Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL I

SENYAWA FITOKIMIA METABOLIT SEKUNDER

Judul Uji Kualitatif dan Kuantitatif Metabolit Sekunder Ekstrak


Entanol Daun Awar- Awar (Ficus septica bum. F) Dengan
Metode Spektrofometer UV- VIS
Jurnal Jurnal Acta Holist Pharm
Volume & Halaman 2(1), Halaman : 16-24
Tahun 2020
Penulis Niluh Puspita Dewi
Reviewer Kelompok 4 Praktikum Analisa Jamu
Tanggal 11 Juni 2022

Abstrak Indonesia merupakan negara yang telah dikenal sebagai salah


satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati tinggi.
Salah satu kekayaan flora Indonesia adalah famili Moraceae.
Salah satu tanaman dari suku Moraceae yaitu awar-awar (Ficus
septica Burm.f). Daun awar-awar dapat digunakan untuk
menurunkan kadar gula dalam darah, sehingga perlu dilakukan
standardisasi pada ekstraknya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui senyawa metabolit yang terkandung di dalam daun
awar-awar serta kadar total metabolit sekunder.
Ektraksi daun awar-awar menggunakan metode maserasi dengan
pelarut
etanol 96 % untuk mendapatkan filtrat. Filtrat yang diperoleh
dipekatkan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 60°C hingga diperoleh
ekstrak pekat. Ekstrak yang diperoleh di uji kualitatif dengan uji
alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin dengan menggunakan
pereaksi yang sesuai dengan parameter uji. Sedangkan untuk uji
kuantitatif pada senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin
menggunakan metode Spektrofotometri UVVisible. Hasil uji
kualitatif menunjukkan bahwa daun awar-awar positif
mengandung senyawa alkaloid ditandai dengan adanya endapan
orange, flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah
ungu, Tanin ditandai dengan warna hijau kehitaman dan Saponin
adanya busa yang stabil. Hasil
Uji kuantitatif alkaloid sebesar 0,16% b/b , saponin sebesar
8,21% b/b, tannin sebesar 68,76 % b/b dan flavonoid sebesar
6,33 % b/b.
Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu Negara yang dikenal sebagai
Negara dengan keanakeragaman hayati tinggi. Keberadaan hutan
yang luas serta iklim tropis yang mendukung menjadi faktor
pemicu tumbuhnya berbagai macam tanaman di Indonesia.
Sekian banyak tanaman yang tumbuh di Indonesia, ribuan
diantaranya telah dikenal oleh masyarakat Indonesia berkhasiat
sebagai obat dan digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.
Ketertarikan masyarakat terhadap pola hidup kembali kea lam
disebabkan karena keyakinan bahwa mengkonsumsi obat alami
relative lebih aman disbanding dengan obat sintetik yang
memiliki banyak efek samping negative (Noer, 2016).
Banyak cara dapat dilakukan untuk mencegah maupun
memperlambat progress penyakit diabetes mellitus, baik dengan
obat- obatan maupun dengan mengubah pola gaya hidup menjadi
lebih sehat. Salah satunya dengan mengkonsumsi pangan
fungsional yang mengandung satu atau lebih senyawa
metabolism seperti (flanoid, alkaloid. Glikosida, fenolik, saponin,
triterpenoid, tannin, steroid, dan kuinon) yang terbukti dapat
membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal.
Tanaman yang menandung metabolit sekunder mudah didapat
dan memiliki efek samping yang relative kecil dibandingkan obat
kimiawi (Bintari & Nugraheni, 2012).
Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat
khususnya masyarakat Sulawesi Tengah sebagai obat adalah
daun awar- awar (Ficus septica Burm. F). tanaman awar- awar
merupakan famili Moraceace umumnya tumbuh liar di lahan
kosong dan di hutan Pulau Bali. Daun tanaman ini sering
dijadikan obat tradisional seperti mengobati diabetes mellitus,
meningkatkan sistem imun, memiliki efek anti kanker pada
berbagai jenis sel, meningkatkan aktivitas sititoksik agen
kemotrapi. Menurut pengalaman empiris mengkonsumsi daun
awar- awar dapat menurunkan glukosa darah dengan merebus air
daun tersebut. Kandungan yang terdapat dalam daun awar- awar
terdiri dari senyawa alkanoid, saponin, flavonoid, tannin, dan
polifenol, yang merupakan sumber biofarmaka yang berpotensial
untuk dikembangkan sebagai tanaman obat modern dalam
kehidupan manusia (Afni, 2018).
Metabolit sekunder merupakan molekul- molekul kecil yang
bersifat spesifik memiliki struktur bervariasi, pada setiap
senyawa memiliki fungsi dan peranan yang berbeda- beda.
Umumnya senyawa metabolit sekunder memiliki fungsi untuk
mempertahankan diri atau untuk mempertahankan eksistensinya
di lingkungan tempatnya berada. Metabolit sekunder merupakan
merupakan biomolekul yang dapat digunakan sebagai senyawa
awal dalam penemuan dan pengembangan obat- obat baru. Pada
tanaman terfdapat senyawa metabolit sekunder yang umum yaitu
alkaloid, flanoid, steroid, saponin, terpenoid, an tannin (Ergina et
al, 2014)
Penelitian terdahulu tentang analisis kuantitatif pada daun sirsak
[Annona muricata L] diketahui memiliki kadar total flavonoid
sebesar 2,82 % [Mukhriani et al, 2015]. Penelitian pada tahun
2017 menyatakan bahwa tanaman Tamoenju (Hibiscus
surattensis L.) memiliki kadar total alkaloid sebesar 305,181 g/g
(Alasa, 2017) dan penelitian tahun 2016 menyatakan bahwa daun
Inggu (Ruta angustifolia L.) diketahui memiliki kadar total
saponin sebesar 2, 13%, flanoid sebesar 1,67% tannin sebesar
7,04 % (Noer, 2016)
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang analisis senyawa metabolit sekunder
daunawar- awar secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit yang terkandung
didalam daun awar- awar menentukan kadar total pada senyawa
metabolit sekunder, sehingga dapat mengembangkan tanaman
awar- awar sebagai obat tradisional.
Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan daun awar- awar (Ficus septica
Burm.f) yang diperoleh dari daerah Kota Palu, Provinsi Sulawesi
Tengah berupa bentuk daun segar yang kemudian diolah menjadi
serbuk simplisia kering. Hasil identifikasi tanaman menujukkan
awar- awar yang digunakan adalah spesies (Ficus septica Burm.
F).
Ekstrak kental diperoleh dari proses ekstrasi maserasi yang
dipilih dengan pertimbangan sifat daun yang lunak dan mudah
mengembang dalam cairan pengekstrasi. Metode maserasi
diharapkan akan melarutkan zat aktif di dalam dengan di luar sel
menyebabkan larutan yang terpekat keluar hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dengan diluar
sel.
Cairan penyari yang digunakan adalah etanol 96%. Etanol
dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena lebih selektif.
Kadang sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun,
netral, absorsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air dalam
segala perbandingan, memerlukan panas yang lebih sedikit untuk
proses pemekatan, dan zat penganggu yang larut terbatas.
Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa daun awar- awar memiliki kadar total
saponin lebih tinggi dari daun inggu. Manfaat saponin dalam
dunia farmasi yaitu digunakan sebagai bahan baku obat. Saponin
dalam kesehatan memiliki khasiat yaitu dapat memperbaiki
fungsi ginjal dengan menurunkan kadar ureum dan kreatinin.
Mekanisme kerja saponin dalam menurunkan kadar glukosa
darah adalah dengan cara menghambat transport glukosa di
dalam saluran cerna dan merangsang sekresi insulin pada sel beta
pancreas.
Kekuatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif.
Dimana penelitian kuantitatif ini lebih diperjelas pada bagian
perhitungan. Dan penelitian kualitatif diperjelas pada bagin
penjelasan, pembaca lebih mengerti mengenai senyawa metabolit
yang terkandung di dalam daun awar- awar menentukan kadar
total pada senyawa metabolit sekunder, sehingga dapat
mengembangkan tanaman awar- awar sebagai obat tradisional
Kelemahan Penelitian Kemungkinan pembaca atau reviewer bingung cara perhitungan
kadar total fitokimia sehingga dapat diperoleh persamaan regresi
seperti diatas
REVIEW JURNAL II
SENYAWA FITOKIMIA METABOLIT SEKUNDER

Judul Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Metabolit Sekunder Ekstrak


Etanol Buah Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench) dengan
Metode Spektrofotometri UV-Vis
Jurnal Jurnal riset kimia Universitas Tadulako
Volume & Halaman Vol. 6 No. 1 : 74-80
Tahun April 2020
Penulis Tandi, J., Melinda, B., Purwantari, A., Widodo, A.
Reviewer Kelompok 2 Praktikum Analisa Jamu
Tanggal 29 Mei 2022

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit


sekunder dan menentukan kadar total metabolit sekunder pada
ekstrak etanol buah Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench)
dengan metode spektrofotometri UV-Vis . Ekstraksi buah Okra
menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% untuk
mendapatkan filtrat. Filtrat yang diperoleh dipekatkan
menggunakan rotari evaporator dan dilakukan uji kualitatif,
meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin menggunakan
pereaksi yang sesuai dengan parameter uji, sedangkan untuk uji
kuantitatif menggunaklan metode spektrovotometri UV-Vis.
Analsis kualitatif alkaloid menggunakan parameter uji total
alkaloid ekuivalen kuinin, flavonoid menggunakan parameter uji
total flavonoid ekuivalen kuersetin, saponin menggunakan
parameter uji total saponin standar dari Quillaja Bark, dan tanin
menggunakan parameter uji total tanin ekuivalen asam tanat.
Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah Okra
positif mengandung alkaloid ditandai dengan adanya endapan
jingga, flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning
jingga, saponin ditandai dengan adanya busa yang stabil, dan
tanin ditandai dengan adanya warna hitam. Analisis kuantitatif
menghasilkan alkaloid 2228,06 mg/gr, flavonoid 2,79 mg/gr,
saponin 10,03 mg/gr, dan tanin 1973,27 mg/gr.
Pendahuluan Buah Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench) memiliki
banyak manfaat, hal ini kemungkinan karena Okra mengandung
komponen metabolit sekunder seperti alkaloid terpenoid,
flavonoid dan lain-lain. Senyawa-senyawa flavonoid merupakan
senyawa alami. Lebih dari 4.000 flavonoid telah diidentifikasi
dan dikelompokkan sesuai dengan struktur molekulnya. Salah
satu sifat yang dapat menggambarkan flavonoid adalah
kemampuan flavonoid untuk beraksi sebagai antioksidan.
Flavonoid juga dapat mereduksi inflamasi dan penyakit jantung
koroner. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu
dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan (Astati & Kasmawati, 2017).
Hasil Penelitian Hasil penapisan fitokimia (analisis kualitatif) ekstrak buah Okra
- Uji Alkaloid Dragendorff LP = Terbentuk endapan, Hasil
Positif (+)
- Uji Flavonoid HCl pekat + Magnesium Terbentuk endapan
warna kuning, Hasil Positif (+)
- Uji Saponin kocok + HCL 2N Terbentuk buih, Hasil Positif
(+)
- Uji Tanin FeClᴣ Terbentuk warna biru kehitaman, Hasil
Positif (+)
1) Hasil penetapan uji kuantitatif kadar total alkaloid ekuivalen
kuinin diperoleh persamaan regresi y= 0,000215332x –
0,000210680; R2 = 0,993. Berdasarkan persamaan regresi
tersebut, dilakukan perhitungan kadar total alkaloid
ekuivalen kuinin pada sampel sehingga diperoleh kadar total
alkaloid ekuivalen kuinin untuk ekstrak etanol buah Okra
adalah 2168,72 mg/gram
2) Hasil penetapan uji kuantitatif kadar total flavonoid
ekuivalen kuersetin menggunakan kuersetin sebagai kurva
baku standar, diperoleh pesamaan regresi yaitu
y=0,00463704x + 0,00215730; R 2 = 0,999. Berdasarkan
pesamaan regresi tersebut, dilakukan perhitungan kadar total
flavonoid ekuivalen kuersetin pada sampel, diperoleh kadar
total flavonoid ekuivalen kuersetin untuk ekstrak etanol buah
Okra adalah 2,79 mg/gram
3) Hasil penetapan uji kuantitatif kadar saponin terhadap
ekstrak etanol buah Okra, diperoleh persamaan regresi yaitu
y=0,000193011x – 0,0039565; R 2 = 0,992. Persamaan
regresi tersebut digunakan untuk menghitung kadar saponin
pada sampel berdasarkan standar saponin dari Quillaja Bark
dan diperoleh kadar saponin kuantitatif adalah 10,17
mg/gram.
4) Hasil penetapan uji kuantitatif kadar tanin total ekuivalen
asam tanat diperoleh persamaan regresi senyawa saponin,
yaitu y= 0,0423x + 0,0033; R 2 = 0,999. Berdasarkan
persamaan regresi tersebut, dilakukan perhitungan kadar
tanin total ekuivalen asam tanat pada sampel, sehingga
diperoleh kadar untuk ekstrak etanol buah Okra
(Abelmoschus Esculentus L. Moench) adalah 1975,78
mg/gram
Kesimpulan Ekstrak etanol buah Okra (Abelmoschus Esculentus L. Moench)
mengandung jenis senyawa metabolit sekunder alkaloid,
flavonoid, saponin, dan tanin. Kadar total alkaloid ekuivalen
kuinin sebesar 2168,72 mg/gram, kadar total flavonoid ekuivalen
kuersetin sebesar 2,79 mg/gram, kadar total saponin berdasarkan
standar Quillaja Bark sebesar 10,17 mg/gram, dan kadar total
tanin ekuivalen asam tanat sebesar 1975,78 mg/gram.
Kekuatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif.
Sehingga pembaca mengerti berapa banyak kandungan fitokimia
yang terdapat pada buah Okra (Abelmoschus Esculentus L.
Moench). Penelitian ini juga berkaca dari penelitian penelitian
sebelumnya sehingga dapat memberikan informasi mengenai
potensi metabolit sekunder buah Okra dan dapat memberikan
kontribusi pada peningkatan pemanfaatan sumber daya alam,
khususnya dalam bidang herbal.
Kelemahan Penelitian Kelemahan dari Penelitian ini adalah bahwa penulis tidak
menjelaskan secara langsung apa tujuan dari penelitian ini
Berdasarkan pengamatan oleh reviewer diperoleh kesimpulan
bahwa sebenarnya penelitian ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan mengenai analisis skrining fitokimia pada buah
Okra (Abelmoschus Esculentus L. Moench) secara kualitatif dan
kuantitatif . Selain itu dalam peneitian ini terdapat beberapa kata
yang tak sesuai dengan penggunaan EYD

Anda mungkin juga menyukai