercapai sebagaian atau timbul masalah baru (Hida Shallyana, 2019).

DAFTAR PUSTAKA
Nishrina Widya Sukma. (2021). Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. S Dengan Diagnosa
Medis Osteoporosis Di Wilayahkrukah Kelurahan Ngagel Rejo
Kecamatanwonokromo Surabaya.
Http://Repository.Stikeshangtuah-Sby.Ac.Id/436/1/2030080_Nishrina%20widya
%20sukma_Kia_Final%20acc.Pdf. Diakses Pada 23 Maret 2023

Evita Cahya Nengse, (2021). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Tn.A Dengan Masalah Nyeri
Akut Pada Diagnosa Medis Osteoporosis Di Desa Rebalas Grati Kabupaten
Pasuruan. Http://Eprints.Kertacendekia.Ac.Id/540/1/Kti%20evita%201801060.Pdf.
Diakses Pada Tanggal 25 Maret 2023

ANIES. (2018). Buku Ajar Kedokteran Dan Kesehatan Penyakit Degeneratif. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Mickey Stanley.(2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Jakarta : EGC, 2006

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,


Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Kelompok 3

Osteoporosis

Nama: Hestiari nia anida

NIM : 21.9.1.006

Pertanyaan Osteoporosis
1.  Osteoporosis dapat kita hindari dengan mengosumsi makanan apa ?
jawaban
Makanan yang dapat kita konsumsi adalah dengan mengonsumsi makanan yang
mengandung kalsium, vitamin D, K, C, zinc, protein, dan magnesium.
2. Apa perbedaan dari osteoporosis primer dan skunder?
Jawaban
Osteoporosis primer terjadi dikarenakan usia yang menyebabkan perubahan pada
hormon hingga mempengaruhi sel tulang , sementara osteoporosis sekunder terjadi
sebagai komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit lain, seperti pada penderita yang
mendapatkan terapi steroid jangka panjang, ini dapat menyebabkan penurunan

3. Gejala apa saja yang menjadi pertanda sesorang mengalami osteoporosis?


Jawaban
a. sakit punggung berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama,
b. Sering mengalami cedera pada tulang,
c. Postur tubuh yang kian lama semakin membungkuk,
d. Menurunnya tinggi badan,
e. Patah tulang akibat cedera ringan.
4. Bagaimna cara penanganan gangguan osteoporosis?
Jawaban
Penanganan osteoporosis adalah dengan mencakup olahraga pembebanan yang
membuat otot bekerja melawan gravitasi, konsumsi suplemen kalsium dan vitamin D,
serta obat-obatan dengan resep dokter. 

Nama : johandri setiawan

1. seorang pasien datang ke dokter mengeluh sakit punggung dan postur tubuh agak
menjadi bungkuk setelah mengalami kecelakaan, kemudian pasien di diagnosa
osteoporosis dan mendapatkan resep berisi kaltsiriol, bagaimana efek kaltsiriol dalam
mengatasi keluhan pasien?
a. meningkatkan absobsi kalsium
b. meningkatkan aktivitas osteoblast
c. meningkatkan aktivitas osteoklast
d. meningkatkan absorbs
e. menurunkan ekresi kalsium
Jawabannya: A
2. seorang pasien laki² berusia 60 tahun datang ke dokter dan didiagnosis mengalami
osteoporosis, kemudian dokter meresepkan suplemen kalsium dan alendronate,
apoteker mengetahui kedua obat tersebut akan berinteraksi tindakan apa yg di lakukan
opoteker
a. menghentikan suplemen kalsium
b. pemberian alendronate
c. memberikan jeda waktu pemberian
d. memberikan tambahan obat osteoporosis
e. menambahkan suplemen zat besi

jawabannya: C

3. beberapa faktor yang bersumber kebiasaan hidup dan mempermudahkan terjadinya


osteoporosis adalah?
a. kurangnya aktivitas fisik kurang pembebanan pada tubuh
b. kurangnya memakan vitamin D
c. tidak merokok
d. memakan' makanan yg mengandung kalsium

jawabannya: A

4. osteoporosis dapat di bagi menjadi dua yaitu?


a. osteoporosis sekunder dan penyebab
b. osteoporosis primer dan resiko
c. osteoporosis sekunder dan primer
d. osteoporisis sekunder aja

jawabannya:C

Nama: Kadek winda yani


1. Orang yang berkulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat
/berat ,PERNYATAAN diatas menuju pada faktor .....
a. Faktor genetik
b. Faktor mekanis
c. Faktor makanan dan hormon
d. Semua nya salah

Jawaban : A

2. Mengapa wanita lebih banyak mengalami osteoporosis?


a. Massa tulang lebih sedikit dari laki-laki
b. Matriks dan mineral hilang
c. Massa dan kekuatan tulang hilang
d. Perempuan rentan fraktur

Jawaban : D

3. Pasien wanita berumur 52 tahun mengeluh tulang punggung ,pasien menopause sejak 3
tahun yang lalu dan minum obat golongan steroid sejak 1 tahun yang ,pada pemeriksaan
(+), hasil x Ray fraktur kompresi CV L III-IV, diagnosis nya adalah ?

A. Osteoporosis senilis

B. Osteoporosis primer

C. Osteoporosis sekunder

D. Osteoporosis tersier

Jawaban : C

4. komplikasi yg terjadi pada osteoporosis....

A. Peradangan ginjal

B. Timbul osteomelitis kronik

C. Timbul embolus lemak saat tulang patah


D. Fraktur tulang pinggul

Jawaban : D

Nama : baiq putri rizki supana

1. Apa saja faktor makanan dan hormone pada pertumbuhan hirmon dengan nutrisi yang
cukup kecuali

a. Faktor mekanis

b. Faktor ekonomi

c. Faktor genetik

d. Kalsium

2. Apa diagnosa utama pada penyakit osteoporosis

a. Nyeri kronis

b. Gangguan intergritas kulit

c. Gangguan mobilitas fisik

d.pola nafas tidak efektip

Nama : Nursukma pujiami

1. Manakah faktor resiko osteoporosis yang dapat dirubah?


a. Usia
b. Riwayat osteoporosis
c. Asupan vitamin dan mineral
d. Penyakit kronis
Jawaban : C
2. Apakah alat yang terbaik untuk mendiagnosa osteoporosis?
a. QUS
b. DEXA
c. Serum Calcium
d. Serum Vitamin D
Jawaban : B

Anda mungkin juga menyukai