Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tubuh manusia, hati merupakan salah satu organ yang berperan
dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar dengan
berat antara 1,2-1,8kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang
menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat
metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks. Sirosis hati merupakan
penyebab kematian terbesar ketiga pada penderita yang berusia 45-46 tahun
(setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Di seluruh dunia sirosis hati lebih
banyak laki-laki, jika dibandingkan dengan wanita rasionya sekitar 1,6 : 1. Umur
rata-rata penderitanya terbanyak golongan umur 30-59 tahun dengan puncaknya
sekitar umur 40-49 tahun (Setiati, 2014).
Berdasarkan dari data organisasi kesehatan dunia atau World Health
Organization (WHO) 2010, penyakit sirosis hepatis menempati urutan kelima
tertinggi penyakit kronis yang ada di dunia. Lebih dari 600.000 ribu kasus baru
didiagnosis secara global setiap tahun. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013 bahwa jumlah orang yang didiagnosis Hepatis di
fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukan
peningkatan dua kali lipat apabila dibandingkan dengan data tahun 2007 dan
2013.
Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum ada, hanya laporan-laporan
dari beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta jumlah pasien
sirosis hati berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam
dalam kurun waktu 1 tahun 2004 (tidak dipublikasi). Di Medan dalam kurun
waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien dari seluruh
pasien di Bagian Penyakit Dalam (Nurdjanah, 2009). Menurut Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 penderita sirosis hepatis di Jawa Tengah
berjumlah 2,7% dari seluruh penduduk Jawa Tengah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sirosis hepatis?
2. Bagaimana penyebab dari sirosis hepatis?
3. Apa gejala yang ditimbulkan dari sirosis hepatis?
4. Bagaimana patofisiologi dari sirosis hepatis?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada sirosis hepatis?
6. Apa saja komplikasi dari sirosis hepatis?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit sirosis hepatis?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari sirosis hepatis
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya sirosis hepatis
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari sirosis hepatis
4. Untuk mengetahui patofisiologi sirosis hepatis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit sirosis hepatis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari sirosis hepatis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari sirosis hepatis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. AKI (Angka Kematian Ibu)


1. Definisi
Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat
kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,
pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.
Berdasarkan data program Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh informasi, penyebab kematian ibu yang
utama adalah keracunan kehamilan dan infeksi, kondisi ini akan lebih
diperparah lagi dengan keadaan status gizi yang buruk, faktor persalinan yang
terlalu muda, paritas tinggi, dan anemi pada ibu hamil, serta pengetahuan ibu
tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan belum maksimal walaupun Jampersal
sudah diberlakukan, sebagian ibu hamil terlambat mendapat pertolongan
persalinan di fasilitas kesehatan disamping itu masih dijumpai ibu melahirkan
yang ditolong oleh dukun hal ini disebabkan kepercayaan masyarakat terhadap
dukun masih tinggi.

2. Etiologi
Ada 3 tipe sirosis hepatis :
a. Sirosis Laennec dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah
portal. Sering di sebabkan oleh alkoholis kronis.
b. Sirosis Pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar
sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebeblum nya.
c. Sirosis Biliaris, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di
sekitar seluran empedu. terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan
infeksi (kolangitis) .

3. Anatomi Fisiologis
a. Struktur Hepar
Hepar adalah kelenjar yang paling besar dalam tubuh manusia
dengan berat 1500 atau 1,5 kg.bagian superior dari hepar cembung dan
etrletak dibawah kubah kanan diagfragma. Bagian inferior hepar cekung dan
dibawah nya terdapat ginjal kanan, gaster, pankreas, dan usus.
Hepar dibagi menjadi dua lobus, yaitu lobus kanan menjadi
segmen anterior dan posterior serta membagi lobus kiri menjadi segmen
medial dan lateral. Dari hepar, ligamen falsiform melintasi diagfragma
sampai ke dinding abdomen anterior. Permukaan hepar diliputi oleh
peritoneum viseralis.
Saluran-saluran hepar terdiri dari :
1) Arteri Hepatikum adalah salah satu cabang dari arteria seliaka dari aorta.
Arteria ini menyuplai darah ke hepar.
2) Vena porta hepatika membawa vena dari seluruh traktus gastrointestinal
ke hepar. Darah ini mengandung zat-zat makanan yang telah diserap oleh
vili usus halus.
3) Vena hepatika membawa darah vena dari hepar ke vena inferior.
4) Saluran- saluran bilier juga disebut kanalikuli empedu, dibentuk oleh
kapiler-kapiler empedu yang menyatu dan menyalurkan empedu yang
dihasilkan olehn sel-sel hepar.
b. Fungsi Hepar
Hepar melaksanakan fungsi yang vital, sehingga manusia tidak
dapat hidup tanpa hepar. Hepar mempunyai peranan penting dalam
metabolisme karbohidrat, protein, lemak, yang dibawa ke hepar melalui
vena porta setelah diabsorpsi oleh vili usus halus.
c. Detoksifikasi
Hepar memiliki peranan penting dalam detoksifikasi

Anda mungkin juga menyukai