Anda di halaman 1dari 12

DAUN CIPLUKAN

A. Laporan Empiris
Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lain tanaman ini berkhasiat
sebagai antipiretik, antidiare dan mendorong keluar angin, obat perangsang
(stimulansia), ekspektoran dan pewangi (Suryo, 2010).
B. Ramuan Tradisional
1. Ayan
Cuci bersih 8-10 butir buah ciplukan lalu makan secara rutin.
2. Bisul
Cuci bersih 10 helai daun ciplukan lalu giling sampai halus. Turapkan halusan
daun di bagian bisul dan sekelilingnya lalu balut dengan kain. Ganti obat dan
balutannya 2 kali sehari.
3. Borok
Cuci bersih 20 helai daun ciplukan, giling halus bersama 2 sendok makan air
kapur sirih. Tempelkan hasil gilingan pada borok atau luka. Lakukan secara rutin
sampai sembuh.
4. Influenza, sakit tenggorokan, gondongan, pembengkakan prostat, batuk rejan dan
pembengkakan buah pelir (orchitis)
Cuci bersih 9-15 gram seluruh bagian tumbuhan ciplukan. Rebus dengan 4 gelas
air sampai tersisa 2 gelas, lalu minum 2 kali sehari masing-masing 1 gelas.
5. Kencing manis
Cuci bersih 9-15 gram seluruh bagian tumbuhan ciplukan. Rebus dengan 3 gelas
air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring, lalu minum sekaligus 1 gelas
sehari.
6. Sakit paru-paru
Cuci bersih 9-15 gram seluruh bagian ciplukan. Rebus dengan 3 gelas air sampai
tersisa 1,5 gelas. Setelah dingin, saring, lalu bagi menjadi 3 bagian yang sama
banyak. Minum airnya 3 kali sehari, masing-masing 1 bagian.
7. Kanker
10 gram daun sambiloto kering, 10 gram rimpang temu lawak, 10 gram kunyit, 10
gram rimpang temu putih, 10 gram rimpang temu mangga, 10 gram ciplukan
kering, dan 10 gram meniran. Cuci bersih rimpang temu lawak, kunyit, temu
putih, temu mangga parut hingga halus. Campur hasil parutan dengan ciplukan,
sambiloto dan meniran. Rebus dalam 2 gelas air sampai hanya tersisa kira-kira 1,5
gelas. Angkat kemudian saring
(Hariana, 2010; Mangan 2009)

C. Informasi Ilmiah Tanaman


1. Taksonomi tanaman ciplukan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Solanales
Marga : Physalis
Jenis : Physalis angulata LINN
Physalis angulata LINN
Sinonim : Halicacabus indicus Rumphius
(Pitojo, 2002)
2. Nama Daerah
Daun boba (Ambon); Daun kopo-kopo (Makassar); Leletoken (Minahasa);
Lapunonat (Tinimbar); Daun boba (Sumatra); Cecendet (Sunda); Angket (Bali)
(Pitojo, 2002)

3. Karakteristik Tanaman Beluntas


Tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) adalah tumbuhan herba annual
(tahunan) dengan tinggi 0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan
menggarpu, bersegi tajam, berusuk, berongga, bagian yang hijau berambut pendek
atau boleh dikatakan gundul.
Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian
berbentuk bulat telur-bulat memanjang lanset dengan ujung runcing, ujung tidak
sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang-
bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak
dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian
tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau
dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10
mm, kuning terang dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, di bawah tiap
noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang berbentuk V. Tangkai
benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna biru muda. Putik
gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal
biji. Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai
kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah (Pitojo, 2002).

D. Fitokimia
Kandungan kimia yang terkandung dalam ciplukan diantaranya chlorogenik acid,
asam sitrun, fisalin, asam malat, alkaloid, tannin, saponin, flavonoid, polifenol,
kriptoxantin, gula, vitamin C, elaidic acid (Hariana, 2013; Mangan, 2009)

E. Farmakologi dan Toksikologi.


Aktivitas Farmakologi Ekstrak Hasil Senyawa Aktif
Efek Antidiabetes Ekstrak air, Ekstrak air dan fraksi air Alakloid,
Herba Ciplukan fraksinasi air memiliki efek antidiabets flavonoid,
(Physalis angulata dan fraksi Saponin,
LINN.) Pada Mencit etil asetat Polifenol,
Diabetes Dengan steroid
Induksi Aloksan triterpenoid,
(Sutjiatmo et al., 2011) monoterpenoid
dan
sesquiterpenoid
Uji Sitotoksisitas Ekstrak ekstrak ethanol 70% Alkaloid,
Ekstrak Ethanol 70 % etanol 70% herba ceplukan (Physalis saponin,
Herba Ceplukan angulata L.) mempunyai flavonoid dan
(Physalis Angulata aktivitas sitotoksik yang terpenoid.
Linn.) Terhadap Sel lebih rendah daripada
WiDr Secara In Vitro doxorubicin sehingga
(Djajanegara, 2008) kurang berpotensi sebagai
obat anti kanker.
Efektivitas Ekstrak Ekstrak ekstrak daun Ceplukan Flavonoid,
Daun Ceplukan sebagai etanol 96% terbukti memiliki efek alkaloid
Antimikroba terhadap antimikroba yang dapat polifenol
Methicillin-Resistant menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan membunuh bakteri
In Vitro (Fitrianti, MRSA.
2011)
Efek Teratogenik Ekstrak Ekstrak ciplukan memiliki -
Ekstrak Ciplukan metanol efek teratogenik
(Physalis Minima terhadap fetus rnencit.
Linn.) Terhadap Fetus
Mencit (Mus Musculus) Efek teratogenik yang
Galur Sub Swiss terjadi berupa
Webster (Purnomo et penurunan berat badan
al., 2016) fetus, penurunan
panjang fetus, dan
keterlambatan osifikasi
pada tulang supraoksipital,
badan vertebra
servikalis, lengkung
vertebra
salrokaudalis, tulang
sternum, dan falang
intermediet anggota gerak
belakang.

Dosis minimum yang


dapat rnenyebabkan
efek teratogenik yaitu
dosis P1 (l,4mg/0,l
ml Tween 20/10g BB).
F. Gambar Tanaman.

Dapus
EFEK ANTIDIABETES HERBA CIPLUKAN (Physalis angulata LINN.) PADA MENCIT DIABETES DENGAN
INDUKSI ALOKSAN Afifah B. Sutjiatmo1,2, Elin Yulinah Sukandar3 , Yulia Ratnawati1 , Suswini
Kusmaningati2 , Asri Wulandari1 , Suci Narvikasari2 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011:
166 -171

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Ethanol 70 % Herba Ceplukan (Physalis angulata Linn.) Terhadap Sel WiDr
Secara In Vitro Ira Djajanegara Jurnal Valensi Volume 1, No.3, November 2008

Dwi Fitrianti AR , Noorhamdani AS , Setyawati S Karyono Efektivitas Ekstrak Daun Ceplukan sebagai
Antimikroba terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus In Vitro jurnal kedokteran
brawijaya vol.26 no 4 2011

JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOL(IME 3, NOMOR 1, MEI2016

EFEK TERATOGENIK EKSTRAK CIPLUKAN (PHYSALIS MINIMA LINN.) TERTTADAP FETUS MENCIT (XIUS
MUSCULaS) GALUR SUB SWISS WEBSTER Tuwuh Purnomo, Lucia Maria Santoso, Riyanto
LABU SIAM

A. Laporan Empiris
Labu siam (Sechium edule) dikenal masyarakat sebagai sayuran yang mudah didapat
dan digunakan sebagai bahan masakan. Selain sebagai sayuran, labu siam dapat
menyembuhkan beberapa penyakit sehingga dapat disebut sebagai tanaman obat.
Labu siam mempunyai kegunaan sebagai penurun tekanan darah, mempunyai efek
diuretik, dapat menyembuhkan demam pada anak-anak serta baik digunakan oleh
penderita asam urat dan diabetes mellitus. Data yang didapat dari Meksiko
menyatakan bahwa penggunaan daun labu siam berguna pada kasus kekurangan
darah, hal ini juga telah dilakukan sejak zaman kolonial di Semenanjung Yucatan
(Zuhrahwati, 2015)
B. Ramuan Tradisional
Umumnya penggunaan labu siem secara traditional hanya diolah menjadi sayur.
C. Informasi Ilmiah Tanaman
1. Taksonomi tanaman ciplukan diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Cucurbitales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Sechium
Jenis : Sechium edule Sw
(Integrated Taxonomic Information System, 2017)
2. Nama Daerah
Labu siem (Melayu); waluh siam (Sunda); Waluh jipang, labu jipang (Jawa
Tengah); manisah (Jawa Timur); Ketimun jepang (manado) (Depkes RI, 2001)

3. Karakteristik Tanaman Beluntas


Habitus labu siam berupa tanaman perdu merambat dan semusim. Setelah
berbunga dan berbuah, tanaman ini akan mati. Perbungaannya berumah satu
(monoecious) dengan tipe bunga jantan dan bunga hermaprodit. Tanaman ini
dapat merambat hingga mencapai 3-5 meter. Labu siam memiliki batang yang
lunak, beralur, banyak cabang, serta memiliki alat untuk membelit yang berbentuk
spiral. Permukaan batang umumnya kasap atau agak kasar, berwarna hijau, dan
permukaan berbulu. Batang tanaman labu siam berbentuk bulat dan melilit. Labu
siam memiliki daun tunggal yang berbentuk jantung, tepi bertoreh,
dengan ujung yang meruncing, pangkal runcing, permukaan kasar, panjang 4-
25 cm dengan lebar antara 3-20cm. Bunga tanaman labu siam memiliki bunga
majemuk yang keluar dari ketiak daun, dengan kelopak bertajuk lima, mahkota
beralur, lima benang sari, kepala sari jingga, satu putik yang berwarna kuning.
Warna biji buah labu siam yang telah mengering adalah hitam, putih, atau
putih kecoklatan. Buahnya menggantung di tangkai dengan permukaan
berlekuk berwarna hijau keputih-putihan. Buah labu siam berwarna hijau
ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan. Semakin matang, warna
bagian luar buah berubah menjadi hijau pucat sampai putih. Dalam budidaya
tanaman labu siam, jumlah buah harus dibatasi untuk menghasilkan ukuran
buah yang lebih besar. Akar tanaman labu siam berwarna putih kecoklatan.
Akarnya berupa akar
serabut, bercabang banyak, berbentuk bulat sampai agak persegi, dan
berbatang lemah. Akar tanaman labu siam menyebar, tetapi dangkal (Arief, 2009)

D. Fitokimia
daun labu siam mengandung komponen protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan
mineral zat besi Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah labu
siam (Sechium edule) mengandung alkaloid, saponin, kardenolin/bufadienol dan
flavonoid. Hasil analisis kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak buah labu siam
mengandung alkaloid, saponin, kardenolin/bufadienol dan flavonoid. (Zuhrahwati,
2015; Dire 2005).
E. Farmakologi dan Toksikologi.
Aktivitas Farmakologi Ekstrak Hasil Senyawa Aktif
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Dari hasil dapat Mineral dan zat
Infusa Daun Labu Siam Labu siam disimpulkan bahwa infusa besi
(Sechium edule) daun labu siam dapat
Terhadap Kadar meningkatkan kadar
Hemoglobin Dan Nilai hemoglobin dan nilai
Hematokrit hematokrit tikus
Tikus Putih (Rattus percobaan. Pemberian
norvegicus) Anemia infusa daun labu siam
(Zuhrahwati, 2015) dengan konsentrasi 25%
lebih efektif dibandingkan
dengan konsentrasi 50%.
Uji Sitotoksisitas Ekstrak ekstrak ethanol 70% Alkaloid,
Ekstrak Ethanol 70 % etanol 70% herba ceplukan (Physalis saponin,
Herba Ceplukan angulata L.) mempunyai flavonoid dan
(Physalis Angulata aktivitas sitotoksik yang terpenoid.
Linn.) Terhadap Sel lebih rendah daripada
WiDr Secara In Vitro doxorubicin sehingga
(Djajanegara, 2008) kurang berpotensi sebagai
obat anti kanker.
Efektivitas Ekstrak Ekstrak ekstrak daun Ceplukan Flavonoid,
Daun Ceplukan sebagai etanol 96% terbukti memiliki efek alkaloid
Antimikroba terhadap antimikroba yang dapat polifenol
Methicillin-Resistant menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan membunuh bakteri
In Vitro (Fitrianti, MRSA.
2011)
Efek Teratogenik Ekstrak Ekstrak ciplukan memiliki -
Ekstrak Ciplukan metanol efek teratogenik
(Physalis Minima terhadap fetus rnencit.
Linn.) Terhadap Fetus
Mencit (Mus Musculus) Efek teratogenik yang
Galur Sub Swiss terjadi berupa
Webster (Purnomo et penurunan berat badan
al., 2016) fetus, penurunan
panjang fetus, dan
keterlambatan osifikasi
pada tulang supraoksipital,
badan vertebra
servikalis, lengkung
vertebra
salrokaudalis, tulang
sternum, dan falang
intermediet anggota gerak
belakang.

Dosis minimum yang


dapat rnenyebabkan
efek teratogenik yaitu
dosis P1 (l,4mg/0,l
ml Tween 20/10g BB).

F. Gambar Tanaman.

Dapus
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Labu Siam (Sechium edule) Terhadap Kadar Hemoglobin
Dan Nilai Hematokrit Tikus Putih (Rattus norvegicus) Anemia. 2015. Jurnal Medika
Veterinaria Vol. 9 No. 2, Agustus 2015 . Zuhrawati1 , Nuzul Asmilia1 , Asri Rizky2 , Zuraidawati1 ,
Nazaruddin3 , Mulyadi Adam4 , dan Muttaqien5

Dire, G.F. (2005) Evaluation of the Biological Effects of a Natural Extract of Chayotte (Sechium edule):
A Radiolabeling Analysis. IJNM
Bakti Husada. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2001.

Prahasta, Arief. Agribisnis Labu Siam. Bandung: Pustaka Grafika; 2009.

LABU SIAM

A. Laporan Empiris

B. Ramuan Tradisional

C. Informasi Ilmiah Tanaman


1. Taksonomi tanaman labu siam diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Rosanae
Order Cucurbitales
Family Cucurbitaceae
Genus Sechium P.
Species Sechium edule (Jacq.)
(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

A. Karakteristik Tanaman labu siam


2. Fitokimia

3. Farmakologi dan Toksikologi.


Aktivitas Farmakologi Ekstrak Hasil Senyawa Aktif
Sechium edule (Jacq.) Ekstrak The methanolic Terpenes and
Swartz, a New Cultivar metanol extract inhibited the flavonoids,
with Antiproliferative proliferation of HeLa Cucurbitacins B,
Potential in a Human cells (IC50 D, E, Rutin,
Cervical Cancer HeLa 1.85gmL1), but the Phlorizidin,
Cell Line (Sandra S, et lymphocytes were Myricetin,
al. 2017) affected by the extract Quercetin,
(IC50 30.04 gmL1). Naringenin,
Phloretin,
Apigenin, and
Galangin.
Antifungal and The lowest minimum
antibacterial properties inhibitory concentration
of three medicinal (MIC) and minimum
plants from Malaysia fungicidal concentration
(Shing, et al. 2013) (MFC) was exhibited by
the hexane extracts of S.
edule and S. muricatum
against C. neoformans,
both with values of 0.08
mg/mL. In the
antibacterial screening
assays, 49% of the
bioassays exhibited
bacteriostatic activity
while only 21% of them
showed bactericidal
activity. The lowest MIC
and minimum
bactericidal concentration
(MBC) was recorded for
the hexane extract of S.
muricatum against
Bacillus cereus and
Klebsiella pneumoniae,
both with values of 0.31
mg/mL. The
susceptibility of bacteria
towards the plant extracts
evaluated was species-
dependent, with the
susceptibility indices
ranging from 0% for
Escherichia coli to 72%
for Pseudomonas
aeruginosa.

4. Gambar Tanaman.

Dapus
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid IV. Trubus Agriwidya :Jakarta.

Sandra S, et al. 2017. Sechium edule (Jacq.) Swartz, a New Cultivar with Antiproliferative
Potential in a Human Cervical Cancer HeLa Cell Line.

Shing, et al. 2013. Antifungal and antibacterial properties of three medicinal plants from
Malaysia

https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=895503
#null. Diakses 14 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai