Anda di halaman 1dari 3

Ruang Lingkup :

Keperawatan Anak

Topik :
Kejadian Campak

Masalah :
Pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian campak

Data :

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015,


Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar di dunia.
Kejadian campak di Kawasan Asia Tenggara tahun 2018 bahwa Indonesia
menduduki peringkat kedua setelah India dengan presentase 20,1% (WHO
SEAR, 2018). Berdasarkan kelompok umur, proporsi kasus campak terbesar
pada kelompok umur 1-4 tahun dan 5-9 tahun dengan proporsi masing-masing
sebesar 25,4%. dan 31,6%. (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Kasus campak menyebar di daerah yang memiliki penduduk yang padat.
Penyebaran kasus campak paling banyak terjadi di negara berkembang, salah
satunya di Indonesia. Kejadian campak di Indonesia cenderung meningkat pada
tahun 2016, yaitu sebanyak 12.681 kasus, dengan Incidence Rate (IR) sebesar 5
per 100.000 penduduk. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya,
tahun 2015 yaitu sebesar 10.655 kasus, dengan IR sebesar 3,20 per 100.000
penduduk. Jumlah kasus campak pada tahun 2015 lebih tinggi daripada tahun
2014, yaitu sebesar 12.944 kasus, dengan IR sebesar 5,13 per 100.000
penduduk (Kemenkes RI, 2017).
Pada tahun 2013 kota Batam mengalami kejadian luar biasa (KLB)
Campak karena ditemukan 326 kasus dan berlanjut hingga periode trimester 1
tahun 2014 menyebabkan kasus Campak di tahun 2014 sebesar 370. Melalui
berbagai upaya seperti Penyelidikan Epidemilogi, Surveilens aktif dan
Kampanye Campak khususnya pada daerah terindikasi kejadian luar biasa
(KLB) maka pada kasus penyakit Campak dapat terkendali dan pada tahun
2017 kasus campak ditemukan pada di 244 penduduk. (Dinas Kesehatan Kota
Batam, 2018).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Batam 2018, kasus campak
tertinggi terjadi di wilayah Puskesmas Kabil sebanyak 34 Kasus, Puskesmas
Sei. Panas 30 Kasus dan terendah di wilayah Puskesmas Tanjung Sengkuang
karena tidak ditemukan kasus campak selama tahun 2017.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campak pada balita berdasarkan segitiga
epidemiologi diantaranya faktor penjamu (host) yakni semua faktor yang
terdapat pada diri manusia yang dapat memperbaiki terjadinya serta perjalanan
suatu penyakit. Faktor penjamu ada 2 yaitu faktor biologis dan perilaku. Dan
faktor biologis yang dapat mempengaruhi terjadinya campak meliputi usia,
jenis kelamin, status gizi, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, dan
status imunisasi. Sedangkan faktor perilaku yaitu pengetahuan ibu dan riwayat
kontak (Nugrahaeni, 2012, dalam Prabowati, 2016).
Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI eksklusif di dunia yaitu 38%.
Menurut WHO, cakupan ASI Eksklusif tahun 2014 dibeberapa Negara ASEAN
juga masih cukup rendah antara lain India (46%), Philipina (34%), Vietnam
(27%), Myanmar (24%), dan Indonesia (54,3%) dan pada tahun 2016 sebesar
29,5%.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia
sedikit penurunan dari 61,5% tahun 2010 menjadi 61,1% pada tahun 2011.
Namun cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan meningkat
dari 33,6% pada tahun 2010 menjadi 38,5% pada tahun 2011 (Kemenkes,
2014).
Berdasarkan profil kesehatan DKI Jakarta tahun 2016, jumlah bayi yang
mendapat ASI eksklusif di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 sebanyak
9.490 bayi dari total 34.888 bayi atau hanya sekitar 59.5 % yang mendapat ASI
Eksklusif. Terjadi penurunan 7.7% bila dibandingkan dengan jumlah bayi yang
mendapatkan ASI Ekslusif pada tahun 2015 sebesar 67,1% persen dari jumlah
total bayi.
Menurut Dinkes Kota Batam, 2018 cakupan ASI ekslusif di Kota Batam
terjadi peningkatan dari 40 % pada tahun 2016 menjadi 47% pada tahun 2017
namun masih sangat rendah bila dibanding dengan target nasional yang ingin
dicapai (80%). Rendahnya cakupan ASI ekslusif, dimungkinkan karena masih
rendahnya kesadaran ibu menyusui akan pentingnya ASI, disamping
karakteristik Kota Batam sebagai kota industri yang memiliki tenaga kerja
wanita cukup besar, sehingga berpotensi terhadap penggunaan susu formula
dan pemberian MP-ASI (makanan pendamping ASI) sebelum anak berusia 6
bulan karena ibu bekerja.

Rumusan Masalah :
Adakah hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian campak pda balita
di wilayah kerja Puskesmas X?

Tujuan Penelitian :
1. Tujuan Umum : Diketahuinya hubungan pemberian ASI Ekskslusif dengan
kejadian campak pada balita di wilayah kerja Puskesmas X.
2. Tujuan Khusus :
 Mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas X
 Mengetahui gambaran kejadian campak di wilayah kerja
Puskesmas X
 Mengetahui adanya hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
kejadian campak pada balita di wilayah kerja Puskesmas X

Anda mungkin juga menyukai