kesehatan, karena anak termasuk investasi yang sangat penting dalam melahirkan
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kelompok rawan seperti bayi, balita dan ibu saat melahirkan. Alat ukur yang
paling banyak dipakai oleh negara-negara didunia adalah usia harapan hidup (life
expectancy), Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) . Angka-
angka ini pula yang menjadi bagian penting dalam membentuk indeks
dapat dilihat dari angka kematian balita. Menurut WHO jumlah kematian balita
mencapai 6,6 juta pada tahun 2014. Apabila angka ini tidak dapat dikendalikan
maka pada tahun 2028 diperkirakan sebanyak 35 juta lebih anak-anak berisiko
meninggal dunia. Sebagian besar kematian pada balita dikarenakan oleh penyakit
yang sesungguhnya dapat dicegah dan salah satunya adalah penyakit diare (WHO,
2015).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 hari/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
Menurut WHO, Setiap tahun nya diare membunuh dua juta anak di dunia
setiap tahun. Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu penyebab kematian
kedua terbesar pada balita dan urutan ketiga bagi bayi serta urutan kelima bagi
semua umur. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat
berkembang dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan
dan kematian anak di dunia. Secara umum diperkirakan lebih dari 10 juta anak
(SDKI) tahun 2012, angka kematian balita di Indonesia sebesar 40 per 1.000
kelahiran hidup. Penyebab utama kematian balita adalah pneumonia 23%, diare
13%, penyakit syaraf 12%, tifus 11% dan penyakit saluran cerna 6%
merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai
sebanyak 8.490.9876 kasus. Adapun secara nasional angka kematian atau case
fatality rate (CFR) pada KLB diare pada tahun 2014 sebesar 1,14%. Sedangkan
target CFR pada KLB Diare diharapkan < 1%. Dengan demikian secara nasional,
CFR KLB diare tidak mencapai target program (Kementerian Kesehatan RI,
2015).
2015 sebanyak 291.072 orang, tahun 2016 sebanyak 267.241 orang, sedangkan
pada tahun 2017 sebanyak 291.072 orang( Profil Kesehatan Babel, 2018).
Data penderita Diare di kota Pangkalpinang tahun 2016 sebanyak 3.415 kasus
diare dan tahun 2017 sebanyak 3.309 kasus diare. Berdasarkan data cakupan
urutan tertinggi dengan jumlah penderita Diare sebanyak 680 penderita, kemudian
ditemukan peningkatan jumlah balita penderita diare dalam kurun waktu tiga
tahun terakhir, Pada Puskesmas Selindung tahun 2015 sebanyak 258 balita. Tahun
2016 sebanyak 373 balita dan pada tahun 2017 ditemukan sebanyak 680 balita.
pengetahuan orang tua, personal hygiene yang kurang, lingkungan yang tidak
bersih, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Pengetahuan orang tua
merupakan salah satu penyebab terjadinya diare karena ketidaktahuan orang tua
akan penyebab diare, bagaimana cara penularan diare dan cara pencegahan diare
Tingkat pengetahuan ibu yang baik tentang diare, sangat menetukan dalam
upaya pencegahan yang dilakukan dan upaya anak terhindar dari dampak buruk
diare seperti dehidrasi, kekurangan gizi, dan resiko kematian. Pasien anak diare
keterlibatan orang tua dalam perawatan anak adalah sangat penting. Untuk teribat
dalam perawatan anak di rumah sakit, orang tua harus memiliki seperangkat
kemampuan ibu dalam merawat anak yang mengalami diare. Metode yang efektif
perlu dikembangkan sehingga ibu dapat mencegah terjadi diare pada anak,
melakukan penanganan yang tepat ketika anak mengalami diare dan mampu
Studi awal yang telah di lakukan oleh peneliti tanggal 2 maret 2018
Wawacara di lakukan saat ibu sedang membawa balita dengan diare ke Puskesmas
Selidung Kota Pangkalpinang. Hasil studi awal ini menunjukan bahwa para orang
tua mempunyai kendala dalam merawat balita dengan diare antara lain kurangnya
penngetahuan dan informasi tentang diare, merasa cemas dengan kodisi fisik dan
lebih mendalam tentang bagaimana pengetahuan ibu dalam merawat balita dengan
diare.
diare di Kabupaten Wajo di ketahui bahwa masih banyak ibu yang melakukan
pengobatan sendiri terhadap balita nya yang terkena diare. Para ibu juga sering
membuat obat dari daun jambu biji untuk mengobati diare pada balita tanpa
diampingi dan di bantu oleh seseorang yang ahli dalam bidan kesehatan. Fasilitas
kesehatan yang jauh dan kurangnya informasi tentang penyakit diare menjadi
kendala ibu dalam di Kabupaten Bajo dalam merawat balita nya yang terkena
tingginya kasus diare dan meningkatnya kejadian diare dari tahun 2015 sampai
A. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
keperawatan.
b. Sebagai pengetahuan atau wawasan di Puskesmas Selindung sehingga
pada Balita
tentang Pengetahuan Ibu dalam Perawatan Diare pada Balita di Wilayah Kerja
Kota Pangkalpinang