Anda di halaman 1dari 8

TUGAS OBAT TRADISIONAL

INFORMASI HERBAL

Kepel (Stelechocarpus burachol)

Disusun Oleh:
Tri Harjono (088114139)
Caroline Ester Daat (088114140)
Fatrisia Vivi (088114143)
Astaria Sekar Setyarum (088114144)
Agatha Ratri Prasetyo (088114145)
Dini Kristanti (088114146)

KELAS: FKK-B

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
BAB I

PENDAHULUAN

Kepel (Stelechocarpus burachol) adalah merupakan tanaman tradisional


Indonesia yang sering digunakan sebagai salah satu bahan obat. Oleh putri-
putri keraton biasanya kepel digunakan sebagai deodorant dan pencegah agar
air seni tidak berbau tajam. Buahnya berwarna jingga dan airnya yang
memberikan aroma pada hasil ekskresi tubuh; keringat, air seni, dan nafas.
Sebagai obat kepel digunakan sebagai obat batu ginjal, obat radang ginjal dan
juga sebagai obat KB. Dalam kepel terkandung flavonoid, polifenol, saponin,
dan bijinya mengandung alkaloida.

Pemilihan kepel sebagai penurun asam urat karena kandungan


flavanoidnya. Beberapa jenis flavonoid dapat bekerja sebagai penghambat
kerja enzim xantin oksidase dalam proses pembentukan asam urat dalam
tubuh sehingga ada peluang pengobatan asam urat secara alami. Biasanya
kepel dimanfaatkan sebagai obat asam urat. Bagian tanaman yang paling
sering digunakan dalam pengobatan gout atau asam urat adalah bagian daun.

Penelitian tentang efek farmakologi daun kepel telah dilakukan, misalnya


penelitian tentang pengaruh infusa daun kepel terhadap kadar asam urat serum
darah ayam terinduksi hati (Henng, 2002). Penelitian ini telah membuktikan
bahwa daun kepel dengan dosis 0,98 g/kgBB dan dosis 2,205 g/kgBB terbukti
mampu menurunkan kadar asam urat dalam serum darah. Dari penelitian
tersebut, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melengkapi data mengenai
ketoksikan penggunaan daun kepel di masyarakat. Penggunaan obat dari
tumbuhan perlu diperhatikan faktor potensi toksik dan dosis yang sesuai agar
dapat digunakan dengan aman dan manjur. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji
toksisitas akut infusa daun kepel.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tanaman
Dalam taksonomi tumbuhan, kepel diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Ranunculales
Famili : Annonaceae
Genus : Stelechocarpus
Spesies : (Stelechocarpus burahol [Bl.] Hook, f. & Th.)
(Backer dan Bakhuizen van den
Bring, 1965)

Kepel (S. burahol) tingginya mencapai 12 meter, tumbuh baik pada


ketinggian 150-300 m di atas permukaan laut. Duri tidak ada, kulit cokelat,
terkelupas dalam lajur, getah tidak ada, ujung daun kuncup. Daun tua
berselingan, tidak bersisik, tunggal, semua daun bertulang sejajar. Daun
berkelenjar minyak, simetris, tidak berbelah, halus rata, tulang daun kedua
jauh sperti jala. Daun penumpu dan bulu daun tidak ada. Batang tegak,
berkayu, percabangan monopodial, dan coklat.

Perhubungan berkelompok pada batang atau cabang yang besar, bunga


dari satu titik, bentuk khusus tidak ada. Banyak cabang yang berkelompok,
di bawah tidak ada. Satu bunga satu kelamin, betina atau jantan di pohon
yang berbeda. Daun mahkota ada enam, bebas, tebal, mudah jatuh, tidak
bertangkai, tidak terbelah. Benang sari tidak melekat pada perhiasan
bunga, ukuran sama, dan banyak. Tangkai putik tidak ada, putik satu buah,
kecil, tidak bersayap, ada endosperma. Buahnya bergerombol mengelilingi
batang dengan jumlah per tandan 2-8 butir. Kulitnya tertutup lapisan sperti
pasir, buah yang masak berwarna coklat tua. Bijinya duduk melintang
dalam buah (Anonim, 2009).

B. Khasiat dan Manfaat Kepel

Sebagai deodorant, diuretik, membersihkan ginjal, albuminurea


(Heyne, 1987), rebusan daun kepel digunakan sebagai obat asam urat.
Daging buahnya berkhasiat sebagai obat radang ginjal dan peluruh air
seni.

C. Kandungan Kimia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarni (2006)


bahwa fraksi etanolik infusa daun kepel dengan menggunakan
kromatografi kertas, fase gerak air kemudian asam asetat 10% yang
selanjutnya dianalisis secara spektroskopi IR-MS didapatkan 5 isolat
flavonoid. Tiga isolat merupakan flavonoid bentuk glikosida dan 2 isolat
bentuk aglikon, sedangkan daging buah dan akar mengandung saponin,
flavonoid, dan polifenol serta daunnya mengandung flavonoid dan
polifenol. Selain itu, bijinya mengandung alkaloida.
Senyawa flavonoid

a. Pengertian dan klasifikasi flavonoid

Flavonoid merupakan suatu senyawa polifenol yang strukturnya


merupakan turunan dari inti aromatic flavon atau 2-fenilbenzopiron.
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-
C3-C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C 6 (cincin
benzene tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon.

Gambar 7.Struktur kerangka flavonoid (Robinson, 1995)

Klasifikasi flavonoid ditentukan oleh pola substitusi dan


hidroksilasi pada atom C3. Klasifikasi tersebut meliputi flavon,
flavanon, flavonol, flavonolol, isoflavon, auron dan khalkon
(Robinson, 1995), dengan kerangka kimia dan penomorannya
dijelaskan pada gambar 8. Aktivitas flavonoid yang bermanfaat untuk
kesehatan antara lain efek antioksidan, antikarsinogenik,
antiproliferatif, antiangiogenik, antiinflamasi, dan antiestrogenik
dengan tidak ada atau sedikit efek samping atau toksik. Aktivitas
penghambatan enzim xantin oksidase maupun antioksidan dimiliki
oleh sebagian besar flavonoid yang disebabkan oleh adanya gugus
hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya (Cuvelier et al , 1991).

Cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol,


aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamid, dan air (Markham, 1988).

Modifikasi flavonoid terjadi pada berbagai tahap biosintesis dan


menghasilkan penambahan atau pengurangan hidroksilasi, metilasi,
gugus hidroksi atau inti flavonoid, isoprenilasi gugus o-dihidroksil,
dimerisasi (pembentukan biflavonoid), pembentukan bisulfate, dan
yang terpenting glikosilasi gugus hidroksil (pembentukan C-glikosida)
seperti yang terlihat pada gambar 8.

Dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa penelusuran


senyawa golongan flavonoid perlu terus menerus dilakukan mengingat
secara farmakologis menunjukkan efek yang bermanfaat. Flavonoid
utama antara lain sebagai antihiperurikemia dan antioksidan poten
(Verhoeyen,2002). Cos et al.(1998) melaporkan bahwa beberapa
flavonoid mampu menghambat enzim xantin oksidase dan memiliki
aktivitas penangkap radikal superoksida sehingga memberi harapan
untuk digunakan dalam pengobatan asam urat dan radikal
superoksida. Flavonoid yang memiliki efek tersebut antara lain
kuersetin, fisetin, 4,7-dimetilkuersetin, dan mirisetin.

Cara pemakaian :

Rebusan ini dibuat dari 7 lembar daun kepel dan 3 gelas air. Air
dan daun kepel ini kemudian direbus sampai tersisa satu setengah
gelas. Air rebusan daun kepel ini diminum dua kali sehari, masing-
masing sebanyak tiga perempat gelas (Anonim, 2009).
BAB III

KESIMPULAN

Daun Kepel dapat berguna sebagai obat tradisional untuk penyakit


asam urat karena kandungan flavonoid daun kepel yang dapat
menghambat enzim xantin oksidase.
DAFTAR PUSTAKA

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, hal 191-213,


diterjemahkan oleh Padmawinata, K., Penerbit ITB, Bandung.

Sunarni, T., 2006, Isolasi dan Identifikasi senyawa flavonoid antioksidan


Penagkap radikal dari Daun Kepel, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana,
Prodi Ilmu Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Verhoeyen, M., A. Bovy, G. Collins, S. Muir, S., Robinson, C. H. R., de


Vos S., and Colliver, 2002, Increasing antioxidant levels in tomatoes
through modification of the flavonoid biosynthetic pathway, J. Exp.
Botany., 53 : 2099-2106.

Wilmsen, P.K., Spada, D.S., and Salvador, M,. 2005, Antioxidant activity
of falavonoid hesperidin in chemical and biological systems, J.
Agric. Food Chem., 42 : 166-170.

Anonim , 2009, http://www.resep.web.id/obat/kepel-atau-burahol-obat-


alami-atasi-asam-urat.htm diakses pada tanggal 14 September 2010.

Anda mungkin juga menyukai