PENDAHULUAN
Teh merupakan minuman yang sudah tidak asing lagi untuk masyarakat
meningkatkan sedikit kadar gula darah. Teh herbal atau herbal tea adalah sebutan
untuk ramuan bunga, daun, biji, akar, atau buah kering yang biasanya digunakan
sebagai minuman yang dapat menunjang kesehatan, berkhasiat obat dan tidak
teh herbal adalah daun belimbing wuluh. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
disebut juga belimbing asam adalah sejenis pohon yang diperkirakan berasal dari
mengandung alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenol, dan triterpenoid. Selain itu
juga diketahui bahwa ekstrak metanol buah belimbing wuluh memiliki aktivitas
yang diperoleh dari gerusan daun belimbing ini, dapat digunakan sebagai obat luar
maupun obat minum terhsampaiap demam. Rebusan daun dapat sebagai obat
minum untuk persampaiangan usus besar. Salep yang dibuat dari daun muda
untuk obat rematik. Daunnya juga dapat dipakai sebagai obat bisul. Cairan yang
1
diperoleh jika bunganya dikukus adalah obat batuk, sariawan, nyeri sendi, kencing
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman yang dapat digunakan
sebagai terapi herbal dalam menangani diabates mellitus. Kandungan utama yaitu
terhsampaiap mencit telah dibuktikan memiliki tingkat aktivitas yang baik dalam
memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil.
DPPH memberikan serapan kuat dan panjang gelombang 517 nm dengan warna
(Averrhoa bilimbi L.) mengandung senyawa antioksidan. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan uji aktivitas antioksidan dari daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) dalam bentuk sediaan teh herbal pada daun belimbing
wuluh muda dengan metoda uji antioksidan yang digunakan pada penelitian ini
2
1.2 Rumusan masalah
yaitu :
3. Mengukur daya aktivitas antioksidan yang terdapat pada teh herbal daun
1.4 Hipotesis
2. Teh herbal daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) memenuhi syarat
aktivitas antioksidan.
3
1.5 Manfaat penelitian
cara pembuatan dari simplisia atau teh herbal daun belimbing wuluh
daya antioksidan dari teh herbal daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
dari kelas Magnoliopsida, suku Oxalidaceae, marga Averrhoa. Jenis ini diduga
berasal dari kepulauan Maluku (Arbain et al., 2014). Berikut klasifikasi dari
tanaman Belimbing Wuluh adalah (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2006). Gambar daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Geraniales
Suku : Oxalidaceae
Marga : Averrhoa
sedikit, arahnya condong ke atas, pada cabang yang muda berbulu halus seperti
pasang daun. Bentuk daun lonjong, ujungnya lancip sampai luncip, permukaan
daun bagian atas berbulu jarang sedangkan pada bagian bawah berbulu padat
seperti beludru, panjang 2 – 10 cm, lebar 1,25 – 3 cm. Perbungaan berupa malai,
bunga berbentuk elip; panjang 13 – 20 mm, berwarna ungu gelap dan bagian
pangkalnya ungu muda; benang sari semuanya subur. Buah bentuk lonjong
sampai bentuk galah, panjang 4 – 6,5 cm, berwarna hijau kekuningan, rasanya
asam sekali. Biji berbentuk bulat telur agak gepeng. Masa berbunga sepanjang
muda, hijau sampai hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna lebih muda,
bentuk bundar panjang sampai jorong, panjang 2 cm sampai 10 cm, lebar 0,7 cm
sampai 3 cm. Ujung daun runcing, pangkal daun membundar, pinggir daun rata.
Tangkai daun 1 mm sampai 2 mm, tulang daun, terutama tulang daun utama
6
menonjol pada permukaan bawah. Permukaan bawah berambut lebih banyak dari
pada permukaan atas, jika diraba terasa halus(Badan Pengawas Obat dan Makanan
epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel besar berbentuk segi empat sampai segi
empat memanjang, kutikula tipis, rambut penutup terdiri dari 1 sel berbentuk
kerucut panjang, lurus atau bengkok, ujung runcing, dinding tebal tidak berlignin.
Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel yang lebih kecil dari pada epidermis atas,
bentuk membulat. Stomata banyak, rambut penutup terdiri dari 1 sel serupa
rambut penutup epidermis atas. Mesofil meliputi jaringan palissampaie terdiri dari
1 atau 2 lapis sel berbentuk silindrik, lapisan kedua sangat pendek. Pada lapisan
pertama terdapat hablur kalsium oksalat bentuk prisma. Jaringan bunga karang
terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk tidak beraturan, tersusunan renggang
dengan rongga – rongga udara yang besar. Berkas pembuluh tipe kolateral disertai
serabut berdinding tebal agak berlignin. Di antara parenkim tulang daun terdapat
tampak sel epidermis atas berbentuk poligonal dengan dinding antiklinal agak
berkelok – kelok atau hampir lurus, sel epidermis bawah mempunyai dinding
antiklinal berkelok – kelok, stomata tipe anisositik. Serbuk berwarna hijau muda.
Fragmen pengenal adalah rambut penutup terdiri dari 1 sel berbentuk kerucut
7
2.1.4 Kandungan Kimia Belimbing Wuluh
Belimbing wuluh memiliki rasa asam dan bersifat sejuk. Pada bagian
sulfur dan peroksida. Pada bagian daun mengandung tarlin, sulfur, asam format,
obat sariawan, hipertensi dan diabetes dengan cara perebusan daunnya. Rebusan
daun belimbing wuluh juga dapat digunakan sebagai obat untuk peradangan usus
besar. Selain dengan cara direbus, daun belimbing wuluh bisa ditumbuk sampai
halus, untuk pengobatan rematik dan bisul dengan cara digosokkan pada bagian
daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman yang dapat
digunakan sebagai terapi herbal dalam menangani diabates mellitus. Penelitian ini
dilakukan dengan metoda pembuatan infusa daun belimbing wuluh dengan dosis
8
aloksan yang diberikan pada hewan coba adalah 125 mg/kgBB, kemudian
disuntikkan secara subkutan dan efek hiperglikemik akan muncul setelah 72 jam.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Patala et al. (2018). Dimana daun
belimbing wuluh dibuat dalam beberapa dosis yaitu 16,6 mg/kgBB, 25 mg/kgBB
ekstrak etanol daun belimbing wuluh pada mencit yang diinduksi batu ginjal
memiliki aktivitas sebagai antilithiasis dan dosis yang paling efektif sebagai
yang bukan berasal dari daun teh (Camelia sinensis). Teh herbal adalah sebutan
untuk ramuan bunga, daun, biji, akar, daun kering, rumput, kacang-kacangan,
kulit, buah-buahan, atau unsur-unsur botani lain yang dapat memberikan rasa dan
memberikan manfaat kesehatan. Tidak seperti kebanyakan bentuk teh, teh herbal
tidak mengandung kafein (Ravikumar, 2014). Khasiat yang dimiliki setiap teh
merupakan tanaman obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu
9
Teh dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu teh herbal dan non
herbal.
a. Teh Herbal
Teh herbal biasanya disajikan dalam bentuk kering seperti penyajian dari
tanaman teh. Tanaman obat dalam bentuk kering yang diformulasikan menjadi teh
herbal dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari – hari, skala rumah tangga
jenis, yaitu :
1. Teh hitam
Teh hitam merupakan hasil olahan pucuk daun teh yang mengalami proses
2. Teh wangi
Teh wangi merupakan teh hijau yang ditambah bunga melati (Jasminum
sambac) atau bunga melati gambir (Jasminum officinale) untuk memperbaiki rasa
dan aroma teh. Pengolahan teh wangi merupakan proses penyerapan (absorpsi)
bau bunga ke dalam teh hijau. Proses pengolahannya yaitu penggosongan teh
10
hijau, pelembaban, pewangian, pemisahan bunga, pengeringan, penganginan teh
dan pengemasan.
3. Teh hijau
Teh hijau dihasilkan dari pengolahan yang tanpa proses fermentasi setelah
kimia yang dapat digolongkan menjadi empat substansi fenol (katekin, flavanol),
bukan fenol (karbohidrat, alkaloid, protein, asam amino, klorofil, asam organik),
2.3 Simplisia
Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simplek yang berasal dari kata
simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut
bahan – bahan obat alam yang masih bersampaia dalam wujud aslinya atau belum
membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut. Simplisia adalah bahan alami
yang digunakan untuk obat dan belum mengalami proses apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal
itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia
Reaksi oksidasi terjadi setiap saat, ketika kita bernapas pun terjadi reaksi
oksidasi. Reaksi ini mencetuskan terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif,
yang dapat merusak struktur serta fungsi sel. Namun, reaktivitas radikal bebas
11
dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh
(Winarsi, 2007).
satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai
senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Senyawa ini terbentuk
elektron. Dalam kondisi demikian mudah sekali terbentuk radikal bebas. Radikal
bebas juga dapat terbentuk dari senyawa lain yang berasal bukan dari radikal
Sumber radikal bebas terdiri dari dua yaitu sumber radikal bebas yang
berasal dari dalam tubuh (radikal bebas endogenus) dan sumber radikal bebas
yang berasal dari luar tubuh (radikal bebas eksogenus). Radikal bebas endogenus
untuk menarik elektron disekelilingnya. Reaksi radikal bebas yang terus menerus
sebelum sampaia peredaman reaksi disebabkan oleh upaya molekul radikal bebas
12
kemampuannya mengubah suatu molekul menjadi radikal bebas baru sehingga
terjadi reaksi rantai, dan reaksi rantai ini baru berhenti jika radikal bebas diredam
2.5 Antioksidan
penting dalam tubuh karena berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang
antioksidan juga dimanfaatkan untuk bagian luar tubuh yaitu sebagai kosmetik
Radikal bebas berasal dari endogenus maupun eksogenus yang berasal dari
tubuh, sedangkan yang eksternal berasal dari polusi lingkungan, ultraviolet (UV),
asap rokok, dan lain-lain. Radikal bebas diketahui sebagai senyawa labil karena
disekelilingnya. Target utama sentawa tersebut adalah penyusun sel tubuh, seperti
1. Antioksidan enzimatis
13
Bagian-bagian yang termasuk ke dalam golongan antioksidan enzimatis
dismutase (SOD). Antioksidan jenis ini sering disebut sebagai antioksidan pimer,
DPPH adalah radikal bebas yang diperdagangkan, stabil pada suhu kamar
dengan bentuk serbuk violet kehitaman, cepat teroksidasi oleh temperature dan
udara, mudah larut dalam metanol, dengan BM 394,3 g/mol. Penyimpanan pada
suhu di bawah 0C. DPPH akan mendonorkan suatu atom hidrogen ketika
dengan hilangnya warna violet (Molyneux, 2004). Struktur kimia DPPH dapat
14
Gambar 2. Struktur Kimia DPPH (Molyneux, 2004).
DPPH dari ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm. Sampel
DPPH sangat reaktif untuk menangkap elektron atau radikal hidrogen lainnya
untuk menjadi molekul yang stabil. Metode ini pertama kali dikemukakan oleh
Reaksi penting dalam pembentukan asam sinamat dan berbagai turunannya adalah
Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Struktur kimia asam galat dapat dilihat
pada Gambar 3.
15
Gambar 3. Struktur Kimia Asam Galat (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
intensitas sinarultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Pada umumnya
adalah:
16
mengukur pelarut tanpa sampel, setelah itu larutan sample dapat diukur.
Gambar 4.
2004)
pelarut yang tidak mengandung sampel. Alat ini lebih praktis dan mudah
(Dachriyanus, 2004)
17
Sumber rsampaiiasi ultraviolet kebanyakan digunakan adalah lampu
hidrogen dan lampu deuterium. Terdiri dari sepasang elektroda yang terselubung
dalam tabung gelas dan diisi dengan gas hidrogen atau deuterium pada tekanan
yang rendah.
2. Monokromator
3. Tempat cuplikan
Cuplikan yang akan diuji pada daerah ultraviolet atau visible biasanya
berupa larutan yang ditempatkan dalam sel atau kuvet. Untuk daerah ultraviolet
biasanya digunakan quartz atau sel yang dari silika yang dilebur, sedangkan untuk
4. Detektor
tenaga tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti arus listrik atau
5. Rekorder
18
Rekorder atau biasa disebut sebagai baca berfungsi dalam pembacaan
01-3836-2013).
19
2 Kadar air % b/b Maksimal 8
5 Kadar Tak larut dalam air dari abu total % b/b Minimal 45
ditambahkan serta sampaia tidaknya bau asing bukan teh maupun bau
20
penyedap yang sengaja ditambahkan. Penilaian bau air seduhan
asing. Kekuatan rasa adalah kombinasi rasa yang membentuk rasa khas teh
asing adalah rasa yang menyimpang dari rasa khas teh maupun rasa
sangat memuaskan.
memuaskan.
memuaskan.
21
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni
3.2.1 Alat
desikator, gelas piala (Pyrex Iwaki), spatel, bola hisap, corong, erlenmeyer
22
(Iwaki), labu ukur (Iwaki), allumunium foil, kertas saring, vial gelap, batang
(Iwaki), pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, oven, dan plat tetes.
3.2.2 Bahan
Etanol (C2H5OH) 95% (PT.Bratachem), Asam Klorida (HCl) (Merck), Besi (III)
Klorida (FeCl3) (Merck),Raksa (II) Klorida (HgCl2) (Merck), Kalium Iodida (KI)
Bratachem), serbuk Seng (Zn), Asam Sulfat (H2SO4) (PT Bratachem), Amoniak
(NH3) (PT Bratachem), Besi (III) Amonium Sulfat (NH4Fe(SO4)2) (Merck), Asam
Sampel ini diambil secara manual, diambil bagian daun muda dari
tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebanyak 2 kg. Daun belimbing
23
3.3.2 Determinasi Tumbuhan Belimbing Wuluh
Sampel yang digunakan yaitu daun belimbing wuluh muda yang dibuat
1. Pengumpulan Sampel
2. Sortasi Basah
lainnya dari daun belimbing wuluh sebelum pencucian dengan cara membuang
bagian-bagian yang tidak perlu dan memisahkan antara daun yang muda dan daun
yang tua.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan air bersih, air PAM (Perusahaan Air Minum).
dari sampel tersebut. Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya
dilakukan selama 3 minggu sampai memenuhi susut pengeringan yang tidak lebih
24
dari 10%. Perajangan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
ditimbang.
5. Sortasi Kering
pengotor-pengotor lain yang masih sampaia dan tertinggal pada simplisia kering
air panas.
25
Karakteristik serbuk simplisia daun belimbing wuluh dilakukan berdasarkan
1. Pola kromatografi
a. Penjenuhan bejana
dan lebarnya sama dengan lebar bejana. Masukan sejumLah larutan pengembang
kedalam bejana kromatografi, hingga tingginya 0,5 sampai 1 cm dari dasar bejana.
Tutup kedap dan biarkan hingga kertas saring basah seluruhnya. Kertas saring
c. Fase Gerak
d. Fase Diam
e. Pembanding
Rutin
f. Prosedur KLT
Larutan uji ditotolkan dengan jarak 1 cm dari tepi bawah lempeng, dan di
Larutan fase gerak dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penyerap,
26
totolkan jangan sampai terendam. Tutup bejana diletakan pada tempatnya dan
dibiarkan sistem hingga fase ferak merambat sampai betas jarak rambat. Lempeng
di keluarkan dan dikeringkan di udara dan bercak diamati dengan sinar tampak
ultraviolet gelombang pendek 254 nm. Ukur dan catat jarak tiap bercak dari
telah dipanaskan pada suhu 105 oC dan ditara. Ratakan bahan dalam cawan
sampai 10 mm, masukkan kedalam ruang pengering, keringkan pada suhu 105 oC
berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang). Sebelum setiap
kedalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan sampai
habis, dinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat
dihilangkan, tambahkan air panas, sampaiuk, saring melalui kertas saring bebas
abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama,
masukkan filtrat kedalam krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap. Kadar
27
abu total dihitung terhsampaiap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b
Didihkan abu yang diperoleh pada penetapan Kadar abu total dengan 25
mLasam klorida encerLP selama 5 menit. Kumpulkan bagian yang tidak larut
dalam asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas,
pijarkan dalam krus hingga bobot tetap.Kadar abu yang tidak larut asam dihitung
Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar
yang telah dipanaskan 105 °C dan ditara, panaskan sisa pada suhu 105 °C hingga
bobot tetap. Hitung Kadar dalam % sari larut air (Kementerian Kesehatan
kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Saring cepat
dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105 °C dan ditara,
28
panaskan sisa pada suhu 105° hingga bobot tetap. Hitung Kadar dalam % sari
1 Identitas
nama dan senyawa identitas simplisia. Deskripsi tata nama tanaman meliputi
nama simplisia, nama latin tanaman (sistematika botani), bagian tanaman yang
Indonesia, 2000).
2 Organoleptis
pengamatan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk, warna, rasa dan bau dari
3.3.7 Syarat Mutu Teh Herbal Daun Belimbing Wuluh dilihat berdasarkan
5,6 g ke dalam cawan penguap 280 mL. Tuangkan air suling mendidih ke dalam
cangkir porselen, tutup dan biarkan 6 menit. Tuangkan air seduhan ke dalam
mangkok pencoba porselen dan usahakan ampas seduhan tidak terbawa. Lakukan
2. Kadar Air
29
Timbang 1 g sampel pada sebuah botol timbang bertutup yang sudah
diketahui bobotnya. Keringkan dalam oven dengan suhu 50℃ selama 150 menit.
mendidih dan diamkan selama 1 jam. Saring ke dalam labu ukur 500 mL dan bilas
dengan air panas sampai warna larutannya menjadi jernih atau bening, kemudian
dinginkan dan tepatkan sampai tanda garis dengan air suling. Pipet 50 mL filtrat
ke dalam cawan yang telah diketahui bobotnya dan keringkan di atas penangas
air. Panaskan dalam oven selama 2 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang
4. Abu Total
diketahui berat tetapnya. Arangkan di atas api bunsen dan abukan dengan
dalam cawan porselen yang berisi abu total, panaskan sampai hampir mendidih
dan saring dengan kertas saring bebas abu. Pindahkan kertas saring dan isinya ke
30
cawan semula, uapkan hati – hati diatas penangas. Abukan dengan menggunakan
kompor sampai bebas karbon. Dinginkan dalam desikator dan timbang sampai
berat tetap.
1. Warna
Pengamatan contoh uji dengan indera penglihatan yang dilakukan oleh panelis.
a. Jika tidak terlihat warna asing, maka hasil dinyatakan “khas produk teh”; dan
2. Bau
Pengamatan contoh uji dengan indera penciuman yang dilakukan oleh panelis.
a. Jika tidak tercium bau asing, maka hasil dinyatakan ““khas produk teh”; dan
3. Rasa
Pengamatan contoh uji dengan indera pengecap (lidah) yang dilakukan oleh
panelis.
a. Jika tidak tercium rasa asing, maka hasil dinyatakan “khas produk teh”; dan
31
Ditimbang 1,25 g FeCl3 dimasukkan dalam labu ukur 25 mL dan
tanda batas.
a. Asam Klorida 1 N
Dipipet 8,3 mL HCl pekat, dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan
b. Asam Klorida 2 N
dilarutkan dengan sedikit air dan ditambahkan sisa air sampai tanda batas.
dilarutkan dengan sedikit air dan ditambahkan sisa air sampai tanda batas.
100 mL, dlarutkan dengan sedikit air dan ditambahkan sisa air sampai
tanda batas.
6. Pereaksi FeCl3 10 %
32
7. Besi (III) Alumunium Sulfat 5%
250 mL .
1. Uji Flavonoid
Larutan percobaan
melalui kertas saring kecil berlipat. Encerkan filtrat dengan 10 mL air. Setelah
33
dingin tambahkan 5 mL eter minyak tanah P, kocok hati-hati, diamkan. Ambil
lapisan metanol, uapkan pada suhu 40º C dibawah tekanan. Sisa dilarutkan
klorida P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu, menunjukkan
Indonesia, 1995).
2. Uji Fenol
Larutan teh (50 mg) tambahkan 3-4 tetes besi (III) klorida 5%. Senyawa fenol
akan memberikan warna hijau hingga hijau kehiitaman (Banu & Cathrine, 2015).
3. UjiTanin
hijau atau biru sampai hitam (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
pada larutan teh daun belimbing wuluh muda. Langkah selanjutnya yaitu analisis
tersebut.
2008)
mL, ditambahkan dengan etanol 80 % sampai tanda batas. Dipipet 0,5 mL larutan
Kocok dan diamkan selama 30 menit pada suhu ruang dan diukur panjang
Dibuat seri larutan kuarsetin dengan konsentrasi 30, 40, 50, 60, dan 70 µg/mL
35
%, 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL air suling. Dikocok dan diamkan selama
c. Penetapan Kadar Flavonoid Total Pada Teh Herbal Daun Belimbing Wuluh
Buat larutan uji dengan cara menimbang seksama 100 mg larutan teh, dilarutkan
kedalam etanol 80%, volume dicukupkan hingga tanda batas labu ukur 100
tambahkan 1,5 mL etanol P, alumuium klorida P 10% 0,1 mL, natrium asetat 1 M
0,1 mL dan 2,8 mL air suling. Kocok dan diamkan selama 30 menit pada suhu
spektrofotometri UV-Visible.
2011).
100 mL (100 µg/mL), dibuat larutan asam galat 60 µg/mL dengan cara memipet
sebanyak 6 mL larutan asam galat 100 µg/mL dimasukkan ke dalam labu ukur 10
36
mL, ditambahkan dengan metanol p.a sampai tanda batas. Dipipet 1 mL larutan
NaoH 1% inkubasi selama 1 jam pada suhu ruang, dan diukur panjang gelombang
maksimum.
Dibuat seri larutan kuarsetin dengan konsentrasi 30, 40, 50, 60, dan 70 µg/mL
dengan cara memipet sebanyak 3, 4, 5, 6, dan 7 mL dari larutan asam galat 100
µg/mL dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, ditambahkan dengan metanol p.a
sampai tanda batas. Dipipet 1 mL larutan asam galat 60 µg/mL ke dalam tabung
c. Penetapan Kadar Fenolik Total Pada Teh Herbal Daun Belimbing Wuluh
Buat larutan uji dengan cara menimbang seksama 10 mg larutan teh, dilarutkan
kedalam methanol p.a, volume dicukupkan hingga tanda batas labu ukur 100
37
ruang, dan diukur panjang gelombang maksimum menggunakan Spektrofotometri
suhu 70˚C, kemudian dititrasi dengan KMnO4 0,1 N. Titrasi dihentikan apabila
sudah terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah
Sebanyak 2 gram serbuk teh daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
saring kedalam labu ukur 250 mL dan didapatkan filtrat. Ampasnya disari kembali
dengan Aquadest mendidih dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang sama.
warna menjadi hijau kehitaman apabila direaksikan dengan Besi (III) Alumunium
sulfat. Dinginkan cairan dan tambahkan air secukupnya 250 mL. Pipet 12,5 mL
larutan kedalam erlenmeyer 500 mL, tambahkan 375 mL air dan 12,5 mL
indikator asam indigo sulfonat LP, titrasi dengan KMnO4 hingga terjadi perubahan
38
Disiapkan 77,5 mL Aquadest dalam erlenmeyer 100 mL. Ditambahkan indikator
asam indigo sulfonat 2,5 mL, lalu dititrasi dengan KMnO4 hingga terjadi
perubahan warna larutan dari biru tua menjadi warna kuning keemasan. Lakukan
3.3.11 Uji Aktivitas Antioksidan dari Teh Herbal Daun Belimbing Wuluh
dengan metanol p.a hingga 100 mL, kemudian ditempatkan dalam labu ukur yang
cukupkan pelarutnya hingga tanda batas kemudian kocok hingga homogen dan
Maksimum DPPH
Dipipet 3,8 mL larutan DPPH (25 µg/mL) ke dalam tabung reaksi. Lalu
ditambahkan metanol p.a sebanyak 0,2 mL dan dihomogenkan dan vial ditutup
maksimumnya.
39
3. Pembuatan Larutan Pembanding Asam Galat
Ditimbang asam galat sebanyak 10 mg. Dilarutkan dengan air, dimasukkan dalam
labu ukur lalu ditambahkan air hingga 100 mL (100 µg/mL). Selanjutnya dibuat
seri konsentrasi 40, 50, 60, 70, 80 µg/mL dengan cara memipet 4, 5, 6, 7 dan 8
sebanyak 0,2 mL larutan asam galat dan masukan ke dalam vial, kemudian
Ditimbang larutan teh daun belimbing wuluh sebanyak 100 mg, kemudian
dilarutkan denganmetanol p.a dalam labu ukur sampai 100 mL, maka didapatkan
metanol sehingga diperoleh sampel dengan konsentrasi 100, 300, 500, 700, 900
masing dimasukkan dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan metanol p.a sampai
dipipet sebanyak 0,2 mL larutan sampel dan masukan ke dalam vial, kemudian
40
antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal DPPH
dan nilai % aktivitas antioksidan sebagai ordinatnya (sumbu y). Nilai IC50 dari
41
2. Kadar Abu Total Simplisia
W2 – W0
Kadar Abu TotalSimplisia =W1 - W0 x 100%
Rumus menghitung Kadar abu tidak larut asam menurut Kementerian Kesehatan
W −W
Kadar abu tidak larut asam =W2 −W0 x 100 %
1 0
W2 - W0 100
Kadar senyawa larut dalam air = x x 100%
W1 - W0 20
42
Rumus menghitung Kadar senyawa larut dalam etanol menurut Kementerian
W2 - W0 100
Kadar senyawa larut dalam etanol = x x 100%
W1 - W0 20
6. Kadar air
berikut :
𝑤2−𝑤0 100
Kadar ekstrak dalam air % 𝑏⁄𝑏 = ×𝑃× × 100%
𝑤1−𝑤0 100−𝐾𝐴
P = pengenceran
43
KA = Kadar air
Rumus menghitung Kadar abu larut dalam air menurut SNI 01-3836-
(2013)sebagai berikut :
𝑤3 100
Serat kasar % 𝑏⁄𝑏 = 𝑤 × 100−𝐾𝐴 × 100%
10 |A − B| × N × 0,0415
%Tanin = × 100%
sampel (g)
0,0415 gr tanin
44
11. Aktivitas Antioksidan (Ismayanti et al., 2013)
menggunakan rumus :
inhibisi sebesar 50% yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH sebesar 50%,
sehingga semakin kecil IC50 yang didapat maka semakin tinggi kekuatan suatu
radikal bebas. IC50 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear
45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Setelah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antioksidan dari teh herbal
46
Hasil identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Laboratorium Jurusan
sampel yang digunakan adalah tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi, L.)
3. Kadar abu tidak larut asam simplisia daun belimbing wuluhadalah 0,7787
Gambar 9).
47
a. Identitas
b. Organoleptis
Bentuk : Serbuk
3. Hasil kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam berupa silika gel 60
F250, fase gerak butanol : asam asetat : air (4:1:5) dan pembanding yang
digunkakan rutin. Setelah diamati pada sinar UV 254 maka dihitung nilai Rf,
pada sampel didapatkan nilai Rf 0,65 dan pada pembanding rutin didapatkan
4. Syarat mutu teh herbal daun belimbing wuluh dilihat berdasarkan dengan SNI
01-3836-2013
a. Kadar kesampaiaan air seduhan teh herbal daun belimbing wuluh dari
penilaian 5 orang panelis dengan rata-rata uji warna 4,8 ± 0,44721, bau 3 ±
48
b. Kadar air teh herbal daun belimbing wuluhadalah 7,929 %±0,0575
c. Kadar ekstrak dalam air teh herbal daun belimbing wuluh adalah 33,021 %
d. Kadar abu total teh herbal daun belimbing wuluh adalah 5,4005 % ±
e. Kadar abu tak larut dalam air teh herbal daun belimbing wuluh adalah
hasil positif pada flavonoid, fenol dan tanin. (Lampiran 1. Tabel XII).
49
3. Hasil penetapan Kadar tanin total teh herbal daun belimbing wuluh secara
40, 50, 60, 70 dan 80 g/mL pada serapan maksimum DPPH 515,5 nm dan
absorban 0,681, didapat absorban larutan 0,584, 0,497, 0,400, 0,304, 0,206
4. Hasil pengukuran daya aktivitas antioksidan teh herbal daun belimbing wuluh
dengan konsentrasi 100, 300, 500, 700 dan 900 g/mL pada serapan
0,605, 0,510, 0,408, 0304, 0,205 dan diperoleh persen aktivitas penangkal
50
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah daun belimbing wuluh
Barat. Tujuan identifikasi adalah untuk mengetahui identitas sampel yang akan
51
yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa
pengeringan, Kadar abu total, Kadar abu tidak larut asam, Kadar sari larut air dan
penetapan Kadar abu total yang bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral
yang terdapat dalam simplisia, Kadar abu total yang diperoleh adalah 6,2817 %±
0,04133 (Lampiran 1, Tabel III). Kadar abu tidak larut asam yang diperoleh
adalah 0,7787 % ± 0,011724 (Lampiran 1, Tabel IV). Kadar sari larut air adalah
18,073 % ± 0,01514 (Lampiran 1, Tabel V). Kadar sari larut etanol adalah 12,834
% ± 0,044136 (Lampiran 1, Tabel VI). Dari semua uji karakterisasi simplisia yang
persyaratan karena penetapan Kadar abu total tidak lebih dari 7,5 %, Kadar abu
tidak larut asam tidak lebih dari 1,0%, Kadar sari larut air tidak kurang dari 18 %
dan Kadar sari larut etanol tidak kurang dari 11 % (Departemen Kesehatan
teh menggunakan alat sheler atau pres kertas. Tujuan penghalusan bertujuan untuk
52
Setelah menjadi teh herbal, dilakukan uji identitas dan uji organoleptis, pola
kromatografi, serta syarat mutu teh herbal daun belimbing wuluh dilihat
Kadar air, ekstrak dalam air, Kadar abu total, Kadar abu tak larut dalam air. Hasil
uji identitas daun belimbing wuluh diperoleh nama simplisia Bilimbi folium dari
daun (Lampiran 1, gambar 7). Hasil uji organoleptis simplisia daun belimbing
wuluh berupa dokumentasi foto dan deskripsi (Lampiran 1, Gambar 8). Setelah itu
dilakukan uji pola kromatografi yang bertujuan untuk melihat senyawa kimia
yang terdapat dalam suatu tumbuhan. Pada sampel didapatkan noda dengan jarak
5,2 cm, pada pembanding rutin jarak noda 4,95 cm dan jarak eluen 8 cm sehingga
nilai Rf sampel adalah 0,65 dan Rf pembanding rutin 0,618, maka dalam
12).
Syarat mutu teh herbal daun belimbing wuluh dilihat berdasarkan dengan
SNI 01-3836-2013, kesampaiaan air seduhan teh herbal daun belimbing wuluh
diperoleh hasil penilaian dari 5 orang panelis dengan uji warna 4,8 ± 0,44721, uji
bau 3 ± 0, uji rasa 3,4 ± 0,5477 (Lampiran 1, Tabel VII). Kadar air teh herbal
daun belimbing wuluh adalah 7,929 % ± 0,0575 (Lampiran 1, Tabel VIII). Kadar
ekstrak dalam air teh herbal daun belimbing wuluh adalah 33,021 % ± 4,9435
(Lampiran 1, Tabel IX). Kadar abu total teh herbal daun belimbing wuluh
53
adalah5,4005 % ± 0,00305 (Lampiran 1, Tabel X). Kadar abu tak larut dalam air
teh herbal daun belimbing wuluh 108,27 % ± 0 (Lampiran 1, Tabel XI). Dari
semua uji syarat mutu teh herbal daun belimbing wuluh dilihat berdasarkan
dengan SNI 01-3836-2013 memenuhi persyaratan karena Kadar air tidak lebih
dari 8 %, Kadar ekstrak dalam air tidak kurang dari 32 %, Kadar abu total tidak
lebih dari 8%, dan Kadar abu tak larut dalam air tidak kurang dari 45 % (SNI 01-
3836-2013).
mengetahui senyawa kimia yang terdapat pada teh herbal daun belimbing wuluh.
Pengujian ini dilakukan pada senyawa flavonoid, fenol, dan tanin karena mereka
menunjukkan hasil positif pada senyawa flavonoid, fenol dan tanin.Dilihat dari
reaksi kimia yang terjadi pada uji flavonoid menggunakan larutan percobaan
10 tetes asam klorida P membentuk warna merah jingga. Uji tanin terjadi reaksi
kimia antara larutan FeCl3 dan larutan uji membentuk warna hijau kehitaman.
(Lampiran 1, Tabel XIII, Gambar 12). Kemudian dibuat kurva kalibrasi dengan
beberapa konsentrasi kuersetin yaitu 30, 40, 50, 60 dan 70 g/mL diperoleh
absorban 0,281, 0,386, 0,484, 0,588, 0,690 dan didapat persaman regresi linier
54
y=0,0102x-0,0242 (Lampiran 1, Tabel XIV, Gambar 13). Lalu ditentukan Kadar
flavonoid pada teh herbal daun belimbing wuluh dengan mengukur absorban
larutan menghasilan warna yang lebih kuning. Dan penambahan Natrium asetat
warna yang dihasilkan lebih maksimal. Dari hasil penelitian teh herbal daun
belimbing wuluh diperoleh absorban 0,321, 0,313, 0,331 dan didapatkan Kadar
Tabel XVI, Gambar 14). Sebelum dilakukan pemeriksaan Kadar fenolat total,
terlebih dahulu dibuat kurva kalibrasi larutan standar asam galat dengan
konsentrasi 30, 40, 50, 60 dan 70 g/mL. Pembuatan kurva kalibrasi ini berguna
regresi dari kurva kalibrasi. Dari pemeriksaan larutan standar asam galat diperoleh
55
absorban 0,326, 0,406, 0,534, 0,625, 0,726 dan didapat persaman regresi linier
Pada penetapan Kadar fenolik total sampel digunakan teh herbal daun
kalibrasi asam galat. Pada penetapan Kadar fenolik total dilakukan 3 kali
pengulangan. Pada teh herbal daun belimbing wuluh diperoleh absorban 0,521,
sebagai standar zat pengoksidasi adalah KMnO4 karena termasuk oksidator kuat,
dan sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat. Penetapan Kadar tannin
dilakukan dengan melarutkan sejumLah serbuk teh herbal daun belimbing wuluh
dengan Aquadest, lalu dipanaskan agar tannin dapat tersari dalam air, karena
dasarnya tanin larut dalam air. Dilakukan pendinginan, setelah itu disaring dan
warna hijau kehitaman apabila diberi larutan besi (III) ammonium sulfat, hal
tersebut menandakan seluruh tannin sudah tersari. Dinginkan cairan dan ditambah
Aquadest hingga 250 mL. Pipet 12,5 mL larutan kedalam erlnmeyer, ditambah
indicator asam indigo sulfonat LP sebanyak 12,5 mL dan dititrasi dengan larutan
KMnO4 0,1 N yang sebelumnya sudah dibaku dengan asam oksalat. Titik akhr
56
ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi kuning emas. Pada teh herbal
ditentukan secara spektrofotometri UV-Vis double beam yang dapat dilihat pada
sel dari bahaya radikal bebas oksigen reaktif (Hazimah et al., 2013). DPPH adalah
radikal bebas yang diperdagangkan, stabil pada suhu kamar dengan bentuk serbuk
violet kehitaman, cepat teroksidasi oleh temperatur dan udara, mudah larut dalam
antioksidan yang hanya menggunakan sampel dengan jumLah sedikit dan waktu
absorpsi yang kuat pada panjang gelombang 515-517 nm dengan warna violet
untuk menangkap elektron atau radikal hidrogen lainnya untuk menjadi molekul
yang stabil. Metode ini pertama kali dikemukakan oleh Marsden Blois pada tahun
57
DPPH yang semula berwarna ungu pekat menjadi kuning pucat. Besarnya
aktivitas antioksidan ditandai dengan IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel yang
standar asam galat didapatkan absorban larutan 0,584, 0,497, 0,400, 0,304, 0,206
Dilihat dari hasil absorbansi dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi
sampel maka akan semakin kecil nilai absorbansi yang didapat, hal ini
pada DPPH dan nilai persentase inhibisinya akan semakin besar (Bahriul et al.,
2014). Nilai IC50 atau aktivitas penangkal radikal bebas sebesar 50% diperoleh
terhsampaiap teh herbal daun belimbing wuluh pada konsentrasi 100, 300, 500,
700, dan 900 µg/mL, didapatkan absorban larutan 0,605, 0,510, 0,408, 0,304,
nilai IC50 atau aktivitas penangkal radikal bebas sebesar 50 % diperoleh dari teh
herbal daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) pada konsentrasi 729,851
µg/mL.
58
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
antioksidan teh herbal daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) dengan
1. Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada teh herbal daun belimbing
59
Tanin.Hasil analisis kuantitatif teh herbal daun belimbing wuluh senyawa
air seduhan dengan rata-rata uji warna sebesar 4,8 ± 0,44721, bau 3 ± 0, dan
rasa 3,4 ± 0,5477, Kadar Air sebesar 7,929 % ± 0,0575, Kadar ekstrak dalam
air sebesar 33,021% ± 4,9435, Kadar abu total sebesar 5,4005% 0,00305, dan
3. Hasil aktivitas antioksidan dari asam galat didapatkan nilai IC50 pada
konsentrasi 66,0801 μg/mL (antioksidan kuat 50-100 μg/mL), pada teh herbasl
5.2 Saran
memakai metoda lain serta memilih pelarut yang belum pernah diujikan
60
DAFTAR PUSTAKA
61
Banu, K. S. & Cathrine, L. (2015). General Techniques Involved in
Phytochemical Analysis. International journal of sampaivanced
Research in Chemical Science (IJARCS), 2(4), 25-32.
Daroini, O. S. (2006). Kajian proses pembuatan teh herbal dari campuran teh
hijau (Camellia sinensis), rimpang bangle (Zingiber cassumunea Roxb.)
dan daun ceremsai (Phyllanthus acidus (L) Skeels.). (Skripsi). Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Teknologi Bogor.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi
IV. Jakarta
62
Kurniawaty, E., & Lestari, E.E. (2016). Uji efektivitas daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) sebagai pengobatan diabetes melitus. Majority, 5(2),
32-36.
Latief, A. (2012). Obat trsampaiisional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Molyneux, P. (2004). The use of the stable free rsampaiical
diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity.
SongklanakarinJ. Sci. Technol, 26(2), 211-219.
Mosquera, O. M., Correa, Y. M., Buitrago, D. C., & Nino, J. (2007).
Antioxsidant activity of twenty five plant from colombian biodeivesity.
Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de janeiro, 102(5), 631-634.
Patala, R., Ibrahim, N., & Khumaidi, A. (2018). Uji aktivitas antilithiasis ekstrak
etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi, L) pada mencit putih (Mus
musculuc). Jurnal Itekima, 31(1), 20-30.
Rhahmah, A. (2015). Optimasi pembuatan teh herbal daun murbei (Morus alba).
Jurnal Teknologi Agro–Industri, 2(2), 1-5.
Sastrohamidjodjo, H. (2001). Dasar-dasar spektroskopi. Yogyakarta: Universitas
Gsampaijah msampaia.
SNI 01–3836–(2013). Teh kering dalam kemasan. Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Winarsi, H. (2007). Antioksidan alami & radikal bebas dan aplikasinya dalam kesehatan.
Yogyakarta: Kanisius.
63
Gambar 6. Hasil identifikasi sampel di Hebarium Universitas Andalas (ANDA)
Lampiran 1. (Lanjutan)
64
Hasil Karakterisasi Simplisia Belimbing Wuluh
65
Lampiran 1. (Lanjutan)
1. Susut Pengeringan
Tabel II. Hasil Uji Susut Pengeringan Simplisia Daun Belimbing Wuluh
Berat cawan
Berat cawan Berat cawan
kosong + hasil % Kadar susut
NO. kosong + simplisia
pengeringan pengeringan
(W0) (gram) (W1) (gram)
(W2) (gram)
1. 12,5664 14,5549 14,4904 3,2436
2. 12,5665 14,5550 14,4898 3,278
3. 12,5663 14,5599 14,4906 3,476
Rata-rata 3,3325
SD 0,1254
Tabel III. Hasil Uji Kadar Abu Total Simplisia Daun Belimbing Wuluh
Berat krus
Berat krus Berat krus
kosong + hasil
NO. kosong + simplisia % Kadar abu total
pengeringan
(W0) (gram) (W1) (gram)
(W2) (gram)
1. 34,0534 36,0386 34,1786 6,3066
2. 34,0531 36,0525 34,1783 6,2618
3. 34,0533 36,0527 34,1788 6,2768
Rata-rata 6,2817
SD 0,04133
Abu total simplisia daun belimbing wuluh tidak lebih dari 7,5% (Departemen
66
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel IV. Hasil Uji Kadar Abu Tidak Larut Asam Simplisia Daun Belimbing
Wuluh
Berat krus
Berat krus Berat krus
kosong + hasil % Kadar abu tidak
NO. kosong + simplisia
pemijaran larut asam
(W0) (gram) (W1) (gram)
(W2) (gram)
1. 34,0534 36,0386 34,0690 0,7858
2. 34,0531 36,0525 34,0688 0,7852
3. 34,0533 36,0527 34,0686 0,7652
Rata-rata 0,7787
SD 0,011724
Abu tidak larut asam simplisia Daun belimbing wuluh tidak lebih dari 1,0%
67
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel V. Hasil Uji Kadar Sari Larut Air Simplisia Daun Belimbing Wuluh
Berat cawan
Berat cawan Berat cawan +
kosong + hasil % Kadar
No. kosong sampel
pengeringan sari larut air
(W0) (gram) (W1) (gram)
(W2) (gram)
1. 42,6977 56,5522 43,1979 18,052
2. 42,6967 56,5525 43,1981 18,093
3. 42,6974 56,5527 43,1983 18,076
Rata-rata 18,073
SD 0,01514
Sari larut air simplisia daun belimbing wuluh tidak kurang dari 18% (Departemen
68
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel VI. Hasil Uji Kadar Sari Larut Etanol Simplisia Daun Belimbing Wuluh
Berat cawan
Berat cawan Berat cawan + % Kadar
kosong + hasil
No. kosong (W0) simplisia (W1) sari larut
pengeringan
(gram) (gram) etanol
(W2) (gram)
1. 65,9349 74,2173 66,1475 12,83
2. 65,9350 74,2327 66,1473 12,792
3. 65,9342 74,2297 66,1479 12,88
Rata-rata 12,834
SD 0,044136
Sari larut etanol simplisia daun belimbing wuluh tidak kurang dari 11%
Karakterisasi Spesifik
a. Identifikasi
69
Lampiran 1. (Lanjutan)
d. Organoleptis
Bentuk : Serbuk
Berat sampel : 2 kg
% Rendemen : 24%
70
Lampiran 1. (Lanjutan)
71
Lampiran 1. (Lanjutan)
Pola Kromatografi
Keterangan :
S : Sampel
P : Pembanding
Jarak eluen : 8 cm
Rf Sampel : 0,65
Rf Pembanding : 0,618
72
Syarat Mutu Teh Herbal Daun Belimbing Wuluh dilihat berdasarkan
Tabel VII. Data Uji kesampaiaan air seduhan dari 5 orang panelis teh herbal
Ʃ 24 15 17
SD 0,44721 0 0,5477
73
Tabel VIII. Indikator warna, bau, dan rasa teh herbal daun belimbing wuluh
Nilai 5 4 3 2 1
Indikator
Gambar 12. Kesampaiaan air seduhan teh herbal daun belimbing wuluh
74
YAYASAN PERGURUAN TINGGI ILMU KESEHATAN PadaNG
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM) PadaNG
Herbal Daun Belmbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.)”. adapun penelitian ini
dilakukan dalam rangka penulisan tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan
1. Amati warna, rasa dan aroma dari masing-masing sediaan teh herbal daun
75
Gambar 13. Kuesioner panelis 1
76
Gambar 14. Kuesioner panelis II
77
Gambar 15. Kuesioner panelis III
78
Gambar 16. Kuesioner panelis IV
79
Gambar 17. Kuesioner panelis V
80
Tabel IX. Data Kadar Air Teh Herbal Daun Belimbing Wuluh
Berat setelah
No Berat dikeringkan dalam Kadar Air (%)
contoh (g) oven (g)
1 1 0,0808 7,988
2 1 0,0797 7,873
3 1 0,0803 7,928
Rata-rata 7,929
SD 0,0575
Kadar air teh herbal daun belimbing wuluh tidak lebih dari 8%(SNI 01-3836-
2013).
Tabel X. Data Kadar Ekstrak dalam Air Teh Herbal Daun Belimbing Wuluh
Rata-rata 33,021
SD 4,9435
Kadar ekstrak dalam air teh herbal daun belimbing wuluh tidak kurang dari 32%
(SNI 01-3836-2013).
81
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel XI. Data Kadar Abu Total Teh Herbal Daun Belimbing Wuluh
Berat (g)
No Contoh Sisa Pengabuan Kadar air (%) Kadar Abu
Total (%)
1 2 0,1093 7,929 5,4036
Rata-rata 5,4005
SD 0.00305
Kadar abu total teh herbal daun belimbing wuluh tidak lebih dari 8% (SNI 01-
3836-2013).
Tabel XII. Data Kadar Abu Tak Larut Air Teh Hebal Daun Belimbing Wuluh
Rata-rata 108,27
SD 0
Kadar abu larut air teh herbal daun belimbing wuluh tidak kurang dari 45% (SNI
01-3836-2013).
82
Lampiran 1. (Lanjutan)
Analisis Kualitatif
Simplisia
No. Pengujian
Daun Belimbing Wuluh
1. Fenol +
a. D warna hijau
(terbentuk
engan FeCl3 kehitaman)
2. Flavonoid
a. G warna merah
(tidak terbentuk
likosida-3-flovanol (dengan intensif)
serbuk seng) +
b. F jingga)
(Merah
lavon, kalkon, auron (dengan
serbuk Mg)
3. Tannin +
a. D warna hijau
(terbentuk
engan FeCl3 kehitaman)
83
Lampiran 1. (Lanjutan)
Analisis Kuantitatif
438,50 nm 0,412
84
Lampiran 1.(Lanjutan)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi (µg/mL)
85
Lampiran 1.(Lanjutan)
86
Panjang gelombang maksimum Absorban
739,50 nm 0,598
Lampiran 1.(Lanjutan)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi (µg/mL)
87
Lampiran 1. (Lanjutan)
Rata-rata 0,22916
SD 0,000675
KV 0,29477
88
Lampiran 1. (Lanjutan)
515,5 nm 0,681
89
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel XXII. Hasil Pengukuran absorban DPPH + larutan asam galat pada panjang
gelombang 515,5 nm dan absorban 0,681 dengan spektrofotometer
UV-Vis double beam.
Keterangan :
A1= Serapan larutan radikal DPPH 25 µg/mL pada panjang gelombang 515,5 nm.
Kurva Kalibrasi
80
y = 1,393539x - 42,08524
60 r = 0,9997
% Inhibisi
40
20
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi (µg/mL)
Gambar 23. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan % inhibisi asam galat
90
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel XXIII. Hasil Pengukuran absorban DPPH + teh herbal daun belimbing
wuluh pada panjang gelombang 515,5 nm dan absorban 0,681
dengan spektrofotometer UV-Vis double beam.
Keterangan :
A1= Serapan larutan radikal DPPH 25 µg/mL pada panjang gelombang 515,5 nm.
A2= Serapan larutan radikal DPPH 25 µg/mL + Teh herbal daun belimbing
wuluh.
91
Lampiran 1. (Lanjutan)
Kurva Kalibrasi
80
70 y = 0.0734x + 3.5419
r = 0,9998
60
% Inhibisi
50
40
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000
Konsentrasi (µg/mL)
Gambar 24. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan % inhibisi teh herbal daun
belimbing wuluh
92
Lampiran 2. Perhitungan Data Hasil Penelitian
1. Pola Kromatografi
a. Fase gerak
1
Asam asetat= 10 x 25 mL = 2,5 mL
5
Air = 10 x 25 mL = 12,5 mL
b. Perhitungan Rf
Jarak eluen : 8 cm
93
2. Susut Pengeringan Simplisia
(14,5549−12,5664)−(14,4904−12,5664
Susut pengeringan simplisa I = × 100%
(14,5549−12,5664)
= 3,2436%
(14,5550−12,5665)−(14,4898−12,5665)
Susut pengeringan simplisia II = × 100%
14,5550−12,5665
= 3,278%
(14,5599−12,5663)−(14,4906−12,5663)
Susut pengeringan simplisia III = × 100%
(14,5599−12,5663
= 3,476%
sampai
Lampiran 2. (Lanjutan)
sampai
94
sampai
sampai
sampai
sampai
sampai
sampai
= 0,7787%
Lampiran 2. (Lanjutan)
sampai
sampai
sampai
= 18,073%
sampai
sampai
Lampiran 2. (Lanjutan)
sampai
sampai
7. Rendemen Simplisia
Berat Simplisia
% Rendemen = × 100%
Berat sampel
480 g
% Rendemen Daun Belimbing Wuluh = × 100% = 24%
2000 g
96
No. X Y X² Y² X.Y
1. 30 0,281 900 0,078961 8,43
n. x. y − x. y
r=
√(n. x 2 − (x)2 ). (n. y 2 − (y)2 )
Lampiran 2. (Lanjutan)
658,25 − 607,25
r=
√(67500 − 62500). (6,420285 − 5,900041)
51
r=
√5000 . 0,520244
51
r=
√2601,22
r = 0,99995
b. slope (b)
97
n. x. y − x. y
b=
(n. x 2 ) − (x)²
658,25 − 607,25
b=
67500 − 62500
b = 0,0102
c. intersep (a)
y − b. x
a=
n
a = −0,0242
Persamaan regresi ( y = bx – a )
y = 0,0102x – 0,0242
Lampiran 2. (Lanjutan)
Absorban :
1. 0,321
2. 0,313
3. 0,331
1). Kadar
0,321 + 0,0242
x=
0,0102
x = 33,8431g/mL
98
sampai
mL
2). Kadar
0,313 + 0,0242
x=
0,0102
x = 33,0588g/mL
sampai
mL
Lampiran 2. (Lanjutan)
3). Kadar
0,331 + 0,0242
x=
0,0102
x = 34,8235g/mL
sampai
mL
sampai
No. X Y X² Y² X.Y
1. 30 0,326 900 0,106276 9,78
99
2. 40 0,406 1600 0,164836 16,24
3. 50 0,534 2500 0,285156 26,7
4. 60 0,625 3600 0,390625 37,5
5. 70 0,726 4900 0,527076 50,82
250 2,617 13500 1,473969 141,04
Lampiran 2. (Lanjutan)
n. x. y − x. y
r=
√(n. x 2 − (x)2 ). (n. y 2 − (y)2 )
r = r = 0,998
b. slope (b)
n. x. y − x. y
b=
(n. x 2 ) − (x)²
b = 0,01019
c. intersep (a)
100
y − b. x
a=
n
a = 0,0695
Persamaan regresi ( y = bx – a )
y = 0,01019x +0,0695
Lampiran 2. (Lanjutan)
Absorban :
1. 0,521
2. 0,565
3. 0,611
1). Kadar
0,521 − 0,0695
x=
0,01019
x = 44,3081g/mL
sampai
mL
2). Kadar
101
y = 0,01019x + 0,0695 → 0,565 = 0,01019x + 0,0695
0,565 − 0,0695
x=
0,01019
x = 48,6261g/mL
sampai
mL
Lampiran 2. (Lanjutan)
3). Kadar
0,611 − 0,0695
x=
0,01019
x = 53,1403g/mL
sampai
mL
sampai
VolumeAsamOksalat × NormalitasAsamOksalat
NormalitasKMnO4 =
VolumeKMnO4
mL
mL
mL
102
mL
mLamLiran 2. (Lanjutan)
10 |A − B| × N × 0,0415
%Tanin = × 100%
sampel (g)
sampai
1) 40 μg/mL
sampai
2) 50 μg/mL
sampai
3) 60 μg/mL
sampai
103
Lampiran 2. (Lanjutan)
4) 70 μg/mL
sampai
5) 80 μg/mL
sampai
104
Lampiran 2. (Lanjutan)
No X Y X² Y² X.Y
1 40 14,2437 1600 202,8829897 569,748
730,026361 1350,95
2 50 27,0190 2500
1702,618664 2475,768
3 60 41,2628 3600
3064,696384 3875,179
4 70 55,3597 4900
4865,10435 5580,024
5 80 69,7503 6400
10565,32875 13851,669
300 207,6355 19000
n. x. y − x. y
r=
√(n. x 2 − (x)2 ). (n. y 2 − (y)2 )
r = 0,9997
b. slope (b)
n. x. y − x. y
b=
(n. x 2 ) − (x)²
b = 1,393539
105
Lampiran 2. (Lanjutan)
c. intersep
y − b. x
a=
n
y = 1,393539x – 42,08524
y = 1,393539x – 42,08524
50 = 1,393539x – 42,08524
50 + 42,08524
x=
1,393539
x = 66,0801 g/mL
1) 100 μg/mL
sampai
106
Lampiran 2. (Lanjutan)
2) 300 μg/mL
sampai
3) 500 μg/mL
sampai
4) 700 μg/mL
sampai
5) 900 μg/mL
sampai
Tabel XXVII. Data Perhitungan Regresi Teh herbal daun belimbing wuluh
No X Y X² Y² X.Y
1 100 11,160 10000 124,5456 1116
2 300 25,110 90000 630,5121 7533
3 500 40,088 250000 1607,047744 20044
4 700 55,360 490000 3064,7296 38752
5 900 69,8972 810000 4885,61856784 62907,48
2500 201,6152 1650000 10312,45361184 130352,48
Lampiran 2. (Lanjutan)
107
n. x. y − x. y
r=
√(n. x 2 − (x)2 ). (n. y 2 − (y)2 )
r = 0,998
b. slope (b)
n. x. y − x. y
b=
(n. x 2 ) − (x)²
b = 0,07336
c. intersep (a)
y − b. x
a=
n
a = 3,54194
Lampiran 2. (Lanjutan)
108
y = 0,0734x + 3,54194
y = 0,0734x + 3,54194
50 = 0,0734x + 3,54194
50 − 3,54194
x=
0,0734
x = 729,851g/mL
109
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
2 kg
Disortasi basah
Pencucian
Perjangan dan Pengeringan
Sortasi kering
Simplisia kering
Diblender
Diayak dengan ayakan 60
Serbuk simplisia
Karakterisasi
Simplisia
Ditimbang 2 gram
Dibungkus dengan kertas saring
Teh Herbal
110
Lampiran 3. (lanjutan)
Skema Kerja Analisis Kualitatif
1. Flavonoid
Larutan Teh
Ditambahkan10 mL metanol P
Dipanaskan 10 menit, saring
Diencerkan filtrat 10 mL air, dinginkan.
Ditambahkan 5 mL eter minyak tanah P,
kocok, diamkan. Larutan metanol
uapkan pada suhu 40oC, sisa + 5 mL
etil asetat p.
Larutan Percobaan
111
Lampiran 3. (Lanjutan)
2. Fenol
Larutan Teh
3. Tanin
Larutan Teh
112
Lampiran 3. (Lanjutan)
Pembanding Penatapan
ksampaiar
Kuersetin Teh Herbal
113
Lampiran 3. (Lanjutan)
Pembanding Penatapan
ksampaiar
Asam galat Teh herbal
- Ditimbang 10 mg - Ditimbang 10 mg
Penentuan panjang - Dilarutkan dengan 100 - Dilarutkan dengan
gelombang mLmetanol p.a 100mLmetanol p.a
maksimum Larutan asam galat 100 µg/mL Larutan uji 100 µg/mL
- Dipipet sebanyak 1 mL
dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 mL enceran
Folin-Ciocalteu fenol (75 %
dalam air)
- Didiamkan 8 menit
- Ditambahkan 4 mL NaOH 1%
- Diinkubasi selama 1 jam
- Dimasukkan kedalam kuvet
114
Lampiran 3. (Lanjutan)
Teh herbal
- Ditimbang 2 garm
- Dipanaskan dengan 50 mL air mendidh di atas
penangas air selama 30 menit sambil disampaiuk
- Didiamkan beberapa menit
- Dituangkan kedalam labu takar 250 mL melalui
segumpal kapas
Filtrat Ampas
- Disari dengan air mendidih
- Diasring kedalam labu takar yang sama
Filtrat Ampas
- Penyarian diulangi
sampai bila direaksikan
dengan besi (III)
amonium sulfat ( ̵ )
tannin
Filtrat Ampas
115
Lampiran 3. (Lanjutan)
DPPH
- Dipipet 3,8 mL
- Ditambahkan 0,2 mL metanol p.a
- Dihomogenkan
- Diinkubasi selama 30 menit di
tempat gelap
Ukur serapan dengan spektrofotometer UV-
Visible psampaia panjang gelombang 400-800
nm dan tentukan panjang gelombang
maksimum
DPPH
116
Lampiran 3. (Lanjutan)
Asam galat
- Ditimbang lebih kurang 50 mg
- Dilarutkan dengan air sampai 50 mL
Larutan induk konsentrasi 1000 µg/mL
- Dipipet sebanyak 5 mL dimasukkan
dalam lab ukur 50 mL
- Ditambahkan dengan air hingga tanda
batas
DPPH
117
Lampiran 3. (Lanjutan)
Teh herbal
118
Lampiran 4. Dokumentasi Hasil Penelitian
119
Lampiran 4. (Lanjutan)
120
Lampiran 4. (Lanjutan)
121
Lampiran 4.(Lanjutan)
122
Lampiran 4. (Lanjutan)
123