Abstrak
Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) merupakan salah satu tanaman yang mudah
didapatkan dan secara empiris telah digunakan di masyarakat tertentu di Indonesia sebagai
obat tradisional. Proses biosintesis dapat menyebabkan perubahan warna, kadar dan jenis
kandungan yang ada pada daun sukun. Salah satu proses biosintesis adalah fermentasi daun
hijau segar menjadi daun hijau fermentasi (HF). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui golongan senyawa flavonoid dan mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap
kadar flavonoid dari ekstrak dau sukun hijau fermentasi aerob dengan metode kolorimetri
menggunakan pereaksi AlCl3. Ekstraksi simplisia dilakukan dengan proses maserasi
menggunakan pelarut metanol, selanjutnya dilakukan skrining fitokimia pada ekstrak
metanol, karakterisasi simplisia, pemantauan kromatografi lapis tipis. Pengaruh lama
fermentasi aerob ekstrak metanol daun sukun (Artocarpus altilis (parkinson) fosberg)
terhadap kadar flavonoid golongan flavonol dilakukan dengan analisis spektrofotometri sinar
tampak, mengguakan pereaksi AlCl3 dan kuersetin sebagai baku pembanding. Rendemen
ekstrak daun sukun hijau feremntasi yang ke 5 hari menghasilkan Rf 0,3, 0,57, 0,8 dengan
eluen N-Heksan dan Etil asetat (6:4) yang di uapi ammonia menghasilkan warna kuning.
Rendemen ektrak hijau fermentasi yang ke 10 hari menghasilkan Rf 0,37 dan 0,8 dengan
eluen n-heksan dan etil asetat (9:1) yang diuapi ammonia menghasilkan warna kuning di
duga mengandung Flavonol. Rata-rata hasil penetapan kadar flavonoid golongan flavonol F 5
yaitu sebesar 0,729% dan F10 sebesar 0,605%. Berdasarkan uji t, tidak ada perbedaan kadar
flavonoid yang signifikan terhadap lama fermentasi.
Kata kunci : Daun sukun, Fermentasi Aerob, Flavonoid, Spektrofotometri sinar tampak,
AlCl3.
Abstract
Breadfruit (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) empirically has been used in certain
communities in Indonesia as a traditional medicine.
Setelah membaca dan menelaah isi naskah laporan hasil penelitian tugas akhir ini, kami
memberikan persetujuan :
1
Biosynthesis process can change colour of the leaves, contain and type contents in the leaves
of breadfruit. One of the biosynthesis process is fermentation of green leaves become
fermented green (FG). The purpose of this study was determine the class of flavonoid and
determine the influence of fermentation times on the contain of flavonoid, the flavonoid
contain of green breadfruit leaves extract aerobic fementations was determineted by
colorimetry method AlCl3 using reagent. Simplicia was processing maseration used methanol,
and than it was screened phytochemically of characterized and monitored by thin layer
chromatography. Effect of aerobic fermentation times of the methanol extract of leaves of
breadfruit (Artocarpus altilis (Parkinson) fosberg) on contain of flavonoid class of flavonols
wasconducted by visible spectrophotometry analysis, uses the reagent AlCl 3 and quercetin as
reference standards. The Rf of fermented leaves for 5 days which was analysed by thin layer
chromatography using N-hexane ; ethyl acetate (6 :4) and amonia steam as detector were 0,3,
0,57, 0,8. The Rf of fermented leaves for 10 days were 0,37 and 0,8 using N-hexane : ethyl
acetate (9 :1) the flavonoid of flavonol group contain for F5 was 0,729% for F10 was
0,605%. Based on the of t-paired study , there was no significant difference of flavonoid
contain with different fermentation time.
2
dapat menghasilkan tiga jenis Fosberg) terhadap kadar flavonoid
struktur, yakni 1,3-diarilpropan golongan flavonol dengan analisis
atau neoflavonoid. Senyawa- Spektrofotometri sinar tampak.
senyawa flavonoid terdiri dari 2. METODOLOGI
beberapa jenis tergantung pada 2.1 Alat
tingkat oksidasi dari rantai Alat-alat yang digunak\an
propane dari sistem 1,3- dalam penelitian ini antara lain
diarilpropana. Flavon, flavonol yaitu rotary evaporator (IKA®),
dan antosianidin adalah jenis yang Spektrofotometer UV-Vis
banyak ditemukan dialam (Shimatzu), labu ukur, pipet
sehingga sering disebut sebagai volume, erlenmeyer, kuvet, gelas
flavonoida utama. Banyaknya ukur, neraca analitik (Henherr®)
senyawa flavonoid ini disebabkan serta alat-alat yang digunakan
oleh berbagai tingkat hidroksilasi, pada proses skrining dan
alkoksilasi atau glikosilasi dari karakterisasi seperti cawan
struktur tersebut. ( Rijke, 2005). porselen, oven (Memmert), tanur
Proses biosintesis dapat (Branstead Thermolyne).
menyebabkan perubahan warna, 2.2 Bahan
kadar dan jenis kandungan yang Bahan tanaman yang
ada pada daun sukun. Salah satu digunakan dalam penelitian ini
proses biosintesis adalah adalah daun sukun hijau segar
fermentasi daun hijau segar yang di peroleh dari
menjadi daun hijau fermentasi Cipamokolan. Bahan-bahan lain
(HF). Proses tambahan dari daun yang diperlukan adalah aquadest,
hijau segar menjadi daun hijau metanol, etil asetat, n-heksan,
fermentasi dipilih karena dengan AlCl3, Asam asetat glasial, zat-zat
proses ini diharapkan daun yang untuk skrining fitokimia ammonia
semula berupa daun hijau segar, (Brataco) standar kuersetin
akan berubah menjadi daun (Sigma-aldrich).
kuning, karena proses fermentasi 2.3 Penyiapan Bahan
dapat mempercepat penuaan daun. Bahan berupa daun sukun
Fermentasi daun dilakukan hijau segar sebanyak 60 daun
dengan cara menumpukkan daun dikumpulkan dan dibersihkan
selama 5 hari setelah proses dengan air lalu dikeringkan. Dari
pemetikan dan pencucian (Riasari, 120 daun dibagi menjadi tiga
2015). tumpuk dengan cara aerob,
Berdasarkan penelitian yang masing-masing daun ditumpuk
di lakukan oleh Hesti Riasai cara sebanyak 40 daun selama 5 hari
fermenasi dipilih karena dari dan 10 hari. Daun yang di ambil
penelitian tersebut di peroleh hasil dari hasil fermentasi 5 hari dan 10
AUC dari pengukuran HPLC hari yaitu daun dari tumpukan ke
yaitu pada retensi waktu ke 13 2 sampai tumpukan ke 39. lalu
menit sebesar 8,72 dan hasil dikeringkan dengan cara diangin-
tersebut dianggap paling tinggi. anginkan. Simplisia yang
Berdasarkan latar belakang dihasilkan di buat menjadi serbuk
diatas, maka dilakukan penelitian dan di ayak dengan ayakan nomer
tentang Pengaruh lama fermentasi 100.
aerob ekstrak metanol daun sukun 2.4 Ekstraksi dengan pelarut organik
(Artocarpus altilis (Parkinson)
3
Serbuk simplisia dari dihitung Rf nya dengan cara
fermentasi daun sukun hijau mengukur jarak yang ditempuh
segar, di maserasi dengan pelarut senyawa terlarut dan jarak yang
metanol 1:15 selama 3x24 jam, ditempuh pelarut.
kemudian di saring menggunakan 2.7 Penetapan Kadar Flavonoid Ekstr
kertas saring. Filtrat dari simplisia ak Daun Sukun dengan Spektrofo
dipisahkan dari pelarutnya dengan tometri Sinar Tampak
menggunakan rotary evaporator 1. Pembuatan Larutan Standar
pada suhu 450C, sehingga Kuersetin
diperoleh ekstrak kental daun Untuk membuat larutan induk
sukun hijau fermentasi kuersetin dengan konsentrasi 500
2.5 Karakterisasi Ekstrak dan ppm, ditimbang sebanyak 50 mg
Penapisan Fitokimia standar kuersetin lalu di tambahkan
Penapisan fitokimia metanol 96% sampai 100 ml.
dilakukan terhadap daun sukun Kemudian dibuat 5 seri
hijau fermentasi untuk larutan stndar kuersetin dari
mengetahui kandungan senyawa larutan induk dengan
metabolit sekunder. Secara umum konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25
senyawa yang diuji meliputi ppm
pengujian alkaloid, flavonoid, 2. Penentuan panjang
tannin, fenolat, triterpenoid, gelombang maksimum
steroid, kuinon, monoterpen, Salah satu larutan standar
seskuiterpen, dan saponin. kuersetin di campur dengan 1 ml
Karakterisasi simplisia meliputi Alcl3 10%, dan 1 ml asma asetat
penetapan kadar abu, kadar sari grasiat 5%, kemudian di inkubasi
larut etanol, dan kadar sari larut selama 30 menit lalu diukur
air. serapannya pada berbagai panjang
2.6 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) gelombang. Panjang gelombang
Masing-masing sampel yang memiliki serapan tertinggi
ditotolkan pada lempeng silika merupakan panjang gelombang
gel. Pengembang yang digunakan maksimal yaitu 371 nm
yaitu campuran pelarut n-heksan : 3. Pembuatan kurva kalibrasi
etil Asetat (6:4) (Riasari,2015) Larutan standar kuersetin
kemudian pengembang dengan konsentrasi 5,10,15,20 dan
dijenuhkan terlebih dahulu. 25 ppm di tentukan serapannya,
Setelah sampel ditotolkan pada kemudian dibuat menjadi suatu
lempeng silika gel dimasukan ke kurva kalibrasi dengan persaman
dalam chamber kromatografi tertentu.
kemudian chamber kromatografi 4. Penentuan kadar flavonoid
ditutup. Setelah itu, ditunggu dan golongan flavonol
diamati hingga fase gerak meresap Sebanyak 200 mg ektrak
dan naik hingga batas permukaan metanol daun sukun yang telah di
lempeng. Bercak yang naik fermentasi 5 dan 10 hari dilarutkan
diamati dengan cara menyemprot dalam metanol 96% sampai volume
lempeng KLT menggunakan 100 ml sehingga konsentrasi ekstrak
penampak bercak uap ammonia 20 ppm kemudian dilakukan triplo
dan diamati di bawah lampu ultra sebanyak 10 ml larutan ekstrak
violet dengan panjang gelombang ditambah 1 ml Alcl3 10 % dan 1 ml
254 dan 366 nm, kemudian asam asetat grasiat 5% lalu di
4
inkubasi selama 30 menit. Setelah (SITH) Institut Teknologi
itu di tentukan serapannya Bandung. Hasil determinasi
kemudian kesetaran flavonoid menyatakan bahwa tanaman yang
dihitung dengan memasukan nilai diperiksa benar merupakan
serapan yang didapatkan Artocarpus altilis (Parkinson)
kepersamaan kurva kalibrasi setelah Fosberg.
itu kadar flavonoid (Fi) dihitung 3.2 Hasil Ekstraksi
dengan rumus : Ekstrak daun sukun hijau
yang di fermentasi secara aerob di
c × v × f × 10−6 peroleh dengan menggunakan
F= ×100 % cara dingin yaitu maserasi. Pelarut
m
yang digunakan adalah metanol
Keterangan : 96%. Cara maserasi dipilih karena
metabolit sekunder yang akan
F 1 = Jumlah flavonoid dengan digunakan belum diketahui tahan
metode alumunium klorida, C = panas atau tidak maka dipilih cara
Kesetaraan kuersetin (mg/mL), V = maserasi. Pemilihan metanol
Volume total ekstrak etanol (mL), F sebagai pelarut adalah karena
= Faktor pengenceran (2), m = Berat metanol bersifat pelarut universal
sampel (g). yang diharapkan dapat melarutkan
2.8 Analisis Data kandungan-kandungan dalam
Data yang diperoleh pada ekstrak daun sukun hijau
penetapan kadar flavonoid, fermentasi yang bersifat non
dianilisis secara statistik polar, semi polar, dan polar.
menggunakan uji t perpasangan Untuk mendapatkan ekstrak
(pained-test) untuk mengetahui kental dilakukan evaporasi, suhu
pengaruh lama fermentasi. yang digunakan pun hanya 45oC
3. HASIL DAN PEMBAHASAN hal ini dilakukan untuk menjaga
3.1 Determinasi Tumbuhan senyawa yang bersifat tidak tahan
Determinasi tumbuhan panas tidak rusak karena
dilakukan di Herbarium Sekolah pemanasan.
Ilmu dan Teknologi Hayati
Tabel 3.1 Hasil Rendemen Ekstrak Metanol Daun Sukun hijau fermentasi
Hari Daun Sukun % Rendemen
Tumpukan pertama (F1) 7,4164%
5 hari Tumpukan kedua (F2) 8,50885%
Tumpukan ketiga (F3) 12,00365%
Tumpukan pertama (F1) 8,13765%
10 hari Tumpukan kedua (F2) 8,3883%
Tumpukan ketiga (F3) 8,0385%
5
3.3 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak kandungan metabolit sekunder yang
Penapisan fitokimia atau yang biasa terdapat dalam tumbuhan.
disebut dengan skrining fitokimia adalah
tahap awal untuk melakukan identifikasi
Tabel 3.2 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Sukun Hijau Fermentasi
Golongan F5 F10
Alkaloid + +
Flavonoid + +
Tanin + +
Monoterpen dan sesquiterpen - -
Kuinon - -
Saponin + -
6
fermentasi 5 hari sebesar 25 %. Hasil identifikasi ekstrak metanol
Penetapan susut pengeringan simplisia menggunakan pengembang n-heksan dan
etil asetat dengan perbandingan 6:4 pada
fermentasi selama 5 hari secara aerob
daun sukun hijau segar fermentasi pada yang telah diuapi ammonia (NH3) pada Rf
hari ke 5 menunjukkan hasil 7,5% 0,3 berwarna biru dan pada Rf 0,57, 0,8
sedangkan pada fermentasi 10 hari sebesar menunjukan warna kuning begitu juga
8,5%. Susut pengeringan memberikan dengan fermentasi selama 10 hari secara
gambaran (rentang) besarnya senyawa aerob dengan Rf 0,37 dan 0,8 pada sinar
yang hilang pada proses pengeringan. UV λ 366 nm berwarna kuning yang
3.5 Hasil Pemantauan Ekstrak diduga merupakan senyawa flavonol.
dengan Kromatografi Lapis Tipis
7
Kurva Baku Standar Quersetin
1
Absorbansi
0.5 f(x) = 0.0989 x + 0.3301 Absorbansi
R² = 0.978328405621992 Linear (Absorbansi)
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi (ppm)
kadar Flavonol
1.000%
kadar Flavonol
0.500%
0.000%
Ae F5 I Ae F5 II Ae F5 III Ae F10 Ae F10 Ae F10
I II III
8
Ae F10 : fermentasi 10 hari
9
analysis of vitamin mixture. J Chem Markham, K. R. 1988. Cara
Educ. 2007. 78 (6): 793-5 Mengidentifikasi Flavonoida.
Agustina, L. 2014. “ Perbandingan Kadar Terjemahan Kosasi. Padmawinata.:
Total Flavonoid Dan Aktivitas ITB Press. Bandung
antioksidan dari Ekstrak Metanol Mursyidi, A, 1990, Analisis Metabolit
Daun sukun (Artocarpus altilis Sekunder, Gadjah mada University
(Parkinson) Fosberg) Hijau segar, Press, yogyakarta, 175-180.
Hijau Fermentasi, Kuning nempel, Ragone, D. 1997. Breadfruit : Artocarpus
Kuning Jatuh, Dan Jatuh kering.” altilis (Parkinson) Fosberg.
Skripsi. Jurusan Farmasi STFI, Promoting the conservation and
Bandung used of underutilize and neglected
Altman, L.J and Zito, S.W. (1976). Sterols crops. 10. International Plant
and triterpenes from the fruit of Genetic Resources Institute. Rome,
Artocarpus altilis. Phytochemistry. Italy
15:829–30 Rajalakshmi, D & S Narasimhan. 1996.
Amarasinghe, N.R., L. Jayasinghe, N., Sources and Methods of Evaluation.
Hara & Fujimoto,Y. (2008). Di dalam : DL Madhavi, SS
Chemical constituents of the fruits Deshpande & DK Salunkhe, editor.
of Artocarpus altilis. Biochemical Food Antioxidants. New York
Systematics and Ecology.
36(4):323-325
Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk
sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press.
Jakarta. Halaman 96,147.
Bruneton, J, 1999, Pharmacognosy and
phytochemistry medical plant, 2th
Ed, Translated by Caroline K
hatton, Intercept Ltd., lodres, NY
Paris, 309-321.
Depkes RI. (1989). Materia Medika
Indonesia. Jilid V. Jakarta:
Direktorat Jenderal Obat Dan
Makanan
Enos, T.A., Britanto, D.W., Yohana, A.H.,
Irawan, W.K., Dina, Y., Ferry, S.
(2009). Anti-Cancer Properties of
Di-ethylether Extract of Wood from
Sukun (Artocarpus altilis) in
Human Breast Cancer (T47D) Cells
.Trop J Pharma Res. 8(4): 317-324.
Hakim, A. (2010). Diversity of secondary
metabolites from Genus Artocarpus
(Moraceae). Nusantara Bioscience.
2(3):146-156
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indo
nesia II. Badan Penelitian dan Peng
embangan Kehutanan, jilid III.
Yayasan Sarana Wana Jaya :
Jakarta, Hal : 775
10
11