Anda di halaman 1dari 34

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI N-HEKSAN,FRAKSI

ETIL ASETAT DAN FRAKSI AIR DAUN UBI JALAR KUNING


(Ipomoea batatas L.) SERTA PENETAPAN KADAR
FLAVONOID DAN FENOLIK TOTALNYA

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Diajukan oleh:
Rizka Febiana Hidayatun Ni'mah
175010041

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
November 2023

1
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI N-HEKSAN, FRAKSI
ETIL ASETAT DAN FRAKSI AIR DAUN UBI JALAR KUNING
(Ipomoea batatas L.) SERTA PENETAPAN KADAR
FLAVONOID DAN FENOLIK TOTALNYA

Diajukan oleh:
Rizka Febiana Hidayatun Ni’mah
NIM 175010041

Telah disetujui oleh :

Pembimbing,

(apt. Aqnes Budiarti, SF., M.Sc) tanggal, 13 November 2023

2
I. JUDUL

Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Heksan, Fraksi Etil Asetat, dan Fraksi Air Daun

Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas L.) serta Penetapan Kadar Flavonoid dan

Fenolik Totalnya.

II. INTISARI

Daun ubi jalar kuning mengandung senyawa kimia alkaloid, flavonoid,

tanin, saponin, terpenoid, triterpenoid, dan fenol yang berpotensi sebagai

antioksidan. Antioksidan mampu menangkal radika bebas didalam tubuh melalui

donor elektron pada senyawa yang bersifat radikal menjadi stabil. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan melakukan penetapan kadar

flavonoid dan fenolik totalnya pada fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi

air daun ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L.).

Daun ubi jalar kuning dibuat simplisia dan diekstraksi dengan metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 70% kemudian dievaporasi menjadi ekstrak

kental dan difraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan air. Fraksi

n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air diuji aktivitas antioksidan dengan

metode ABTS dengan pembanding trolox. Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan

fraksi air ditetapkan kadar flavonoid total dengan pembanding kuersetin dan

ditetapkan kadar fenolik dengan pembanding asam galat menggunakan

spektrofotometri Uv-Vis. Hasil data absorbansi fraksi dihitung %inhibisi dan

3
dihitung IC50 dengan analisis regresi linier dan kadar flaonoid total dan fenolik

total dinyatakan dalam EQ/gram.

Kata kunci : Daun Ubi Jalar kuning, Antioksidan, Penetapan kadar total

III. LATAR BELAKANG

Radikal bebas merupakan molekul tidak stabil yang memiliki satu atau lebih

elektron yang tidak berpasangan, sehingga berusaha mendapatkan elektron

pasangan dengan cara mengambil elektron dari molekul lain. Radikal bebas

menimbulkan kerusakan DNA pada tubuh yang memicu perusakan syaraf,

perusakan otak dan penyakit lain seperti kanker, gangguan pencernaan, gangguan

fungsi hati dan penyakit jantung koroner (Khaira, 2010).

Daun ubi jalar kuning mengandung polifenol yang memiliki manfaat bagi

tubuh manusia sebagai antioksidan sehingga mampu menetralkan radikal bebas

yang dapat merusak sel-sel dan jaringan tubuh manusia. Senyawa kimia yang

terdapat dalam daun ubi jalar kuning yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, saponin,

terpenoid, triterpenoid, dan fenol. Daun ubi jalar kuning dapat dimanfaatkan

sebagai obat demam berdarah dengan cara direbus dan diminum air rebusannya,

selain itu daun ubi jalar kuning juga digunakan untuk mengobati diabetes melitus,

menurunkan kolesterol dan memperbanyak ASI. (Happy dkk., 2023).

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat terjadinya

reaksi oksidasi sehingga berfungsi sebagai preventif dan proteksi terhadap

berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa radikal bebas (Zalukhu dkk.,

2016). Berdasarkan sumbernya senyawa antioksidan dibedakan menjadi dua jenis


4
yaitu antioksidan sintetis dan antioksidan alami. Antioksidan sintetis seperti BHA

(butylated hydroxylanisole) dan BHT (butylated hydroxytoluene) merupakan

antioksidan yang memiliki harga terjangkau dan mudah didapatkan, namun

penggunaan jangka panjang memberikan efek samping pada tubuh sehingga

antioksidan alami seperti senyawa fenol, flavonoid dan tanin digunakan sebagai

alternatif untuk mengganti antioksidan sintetis (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fadel dkk. (2023) fraksi n-

heksan, fraksi etil asetat, fraksi etanol daun pisang kepok (Musa paradisiaca L.)

menggunakan metode DPPH memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC 50

berturut-turut yaitu 53,87ppm, 12, 96ppm, 34,11ppm termausk sangan kuat.

Prinsip dari metode DPPH yaitu adanya perubahan radikal bebas

(diphenylpicrylhydrazyl) menjadi senyawa non radikal (diphenylpicrylhydrazine)

yang disebabkan oleh atom hidrogen dari senyawa antioksidan berikatan dengan

elektron bebas pada senyawa radikal (Setiawan dkk., 2018).Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Salampe dkk. (2019), ekstrak etanol 70% daun

beroma (Cajanus cajan (L.) Milps) dengan metode ABTS menunjukkan aktivitas

antioksidan sangat kuat dengan nilai IC 50 sebesar 20,53 mg/mL, sedangkan pada

metode DPPH menunjukkan aktivitas antioksidan kuat dengan nilai IC 50 sebesar

86,34 mg/mL. Prinsip metode ABTS yaitu mengukur kapasitas antioksidan yang

bereaksi dengan radikal kation ABTS berdasarkan penghilangan warna kation

ABTS yang semula berwarna biru-hijau menjadi tidak berwarna (Setiawan dkk.,

2018). Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode berbeda dapat

menghasilkan aktivitas antioksidan yang berbeda.


5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui aktivitas antioksidan fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air

daun ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L.) menggunakan metode ABTS dan

penetapan kadar fenolik dan flavonoid totalnya serta perbandingan aktivitas

antioksidan ketiga fraksi yang dianalisis secara deskriptif.

IV. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun ubi jalar

kuning (Ipomoea batatas L.) memiliki aktivitas antioksidan dengan

menggunakan metode ABTS ?

2. Berapakah kadar flavonoid dan fenolik total yang terdapat pada fraksi n-

heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun ubi jalar kuning (Ipomoea

batatas L.) ?

V. PENTINGNYA SKRIPSI DIUSULKAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai daun

ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L.) yang bisa digunakan sebagai sumber

antioksidan alami.

VI. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

6
1. Untuk menguji aktivitas antioksidan fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan

fraksi air daun ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L.) menggunakan

metode ABTS.

2. Untuk menetapkan kandungan senyawa flavonoid dan fenolik total fraksi

n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun ubi jalar kuning (Ipomoea

batatas L.)

VII.TINJAUAN PUSTAKA

1. Klasifikasi Daun Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas L.)

Menurut Silva, (2019), sistematika (taksonomi) tanaman daun ubi jalar

kuning dapat diklasifikasikan sebagai berikut

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiosperma

Kelas : Dycotyledonae

Ordo : Convolvulales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batats L.

7
Gambar 1. Daun Ubi Jalar Kuning

2. Morfologi Tanaman

Secara morfologi ubi jalar termasuk tanaman umbi-umbian dan tergolong

tanaman semusim dengan susunan utama terdiri dari batang, umbi, daun, dan

bunga. Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan panjang

tanaman dapat mencapai tiga meter, tergantung pada kultivarnya. Bentuk batang

bulat, tidak berkayu, tidak berbuku-buku dan tumbuh tegak atau merambat.

Bentuk daun bulat sampai lonjong, tepi daun tepi rata atau berlekuk dangkal

sampai berlekuk dalam, dan bagian ujungnya meruncing. Daun ubi jalar kuning

mempunyai bentuk daun cordate dengan tepi daun rata (Sarwanto dkk., 2021).

3. Kandungan Daun Ubi Jalar Kuning

Daun ubi jalar kuning memiliki kandungan senyawa kimia alakoloid,

flavonoid, tanin, saponin, terpenoid, triterpenoid, dan fenol (Happy dkk., 2023).

Salah satu senyawa yang termasuk polifenol adalah flavonoid dan fenol yang

berkhasiat sebagai antidiabetik.

4. Maserasi

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia hewani atau simplisia nabati menggunakan pelarut

8
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah

ditentukan (Depkes RI, 1995).

Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan

dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan

pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Faktor faktor yang

mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan

bahan dan pelarut, dan ukuran partikel. Ekstraksi dengan metode maserasi

memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak akan rusak

(Pratiwi, 2010). Umumnya ekstraksi metode maserasi menggunakan suhu ruang

pada prosesnya, namun dengan menggunakan suhu ruang memiliki kelemahan

yaitu proses ekstraksi kurang sempurna yang menyebabkan senyawa menjadi

kurang terlarut dengan sempurna.

5. Fraksinasi

Fraksinasi merupakan metode pemisahan ekstrak berdasarkan kepolaran

(Akhsanita, 2012). Fraksi ini menggunakan dua pelarut yang tidak tercampur dan

memiliki tingkat kepolaran yang berbeda (Akhsanita, 2012). Tujuan dari

fraksinasi adalah untuk memisahkan senyawa berdasarkan kepolarannya, sehingga

jumlah dan jenisnya menjadi fraksi berbeda (Bona et al., 2015). Pelarut yang

biasa digunakan pada fraksi senyawa flavonoid adalah n-heksana dan etil asetat.

Fraksinasi dapat dilakukan dengan metode ektraksi cair-cair dan kromatografi.

6. Flavonoid

9
Flavonoid merupakan senyawa golongan fenol yang terbesar di alam karena

banyaknya tingkat hidroksilasi, alkoksilasi dan glikosilasi pada strukturnya

(Julianto, 2019). Flavonoid memiliki 15 atom karbon dasar yang membentuk

susunan C6-C3-C6 yaitu 2 cincin aromatik dihubungkan dengan tiga karbon yang

dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Parwata, 2016). Flavonoid

memiliki struktur kimia seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Flavonoid (Julianto, 2019)

Flavonoid dikelompokkan menjadi 3 kelompok utama yaitu antosianin,

flavonol dan flavon (Julianto, 2019). Flavonoid merupakan senyawa metabolit

sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan. Flavonoid sebagai antioksidan

melalui proses pemecahan radikal bebas dengan dasar struktur flavonoid

melakukan donor hidrogen pada radikal bebas (Alfaridz dan Amalia, 2018).

7. Fenolik

Fenol (C6H6OH) merupakan senyawa aromatik yang cenderung larut dalam

air dan biasanya terdapat pada vakuola sel. Fenol memiliki struktur kimia yang

diturunkan dari benzene serta memiliki gugus hidroksil (-OH) dan gugus alkoksi

(-OR) (Lestari dkk., 2018). Senyawa golongan fenolik yaitu fenol sederhana,

10
asam fenolat, fenilpropanoid, flavonoid dan tanin (Julianto, 2019). Fenol memiliki

struktur kimia seperti pada Gambar 2.

Gambar 1. Struktur Fenol (Nair dkk., 2008)

Fenol merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas

antioksidan (Fitri dkk., 2015). Mekanisme senyawa fenolik sebagai antioksidan

yaitu gugus fenol mengikat radikal bebas dengan memberikan atom hidrogennya

melalui proses transfer elektron, sehingga fenol berubah menjadi radikal fenoksil

yang stabil (Janeiro dan Brett 2004).

8. Metode ABTS

Prinsip metode ABTS ini adalah melihat kemampuan antioksidan dalam

menstabilkan radikal bebas yang ditandai dengan pemudaran warna. Warna biru

kehijauan dari radikal kation ABTS+ akan tereduksi oleh antioksidan menjadi

bentuk non radikal yang tidak berwarna (AlHmoud et al., 2014). Kemampuan

relatif antioksidan untuk mereduksi ABTS diukur menggunakan spektrofotometri

pada panjang gelombang 734 nm (Sukweenadhi et al., 2020). Reaksi reduksi

ABTS dari senyawa radikal bebas dapat dilihat pada gambar 3.

11
Gambar 3. Reduksi ABTS oleh Senyawa Penangkap Radikal Bebas

Metode ABTS dapat digunakan pada sistem yang berbasis air maupun

organik, dan memiliki waktu reaksi yang lebih cepat serta dapat bekerja pada

rentang pH yang luas (Apak et al., 2013). Namun, metode ini sangat sensitif

terhadap cahaya dan memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, yaitu 12-16

jam dalam kondisi gelap (Maryam et al., 2016).

Inhibitor concentration (IC50) merupakan konsentrasi suatu zat antioksidan

yang menghambat aktivitas radikal bebas sebanyak 50% (Serlahwati & Atika,

2016). IC50 dapat ditentukan dengan persamaan regresi linier y = bx + a yang

diperoleh dari memplotkan seri konsentrasi dan presentase aktivitas antioksidan.

Suatu senyawa dikatakan mempunyai aktivitas antioksidan kuat, sedang dan

lemah dapat melihat Tabel I (Molyneux, 2004).

Tabel I. Sifat Antioksidan Berdasarkan Nilai IC50


Nilai IC50 Sifat Antioksidan
<50 ppm Sangat kuat
50 ppm-100 ppm Kuat
100 ppm-250 ppm Sedang
250 ppm-500 ppm Lemah
>500 ppm Tidak aktif

12
9. Spektrofotometer UV-VIS

Metode yang digunakan oleh Departemen Kesehatan RI untuk mengukur

kadar flavonoid dalam sampel herbal adalah menggunakan spektrofotometer UV-

Vis. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) berdasar pada

serapan cahaya, dimana atom dan molekul berinteraksi dengan cahaya (Iqbal,

2011). Gabungan antara prinsip spektrofotometri Ultraviolet dan visible disebut

spektrofotometer Ultraviolet-visible (UV-Vis). Sumber UV dan visible adalah dua

sumber sinar yang berbeda yang digunakan pada instrumen ini. Spektrofotometri

UV-Vis berdasar pada hukum Lambert-Beer. Jika sinar monokromatik melewati

suatu senyawa maka sebagian sinar akan diabsorbsi, sebagian dipantulkan dan

sebagian lagi akan dipancarkan.

Panjang gelombang pada daerah ultraviolet adalah 180 nm-380 nm,

sedangkan pada daerah visible adalah 380 nm-780 nm (Warono & Syamsudin,

2019). Cara yang paling baik untuk mengetahui struktur flavonoid yaitu spektrum

serapan UV dan serapan visible. Hal ini dikarenakan adanya kandungan sistem

aromatis yang terkonjugasi pada flavonoid. Selain itu, juga bisa memperlihatkan

pita serapan kuat pada daerah UV dan visible. Pada uji kuantitatif untuk

nenentukan kadar flavonoid berbagai jenis daun herbal, maka bisa menggunakan

cara ini dengan mengukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer

UV-Vis. Namun, terlebih dahulu menggunakan data larutan standar untuk

memperoleh persamaan regresi (Neldawati, 2013).

VIII. LANDASAN TEORI

13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fadel dkk., (2023) menyatakan

bahwa hasil dari fraksi diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH

menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis. Aktivitas antioksidan dari berbagai

fraksi dinyatakan dalam bentuk nilai IC50. Hasil skrinning fitokimia ekstrak etanol

70% daun pisang kapok (Musa paradisiaca L.) mengandung senyawa flavonoid,

alkoloid, tanin, saponin, dan polifenol. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa uji

aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan nilai IC 50 pada fraksi n-heksana,

fraksi etil asetat, fraksiair ekstrak etanol daun pisang kepok (Musa paradisiaca L.)

berturut-turut yaitu: 53,87 ppm, 12,96ppm, dan 34,11 ppm. Fraksi etil asetat,

fraksi air, dan kontrol positif vitamin C memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat,

sedangkan fraksin-heksan memiliki aktivitas antioksidan kuat.

Berdasarkan hasil penelitian Hue et al. (2012) menetapkan bahwa enam

macam daun ubi jalar terdapat jumlah keseluruhan fenol sebesar 200,78 sampai

500,35 mgGAE/100g dan nilai keseluruhan flavonoid sebesar 9,6 sampai 26,35

mg/100g, lain dari itu tumbuhan yang terkandung antioksidan tinggi adalah daun

ubi ungu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Salampe dkk. (2019), ekstrak

etanol 70% daun beroma (Cajanus cajan (L.) Milps) dengan metode ABTS

menunjukkan aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC 50 sebesar 20,53

mg/mL, sedangkan pada metode DPPH menunjukkan aktivitas antioksidan kuat

dengan nilai IC50 sebesar 86,34mg/mL.

IX. HIPOTESIS
14
Hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Fraksi n-heksan,fraksi etil asetat dan fraksi air daun ubi jalar kuning

(Ipomoea batatas L.) memiliki aktivitas antioksidan yang diuji

menggunakan metode ABTS.

2. Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun ubi jalar kuning

(Ipomoea batatas L.) mengandung flavonoid dan fenolik total.

X. Rencana Penelitian

A. Bahan yang akan digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Daun Ubi Jalar Kuning

(Ipomoea batatas L.) yang diperoleh dari produsen simplisia daerah Desa

Jurang Belik, Mlilir, Bandungan, Kabupaten Semarang. Pelarut yag digunakan

untuk ekstraksi yaitu etanol 70% (Merck). Pelarut yang digunakan untuk

fraksinasi yaitu pelarut n-heksan, etil asetat, air, etanol 70% (Merck). Bahan

untuk uji aktivitas antioksidan adalah ABTS, trolox, etanol p.a (Merck), dan

kalium persulfat (K2S2O8). Bahan yang digunakan untuk uji fitokimia yaitu

FeCl₃ 5%, HCI pekat, serbuk magnesium, amil alcohol. Bahan yang digunaan

untuk pentapan kadar fenolik total adalah reagen Folin-Ciocalteu, Na2CO3 7%,

asam galat dan tanol p.a (Merck). Bahan yang digunakan untuk penetapan

kadar flavonoid total adalah kuersetin, aluminiumm klorida(AlCl 3), kalium

asetat, dan etanol p.a (Merck).

15
B. Alat yang akan digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Ohaus),

beaker gelas ( Iwaki pyrex), batang pengaduk, corong pisah, corong kaca, alat

Rotary evaporator (Heidolph), aluminium foil, ertas saring, spektrofotometer

Uv-Vis (Shimadzu Pharma Spec. UV-1700), erlenmeyer (Iwaki pyrex), cawan

porselen, mikropipet (Socorex), penangas air, oven (Memmet), ayakan (mesh

No. 60), labu takar 5 ml, 100, 250 ml (Iwaki pyrex).

C. Jalannya Penelitian

1. Pengumpulan Bahan

Sampel yang digunakan meliputi daun ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L.)

segar diperoleh dari desa Jurang Belik, Mlilir, Bandungan, Kabupaten

Semarang sebanyak 3 kg. Daun ubi jalar kuning segar, tidak berlubang disortir,

dicuci kemudian dikeringkan dengan menggunakan lemari pengering pada

suhu 50°C sampai kering. Daun yang telah kering diserbuk dengan mesin

penyerbuk yang dilengkapi dengan ayakan 60 mesh sehingga diperoleh serbuk

daun ubi jalar kuning. Kemudian ditimbang bobot simplisia yang dihasilkan

dan dihitung kadar airnya (DepKes RI, 1986). Serbuk yang dihasilkan

kemudian dilanjutkan dengan proses ekstraksi.

2. Determinasi Tanaman

16
Determinasi daun ubi jalar kuning dilakukan diLaboratorium Ekologi dan

Biosistematika Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Diponegoro

Semarang. Determinasi ini dilakukan dengan cara mencocokkan morfologi

yang ada pada tanaman ubi jalar kuning dengan kunci determinasi lengkap.

Determinasi ini juga bertujuan untuk mendapatkkan dan memastikan kebenara

identitas sampel sehingga meminimalisir kesalahan pada saat pemilihan

tanaman tersebut.

3. Ektrasi Daun Ubi Jalar Kuning

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol

70 % dengan menggunakan perbandingan 1:10. Serbuk daun ubi jalar kuning

ditimbang sebanyak 100 gram, dilarutkan dalam 1000 mL (pelarut ini dibagi

menjadi 2 bagian, bagian yang pertama yaitu 750 ml lalu bagian yang kedua 250

ml). pelarut etanol 70%, dimasukkan ke dalam toples dan dilakukan

pengadukan selama 10 menit. Toples dilapisi kertas coklat agar terhindar dari

cahaya matahari langsung dan ditutup aluminum foil. Proses perendaman

selama 3 hari dan dilakukan pengadukan selama 15 menit tiap 8 jam sekali.

Setelah 3 hari diekstraksi didapatkan maserat (1). Kemudain ampas (residu) dari

penyaringan direndam kembali dengan etanol 70% sebnayak 250ml selama 2

hari dan dilakukan pengadukan selama 15menit tiap 8 jam sekali dan diperoleh

maserat (2). Maserat 1 dan maserat 2 ditambahkan. Hasil filtrate yang diperoleh
17
berupa ekstrak cair kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada

suhu 50°C sehingga diperoleh ekstrak etanol daun ubi jalar kuning. Setelah itu

dilakukan penimbangan ekstrak kental dan dihitung persentase rendemen yang

dihasilkan (Depkes RI, 2000).

4. Pembuatan Fraksi n-Heksan,Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Air Daun Ubi

Jalar kuning

ekstrak etanol daun ubi jalar kuning sebanyak 10 gram dilarutkan dalam

50mL akuades, kemudian dimasukkan corong pisah. n-heksan sebanyak 50 mL

dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian digojog sambil sesekali kran

dibuka untuk mengeluarkan gas. Campuran dalam corong pisah didiamkan

hingga memisah menjadi dua lapisan yaitu lapisan air dan lapisan n-heksan.

Lapisan n-heksan dikeluarkan dan ditampung. Fraksinasi ekstrak etanol daun ubi

jalar kunig diulang hingga lapisan n-heksan jernih. Fraksi yang tidak larut n-

heksan difraksinasi dengan etil asetat sama banyak (1:1). Fraksi yang tidak larut

etil asetat direfraksi dua kali sama banyak. Fraksi larut etil asetat dikumpulkan

dan diuapkan untuk membentuk fraksi etil asetat. Fraksi tidak larut etil asetat

dikumpulkan dan diuapkan agar menjadi fraksi air.

5. Skrining Fitokimia

a. Uji Flavonoid

Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun ubi jalar kuning

ditimbang sebanyak 100 mg, dilarutkan dengan 10 ml etanol p.a, larutan


18
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi sama rata, kemudian

salah satu tabung reaksi ditambahkan dengan 0,1 g serbuk magnesium (Mg),

serta 1 ml asam klorida (HCl) pekat dan digojog. Larutan didiamkan

beberapa saat dan diamati terjadinya perubahan warna jingga sampai merah

bata yang menunjukkan adanya kandungan senyawa flavonoid dan

bandingkan dengan tabung reaksi yang tidak ditambahkan pereaksi (Ergina

dkk., 2014).

b. Uji Fenolik

Sampel fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun ubi jalar

kuning diambil sebanyak 50 mg dan dilarutkan dengan etanol 70%.

Kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl₃ 5% b/v dalam etanol. Sampel

positif mengandung fenolik ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru,biru

kehitaman, biru kehijauan atau menghasilkan intensitas warna yang lebih

gelap (Harbone, 1996).

6. Uji Aktivitas Antioksidan

a. Pembuatan Larutan Stok ABTS

Pembuatan larutan stok ABTS konsentrasi 7,31 mM dilakukan dengan cara

larutan I adalah serbuk ABTS ditimbang seberat 100 mg dilarutkan dalam 25 ml

labu takar dengan pelarut etanol p.a hingga batas kemudian dibungkus dengan

aluminium foil. Larutan II adalah kalium persulfat K2S2O8 dengan konsentrasi

2,45 mM ditimbang seberat 165 mg lalu dilarutkan dalam labu takar 250 ml

19
menggunakan etanol p.a hingga tanda batas. Larutan I dan larutan II diambil

dengan perbandingan volume 1:1 (25 ml larutan ABTS dan 25 ml larutan kalium

persulfat) dicampur kemudian ditutup dengan alumunium foil agar tidak terkena

cahaya. Selanjutnya dinkubasi selama 8-16 jam ditempat yang terhindar dari

cahaya.

b. Pembuatan Larutan Induk Trolox (1000ppm)

Trolox ditimbang sebanyak 100 mg kemudian dilarutkan dengan 50 ml etanol

p.a sampai larut. Larutan tersebut dimasukkan dalam labu takar 100 mL,

ditambahkan etanol p.a sampai tanda batas.

c. Pembuatan Seri Konsentrasi Trolox

Larutan induk trolox 1000 ppm dipipet masing-masing 25 µL, 50 µL, 75 µL,

100 µL, dan 125 µL ke dalam labu talar 5 mL kemudian ditambahkan etanol p.a

sampai batas tanda labu takar. Konsentrasi yang diperoleh berturut-turut 5,10, 15,

20 dan 25 ppm.

d. Pembuatan Larutan Induk Fraksi N-heksan dan Fraksi Etil Asetat

Daun Ubi Jalar Kuning

Fraksi-fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi air daun ubi jalar kuning

diambil sebanyak 1 g, kemudian dilarutkan dengan etanol 70% dalam labu takar

100 ml. Konsentrasi masing-masing sampel yang diperoleh sebesar 10.000 ppm.

20
e. Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Fraksi n-Heksan, Fraksi Etil

Asetat, dan Fraksi air Daun Ubi Jalar Kuning

Seri konsentrasi larutan masing-masing fraksi dibuat kadar 10 ppm, 20 ppm,

30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm dibuat sebanyak 5 ml. Larutan stok 1000 ppm

masing- masing dipipet 50 µl, 100 µl, 150 µl, 200 µl, dan 250 µl, campuran

ditambah 2 ml larutan ABTS kemudian dicukupkan volumenya dalam labu takar

5 mL dengan etanol p.a.

f. Pengukuran Panjang Gelombang (λ) Maksimal

Larutan ABTS dipipet sebanyak 1 mL dan larutan trolox dipipet sebanyak 1

mL. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL dan

dicukupkan volumenya dengan etanol p.a sampai tanda batas. Larutan diukur

absorbansinya dengan blanko etanol p.a pada panjang gelombang 400-800 nm

menggunakan spektrofotometer Visible. Panjang gelombang maksimal dilihat

pada nilai absorbansi yang paling tinggi yang mana nilai tersebut memiliki

serapan yang maksimal. Larutan blanko yang digunakan adalah etanol p.a.

(Ardiyansah, 2021).

g. Penentuan Operating Time

Larutan ABTS dipipet sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam

labu ukur 5 mL. Ditambahkan larutan trolox sebanyak 1 mL kemudian

dicukupkan volumenya hingga batas menggunakan etanol p.a. Absorbansinya

dibaca pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, dam 60

menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang maksimal.

21
Operating time dilihat pada waktu peredaman radikal ABTS yang

menghasilkan absorbansi paling stabil dan memberikan serapan paling tinggi.

Serapan yang tinggi menunjukkan sampel sudah bereaksi dengan sempurna,

data yang tidak terjadi penurunan nilai absorbansi saat pengukuran sampel

(Ardiyansah, 2021).

h. Pengukuran Serapan Larutan ABTS

Larutan ABTS diambil sebanyak 1 mL menggunakan pipet dan ditambahkan

larutan trolox sebanyak 1 mL didalam labu takar 5 mL, kemudian dicukupkan

hingga batas menggunakan etanol p.a larutan didiamkan selama operating time.

Serapan diukur menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang

maksimal.

i. Uji Aktivitas Antioksidan Trolox

Larutan trolox dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25

ppm, dipipet sebanyak 1 mL, lalu ditambahkan dengan 1 mL larutan ABTS,

kemudian didiamkan di tempat yang terhindar dari cahaya selama operating time,

selanjutnya diukur serapannya dengan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang

gelombang maksimal (Ardiyansah, 2021).

j. Uji Aktivitas Antioksidan Larutan Fraksi n-heksan, Fraksi Etil Asetat,

dan Fraksi Air Daun Ubi Jalar Kuning

Larutan stok sampel dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm

dan 50 ppm masing masing dipipet 1 mL dan ditambahkan larutan ABTS

sebanyak 1 mL didalam tabung reaksi, kemudian dihomogenkan. Larutan

22
didiamkan selama operating time. Serapan diukur menggunakan spektrofotometer

Uv-Vis pada panjang gelombang maksimal.

7. Uji Penetapan Kadar Flavonoid Total (Puspitasari dkk., 2019)

a. Pembuatan Larutan Induk Kuersetin (400ppm)

Larutan kuersetin dibuat kadar 400 ppm sebanyak 250 ml. Kuersetin

ditimbang sebanyak 100 mg dilarutkan dengan etanol p.a sebanyak 20 ml.

larutan tersebut dimasukkan kedalam labu takar 250 ml, kemudian

ditambahkan etanol p.a sampai tanda batas.

b. Pembuatan Larutan Induk AlCl3 10%

Aluminium klorida (AlCl3) ditimbang sebanyak 500 mg kemudian

dilarutkan menggunakan etanol p.a. Larutan dimasukkan kedalam labu takar 5

ml sampai tanda batas.

c. Pembuatan Larutan Induk Kalium Asetat (CH3COOK) 1M

Kalium asetat ditimbang sebanyak 500 mg kemudian dilarutkan dengan

etanol p.a. Larutan dimasukkan kedalam labu takar 5 ml sampai tanda batas.

d. Pembuatan Seri Konsentrasi Kuersetin

Pembuatan seri konsentrasi kuersetin dibuat kadar 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8

ppm, 10 ppm dan 12 ppm sebanyak 5 ml. Pembuatan seri konsentrasi larutan

kuersetin dilakukan dengan cara larutan induk 400 ppm dipipet sebanyak 25 µL,
23
50 µL, 75 µL, 100 µL, 125 µL, 150 µL, masing-masing larutan induk

dimasukkan dalam labu takar 5 mL dan dicukupkan dengan etanol p.a sampai

batas.

e. Pembuatan Larutan Stok Fraksi n-Heksan, Fraksi Etil Asetat, Fraksi

Air Ubi Jalar Kuning

Larutan stok masing-masing fraksi dibuat kadar 1000 ppm sebanyak 100

ml. Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air ditimbang sebanyak 1 g

menggunakan cawan porselen yang. Fraksi-fraksi tersebut kemudian dilarutkan

menggunakan etanol p.a. Larutan disaring menggunakan kertas saring,

kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dicukupkan volumenya

sampai tanda batas. Larutan diambil 1 ml, dimasukkan labu takar 10 ml

ditambahkan etanol p.a hingga tanda batas.Sehingga didapatkan konsentrasi

sebesar 1000 ppm.

f. Penentuan Panjang Gelombang (λ) Maksimum

Pengukuran panjang gelombang maksimum pada penelitian ini dilakukan

dengan mengambil larutan kuersetin konsentrsi 1000 µl dari konsentrasi 6 ppm

ditambahkan 200 µl AlCl3 10% dan 200 µl CH3COOK 1 M. Larutan tersebut

kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan

rentang panjang gelombang 400-500 nm.

g. Penentuan Operating Time (OT)

Penentuan operating time dilakukan degan cara larutan kuersetin dipipet

konsentrasi 6 ppm sebanyak 1000 µl kemudian ditambahkan 200 µl AlCl 3 10%

24
dan 200 µl CH3COOK. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya

menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimal

dengan pengukuran pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55,

dan60. Penentuan operating time ditentukan dengan nilai absorbansi yang stabil

pada hasil pengukuran serapan sampel.

h. Pembuatan Kurva Baku Kuersetin

Seri konsentrasi kuersetin sebanyak 1000 µL pada masing-masing

konsentrasi (2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm) ditambahkan AlCl3 10 % sebanyak

200 µL dan 200 µL CH3COOK 1 M. absorbansi dibaca dengan spektrofotometer

UV-Vis pada panjang gelombang maksimum dan operating time yang telah

didapat. Perlakuan dilakukan replikasi 3 kali.

i. Pengukuran Flavonoid Total

Larutan stok fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air dipipet 1000 µl,

kemudian ditambahkan AlCl3 10% sebanyak 200 µl dan 200 µl CH 3COOK 1 M.

Absorbansi dibaca menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang

maksimum dan pada rentang waktu operating time yang telah didapat. Replikasi

dilakukan 3 kali.

8. Uji Penetapan Kadar Fenolik Total (Puspitasari dkk, 2019)

a. Pembuatan Larutan Induk Asam Galat (1000ppm)

Sebanyak 10 mg asam galat ditimbang, lalu ditambahkan dengan etanol p.a

pada labu takar 10 mL hingga tanda batas bawah.

b. Pembuatan Larutan Na2CO3 7%

25
Natrium karbonat ditimbang 7 gram dilarutkan dalam 100 mL aquadest pada

labu takar hingga tanda batas bawah.

c. Pembuatan Larutan Induk Fraksi n-heksan, Fraksi Etil Asetat, dan

Fraksi Air Daun Ubi Jalar Kuning

masing-masing fraksi ditimbang sebanyak 500mg dimasukkan kedalam

beaker glass 50ml, dilarutkan dengan etanol p.a hingga larut dengan bantuan

magnetic stirrer dengan kecepatan 300rpm sampai terlarut sempurna, disaring

menggunakan kertas saring kedalam labu takar 10ml, ditambahkan dengan

etanol p.a higga tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing

fraksi n-heksan, frkasi etil asetat, dan fraksi air daun ubi jalar kuning sebesar

50.000ppm.

d. Pembuatan Seri Konsentrasi Asam Galat

Seri konsentrasi dibuat berbagai seri yaitu 50, 100, 150, 200, 250, 300ppm

dalam 5mL etanol p.a. larutan induk asam galat 1000ppm dipipet sebanyak

250 µL, 500 µL, 750 µL, 1000 µL, 1250 µL, 1500 µL, masing-masing larutan

induk dimasukkan kedalam labu takar 5mL dan dicukupkan dengan etanol p.a

sampai tanda batas.

e. Penentuan Panjang Gelombang (λ) Maksimum Fenolik

Pengukuran panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer

UV-VIS dengan pembanding asam galat. Sebanyak 200 µL dari seri

konsentrasi 150ppm ditambahkan 400 µL Follin-Ciocalteu, didiamkan selama

26
8menit, ditambahkan 4mL Na2CO3 7%. Absorbansi dibaca dengan

spektrofotometer UV-VIS pada rentang 500-800nm.

f. Pengukuran Operating Time (OT)

operating time diukur dengan spektrofotometer UV-VIS dengan pembanding

asam galat. Sebanyak 200 µL dari seri konsentrasi 150ppm ditambahkan 400

µL Follin-Ciocalteu, didiamkan selama 8menit, ditambahkan 4mL Na 2CO3

7%. Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

maksimum.

g. Penetapan Kurva Baku Asam Galat

Sebanyak 200 µL dipipet dari konsentrasi asam galat 50, 100, 150, 200, 250,

300 ppm ditambahkan 400 µL Follin-Ciocalteu, didiamkan selama 8menit,

ditambahkan 4mL Na2CO3 7% didiamkan menurut hasil operating time yang

didapat. Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang maksimum didapat. Perlakuan dilakukan replikasi sebanyak 3

kali.

h. Pembacaan Absorbansi Fenolik Fraksi n-Heksan, Fraksi Etil Asetat,

dan Fraksi Air Daun Ubi Jalar Kuning

masing-masing fraksi daun ubi jalar kuning dipipet 200 μL ditambahkan 400

μL Folin-ciocalteu, didiamkan selama 8 menit, ditambahkan 4 mL Na 2CO3

7%. Absorbansi dibaca menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang maksimum dan operating time yang telah didapat. Perlakuan

dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.


27
XI. Analisis data

A. Penentuan Aktivitas Antioksidan

Besarnya persentase aktivitas antioksidan dihitung berdasarkan rumus :

absorbansi kontrol−absorbansi perlakuan


% IC = x 100 %
absorbansi kontrol

Keterangan :

Absorbansi kontrol = serapan radikal ABTS 0,1 mM

Absorbansi sampel = serapan sampel dalam radikal ABTS 0,1 mM

Setelah didapatkan presentase aktivitas antioksidan dari masing-masing

konsentrasi, kemudian ditentukan persamaan y = bx + a untuk mengetahui

nilai aktivitas antioksidan dengan perhitungan secara regresi linier dimana x

adalah konsentrasi (µg/mL) dan y adalah penghambatan antioksidan (%).

Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah mengganti y dengan 50

B. Penentuan Kadar Fenolik Total

Kadar fenolik total diperoleh dari nilai absorbansi masing-masing sampel

kemudian diplotkan kedalam persamaan kurva baku asam galat. Nilai yang

didapat dikalikan volume total sampel dan dibandingkan dengan bobot

penimbangan dengan rumus:


28
X x Fp x volume total ekstrak
kadar fenolik total= ¿
bobot penimbangan ( gram ) x 1000

Keterangan : Fp = factor pengenceran (Puspitasari et al., 2017).

X = konsentrasi fenolik (nilai x)

C. Penentuan Kadar Flavonoid Total

Kadar flavonoid total diperoleh dari nilai absorbansi masing-masing sampel

kemudian diplotkan kedalam persamaan kurva baku kuersetin. Nilai yang didapat

dikalikan volume total sampel dan dibandingkan dengan bobot penimbangan

dengan rumus:

X x Fp x volume total ekstrak


kadar flavonoid total= ¿
bobot penimbangan ( gram ) x 1000

Keterangan : Fp = factor pengenceran (Puspitasari et al., 2017).

X = konsentrasi flavonoid (nilai x)

D. Analisis Deskriptif

Analisis data yang digunakan yaitu membandingkan hasil IC 50 yang diperoleh


dengan ketiga fraksi yaitu fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air.

IX. FASILITAS YANG DIPERLUKAN

Tulis fasilitas yang diperlukan selama penelitian misalnya:

29
a. Laboratorium Kimia Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim,

Semarang.

b. Laboratorium Ekologi dan Biosistematika Jurusan Biologi, Fakultas

MIPA Universitas Diponegoro Semarang.

XII. JADWAL WAKTU

Tahap Waktu Pelaksanaan

Pembuatan Proposal September – Oktober 2023

Ujian Proposal November 2023

Persiapan Penelitian Desember 2023

Pelaksanaan Penelitian Desember 2023 - Januari 2024

Pengolahan Data Februari 2024

Penyusunan Laporan Februari 2024

30
XIII. DAFTAR PUSTAKA

Alfaridz, F., dan Amalia, R., 2018, Review Jurnal : Klasifikasi dan Aktivitas
Farmakologi dari Senyawa Aktif Flavonoid, Jurnal Farmaka, 16(3):1-9.

Al-Hmoud, H, A., Ibrahim, N, E., ElHallous, E, I., 2014, Surfactants solubility,


concentration and the other formulations effects on the drug release rate
from a controlled-release matrix. African Journal of Pharmacy and
Pharmacology. 8(13), 364–371.

Apak, R., Gorinstein, S., Böhm, V., Schaich, K, M., Özyürek,-M., Güçlü, K.,
2013, Methods of Measurement and Evaluation of Natural Antioxidant
Capacity/Activity (IUPAC technical report). Pure and Applied Chemistry,
85(5), 957–998.

Ardiyansah, A. 2021, Aktivitas Antioksi dan Ekstrak Etanol Daun Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes) dengan Metode ABTS serta Penetapan Kadar
Fenolik Total dan Flavonoid Total. Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

Akhsanita, M. 2012. Uji Sitotoksik Ekstrak, Fraksi Dan Sub-Fraksi Daun Jati
(tectona Grandis Linn. F.) Dengan Metoda Brine Shrimp Lethality Bioassay.
Padang : Fakultas Farmasi Universitas Andalas.

Bona, A. Della, Pechp, O. E., & Alessandretti, R. (2015). Zirconia As A Dental


Biomaterial. Materials, 8(8), 4978-4991.

Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Ergina, Siti, N., dan Pursitasari, I. D., 2014, Uji Kualitatif Senyawa Metabolit
Sekunder Pada Daun Palado (Agave Angustifolia) Yang Diekstraksi Dengan
Pelarut Air dan Etanol, J. Akad. Kim 3 (3): 165–72.

Fadel, M.N. et al. 2023, Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Heksan, Etil Asetat
dan Air Ektrak Etanol Daun Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) dengan
Metode DPPH (1, 1 dipheniyl-2 picrylhidrazyl), In Prosiding University
Research Colloquium.

Fitri, A. T., Toharmat, D.A., Astuti dan H. Tamura. 2015, The Potential Use of
Secondary Metabolites in Moringa oleifera as an Antioxidant Source, Media
Peternakan. Bogor, 38 ( 3 ), 169 – 175.

31
Harbone, 1987, Metode Kimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
ITB, Bandung.

Harborne, J.B, 1996, Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., Bandung:ITB.

Happy Terza Aflika, Indrianita Vivin, Rohmah Etik Ainun, 2023, Skrining
Fitokimia Polifenol Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Kuning (Ipomoea
batatas) dari Madiun, Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, Universitas
Merdeka Surabaya, Hal. 8.
Hepni, H. (2019). Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun
Kumak (Lactuca Indica L.). Jurnal Dunia Farmasi, 4(1), 17-22.

Hue, S. M., Boyce, A. N. & Somasundram, C., 2012. Antioxidant Activity,


Phenolic And Flavonoid Contents In The Leaves Of Different Varieties Of
Sweet Potato (Ipomoea Batatas), AJCS, 3: 375-380

Janeiro, P., dan Brett A.M.O., 2004, Catechin Electrochemical Oxidation


Mechanisms, Analytica Chimica Acta, 518, 109–115.

Julianto, T.S., 2019, Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining


Fitokimia, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Johnson, R.A. and Wichern, D.W. (2007). Applied Multivariate Statistical


Analysis . 6th Edition, Person Prentice Hall, Upper Saddle River.

Iqbal dan Kasman, 2015, Analisis Nilai Absorbansi kadar Flavonoid Daun Sirih
Merah (piper crocatum) dan Daun Sirih Hijau (piper betle L.), Gravitasi.
Vol. 15 No.1.

Khaira, K., 2010, Menangkal Radikal Bebas dengan Anti-oksidan, Jurnal


Sainstek, 2(2):183-187.

Lestari, D.M., Mahmudati, N., Sukarsono, Nurwidodo, dan Husamah, 2018,


Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fenol Daun Gayam (Inocarpus fagiferus
Fosb), Majalah Ilmu Biologi Biosfera, A Scientific Journal, 35(1), 37 – 43

Molyneux, P., 2004, The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicryl-Hydrazyl
(DPPH) for Estimating Anti-Oxidant Activity, Songklanakarin Journal of
Science and Technology 26 (May): 211–19.

Nair, C. I., Jayachandran, dan Shashidhar, 2008, Biodegradation of Phenol,


African Journal of Biotechnology, 7 (25), 4952.

32
Neldawati, Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Jurnal Pillar of Physics.

Parwata, I.M.O.A., 2016, Antioksidan, Buku Ajar, Universitas Udayana.

Purwanti, L., Dasuki, U, A., Imawan, A, R, 2019, Perbandingan Aktivitas


Antioksidan dari Seduhan 3 Merk Teh Hitam (Camellia sinensis (L.)
Kuntze) dengan metode Seduhan Berdasarkan SNI 01-1902-1995, Jurnal
Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 2(1), 19–25.

Puspitasari, A. D., Anwar, F. F., dan Faizah, N. G. A., 2019, Aktivitas


Antioksidan, Penetapan Kadar Fenolik Total dan Flavonoid Total Ekstrak
Etanol, Etil Asetat, dan n-Heksan Daun Petai (Parkia Speciosa Hassk.),
Jurnal Ilmiah Teknosains 5 (1): 1.

Puspitasari, A. D., dan Wulandari, R. L., 2017, Aktivitas Antioksidan dan


Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etil Asetat Daun Kersen
(Muntingia Calabura), Jurnal Pharmascience 4 (2): 167–75.

Pratiwi, D., Sri Wahyu Ningsih., &Isnindar. 2013, The Test of AntioxidantActivity
From Bawang Mekah Leaves (Elurtherine Americana Merr) Using DPPH
(2,2-Diphenyl-1-Pickrylhydrazyl). Dapertement of Pharmacy, Faculty of
Medicine, Universitas Tanjungpura Pontianak. Vol.18.

Rohmatulissohat. 2009, Antioksidan penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia.


BioTrend.volume 4.

Rukmana, R. 1997, Botani Tanaman. Institut Pertanian Bogor.

Sami, F. J, dan Rahimah, S., 2015, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol
Bunga Brokoli (Brassica Oleracea L. Var. Italica) Dengan Metode (2 ,2
Azinobis (3-Etilbenzotiazolin) -6-Asam Sulfonat), Jurnal Fitofarmaka
Indonesia 2 (2): 107–10.

Salampe, M., Rahma, Z., Nur, S., dan Mamada, S.S., 2019, Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Beroma (Cajanus cajan (L.) milps), Majalah Farmasi
dan Farmakologi, 23(1), 29-31.

Santoso, U. 2021, Antioksidan Pangan. Edited by Dewi. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Sarwanto, Doso dan Tuswati Eko Sari, 2021, Morfologi Limbah Daun Ubi Jalar
Lokal (Ipomoea batats) di Lahan Bekas Penambangan Batu Kapur yang
diPupuk Serasah Kompos Kambing, Jurnal Ilmiah Perternakan Terpadu,
Vol. 9(2): 219-230.

33
Sayuti, K., dan Yenrina, R., 2015, Antioksidan Alami dan Sintetik,
Padang:Andalas University Press.

Sembiring Timbangen, Dayana Indri, Riana martha, 2019, Alat Penguji Material.
Bogor: Guapedia.

Setiawan, F., Yunita, O., dan Kurniawan, A.,2018, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol
Kayu Secang (Caesalpinia Sappan) Menggunakan Metode DPPH, ABTS,
dan FRAP, Media Pharmaceutica Indonesia 2(2),85-88.
Serlahwati dan Atika, 2016, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96%
Kombinasi Buah Stowberry dan Tomat dengan Metode ABTS, Prosiding
Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Ke-50, 7(2): 323-24
Sukweenadhi, -J., Yunita, -O., Setiawan, -F., Kartini, Siagian, M, -T., Danduru, A,
- P., Avanti, -C. 2020, Antioxidant activity screening of seven Indonesian
herbal extract. Biodiversitas. 21(5), 2062–2067.
Subroto, M.A. 2008. Real Food True HealthMakanan Sehat Untuk Hidup Lebih
Sehat. PT. Agro Media Pustaka.
Thamrin, A., Erwin, dan Syafrizal., 2016, Uji Fitokimia, Toksisitas serta
Antioksidan Ekstrak Propolis Pembungkus Madu Lebah Trigona Incisa
dengan Metode 2,2-diphenyl-1- picrylhidrazyl (DPPH), Jurnal Kimia
Mulawarman,14 (1), 54-60.
Warono Dwi dan Syamsudin. 2013, Unjuk Kerja Spektrofotometer Untuk Analisa
Zat Aktif Ketoprofen. Jurnal Konversi 2.
Zalukhu, M.L., Phyma, A.R., dan Pinzon, R.T., 2016, Proses Menua, Stres
Oksidatif, dan Peran Antioksidan, Cermin Dunia Kedokteran, 43(10):733-
736.

34

Anda mungkin juga menyukai