PENDAHULUAN
Masa Balita adalah usia dari lahir s/d umur sebelum 5 tahun
anak. Di Indonesia jumlah anak usia balita mencapai 23,7 juta, mencapai
2018, Jumlah balita di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 217.246 balita atau
0,91% dari total balita di Indonesia. Jumlah balita dengan jenis kelamin
balita dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 110.563 balita. (Kemenkes RI,
2018).
balita di Kota Batam sebanyak 149.517 balita atau 11.65% dari jumlah
penduduk Kota Batam. Jumlah balita di Kota Batam menurut jenis kelamin
yaitu laki-laki sebanyak 75.935 balita dan jenis kelamin perempuan sebanyak
menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh
dunia tejadi pada anak-anak dibawah 5 tahun. Data WHO 2017 menyatakan,
hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan angka kematian
kesehatan adalah 20% dari perkiraan jumlah penderita Diare Balita. Tahun
sebanyak 36.628 kasus. Namun, jumlah penderita diare pada balita di wilayah
6.843 atau 18,68% dari perkiraan diare di sarana kesehatan. (Kemenkes RI,
2018).
penderita diare pada balita yang dilayani disarana kesehatan di Kota Batam
sebanyak 4.296 atau 2,87% dari jumlah balita di Kota Batam. Menurut
kategori usia balita kurang dari satu tahun, kasus diare di Kota Batam
mencapai 1.334 balita (31,05%) dan pada usia 1-4 tahun mencapai 2.962
balita (68,95%) dari jumlah penderita diare pada balita di Kota Batam. (Dinas
pada balita terbanyak di Kota Batam dan telah ditangani terdapat di UPT
Puskesmas Baloi Permai tahun 2019 sebanyak 489 kasus atau 11,38% dari
jumlah balita dengan diare di Kota Batam. Kasus diare terbanyak di Kota
telah ditangani sebanyak 473 kasus atau 11,01% dari jumlah balita dengan
seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (tiga kali atau lebih) dalam satu
pendamping Asi terlalu dini dan cara pengelolahan yang tidak tepat,
ketersediaan air bersih yang tidak memadai dan kebersihan lingkungan dan
yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24
bulan, guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Pengenalan dan pemberian
bulan, akan memberikan perlindungan besar pada bayi dari berbagai macam
penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun pada bayi yang berusia kurang dari
enam bulan belum sempurna, sehingga pemberian MP ASI dini (kurang dari
enam bulan) akan memberikan lebih sedikit faktor proteksi pada bayi dan
yang hanya mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP ASI dengan tepat
waktu (usia pemberian MP ASI setelah enam bulan). Namun tidak menutup
kemungkinan juga bahwa bayi atau anak yang usianya lebih dari enam bulan
dan telah diberi makanan pendamping ASI dengan tepat, dapat terserang
diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas. Sebab dilihat dari berbagai faktor
wawancara pada 10 orang ibu yang memiliki balita berusia 6-24 bulan.
Chi square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) dengan kejadian diare pada anak bayi
formula dan MP-ASI terhadap kejadian diare pada anak usia 6 bulan sampai 2
adanya hubungan yang signifikan antara susu formula dan MP-ASI terhadap
kejadian diare pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun dengan nilai p-value =
0,001 dan pemberian susu formula dan MP-ASI memiliki risiko PR = 2,299
ASI) dini dengan status gizi dan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di
yang didapatkan untuk status gizi nilai p=0,048 < α = 0,05. Sedangkan hasil
MP-ASI yang terlambat bisa mengakibatkan kebutuhan gizi anak yang tidak
gizi seperti anemia karena kekurangan zat besi. (Kemenkes RI, 2014).
Kasus diare yang meningkat perlu dikaji lebih mendalam agar upaya
promosi kesehatan tentang diare juga perlu dilakukan upaya penemuan dan
diare yang dimiliki kader serta ketersediaan oralit maka sangat membantu
kasus cepat ditangani dan kematian akibat diare dapat dicegah. (Dinas