Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH LAMA FERMENTASI AEROB EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN

(Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) TERHADAP KADAR FLAVONOID


GOLONGAN FLAVONOL DENGAN ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI SINAR
TAMPAK

Ajeng Siti Hamidah1, Hesti Riasari1, Wiwin Winingsih1


1
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Bandung

Abstrak
Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) merupakan salah satu tanaman yang mudah
didapatkan dan secara empiris telah digunakan di masyarakat tertentu di Indonesia sebagai
obat tradisional. Proses biosintesis dapat menyebabkan perubahan warna, kadar dan jenis
kandungan yang ada pada daun sukun. Salah satu proses biosintesis adalah fermentasi daun
hijau segar menjadi daun hijau fermentasi (HF). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui golongan senyawa flavonoid dan mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap
kadar flavonoid dari ekstrak dau sukun hijau fermentasi aerob dengan metode kolorimetri
menggunakan pereaksi AlCl3. Ekstraksi simplisia dilakukan dengan proses maserasi
menggunakan pelarut metanol, selanjutnya dilakukan skrining fitokimia pada ekstrak
metanol, karakterisasi simplisia, pemantauan kromatografi lapis tipis. Pengaruh lama
fermentasi aerob ekstrak metanol daun sukun (Artocarpus altilis (parkinson) fosberg)
terhadap kadar flavonoid golongan flavonol dilakukan dengan analisis spektrofotometri sinar
tampak, mengguakan pereaksi AlCl3 dan kuersetin sebagai baku pembanding. Rendemen
ekstrak daun sukun hijau feremntasi yang ke 5 hari menghasilkan Rf 0,3, 0,57, 0,8 dengan
eluen N-Heksan dan Etil asetat (6:4) yang di uapi ammonia menghasilkan warna kuning.
Rendemen ektrak hijau fermentasi yang ke 10 hari menghasilkan Rf 0,37 dan 0,8 dengan
eluen n-heksan dan etil asetat (9:1) yang diuapi ammonia menghasilkan warna kuning di
duga mengandung Flavonol. Rata-rata hasil penetapan kadar flavonoid golongan flavonol F 5
yaitu sebesar 0,729% dan F10 sebesar 0,605%. Berdasarkan uji t, tidak ada perbedaan kadar
flavonoid yang signifikan terhadap lama fermentasi.

Kata kunci : Daun sukun, Fermentasi Aerob, Flavonoid, Spektrofotometri sinar tampak,
AlCl3.

Abstract

Breadfruit (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) empirically has been used in certain
communities in Indonesia as a traditional medicine.

Setelah membaca dan menelaah isi naskah laporan hasil penelitian tugas akhir ini, kami
memberikan persetujuan :

Pembimbing utama : Hesti Riasari, M.Si., Apt /

Pembimbing serta : Wiwin Winingsih, M.Si., Apt /

1
Biosynthesis process can change colour of the leaves, contain and type contents in the leaves
of breadfruit. One of the biosynthesis process is fermentation of green leaves become
fermented green (FG). The purpose of this study was determine the class of flavonoid and
determine the influence of fermentation times on the contain of flavonoid, the flavonoid
contain of green breadfruit leaves extract aerobic fementations was determineted by
colorimetry method AlCl3 using reagent. Simplicia was processing maseration used methanol,
and than it was screened phytochemically of characterized and monitored by thin layer
chromatography. Effect of aerobic fermentation times of the methanol extract of leaves of
breadfruit (Artocarpus altilis (Parkinson) fosberg) on contain of flavonoid class of flavonols
wasconducted by visible spectrophotometry analysis, uses the reagent AlCl 3 and quercetin as
reference standards. The Rf of fermented leaves for 5 days which was analysed by thin layer
chromatography using N-hexane ; ethyl acetate (6 :4) and amonia steam as detector were 0,3,
0,57, 0,8. The Rf of fermented leaves for 10 days were 0,37 and 0,8 using N-hexane : ethyl
acetate (9 :1) the flavonoid of flavonol group contain for F5 was 0,729% for F10 was
0,605%. Based on the of t-paired study , there was no significant difference of flavonoid
contain with different fermentation time.

Keywords : Breadfruits, Aerob fermentation, Spectrophotometry visible, AlCl 3

1. PENDAHULAN sukun menunjukkan adanya


Indonesia dikenal sebagai senyawa golongan
negara yang memiliki kekayaan flavonoid, tanin, saponin, steroida/
hayati terbesar kedua setelah triterpen dan glikosida (Abdassah,
Brazil. Hutan hujan tropis Sumiwi dan Hendrayana,2009).
Indonesia memiliki sekitar 3000 Metabolit sekunder yang berhasil
spesies tumbuhan berbunga diisolasi oleh Aliefman Hakim
(Zuhud dan Haryanto, 1994). dari genus Artocarpus terdiri dari
Banyak sekali tumbuhan terpenoid, flavonoid, stilbenoid,
berkhasiat arilbenzofuran, dan neolignan.
obat di sekitar masyarakat. Keane Kelompok flavonoid merupakan
karagaman ini merupakan modal senyawa yang paling banyak
potensial untuk pengembangan ditemukan dari tumbuhan
obat baru. Artocarpus (Hakim, dkk., 2010).
Salah satu dari sekian banya Flavonoid adalah suatu
k tumbuhan yang berkhasiat kelompok senyawa fenol yang
sebagai obat adalah terbesar ditemukan di alam.
daun Sukun (Artocarpus altilis (P Senyawa-senyawa ini merupakan
arkinson) Fosberg) merupakan zat warna merah, ungu, dan biru,
salah satu tanaman yang mudah dan sebagian zat warna kuning
didapatkan dan secara empiris yang ditemukan dalam tumbuh-
telah digunakan di masyarakat tumbuhan. Flavonoid mempunyai
tertentu di Indonesia sebagai obat kerangka dasar karbon yang
tradisional. Hampir seluruh terdiri dari 15 atom karbon,
bagian dari tanaman ini telah dimana dua cincin benzene (C6)
dimanfaatkan sebagai obat (daun, terikat pada suatu rantai propan
buah, kulit akar, dan getah). (C3) sehingga membentuk suatu
Penelitian terhadap tanaman susunan C6-C3-C6. Susunan ini

2
dapat menghasilkan tiga jenis Fosberg) terhadap kadar flavonoid
struktur, yakni 1,3-diarilpropan golongan flavonol dengan analisis
atau neoflavonoid. Senyawa- Spektrofotometri sinar tampak.
senyawa flavonoid terdiri dari 2. METODOLOGI
beberapa jenis tergantung pada 2.1 Alat
tingkat oksidasi dari rantai Alat-alat yang digunak\an
propane dari sistem 1,3- dalam penelitian ini antara lain
diarilpropana. Flavon, flavonol yaitu rotary evaporator (IKA®),
dan antosianidin adalah jenis yang Spektrofotometer UV-Vis
banyak ditemukan dialam (Shimatzu), labu ukur, pipet
sehingga sering disebut sebagai volume, erlenmeyer, kuvet, gelas
flavonoida utama. Banyaknya ukur, neraca analitik (Henherr®)
senyawa flavonoid ini disebabkan serta alat-alat yang digunakan
oleh berbagai tingkat hidroksilasi, pada proses skrining dan
alkoksilasi atau glikosilasi dari karakterisasi seperti cawan
struktur tersebut. ( Rijke, 2005). porselen, oven (Memmert), tanur
Proses biosintesis dapat (Branstead Thermolyne).
menyebabkan perubahan warna, 2.2 Bahan
kadar dan jenis kandungan yang Bahan tanaman yang
ada pada daun sukun. Salah satu digunakan dalam penelitian ini
proses biosintesis adalah adalah daun sukun hijau segar
fermentasi daun hijau segar yang di peroleh dari
menjadi daun hijau fermentasi Cipamokolan. Bahan-bahan lain
(HF). Proses tambahan dari daun yang diperlukan adalah aquadest,
hijau segar menjadi daun hijau metanol, etil asetat, n-heksan,
fermentasi dipilih karena dengan AlCl3, Asam asetat glasial, zat-zat
proses ini diharapkan daun yang untuk skrining fitokimia ammonia
semula berupa daun hijau segar, (Brataco) standar kuersetin
akan berubah menjadi daun (Sigma-aldrich).
kuning, karena proses fermentasi 2.3 Penyiapan Bahan
dapat mempercepat penuaan daun. Bahan berupa daun sukun
Fermentasi daun dilakukan hijau segar sebanyak 60 daun
dengan cara menumpukkan daun dikumpulkan dan dibersihkan
selama 5 hari setelah proses dengan air lalu dikeringkan. Dari
pemetikan dan pencucian (Riasari, 120 daun dibagi menjadi tiga
2015). tumpuk dengan cara aerob,
Berdasarkan penelitian yang masing-masing daun ditumpuk
di lakukan oleh Hesti Riasai cara sebanyak 40 daun selama 5 hari
fermenasi dipilih karena dari dan 10 hari. Daun yang di ambil
penelitian tersebut di peroleh hasil dari hasil fermentasi 5 hari dan 10
AUC dari pengukuran HPLC hari yaitu daun dari tumpukan ke
yaitu pada retensi waktu ke 13 2 sampai tumpukan ke 39. lalu
menit sebesar 8,72 dan hasil dikeringkan dengan cara diangin-
tersebut dianggap paling tinggi. anginkan. Simplisia yang
Berdasarkan latar belakang dihasilkan di buat menjadi serbuk
diatas, maka dilakukan penelitian dan di ayak dengan ayakan nomer
tentang Pengaruh lama fermentasi 100.
aerob ekstrak metanol daun sukun 2.4 Ekstraksi dengan pelarut organik
(Artocarpus altilis (Parkinson)

3
Serbuk simplisia dari dihitung Rf nya dengan cara
fermentasi daun sukun hijau mengukur jarak yang ditempuh
segar, di maserasi dengan pelarut senyawa terlarut dan jarak yang
metanol 1:15 selama 3x24 jam, ditempuh pelarut.
kemudian di saring menggunakan 2.7 Penetapan Kadar Flavonoid Ekstr
kertas saring. Filtrat dari simplisia ak Daun Sukun dengan Spektrofo
dipisahkan dari pelarutnya dengan tometri Sinar Tampak
menggunakan rotary evaporator 1. Pembuatan Larutan Standar
pada suhu 450C, sehingga Kuersetin
diperoleh ekstrak kental daun Untuk membuat larutan induk
sukun hijau fermentasi kuersetin dengan konsentrasi 500
2.5 Karakterisasi Ekstrak dan ppm, ditimbang sebanyak 50 mg
Penapisan Fitokimia standar kuersetin lalu di tambahkan
Penapisan fitokimia metanol 96% sampai 100 ml.
dilakukan terhadap daun sukun Kemudian dibuat 5 seri
hijau fermentasi untuk larutan stndar kuersetin dari
mengetahui kandungan senyawa larutan induk dengan
metabolit sekunder. Secara umum konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25
senyawa yang diuji meliputi ppm
pengujian alkaloid, flavonoid, 2. Penentuan panjang
tannin, fenolat, triterpenoid, gelombang maksimum
steroid, kuinon, monoterpen, Salah satu larutan standar
seskuiterpen, dan saponin. kuersetin di campur dengan 1 ml
Karakterisasi simplisia meliputi Alcl3 10%, dan 1 ml asma asetat
penetapan kadar abu, kadar sari grasiat 5%, kemudian di inkubasi
larut etanol, dan kadar sari larut selama 30 menit lalu diukur
air. serapannya pada berbagai panjang
2.6 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) gelombang. Panjang gelombang
Masing-masing sampel yang memiliki serapan tertinggi
ditotolkan pada lempeng silika merupakan panjang gelombang
gel. Pengembang yang digunakan maksimal yaitu 371 nm
yaitu campuran pelarut n-heksan : 3. Pembuatan kurva kalibrasi
etil Asetat (6:4) (Riasari,2015) Larutan standar kuersetin
kemudian pengembang dengan konsentrasi 5,10,15,20 dan
dijenuhkan terlebih dahulu. 25 ppm di tentukan serapannya,
Setelah sampel ditotolkan pada kemudian dibuat menjadi suatu
lempeng silika gel dimasukan ke kurva kalibrasi dengan persaman
dalam chamber kromatografi tertentu.
kemudian chamber kromatografi 4. Penentuan kadar flavonoid
ditutup. Setelah itu, ditunggu dan golongan flavonol
diamati hingga fase gerak meresap Sebanyak 200 mg ektrak
dan naik hingga batas permukaan metanol daun sukun yang telah di
lempeng. Bercak yang naik fermentasi 5 dan 10 hari dilarutkan
diamati dengan cara menyemprot dalam metanol 96% sampai volume
lempeng KLT menggunakan 100 ml sehingga konsentrasi ekstrak
penampak bercak uap ammonia 20 ppm kemudian dilakukan triplo
dan diamati di bawah lampu ultra sebanyak 10 ml larutan ekstrak
violet dengan panjang gelombang ditambah 1 ml Alcl3 10 % dan 1 ml
254 dan 366 nm, kemudian asam asetat grasiat 5% lalu di

4
inkubasi selama 30 menit. Setelah (SITH) Institut Teknologi
itu di tentukan serapannya Bandung. Hasil determinasi
kemudian kesetaran flavonoid menyatakan bahwa tanaman yang
dihitung dengan memasukan nilai diperiksa benar merupakan
serapan yang didapatkan Artocarpus altilis (Parkinson)
kepersamaan kurva kalibrasi setelah Fosberg.
itu kadar flavonoid (Fi) dihitung 3.2 Hasil Ekstraksi
dengan rumus : Ekstrak daun sukun hijau
yang di fermentasi secara aerob di
c × v × f × 10−6 peroleh dengan menggunakan
F= ×100 % cara dingin yaitu maserasi. Pelarut
m
yang digunakan adalah metanol
Keterangan : 96%. Cara maserasi dipilih karena
metabolit sekunder yang akan
F 1 = Jumlah flavonoid dengan digunakan belum diketahui tahan
metode alumunium klorida, C = panas atau tidak maka dipilih cara
Kesetaraan kuersetin (mg/mL), V = maserasi. Pemilihan metanol
Volume total ekstrak etanol (mL), F sebagai pelarut adalah karena
= Faktor pengenceran (2), m = Berat metanol bersifat pelarut universal
sampel (g). yang diharapkan dapat melarutkan
2.8 Analisis Data kandungan-kandungan dalam
Data yang diperoleh pada ekstrak daun sukun hijau
penetapan kadar flavonoid, fermentasi yang bersifat non
dianilisis secara statistik polar, semi polar, dan polar.
menggunakan uji t perpasangan Untuk mendapatkan ekstrak
(pained-test) untuk mengetahui kental dilakukan evaporasi, suhu
pengaruh lama fermentasi. yang digunakan pun hanya 45oC
3. HASIL DAN PEMBAHASAN hal ini dilakukan untuk menjaga
3.1 Determinasi Tumbuhan senyawa yang bersifat tidak tahan
Determinasi tumbuhan panas tidak rusak karena
dilakukan di Herbarium Sekolah pemanasan.
Ilmu dan Teknologi Hayati

Tabel 3.1 Hasil Rendemen Ekstrak Metanol Daun Sukun hijau fermentasi
Hari Daun Sukun % Rendemen
Tumpukan pertama (F1) 7,4164%
5 hari Tumpukan kedua (F2) 8,50885%
Tumpukan ketiga (F3) 12,00365%
Tumpukan pertama (F1) 8,13765%
10 hari Tumpukan kedua (F2) 8,3883%
Tumpukan ketiga (F3) 8,0385%

Dari hasil pengumpulan dan tumpukan ke satu dari fermentasi 5 hari.


pengolahan daun sukun, didapat rendemen Hasil ini menunjukkan bahwa komponen
ekstrak paling tinggi yaitu pada tumpukan senyawa pada daun sukun tumpukan ke
daun ke tiga dari fermentasi 5 hari dan tiga dari fermentasi 5 hari terekstraksi
rendemen ekstrak paling rendah pada lebih banyak dengan pelarut metanol.

5
3.3 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak kandungan metabolit sekunder yang
Penapisan fitokimia atau yang biasa terdapat dalam tumbuhan.
disebut dengan skrining fitokimia adalah
tahap awal untuk melakukan identifikasi

Tabel 3.2 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Sukun Hijau Fermentasi
Golongan F5 F10
Alkaloid + +
Flavonoid + +
Tanin + +
Monoterpen dan sesquiterpen - -
Kuinon - -
Saponin + -

Keterangan : F5 = Fermentasi 5 hari


F10 = Fermentasi 10 hari
(+) = teridentifikasi
(-) = tidak teridentifikasi

Hasil yang diperoleh dari penapisan Karakterisasi simplisia dilakukan


fitokimia ekstrak adalah ekstrak metanol bertujuan untuk mengetahui persyaratan
daun sukun positif mengandung alkaloid, mutu simplisia untuk diolah menjadi
flavonoid, tannin,. Flavonoid bahan obat. Penetapan kadar abu
menunjukkan hasil positif pada setiap dilakukan untuk mengetahui gambaran
penapisan kedua ekstrak metanol daun kandungan mineral internal dan eksternal
sukun yang berarti bahwa senyawa yang berasal dari proses awal sampai
flavonoid tetap ada dalam daun yang terbentuknya ekstrak dan mengetahui
berwarna hijau hingga daun yang kering. kandungan logam yang terdapat dalam
3.4 Hasil Karakterisasi Simplisia simplisia.
Daun Sukun

Tabel 3.3 Hasil Karakterisasi Daun Sukun Hijau Fermentasi


Karakterisasi Simplisia F5 F10
Penetapan kadar abu 5% 5,5%
Penetapan kadar sari larut etanol 8% 8%
Penetapan kadar sari larut air 25% 35%
Susut pengeringan 7,5 % 8,5%
awal jumlah senyawa yang larut dalam
Hasil dari karakterisasi simplisia, pelarut polar. Hasil penetapan kadar sari
penetapan kadar abu terbesar ditunjukan larut etanol keduanya menunjukan hasil
oleh daun sukun yang di fermentasi 10 yang sama yaitu 8% . Hasil penetapan
hari sebesar 5,5 %. Penetapan kadar abu kadar sari larut air terbesar ditunjukan
memberikan gambaran kandungan unsur oleh daun sukun pada fermentasi 10 hari
mineral dan anorganik yang terkandung sebesar 35% sedangkan kadar sari larut air
dalam simplisia. Penetapan kadar sari terkecil ditunjukan oleh daun sukun pada
bertujuan untuk memberikan gambaran

6
fermentasi 5 hari sebesar 25 %. Hasil identifikasi ekstrak metanol
Penetapan susut pengeringan simplisia menggunakan pengembang n-heksan dan
etil asetat dengan perbandingan 6:4 pada
fermentasi selama 5 hari secara aerob
daun sukun hijau segar fermentasi pada yang telah diuapi ammonia (NH3) pada Rf
hari ke 5 menunjukkan hasil 7,5% 0,3 berwarna biru dan pada Rf 0,57, 0,8
sedangkan pada fermentasi 10 hari sebesar menunjukan warna kuning begitu juga
8,5%. Susut pengeringan memberikan dengan fermentasi selama 10 hari secara
gambaran (rentang) besarnya senyawa aerob dengan Rf 0,37 dan 0,8 pada sinar
yang hilang pada proses pengeringan. UV λ 366 nm berwarna kuning yang
3.5 Hasil Pemantauan Ekstrak diduga merupakan senyawa flavonol.
dengan Kromatografi Lapis Tipis

Gambar 3.4 kromatografi Lapis Tipis


Keterangan : A : Fermentasi ke 5 hari
B : Fermentasi ke 10 hari

3.6 Hasil penetapan kadar flavonoid berbagai konsentrasi pada λ


ektrak daun sukun dengan maksimal 371 nm, didapatkan kurva
spektrofotometri sinar tampak baku dengan persamaan y = 0,0989x
1. Hasil pembuatan kurva baku + 0,3301 (R2 = 0.9783).
Dari pembuatan absorbansi
larutan standar kuersetin dengan

Tabel 4.1 Hasil Penentuan Absorban Larutan standar kuersetin


Konsentrasi Absorbansi
5ppm 0,415
10ppm 0,523
15ppm 0,668
20ppm 0,714
25ppm 0,814

7
Kurva Baku Standar Quersetin
1

Absorbansi
0.5 f(x) = 0.0989 x + 0.3301 Absorbansi
R² = 0.978328405621992 Linear (Absorbansi)
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.1 Kurva Baku Kuersetin

Kuersetin digunakan sebagai glikosidanya berada dalam jumlah


standar/baku pembanding pada sekitar 60-75% dari flavonoid
penetapan kadar flavonoid golongan 2. Hasil penetapan sampel
flavonol karena kuersetin termasuk kadar Flavonoid golongan
ke dalam salah satu senyawa flavonol
flavonoid kelompok golongan
flavonol. Kuersetin dan

Tabel 4.2 Persen jumlah flavonoid

Sampel kadar Flavonol


Ae F5 I 0,652%
Ae F5 II 0,743%
Ae F5 III 0,792%
Ae F10 I 0,547%
Ae F10 II 0,534%
Ae F10 III 0,736%

Keterangan : Ae F5 : Fermentasi 5 hari


Ae F10 : fermentasi 10 hari

kadar Flavonol
1.000%
kadar Flavonol
0.500%
0.000%
Ae F5 I Ae F5 II Ae F5 III Ae F10 Ae F10 Ae F10
I II III

Gambar 4.2 grafik Kadar Flavonoid Golongan Flavonol

Keterangan : Ae F5 : Fermentasi 5 hari

8
Ae F10 : fermentasi 10 hari

Dari data di atas, kadar total daun sukun, termasuk senyawa


flavonoid tertinggi adalah daun flavonoid. Kadar flavonoid daun
sukun dengan fermentasi 5 hari pada sukun hijau yang di fermentasi
tumpukan ke 3 yaitu sebesar 0,792 selama 10 hari menurun karena
% dan terendah adalah daun sukun proses fermentasi yang di anggap
dengan fermentasi 10 hari pada lebih lama bila dibandingkan
tumpukan ke 2 yaitu sebesar dengan daun yang di fermentasi 5
0,534% berdasarkan data tersebut hari.
bahwa lamanya proses fermentasi 3. Hasil Perhitungan Uji t-
akan merubah kadar senyawa dalam Perpasangan (Paired-test)

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Nilai t-hitung


Sampel t hitung t tabel keterangan
F5 (I) dan F10( I) 0,249 4,30 Tidak signifikan
F5( II) dan F10( II) 0,504 4,30 Tidak signifikan
K F5 (III) dan eF10 (III) t 0,122 e 4,30 r Tidak signifikan
a n g
: Fermentasi ke 5 hari
F10 : Fermentasi ke 10 hari

Data hasil perhitungan kadar 2. Kadar flavonoid golongan


flavonol di analisis secara statistik. flavonol yang di peroleh pada
Menggunakan metode uji t- rata-rata fermentasi 5 hari
perpasangan (Paired-test) hipotesis sebesar 0,729% dan pada
nol adallah tidak adaperbedaan atau fermentasi 10 hari sebesar
pengaruh lama fermentasi aerob 0,605%.
terhadap kadar flavonoid. Jika data 3. Berdasarkan uji t, hasil dari
hasil perhitungan yang diperoleh kedua fermentasi yaitu 5 hari
kurang dari 4,30 (t-tabel) maka data dan 10 hari tidak signifikan
tidak signifikan. Jika t-hitung lebih yang artinya lama fermentasi
besar dari t- tabel berarti data yang tidak mempengaruhi kadar
di peroleh signifikan. Data yang di flavonoid.
peroleh dari perhitungan uji t 4.2 Alur Penelitian Selanjutnya
menunjukan hasil yang tidak 1. Penelitian selanjutnya
signifikan antara fermentasi 5 hari diharapkan dapat dilakukan
dan 10 hari secara aerob hal tersebut analisis dan identifikasi lebih
disebabkan karena kadar lanjut dari hasil Fraksinasi
flavonolnya kecil sehingga hasil t dengan cara analisis
hitung tidak sesuai dengan t tabel. menggunakan HPLC.
4. SIMPULAN DAN ALUR
PENELITIAN SELANJUTNYA Identifikasi analisis flavonoid
4.1 Simpulan golongan flavonol yang ada dalam
1. Hasil identifikasi menggunakan daun sukun hasil fermentasi.
kromatografi lapis tipis yang
terdapat dalam ektrak metanol DAFTAR PUSTAKA
daun sukun hijau fermentasi Aberasturi F, Jimenez Al, Jimnez F, Arias
adalah senyawa flavonoid JJ. Uv-visible first-derivative
golongan flavonol. spectophotometry applied to an

9
analysis of vitamin mixture. J Chem Markham, K. R. 1988. Cara
Educ. 2007. 78 (6): 793-5 Mengidentifikasi Flavonoida.
Agustina, L. 2014. “ Perbandingan Kadar Terjemahan Kosasi. Padmawinata.:
Total Flavonoid Dan Aktivitas ITB Press. Bandung
antioksidan dari Ekstrak Metanol Mursyidi, A, 1990, Analisis Metabolit
Daun sukun (Artocarpus altilis Sekunder, Gadjah mada University
(Parkinson) Fosberg) Hijau segar, Press, yogyakarta, 175-180.
Hijau Fermentasi, Kuning nempel, Ragone, D. 1997. Breadfruit : Artocarpus
Kuning Jatuh, Dan Jatuh kering.” altilis (Parkinson) Fosberg.
Skripsi. Jurusan Farmasi STFI, Promoting the conservation and
Bandung used of underutilize and neglected
Altman, L.J and Zito, S.W. (1976). Sterols crops. 10. International Plant
and triterpenes from the fruit of Genetic Resources Institute. Rome,
Artocarpus altilis. Phytochemistry. Italy
15:829–30 Rajalakshmi, D & S Narasimhan. 1996.
Amarasinghe, N.R., L. Jayasinghe, N., Sources and Methods of Evaluation.
Hara & Fujimoto,Y. (2008). Di dalam : DL Madhavi, SS
Chemical constituents of the fruits Deshpande & DK Salunkhe, editor.
of Artocarpus altilis. Biochemical Food Antioxidants. New York
Systematics and Ecology.
36(4):323-325
Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk
sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press.
Jakarta. Halaman 96,147.
Bruneton, J, 1999, Pharmacognosy and
phytochemistry medical plant, 2th
Ed, Translated by Caroline K
hatton, Intercept Ltd., lodres, NY
Paris, 309-321.
Depkes RI. (1989). Materia Medika
Indonesia. Jilid V. Jakarta:
Direktorat Jenderal Obat Dan
Makanan
Enos, T.A., Britanto, D.W., Yohana, A.H.,
Irawan, W.K., Dina, Y., Ferry, S.
(2009). Anti-Cancer Properties of
Di-ethylether Extract of Wood from
Sukun (Artocarpus altilis) in
Human Breast Cancer (T47D) Cells
.Trop J Pharma Res. 8(4): 317-324.
Hakim, A. (2010). Diversity of secondary
metabolites from Genus Artocarpus
(Moraceae). Nusantara Bioscience.
2(3):146-156
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indo
nesia II. Badan Penelitian dan Peng
embangan Kehutanan, jilid III.
Yayasan Sarana Wana Jaya :
Jakarta, Hal : 775

10
11

Anda mungkin juga menyukai