Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOPOROSIS

OLEH :

KADEK DIANA SUSILAWATI


P07120120052
TINGKAT 3.1/ DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,
dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah
tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa
tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang
dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang.
Menurut WHO pada International Consensus Development
Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-
sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan
mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada
akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko
terjadinya patah tulang.
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah
kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan
dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan
tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan
kualitas tulang.
Jadi, berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai osteoporosis
dapat disimpulkan bahwa osteoporosis adalah suatu keadaan dimana tulang
mengalami pengeroposan dan penurunan massa tulang yang diakibatkan oleh
beberapa factor diantaranya pola hidup dan juga genetic.

2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
a. Determinan Massa Tulang
1) Faktor genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap
derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang
cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam
pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia
bangsa Kaukasia. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat
(terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena
osteoporosis.
2) Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor
genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik
Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan
juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis
atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot
maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya
atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien
yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,
poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian
belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang
diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di
sampihg faktor genetik.
3) Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang
cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai
maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.
Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas
kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat
menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan
tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
b. Determinan penurunan Massa Tulang
1) Faktor genetik
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai
saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran
tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai
dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya.
Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses
penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya
usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih
banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia
yang sama.
2) Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun
demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor
mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis
akan menurun dengan bertambahnya usia dan karena massa tulang
merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.
3) Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia,
terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi
yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause,
dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang
mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik,
menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas,
bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara
masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya.
Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi
melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan
estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan
kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
4) Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan
mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui
urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya
protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain.
Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut
akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor
tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil
akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium
yang negative.
5) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini
disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari
makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
6) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok
terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein
dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
7) Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering
ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan
masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang
meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti.
3. Pohon Masalah
Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik
ekstra selular, 5 % sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas
sehingga tidak menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi. Apabila
kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk
memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga
kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada
sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut
berubah.
Gangguan Imobilitas Fisik

Konstipasi Defisit Pengetahuan

Nyeri Akut

Nyeri Kronis
4. Klasifikasi
Osteoporosis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal
pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
b. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar
tulang.
5. Gejala Klinis
Osteoporosis dimanifestasikan dengan :
a. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
b. Nyeri timbul mendadak.
c. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
d. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
e. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas.
f. Deformitas vertebra thorakalis
g. Penurunan tinggi badan.

6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif.
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan
korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada
tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk
menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita
osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah
-2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan
tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai
BMD berada diatas nilai -1. Beberapa metode yang digunakan untuk
menilai densitas massa tulang:
1) Single-Photon Absortiometry (SPA)
Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi
photon rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA
digunakan hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak
yang tidak tebalseperti distal radius dan kalkaneus.
2) Dual-Photon Absorptiometry (DPA)
Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya
berupa sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat
energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang
cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian
tubuh dan tulang yang mempunyai struktur geometri komplek seperti
pada daerah leher femur dan vetrebrata.
3) Quantitative Computer Tomography (QCT)
Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas
tulang secara volimetrik.
c. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan
menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu
pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta
kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur
trabekula.
e. Biopsi tulang dan Histomorfometri
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan
metabolisme tulang.
f. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus
vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks
dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitas bikonkaf.
g. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral
vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra
atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada
pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
h. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
2) Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct
(terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
3) Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
4) Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pengobatan
a) Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat
meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid
anabolik
b) Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat
resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
2) Pencegahan
a) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b) Latihan teratur setiap hari
c) Hindari : Makanan tinggi protein, minum alkohol, merokok,
minum kopi, minum antasida yang mengandung aluminium
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Membantu klien mengatasi nyeri.
2) Membantu klien dalam mobilitas.
3) Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
4) Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.

8. Komplikasi
1. Patah tulang
Salah satu komplikasi dari osteoporosis yang paling sering terjadi adalah
patah tulang. Area tulang yang kehilangan kepadatan mineralnya lama-
lama akan patah secara bertahap. Tulang belakang, tulang pinggul, dan
pergelangan tangan merupakan area tulang yang paling sering patah ketika
terkena osteoporosis.
2. Osteoarthritis
Salah satu komplikasi dari osteoporosis yang paling sering terjadi adalah
patah tulang. Area tulang yang kehilangan kepadatan mineralnya lama-
lama akan patah secara bertahap. Tulang belakang, tulang pinggul, dan
pergelangan tangan merupakan area tulang yang paling sering patah ketika
terkena osteoporosis.
Osteoarthritis adalah pengapuran sendi yang biasanya terjadi di sekitar
pinggul, lutut, leher, hingga tubuh bagian bawah. Umumnya, penyakit ini
terjadi pada sendi yang cedera akibat penggunaan yang berlebihan.
Namun, tekanan yang terjadi pada persendian karena pengeroposan tulang
juga dapat memicu terjadinya pengapuran sendi.
3. Penyakit jantung coroner
Penyebabnya adalah orang dengan osteoporosis memngalami laju
pemecahan tulang berlangsung dengan cepat. Akibatnya, kadar kalsium
dalam darah meningkat. Ini dapat meningkatkan risiko terbentuknya
aterosklerosis yang merupakan penyebab penyakit jantung koroner.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan

Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteoporosis meliputi :


a. Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat
perlu mengidentifikasi adanya :
1) Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang
2) Berat badan menurun
3) Biasanya di atas 45 tahun
4) Jenis kelamin sering pada wanita
5) Pola latihan dan aktivitas
6) Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
7) Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein
8) Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid,
hiperparatiroid, Sindrom Cushing, akromegali, Hipogonadisme
b. Pemeriksaan fisik :
1) Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau
nyeri pergerakan
2) Periksa mobilitas pasien
3) Amati posisi pasien yang nampak membungkuk
c. Riwayat Psikososial. Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya
sering timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan perubahan
konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang
timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.
2. Diagnose Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap proteksif
(mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu
makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri, diaforesis.
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis
dibuktikan dengan pasien mengeuh nyeri, merada depresi (tertekan),
tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas, merasa
takut mengalami cedera berulang, bersikap protektif (mis. menghindari
posisi nyeri), waspada, pola tidur berubah, anoreksia, focus menyempit,
berfokus pada diri sendiri.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan
otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, nyeri saat bergerak, enggan
melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan
tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan
perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah, menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria).
e. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil dan Intervensi Rasional


Tujuan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
berhubungan tindakan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
dengan agen keperawatan selama (I.08238) (I.08238)
pencedera …x… jam Observasi Observasi
fisiologis diharapkan Tingkat 1. Identifikasi 1. Untuk
(inflamasi) Nyeri (L.08066) lokasi, mengetahui
dibuktikan menurun dengan karakteristik, lokasi dan
dengan mengeluh kriteria hasil : durasi, frekuensi, karakteristik
nyeri, tampak 1. Kemampuan kualitas, nyeri
meringis, menuntaskan intensitas nyeri 2. Untuk
bersikap proteksif aktivitas 2. Identifikasi skala mengetahui skala
(mis. waspada, meningkat (5) nyeri nyeri
posisi 2. Keluhan nyeri 3. Identifikasi 3. Untuk
menghindari menurun (5) respons nyeri non mengetahui
nyeri), gelisah, 3. Meringis verbal respons nyeri non
frekuensi nadi menurun (5) 4. Identifikasi faktor verbal
meningkat, sulit 4. Sikap protektif yang 4. Untuk
tidur, tekanan menurun (5) memperberat dan mengetahui factor
darah meningkat, 5. Gelisah memperingan penyebab nyeri
pola nafas menurun (5) nyeri 5. Mengetahui
berubah, nafsu 6. Kesulitan tidur 5. Identifikasi pengetahuan dan
makan berubah, menurun (5) pengetahuan dan keyakinan
proses berpikir 7. Menarik diri keyakinan tentang tentang nyeri
terganggu, menurun (5) nyeri 6. Untuk
menarik diri, 8. Berfokus pada 6. Identifikasi mengetahui
berfokus pada diri diri sendiri pengaruh budaya pengaruh budaya
sendiri, menurun (5) terhadap respon terhadap nyeri
diaforesis. 9. Diaforesis nyeri 7. Untuk
menurun (5) 7. Identifikasi mengetahui
10. Perasaan depresi pengaruh nyeri pengaruh nyeri
(tertekan) pada kualitas pada kualitas
menurun (5) hidup hidup
11. Perasaan takut 8. Monitor 8. Untuk
mengalami keberhasilan mengetahui
cedera berulang terapi keberhasilan
menurun (5) komplementer terapi
12. Anoreksia yang sudah komplementer
menurun (5) diberikan 9. Untuk
13. Ketegangan otot 9. Monitor efek mengetahui efek
menurun (5) samping samping
14. Frekuensi nadi penggunaan penggunaan
membaik (5) analgetik analgesic
15. Pola nafas
Terapeutik Terapeutik
membaik (5)
10. Berikan teknik 10. Membantu
16. Tekanan darah
nonfarmakologis mengurangi nyeri
membaik (5)
untuk mengurangi yang dirasakan
17. Proses berpikir
rasa nyeri (mis. pasien
membaik (5)
TENS, hipnosis, 11. Membantu
18. Focus membaik
akupresur, terapi memberikan
(5)
musik, kenyamanan
19. Nafsu makan biofeedback, lingkungan
membaik (5) terapi pijat, sehingga dapat
20. Pola tidur aromaterapi, membantu
membaik (5) teknik imajinasi mengurangi nyeri
terbimbing, 12. Memenuhi
kompres kebutuhan
hangat/dingin, istirahat dan tidur
terapi bermain) 13. Menentukan
11. Kontrol strategi
lingkungan yang meredakan nyeri
memperberat rasa
Edukasi
nyeri (mis. suhu
14. Pasien
ruangan,
mengetahui
pencahayaan,
penyebab,
kebisingan)
periode dan
12. Fasilitasi istirahat
pemicu nyeri
dan tidur
15. Pasien
13. Pertimbangkan
mengetahui cara
jenis dan sumber
meredakan nyeri
nyeri dalam
16. Pasien mampu
pemilihan strategi
memonitor nyeri
meredakan nyeri
17. Membantu
Edukasi mengurangi
14. Jelaskan nyeri
penyebab, 18. Untuk
periode, dan mengurangi nyeri
pemicu nyeri yang dirasakan
15. Jelaskan strategi
Kolaborasi
meredakan nyeri
19. Membantu
16. Anjurkan mengurangi nyeri
memonitor nyeri yang dirasakan
secara mandiri
17. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
Pemberian
rasa nyeri
Analgesik (I.08243)
Kolaborasi Observasi
19. Kolaborasi 1. Untuk mengetahui
pemberian karakteristik nyeri
analgetik, jika 2. Untuk mengetahui
perlu riwayat alergi obat
3. Untuk mengetahui
obat analgesic
yang tepat
Pemberian
diberikan
Analgesik (I.08243)
4. Mengetahui TTV
Observasi
sebelum dan
1. Identifikasi
sesudah
karakteristik
pemberian
nyeri (mis.
analgesic
pencetus, pereda,
5. Mengetahui
kualitas, lokasi,
efektifitas
intensitas,
analgesic
trekuensi, durasi)
2. Identifikasi Terapeutik
riwayat alergi 6. Memberikan
obat analgesic yang
3. Identifikasi tepat dan disukai
kesesuaian jenis untuk mencapai
analgesik (mis. analgesia optimal
narkotika, non- 7. Membantu
narkotik, atau mempertahankan
NSAID) dengan kadar serum
tingkat keparahan 8. Membantu
nyeri mengurangi nyeri
4. Monitor tanda- pasien dengan
tanda vital menetapkan terapi
sebelum dan analgesic yang
sesudah tepat
pemberian 9. Mencatat respons
analgesik terhadap
5. Monitor efektifitas
efektifitas pemberian
analgesic analgesic

Terapeutik Edukasi
6. Diskusikan jenis 10. Pasien mengetahui
analgesik yang efek terapi dan
disukai untuk efek samping obat
mencapai
Kolaborasi
analgesia optimal,
11. Pemberian dosis
jika perlu
analgesic yang
7. Pertimbangkan
tepat dapat
penggunaan infus
membantu
kontinu, atau
mengurangi nyeri
bolus opioid pasien
untuk
mempertahankan
kadar dalam
serum
8. Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respons pasien
9. Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik
dan efek yang
tidak dinginkan
Intervensi
Edukasi Pendukung
10. Jelaskan efek Edukasi
terapi dan efek Manajemen Nyeri
samping obat (I.12391)
Observasi
Kolaborasi
1. Untuk
11. Kolaborasi
mengetahui
pemberian dosis
kesiapan dan
dan jenis
kemampuan
analgesik, sesuai
menerima
indikasi
informasi

Terapeutik
Intervensi
2. Memberikan
Pendukung
materi yang
Edukasi sesuai kepada
Manajemen Nyeri pasien dan
(I.12391) keluarga
Observasi 3. Pasien dapat
1. Identifikasi mengatur waktu
kesiapan dan untuk pendidikan
kemampuan 4. Pasien
menerima menanyakan yang
informasi belum dipahami

Terapeutik Edukasi
2. Sediakan materi 5. Pasien
dan media mengetahui
pendidikan penyebab,
kesehatan periode dan
3. Jadwalkan strategi
pendidikan meredakan yeri
kesehatan sesuai 6. Pasien mampu
kesepakatan memonitor nyeri
4. Berikan 7. Membantu
kesempatan untuk mengurangi nyeri
bertanya 8. Membantu
mengurangi rasa
Edukasi
nyeri
5. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
strategi
meredakan nyeri
6. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
7. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

2 Nyeri kronis Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama


berhubungan tindakan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
dengan kondisi keperawatan selama (I.08238) (I.08238)
musculoskeletal …x… jam Observasi Observasi
kronis dibuktikan diharapkan Tingkat 1. Identifikasi 1. Untuk
dengan pasien Nyeri (L.08066) lokasi, mengetahui
mengeuh nyeri, menurun dengan karakteristik, lokasi dan
merada depresi kriteria hasil : durasi, frekuensi, karakteristik
(tertekan), tampak 1. Kemampuan kualitas, nyeri
meringis, gelisah, menuntaskan intensitas nyeri 2. Untuk
tidak mampu aktivitas 2. Identifikasi skala mengetahui skala
menuntaskan meningkat (5) nyeri nyeri
aktivitas, merasa 2. Keluhan nyeri 3. Identifikasi 3. Untuk
takut mengalami menurun (5) respons nyeri non mengetahui
cedera berulang, 3. Meringis verbal respons nyeri non
bersikap protektif menurun (5) 4. Identifikasi faktor verbal
(mis. menghindari 4. Sikap protektif yang 4. Untuk
posisi nyeri), menurun (5) memperberat dan mengetahui
waspada, pola 5. Gelisah memperingan factor penyebab
tidur berubah, menurun (5) nyeri nyeri
anoreksia, focus 6. Kesulitan tidur 5. Identifikasi 5. Mengetahui
menyempit, menurun (5) pengetahuan dan pengetahuan dan
berfokus pada diri 7. Menarik diri keyaninan tentang keyakinan
sendiri. menurun (5) nyeri tentang nyeri
8. Berfokus pada 6. Identifikasi 6. Untuk
diri sendiri pengaruh budaya mengetahui
menurun (5) terhadap respon pengaruh budaya
9. Diaforesis nyeri terhadap nyeri
menurun (5) 7. Identifikasi 7. Untuk
10. Perasaan depresi pengaruh nyeri mengetahui
(tertekan) pada kualitas pengaruh nyeri
menurun (5) hidup pada kualitas
11. Perasaan takut 8. Monitor hidup
mengalami keberhasilan 8. Untuk
cedera berulang terapi mengetahui
menurun (5) komplementer keberhasilan
12. Anoreksia yang sudah terapi
menurun (5) diberikan komplementer
13. Ketegangan otot 9. Monitor efek 9. Untuk
menurun (5) samping mengetahui efek
14. Frekuensi nadi penggunaan samping
membaik (5) analgetik penggunaan
15. Pola nafas analgesic
Terapeutik
membaik (5)
10. Berikan teknik Terapeutik
16. Tekanan darah
nonfarmakologis 10. Membantu
membaik (5)
untuk mengurangi mengurangi nyeri
17. Proses berpikir
rasa nyeri (mis. yang dirasakan
membaik (5)
TENS, hipnosis, pasien
18. Focus membaik
akupresur, terapi 11. Membantu
(5) musik, memberikan
19. Nafsu makan biofeedback, kenyamanan
membaik (5) terapi pijat, lingkungan
20. Pola tidur aromaterapi, sehingga dapat
membaik (5) teknik imajinasi membantu
terbimbing, mengurangi nyeri
kompres 12. Memenuhi
hangat/dingin, kebutuhan
terapi bermain) istirahat dan tidur
11. Kontrol 13. Menentukan
lingkungan yang strategi
memperberat rasa meredakan nyeri
nyeri (mis. suhu
Edukasi
ruangan,
14. Pasien
pencahayaan,
mengetahui
kebisingan)
penyebab,
12. Fasilitasi istirahat
periode dan
dan tidur
pemicu nyeri
13. Pertimbangkan
15. Pasien
jenis dan sumber
mengetahui cara
nyeri dalam
meredakan nyeri
pemilihan strategi
16. Pasien mampu
meredakan nyeri
memonitor nyeri
Edukasi 17. Membantu
14. Jelaskan mengurangi
penyebab, nyeri
periode, dan 18. Untuk
pemicu nyeri mengurangi nyeri
15. Jelaskan strategi yang dirasakan
meredakan nyeri Kolaborasi
16. Anjurkan 19. Membantu
memonitor nyeri mengurangi nyeri
secara mandiri yang dirasakan
17. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi Perawatan
19. Kolaborasi Kenyamanan
pemberian (I.08245)
analgetik, jika Observasi
perlu 1. Mengetahui gejala
yang tidak
menyenangkan
Perawatan
2. Untuk mengetahui
Kenyamanan
pemahaman
(I.08245)
tentang kondisi,
Observasi
situasi dan
1. Identifikasi gejala
perasaan pasien
yang tidak
3. Mengetahui
menyenangkan
masalah emosional
(mis, mual, nyeri,
dan spiritual
gatal, sesak)
2. Identifikasi Terapeutik
pemahaman 4. Memberikan rasa
tentang kondisi, nyaman
situasi dan 5. Membantu
perasaannya mengurangi nyeri
3. Identifikasi 6. Memberikan
masalah lingkungan yang
emosional dan nyaman nagi
spiritual pasien
7. Memberikan
Terapeutik
peralihan untuk
4. Berikan posisi
mengurangi rasa
yang nyaman
nyeri pasien
5. Berikan kompres
8. Membantu
dingin atau
memberikan
hangat
peralihan untuk
6. Ciptakan
mengurangi nyeri
lingkungan yang
9. Membantu
nyaman
memberikan
7. Berikan
peralihan untuk
pemijatan
mengurangi nyeri
8. Berikan terapi
10. Membantu
akupresur
memberikan
9. Berikan terapi
support kepada
hipnosis
kesembuhan
10. Dukung keluarga
pasien
dan pengasuh
11. Menentukan
terlibat dalam
terapi/pengobatan
terapi/pengobatan
yang diinginkan
11. Diskusikan
mengenai situasi Edukasi
dan pilihan 12. Pasien
terapi/pengobatan menentukan
yang dinginkan terapi/pengobatan
13. Pasien dapat
Edukasi
melakukan teknik
12. Jelaskan
relaksasi
mengenai kondisi
14. Pasien melakukan
dan pilihan
latihan nafas
terapi/pengobatan
dalam
13. Ajarkan terapi
15. Membantu
relaksasi
mengalihkan rasa
14. Ajarkan latihan
nyeri pasien
pernapasan
15. Ajarkan teknik Kolaborasi
distraksi dan 16. Membantu
imajinasi mengurangi rasa
terbimbing nyeri dengan
pemberian
Kolaborasi
analgesic
16. Kolaborasi
pemberian
analgesik, Terapi Relaksasi
antipruritus, (I.09326)
antihistamin, jika Observasi
perlu 1. Mengetahui
penurunan tingkat
energy,
ketidakmampuan
Terapi Relaksasi
berkonsentrasi,
(I.09326)
atau gejala lain
Observasi
yang mengganggu
1. Identifikasi
kemampuan
penurunan tingkat kognitif
energi, 2. Mengetahui
ketidakmampuan teknik relaksasi
berkonsentrasi, yang pernah
atau gejala lain digunakan
yang 3. Mengetahui
mengganggu kesediaan,,
kemampuan kemampuan dan
kognitif penggunaan
2. Identifikasi teknik teknik
relaksasi yang sebelumnya
pernah efektif 4. Mengetahui
digunakan ketegangan otot,
3. Identifikasi frekuensi nadi,
kesediaan, tekanna darah,
kemampuan, dan dan suhu sebelum
penggunaan dan sesudah
teknik latihan
sebelumnya 5. Mengetahui
4. Periksa respons terhadap
ketegangan otot, terapi relaksasi
frekuensi nadi,
Terapeutik
tekanan darah,
6. Memberikan
dan suhu sebelum
ketenangan dan
dan sesudah
rasa nyaman pada
latihan
pasien
5. Monitor respons
7. Pasien
terhadap terapi
mengetahui
relaksasi
persiapan dan
Terapeutik prosedur teknik
6. Ciptakan relaksasi
lingkungan 8. Memberikan rasa
tenang dan tanpa nyaman pada
gangguan dengan pasien
pencahayaan dan 9. Membantu
suhu ruang mendekatkan
nyaman, jika antara perawat
memungkinkan dan pasien
7. Berikan informasi 10. Teknik relaksasi
tertulis tentang sebagai penunjang
persiapan dan dengan analgetik
prosedur teknik atau tindakan
relaksasi medis lain
8. Gunakan pakaian
Edukasi
longgar
11. Pasien
9. Gunakan nada
mengetahui
suara lembut
tujuan, manfaat,
dengan irama
batasna dan jenis
lambat dan
relaksasi yang
berirama
tersedia
10. Gunakan
12. Pasien
relaksasi sebagai
mengetahui secara
strategi
rinci intervensi
penunjang dengan
relaksasi yang
analgetik atau
dipilih
tindakan medis
13. Pasien
lain, jika sesuai
mendapatkan
Edukasi posisi nyaman
11. Jelaskan tujuan, 14. Pasien menjadi
manfaat, batasan, rileks dan
dan jenis merasakan sensasi
relaksasi yang relaksasi
tersedia (mis. 15. Membantu
musik, meditasi, memberikan rasa
napas dalam, nyaman dan rileks
relaksasi otot 16. Pasien mampu
progresif) melakukan teknuk
12. Jelaskan secara relaksasi
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
13. Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
14. Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
15. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
Intervensi
yang dipilih
Pendukung
16. Demonstrasikan
Manajemen Nyeri
dan latih teknik
(I.12391)
relaksasi (mis.
Observasi
napas dalam,
1. Untuk mengetahui
peregangan, atau
kesiapan dan
imajinasi
kemampuan
terbimbing) menerima
informasi

Intervensi Terapeutik
Pendukung 2. Memberikan
Manajemen Nyeri materi yang tepat
(I.12391) pada pasien
Observasi 3. Pasien mampu
1. Identifikasi menjadwalkan
kesiapan dan waktu untuk
kemampuan menerima materi
menerima 4. Pasien
informasi menanyakan hal
yang berlum
Terapeutik
dipahami
2. Sediakan materi
dan media Edukasi
pendidikan 5. Pasien
kesehatan mengetahui
3. Jadwalkan penyebab,
pendidikan periode, dan
kesehatan sesuai strategi
kesepakatan meredakan nyeri
4. Berikan 6. Pasien mampu
kesempatan untuk memonitor nyeri
bertanya 7. Membantu
meredakan nyeri
Edukasi
pasien
5. Jelaskan
8. Membantu
penyebab,
mengurangi rasa
periode, dan
strategi nyeri
meredakan nyeri
6. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
7. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

3 Gangguan Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama


mobilitas fisik tindakan Dukungan Dukungan
berhubungan keperawatan selama Ambulasi (I.06171) Ambulasi (I.06171)
dengan gangguan …x… jam Observasi Observasi
musculoskeletal diharapkan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
dibuktikan Mobilitas Fisik adanya nyeri atau adanya nyeri
dengan mengeluh (L.05042) keluhan fisik atau keluhan
sulit meningkat dengan lainnya fisik lainnya
menggerakkan kriteria hasil : 2. Identifikasi 2. Mengetahui
ekstremitas, 1. Pergerakan toleransi fisik toleransi fisik
kekuatan otot ekstremitas melakukan melakukan
menurun, rentang meningkat (5) ambulasi ambulasi
gerak (ROM) 2. Kekuatan otot 3. Monitor frekuensi 3. Mengetahui
menurun, nyeri meningkat (5) jantung dan frekuensi
saat bergerak, 3. Rentang gerak tekanan darah jantung dan
enggan (ROM) sebelum memulai tekanan darah
melakukan meningkat (5) ambulasi sebelum
pergerakan, 4. Nyeri menurun 4. Monitor kondisi dilakukan
merasa cemas (5) umum selama ambulasi
saat bergerak, 5. Kecemasan melakukan 4. Mengetahui
sendi kaku, menurun (5) ambulasi kondisi umum
gerakan tidak 6. Kaku sendi pasien
Terapeutik
terkoordinasi, menurun (5)
5. Fasilitasi aktivitas Terapeutik
gerakan terbatas, 7. Gerakan tidak
ambulasi dengan 5. Memperlancar
fisik lemah. terkoordinasi
alat bantu (mis. aktivitas
menurun (5)
tongkat, kruk) ambulasi
8. Gerakan
6. Fasilitasi 6. Memperlancar
terbatas
melakukan melakukan
menurun (5)
mobilisasi fisik, mobilisasi
9. Kelemahan fisik
jika perlu fisik
menurun (5)
7. Libatkan keluarga 7. Memberikan
untuk membantu motivasi
pasien dalam kepada klien
meningkatkan untuk
ambulasi meningkatkan
ambulasi
Edukasi
8. Jelaskan tujuan Edukasi
dan prosedur 8. Pasien
ambulasi mengetahui
9. Anjurkan tujuan dan
melakukan prosedur
ambulasi dini ambulasi
10. Ajarkan ambulasi 9. Membantu
sederhana yang meningkatkan
harus dilakukan aktivitas
(mis. berjalan dari pasien
tempt tidur ke 10. Meningkatkan
kursi roda, frekuensi
berjalan dari aktivitas fisik
tempat tidur ke
kamar mandi,
Dukungan
berjalan sesuai
Mobilisasi (I.05173)
toleransi)
Observasi
1. Mengetahui
Dukungan adanya nyeri atau
Mobilisasi (I.05173) keluhan fisik
Observasi lainnya
1. Identifikasi 2. Mengetahui
adanya nyeri atau toleransi fisik
keluhan fisik melakukan
lainnya ambulasi
2. dentifikasi 3. Mengetahui
toleransi fisik frekuensi jantung
melakukan dan tekanan
pergerakan darah sebelum
3. Monitor frekuensi dilakukan
jantung dan ambulasi
tekanan darah 4. Mengetahui
sebelum memulai kondisi umum
mobilisasi pasien
4. Monitor kondisi 5. Terapeutik
umum selama 6. Memperlancar
melakukan aktivitas
mobilisasi ambulasi
Terapeutik 7. Memperlancar
5. Fasilitasi aktivitas melakukan
mobilisasi dengan mobilisasi fisik
alat bantu (mis. 8. Memberikan
pagar tempat motivasi kepada
tidur) klien untuk
6. Fasilitasi meningkatkan
melakukan ambulasi
pergerakan, jika 9. Edukasi
perlu 10. Pasien
7. Libatkan keluarga mengetahui
untuk membantu tujuan dan
pasien dalam prosedur
meningkatkan ambulasi
pergerakan 11. Membantu
meningkatkan
Edukasi
aktivitas pasien
8. Jelaskan tujuan
12. Meningkatkan
dan prosedur
frekuensi
mobilisasi
aktivitas fisik
9. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
10. Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur, Intervensi
pindah dari Pendukung
tempat tidur ke Terapi Aktivitas
kursi) (I.05186)
Observasi
1. Mengetahui
Intervensi
defisit tingkat
Pendukung
aktivitas
Terapi Aktivitas
2. Mengetahui
(I.05186)
kemampuan
Observasi
berpartisipasi
1. Identifikasi defisit
dalam aktivitas
tingkat aktivitas
tertentu
2. Identifikasi
3. Mengetahui
kemampuan
sumber daya
berpartisipasi
untuk aktivitas
dalam aktivitas
yang diinginkan
tertentu
4. Mengetahui
3. Identifikasi
strategi
sumber daya
meningkatkan
untuk aktivitas
pasrtisipasi
yang dinginkan
dalam aktivitas
4. Identifikasi
5. Mengetahui
strategi
makna aktivitas
meningkatkan
rutin dan waktu
partisipasi dalam
luang
aktivitas
6. Mengetahui
5. Identifikasi
respons
makna aktivitas
emosional, fisik,
rutin (mis.
bekerja) dan sosial, dan
waktu luang spiritual terhadap
6. Monitor respons aktivitas
emosional, fisik,
Terapeutik
sosial, dan
7. Meningkatkan
spiritual terhadap
kemampuan
aktivitas
bukan defisit
Terapeutik yang dialami
7. Fasilitasi fokus 8. Membantu
pada kemampuan, meningkatkan
bukan defisit frekuensi dan
yang dialami rentang aktivitas
8. Sepakati 9. Pasien mampu
komitmen untuk memilih aktivitas
meningkatkan yang ditetapkan
frekuensi dan dan yang
rentang aktivitas diinginkan
9. Fasilitasi memilih 10. Melakukan
aktivitas dan akitivtas latihan
tetapkan tujuan sesuai usia
aktivitas yang 11. Mengetahui
konsisten sesuai makna aktivitas
kemampuan fisik, yang dipilih
psikologis, dan 12. Pasien dapat
sosial menghadiri
10. Koordinasikan aktivitas yang
pemilihan telah ditetapkan
aktivitas sesuai 13. Membantu pasien
usia dan keluarga
11. Fasilitasi makna menjalan terapi
aktivitas yang aktivitas yang
dipilih telah ditetapkan
12. Fasilitasi dan dipilih
transportasi untuk 14. Pasien dan
menghadiri keluarga
aktivitas, jika melakukan
sesuai aktivitas fisik
13. Fasilitasi pasien rutin
dan keluarga 15. Pasien dapat
dalam tetap melakukan
menyesuaikan aktivitas fisik
lingkungan untuk 16. Memberikan
mengakomodasi terapi aktivitas
aktivitas yang yang sesuai
dipilih kebutuhan pasien
14. Fasilitasi aktivitas 17. Berat badan
fisik rutin (mis. pasien dapat tetap
ambulasi, ideal dan terjaga
mobilisasi, dan 18. Pasien tidak
perawatan diri), mengalami
sesuai kebutuhan tegang otot
15. Fasilitasi aktivitas 19. Pasien dapat
pengganti saat melatih memori
mengalami implisit dan
keterbatasan emosional
waktu, energi, 20. Pasien dapat
atau gerak mengekspresikan
16. Fasilitasi aktivitas yang dirasakan
motorik kasar tanpa harus
untuk pasien memandang
hiperaktif saingan teman-
17. Tingkatkan teman
aktivitas fisik bermainnya
untuk memelihara 21. Pasien terlibat
berat badan, jika dalam rekreasi
sesuai 22. Membantu
18. Fasilitasi aktivitas kebebasan pasien
motorik untuk dalam melakukan
merelaksasi otot rekreasi
19. Fasilitasi aktivitas 23. Pasien mampu
dengan mengembangkan
komponen motvasi dan
memori implisit penguatan diri
dan emosional 24. Pasien dan
(mis. kegiatan keluarga dapat
keagamaan memantau
khusus) untuk kemajuan diri
pasien demensia, sendiri untuk
jika sesual mencapai tujuan
20. Libatkan dalam 25. Pasien tetap
permainan melakukan
kelompok yang aktivitas sehari-
tidak kompetitif, hari
terstruktur, dan 26. Pasien
aktif mendapatkan
21. Tingkatkan penguatan positif
keterlibatan atas partisipasi
dalam aktivitas dalam aktiviras
rekreasi dan 27. Pasien
diversifikasi mengetahui
untuk metode aktivitas
menurunkan fisik sehari-hari
kecemasan (mis. 28. Pasien dapat
vocal group, bola melakukan
voli, tenis meja, aktivitas yang
jogging, dipilih
berenang, tugas 29. Pasien
sederhana, melakuakn
permainan aktivitas fisik,
sederhana, tugas sosial, spiritual
rutin, tugas rumah dan kognitif
tangga, perawatan dalam menjaga
diri, dan teka-teki fungsi dan
dan kartu) kesehatan
22. Libatkan keluarga 30. Pasien terlibat
dalam aktivitas, dalam aktivitas
jika periu kelompok yang
23. Fasilitasi dianjurkan
mengembangkan 31. Keluarga dapat
motivasi dan memberikan
penguatan diri penguatan positif
24. Fasiliasi pasien atas partisipasi
dan keluarga dalam aktivitas
memantau
Kolaborasi
kemajuannya
32. Memberikan
sendiri untuk
perencanaan dan
mencapai tujuan monitor program
25. Jadwalkan aktivitas
aktivitas dalam 33. Pasien
rutinitas sehari- mendapatkan
hari terapi aktivitas
26. Berikan yang sesuai dan
penguatan positif tepat
atas partisipasi
dalam aktivitas

Edukasi
27. Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
28. Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
29. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial, spiritual,
dan kognitif
dalam menjaga
fungsi dan
kesehatan
30. Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
31. Anjurkan
keluarga untuk
memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas

Kolaborasi
32. Kolaborasi
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan
dan memonitor
program aktivitas,
jika sesuai
33. Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas
komunitas, jika
perlu

4 Defisit Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama


pengetahuan tindakan Edukasi Kesehatan Edukasi Kesehatan
berhubungan keperawatan selama (I.12383) (I.12383)
dengan kurang …x… jam Observasi Observasi
terpapar diharapkan Tingkat 1. Identifikasi 1. Mengetahui
informasi Pengetahuan kesiapan dan kesiapan dan
dibuktikan (L.12111) kemampuan kemampuan
dengan meningkat dengan menerima menerima
menanyakan kriteria hasil : informasi informasi
masalah yang 1. Perilaku sesuai 2. Identifikasi 2. Mengetahui
dihadapi, anjuran faktor-faktor yang factor-faktor yang
menunjukkan meningkat (5) dapat dapat
perilaku tidak 2. Verbalisasi meningkatkan dan meningkatkan dan
sesuai anjuran, minat dalam menurunkan menurunkan
menunjukkan belajar motivasi perilaku motivasi PHBS
persepsi yang meningkat (5) hidup bersih dan
Terapeutik
keliru terhadap 3. Kemampuan sehat
3. Pasien dapat
masalah, menjelaskan
Terapeutik menerima materi
menjalani tentang
3. Sediakan materi pendidikan yang
pemeriksaan yang pengetahuan
dan media sesuai dengan
tidak tepat, suatu topic
pendidikan baik dan benar
menunjukkan meningkat (5)
kesehatan 4. Pemberian materi
perilaku 4. Kemampuan
4. Jadwalkan pendidikan
berlebihan (mis. menggambarkan
pendidikan kesehatan kepada
apatis, pengalaman
kesehatan sesuai pasien diberikan
bermusuhan, sebelumnya
kesepakatan secara terjadwal
agitasi, hysteria). yang sesuai
5. Berikan dan sesuai
dengan topic
kesempatan untuk kesepakatan
meningkat (5)
bertanya 5. Pasien
5. Perilaku sesuai
menanyakan hal
dengan Edukasi
yang belum
pengetahuan 6. Jekaskan faktor
dipahami
meningkat (5) risiko yang dapat

6. Pertanyaan mempengaruhi Edukasi

tentang masalah kesehatan 6. Pasien mengetahui

yang dihadapi 7. Ajarkan perilaku factor risiko yang

menurun (5) hidup bersih dan mempengaruhi

7. Persepsi yang sehat kesehatan


8. Ajarkan strategi 7. Pasien mengetahui
keliru terhadap yang dapat strategi yang
masalah digunakan untuk dapat digunakan
menurun (5) meningkatkan untuk
8. Menjalani perilaku hidup meningkatkan
pemeriksaan bersih dan sehat PHBS
yang tidak tepat
menurun (5)
9. Perilaku
Intervensi
membaik (5)
Pendukung Intervensi
Bimbingan Sistem Pendukung
Kesehatan (I.12360) Bimbingan Sistem
Observasi Kesehatan (I.12360)
1. Indetifikasi Observasi
masalah 1. Mengetahui
kesehatan masalah
individu, keluarga kesehatan
dan masyarakat individu,
2. Indentifikasi keluarga dan
inisiatif individu, masyarakat
keluarga dan 2. Mengetahui
masyarakat inisiatif individu,
keluarga dan
Terapeutik
masyarakat
3. Fasilitasi
pemenuhan Terapeutik
kebutuhan 3. Kebutuhan
kesehatan kesehatan pasien
4. Fasilitasi terpenuhi
pemenuhan 4. Mendukung
kebutuhan memenuhi
kesehatan mandiri kebutuhan
5. Libatkan kesehatan pasien
kolega/teman 5. Mendukung
untuk memenuhi
membimbing kebutuhan
pemenuhan kesehatan pasien
kebutuhan 6. Pasien siap dalam
kesehatan melakukan
6. Siapkan pasien kolaborasi dan
untuk mampu bekerjasama
berkolaborasi dan dalam
bekerjasama pemenuhan
dalam pemenuhan kebutuahn
kebutuhan kesehatan
kesehatan
Edukasi
Edukasi 7. Pasien
7. Bimbing untuk bertanggung
bertanggung jawab
jawab mengidentifikasi
mengidentifikasi dan
dan mengembangkan
mengembangkan kemampuan
kemampuan memecahkan
memecahkan masalah
masalah kesehatan secara
kesehatan secara mandiri
mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Akkawi, I., & Zmerly, H. (2018). Osteoporosis: current concepts. Joints, 6(02), 122-
127.
Föger-Samwald, U., Dovjak, P., Azizi-Semrad, U., Kerschan-Schindl, K., &
Pietschmann, P. (2020). Osteoporosis: pathophysiology and therapeutic
options. EXCLI journal, 19, 1017.
Purwanto, Hadi. Desember 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta Selatan:
Pusdik SDM Kesehatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi dan TindakanHasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 14 Oktober 2022


Nama Pembimbing/ CT Mahasiswa

V.M Endang Sri P. Rahayu S.Kp.,M.Pd Kadek Diana Susilawati

NIP. 19581219 198503 2 005 NIM. P07120120052

Anda mungkin juga menyukai