Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Kesehatan anak merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan

kesehatan, karena anak termasuk investasi yang sangat penting dalam melahirkan

kualitas sumber daya manusia yang diharapkan di masa mendatang. Tujuan

pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah meningkatnya kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

kesehatan masyarakat dapat terwujud (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Untuk menilai derajat kesehatan suatu bangsa, World Health

Organization(WHO) dan berbagai lembaga Internasional lainnya menetapkan

beberapa alat ukur atau indikator, seperti morbiditas penyakit, mortalitas

kelompok rawan seperti bayi, balita dan ibu saat melahirkan. Alat ukur yang

paling banyak dipakai oleh negara-negara didunia adalah usia harapan hidup (life

expectancy), Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) . Angka-

angka ini pula yang menjadi bagian penting dalam membentuk indeks

pembangunan manusia atau Human Development Index (HDI), yang

menggambarkan tingkat kemajuan suatu bangsa. (Kemas, 2014)

Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat khususnya pada anak

dapat dilihat dari angka kematian balita. Menurut WHO jumlah kematian balita

mencapai 6,6 juta pada tahun 2014. Apabila angka ini tidak dapat dikendalikan

maka pada tahun 2028 diperkirakan sebanyak 35 juta lebih anak-anak berisiko

meninggal dunia. Sebagian besar kematian pada balita dikarenakan oleh penyakit

yang sesungguhnya dapat dicegah dan salah satunya adalah penyakit diare (WHO,

2015).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dari biasanya (> 3 hari/hari) disertai perubahan konsistensi tinja

(menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau lendir.(Ummi, 2014).

Menurut WHO, Setiap tahun nya diare membunuh dua juta anak di dunia

setiap tahun. Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu penyebab kematian

kedua terbesar pada balita dan urutan ketiga bagi bayi serta urutan kelima bagi

semua umur. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat

kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama negara

berkembang dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan

dan kematian anak di dunia. Secara umum diperkirakan lebih dari 10 juta anak

berusia dibawah 5 tahun di dunia meninggal setiap tahun, 20% diantaranya

meninggal karena infeksi diare.( Silvia, 2017)

Penyakit diare juga merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada

anak di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012, angka kematian balita di Indonesia sebesar 40 per 1.000

kelahiran hidup. Penyebab utama kematian balita adalah pneumonia 23%, diare

13%, penyakit syaraf 12%, tifus 11% dan penyakit saluran cerna 6%

(Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai

dengan kematian. Kejadian diare di Indonesia pada tahun 2014 ditemukan

sebanyak 8.490.9876 kasus. Adapun secara nasional angka kematian atau case

fatality rate (CFR) pada KLB diare pada tahun 2014 sebesar 1,14%. Sedangkan
target CFR pada KLB Diare diharapkan < 1%. Dengan demikian secara nasional,

CFR KLB diare tidak mencapai target program (Kementerian Kesehatan RI,

2015).

Data penderita diare di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun

2015 sebanyak 291.072 orang, tahun 2016 sebanyak 267.241 orang, sedangkan

pada tahun 2017 sebanyak 291.072 orang( Profil Kesehatan Babel, 2018).

Data penderita Diare di kota Pangkalpinang tahun 2016 sebanyak 3.415 kasus

diare dan tahun 2017 sebanyak 3.309 kasus diare. Berdasarkan data cakupan

diare di kota Pangkalpinang pada tahun 2017, Puskesmas Selindung menduduki

urutan tertinggi dengan jumlah penderita Diare sebanyak 680 penderita, kemudian

di ikuti Puskesmas Gerunggang sebanyak 616 penderita dan Puskesmas

Melintang sebanyak 531 penderita. (Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang, 2017).

Berdasarkan data dari Puskesmas Selindung Kota Pangkalpinang,

ditemukan peningkatan jumlah balita penderita diare dalam kurun waktu tiga

tahun terakhir, Pada Puskesmas Selindung tahun 2015 sebanyak 258 balita. Tahun

2016 sebanyak 373 balita dan pada tahun 2017 ditemukan sebanyak 680 balita.

(Data Puskesmas Selindung, 2017).

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya diare antara lain adalah

pengetahuan orang tua, personal hygiene yang kurang, lingkungan yang tidak

bersih, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Pengetahuan orang tua

merupakan salah satu penyebab terjadinya diare karena ketidaktahuan orang tua
akan penyebab diare, bagaimana cara penularan diare dan cara pencegahan diare

sehingga angka kejadiaan diare menjadi tinggi. ( Silvia, 2017).

Tingkat pengetahuan ibu yang baik tentang diare, sangat menetukan dalam

upaya pencegahan yang dilakukan dan upaya anak terhindar dari dampak buruk

diare seperti dehidrasi, kekurangan gizi, dan resiko kematian. Pasien anak diare

yang dirawat di rumah sakit membutuhkan kehadiran keluarga selama

hospitalisasi. Sesuai konsep pemberdayaan keluarga da family centered care

keterlibatan orang tua dalam perawatan anak adalah sangat penting. Untuk teribat

dalam perawatan anak di rumah sakit, orang tua harus memiliki seperangkat

pengetahuan dan keterampilan perawatan anaknya. Pendidikan kesehatan sebagai

intervensi keperawatan mandiri dapat direncakan unntuk meningkatkan

kemampuan ibu dalam merawat anak yang mengalami diare. Metode yang efektif

perlu dikembangkan sehingga ibu dapat mencegah terjadi diare pada anak,

melakukan penanganan yang tepat ketika anak mengalami diare dan mampu

terlibat dalam perawatan anak diare di rumah sakit. (Sulisna, 2012)

Studi awal yang telah di lakukan oleh peneliti tanggal 2 maret 2018

dengan melakukan wawancara secara infromal terhadap 2 orang ibu yang

mempunyai balita penderita diare dengan usia rata-rata 3 sampai 5 tahun.

Wawacara di lakukan saat ibu sedang membawa balita dengan diare ke Puskesmas

Selidung Kota Pangkalpinang. Hasil studi awal ini menunjukan bahwa para orang

tua mempunyai kendala dalam merawat balita dengan diare antara lain kurangnya

penngetahuan dan informasi tentang diare, merasa cemas dengan kodisi fisik dan

psikis balitanya, kesulitan finansial dan pelayanan kesehatan. Meskipun demikian,


hasil studi awal ini belum dapat menggambarkan dan memberikan informasi yang

lebih mendalam tentang bagaimana pengetahuan ibu dalam merawat balita dengan

diare.

Penelitian kualitatif tentang pengetahun ibu dalam merawat balita dengan

diare di Kabupaten Wajo di ketahui bahwa masih banyak ibu yang melakukan

pengobatan sendiri terhadap balita nya yang terkena diare. Para ibu juga sering

membuat obat dari daun jambu biji untuk mengobati diare pada balita tanpa

diampingi dan di bantu oleh seseorang yang ahli dalam bidan kesehatan. Fasilitas

kesehatan yang jauh dan kurangnya informasi tentang penyakit diare menjadi

kendala ibu dalam di Kabupaten Bajo dalam merawat balita nya yang terkena

diare, sehingga dukungan dari tenaga profesional sangaat dibutuhkan. Mereka

juga membutuhkan informasi dan panduan untuk meningkatkan pengetahuan

dalam merawat balita dengan diare. (Haryati, 2014)

Berdasarkan data penderita diare pada balita Kota PangkalPinang,

Puskesmas Selindung menduduki urutan pertama, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Selindung karena masih

tingginya kasus diare dan meningkatnya kejadian diare dari tahun 2015 sampai

dengan 2017 di wilayah kerja Puskesmas Selindung

A. Rumusan Masalah

Dari data diatas, peneliti ingin mengetahui Bagaimana Pengetahuan Ibu

Dalam Merawat Balita Dengan Diare di wilayah kerja Puskesmas Selindung di

Kota PangkalPinang Tahun 2018 ?


B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang

mendalam tentang Pengetahun Ibu Dalam Merawat Balita Dengan Diare di

Wilayah Kerja Puskesmas Selindung Kota Pangkalpinang Tahun 2018?

2. Tujuan Khusus

a. Identifikasi pengetahuan ibu tentang diare.

b. Identifikasi pengetahun ibu tentang pencegahan diare

c. Identifikasi pengetahun ibu tentang pengobatan diare

d. Identifikasi hambatan selama perawatan balita dengan diare

e. Identfikasi dukungan informasi selama perawatan balita dengan diare

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai

Pengetahuan Ibu dalam Perawatan Diare pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Selindung Kota Pangkalpinang Tahun 2018

2. Bagi Puskesmas Selindung

a. Sebagai sumber informasi dan peneliti di tatanan pelayanan

keperawatan.
b. Sebagai pengetahuan atau wawasan di Puskesmas Selindung sehingga

dapat meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap penderita diare

pada Balita

3. Bagi STIKES Citra Delima Bangka Belitung

Sebagai kajian dan bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya

terkait pengetahuan ibu dalam perawatan diare pada balita

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mendalam

tentang Pengetahuan Ibu dalam Perawatan Diare pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Selindung Kota PangkalPinang tahun 2018. Penelitian ini

dilakukan karena masih tingginya angka kejadian Diare di wilayah kerja

puskesmas Selindung. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Selindung

Kota Pangkalpinang

Anda mungkin juga menyukai