Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 64-68

Contents list available at JKP website

Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal)

Journal homepage: https://jurnal.stikesperintis.ac.id/index.php/JKP

Madu sebagai Terapi Komplementer Mengatasi Diare pada Anak Balita


Rifka Putri Andayani

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MERCUBAKTIJAYA Padang, Sumatera Barat, Indonesia

Article Information :
Submission:Mar 29, 2020; Revised:Jul 7, 2020; Accepted:Jul 7, 2020; Available online: Jul 12,2020

*Corresponding author : rifkaputriandayani@gmail.com

ABSTRAK
Diare menimbulkan dampak bagi kesehatan anak salah satunya adalah dehidrasi. Pemberian
madu bermanfaat dalam menurunkan frekuensi diare anak. Madu memiliki kandungan antibakteri,
antiinflamasi, dan antivirus yang dapat mengatasi diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas madu terhadap frekuensi diare anak balita. Desain penelitian ini quasi experiment pre
test and post test nonequivalent without control group pada 20 responden. Madu diberikan 3 kali
sehari sebanyak 5 ml dan ORS diberikan setiap anak diare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
frekuensi diare menurun setelah diberikan madu (p<0,001). Madu dapat dijadikan salah satu
alternatif terapi yang dapat diterapkan oleh perawat anak di ruang rawat inap anak untuk
menurunkan frekuensi diare pada anak.

Kata Kunci: balita, diare, madu

ABSTRACT
Diarrhea causing adverse effects on the health of children one of them is dehydration. Provision of
honey is useful in reducing the frequency of diarrhea children. Honey has antibacterial,
antiinflammatory, and antiviral that overcome diarrhea. This study aims to determine the
effectivities of giving honey to the frequency of diarrhea in children under five. This study designed
was quasi experiment pre test and post test nonequivalent without control group at 20 respondens.
Honey is given 3 times a day as much as 5 ml and ORS given every child diarrhea. The results
showed the frequency of diarrhea decreased after honey (p< 0,001). Honey can be one alternative
therapy that can be applied by child nurses in the inpatient room to reduce the frequency of
diarrhea in children.

Keywords: diarrhea, honey, under five children

PENDAHULUAN 760.000 balita meninggal akibat diare (Sharif,


Salah satu penyebab kematian pada anak Noorian, Sharif, & Taghavi, 2017). Diare
usia di bawah lima tahun (balita) adalah diare merupakan penyakit endemis dan menjadi
di seluruh dunia yang merupakan urutan dapat menyebabkan kematian. Di Indonesia,
kedua penyebab kematian balita. Virus, khususnya Provinsi Sumbar diare menjadi
bakteri, dan protozoa merupakan penyebab urutan ke 11 dengan 140.300 kasus dari 34
terjadinya diare (Carvajal et al., 2016). provinsi (Kemenkes, 2017).
Kejadian diare yaitu 1,7 miliar per tahun

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 64-68

Diare dapat merugikan kesehatan balita. melakukan melakukan penilaian awal sebelum
Banyak dampak akibat diare diantaranya intervensi dilakukan. Penilaian tersebut adalah
adalah terjadinya dehidrasi, adanya tanda-tanda dehidrasi pada anak,
ketidakseimbangan asam dan basa, menilai derajat dehidrasi anak dan menilai
hipoglikemia, hipokalemia, masalah status gizi, frekuensi diare. Intervensi dilakukan dengan
dan masalah sirkulasi (Adane, Mengistie, memberikan madu 3 kali sehari dan diberikan
Kloos, Medhin, & Mulat, 2017). Proses sebanyak 5 ml pada anak. Intervensi ini
homeostasis akan terjadi akibat dari dehidrasi dilakukan mulai dari anak dirawat sampai anak
sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dinyatakan boleh pulang. Populasi pada
dan elektrolit dalam tubuh. penelitian ini adalah balita yang dirawat di RSI
Beberapa penatalaksanaan diare yaitu Siti Rahmah Padang. Sampel dipilih dengan
mencegah agar dehidrasi tidak terjadi, berikan teknik total sampling dengan kriteria inklusi
oralit, berikan zink, berikan intake makanan anak usia 1-5 tahun dengan diare akut, anak
selama diare, dan pengobatan lainnya jika dirawat tanpa dehidrasi atau anak dengan
anak diare dan penyakit lain (Kemenkes, dehidrasi ringan atau sedang, dan hari rawat
2011). Kualitas hidup anak dan biaya pertama. Kriteria ekslusi anak mengalami
kesehatan yang tinggi juga merupakan muntah, alergi dengan madu, serta dengan
dampak dari diare. Sehingga pemberian penyakit penyerta lainnya. Jumlah sampel
rehidrasi oral dapat diberikan pada anak yaitu 20 anak. Penelitian ini dilakukan di rawat
dengan diare. inap RSI Siti Rahmah Padang dalam waktu
Memberikan oral rehydration salts (ORS) tujuh minggu yang dimulai pada bulan April
merupakan osmolaritas rendah, zink, dan sampai Juni 2018.
meningkatkan intake cairan juga termasuk Kuesioner merupakan alat pengumpulan
dalam penatalaksanaan pada anak diare data pada penelitian ini. Kuesioner berisi
(Carvajal et al., 2016). Dehidrasi dapat karakteristik responden yang terdiri dari usia
dicegah dengan mengkonsumsi ORS anak, jenis kelamin anak, sosial ekonomi pada
sehingga mampu mengurangi angka kematian keluarga, pendidikan dari orangtua, dan
(Kianmehr, Saber, Moshari, Ahmadi, & Basiri- kebiasaan ibu atau pengasuh dalam mencuci
moghadam, 2016). Memberikan ORS dengan tangan, serta lembar observasi yang
menggabungkan dengan madu dapat dijadikan digunakan untuk melihat perkembangan
sebagai pengobatan untuk diare. Madu frekuensi diare dalam 24 jam, lama hari rawat,
mampu menghambat 60 spesies bakteri, dan madu yang diberikan dengan cara
jamur, dan virus penyebab diare (Oskouei & memberi tanda check list pada kolom yang
Najafi, 2013; Saha, 2015; Samarghandian, disediakan. Uji coba lembar observasi
Farkhondeh, & Samini, 2018). sebelum melakukan penelitian dilakukan
Beberapa penelitian sebelumnya antara peneliti dan asisten peneliti. Analisis
menjelaskan bahwa 65% anak balita menurun data dilakukan menggunakan uji paired t test.
frekuensi diarenya dengan diberikan madu data diolah menggunakan sistem
(Puspitayani & Fatimah, 2014). Selain itu, komputerisasi. Prinsip etika tetap diterapkan
pemberian ORS dan madu 5 ml setiap 6 jam/ pada penelitian ini dan telah lolos kaji etik
hari pada anak usia kurang dari 2 tahun lebih dnegan No.335/KEP/FK/2018.
efektif terhadap penurunan frekuensi diare,
lama rawat anak, dan konsistensi feses HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi meningkat (Elnady et al., 2013; Sharif Tabel 1 menunjukkan rerata karakteristik
et al., 2017). Perbedaaan penelitian ini dengan responden berdasarkan usia anak mengalami
penelitian sebelumnya yaitu pada frekuensi diare yaitu 24,25 bulan.
pemberian madu yaitu tiga kali dalam sehari
sebanyak 5 ml diberikan pada anak usia balita. Tabel 1. Rerata Karakteristik Responden
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Berdasarkan Usia
efektifitas madu pada frekuensi diare anak
balita. Karakteristik Mean SD
METODE PENELITIAN Responden
Penelitian ini merupakan pendekatan Usia 24,25 9,089
quasi experiment pre test and post test
nonequivalent without control group. Peneliti
2

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 64-68

Tabel 2 menunjukkan bahwa 60% Tabel 3. Rerata Karakterik Responden


keluarga memiliki penghasilan <Rp.2.000.000, Berdasarkan Frekuensi Diare Sebelum dan
sebagian besar pendidikan Ibu pendidikan Sesudah Diberikan Madu
dasar, dan kebiasaan cuci tangan sebagian
besar kadang-kadang dilakukan oleh orang Karakteristik Pengukur Mean ± SD
tua. Responden an
Frekuensi Sebelum 8,15 ± 1,461
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Diare Sesudah 3,55 ± 1,191
Sosial Ekonomi, Pendidikan Ibu dan
Kebiasaan Mencuci Tangan Tabel 4 menjelaskan bahwa terdapat
perbedaan signifikan terhadap frekuensi diare
Karakteristik Responden f % sebelum dan setelah diberi madu (p<0,05).
Sosial Ekonomi Madu memiliki banyak kandungan
< Rp.2.000.000 12 60 didalamnya, diantaranya yaitu karbohidrat,
≥Rp.2.000.000 8 40 protein, mineral, vitamin B kompleks dan
Pendidikan Ibu vitamin C. Bebrapa manfaat vitamin C pada
Tidak tamat SD 2 10 madu yaitu terdapat sifat sebagai anti
Pendidikan dasar 10 50 inflamasi, anti bakteri, anti viral dan anti
Pendidikan menengah 4 20 oksidan yang berguna untuk mengatasi bakteri
Pendidikan tinggi 4 20 dan virus penyebab diare (Vallianou, Gounari,
Kebiasaan Mencuci Tangan Skourtis, Panagos, & Kazazis, 2014).
0 0 Memberikan madu kepada anak diare mampu
Tidak mencuci tangan
19 95 menurunkan frekuensi diare anak (Elnady et
Kadang-kadang
Mencuci tangan 1 5 al., 2013; Sharif et al., 2017). Selain mampu
untuk mengatasi diare, madu juga banyak
digunakan untuk penyembuhan luka salah
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata
satunya adalah luka pada pasien diabetes
karakteristik responden dilihat dari frekuensi
mellitus (Putra & Andriani, 2017).
diare anak saat sebelum diberi madu 8,15 kali
Komposisi dari madu yaitu fruktosa dan
dan sesudah diberi madu frekuensi diare
glukosa yang merupakan agen prebiotik, yang
menjadi 3,55 kali.
terdiri dari asam amino, vitamin, mineral dan
enzim (Elnady et al., 2013; Khan, Dubey, &
Gupta, 2014).

Tabel 4. Perbedaan Frekuensi Diare Sebelum dan Sesudah Diberikan Madu

Variabel Diberikan Madu P Value


Mean SD 95%CI
Frekuensi Diare
Sebelum 8,15 1,461
Sesudah 3,55 1,191 3,914;5,286 0,001

Madu dapat sebagai anti bakteri dan (Abdulrhman, Mekawy, Awadalla, & Mohamed,
prebiotik yang dapat mengatasi diare (Tehrani, 2010). Madu mempunyai dua molekul bioaktif
Khorasgani, & Roayaei, 2018). Selain itu, diantaranya flavonoid dan polifenol yang
madu juga mampu mengobati masalah berfungsi menjadi antioksidan. Madu mampu
konstipasi dan diare anak, meminimalikan meminimalkan frekuensi diare, meningkatkan
patogen dan menurunkan durasi diare berat badan, dan memperpendek hari rawat di
(Pasupuleti, Sammugam, Ramesh, & Gan, rumah sakit (Cholid & Santosa, 2011). Hal ini
2017). mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Kandungan antibiotik madu juga mampu peneliti bahwa dengan madu yang diberikan
mengatasi bakteri diare dan mempunyai pada balita diare mampu menurunkan
aktivitas bakterisida yang mampu melawan frekuensi diare.
beberapa organisme enterophagetic, termasuk Aktivitas antibakteri pada madu
spesies dari Salmonella, Shigella dan E. Colli. dipengaruhi oleh hidrogen peroksida, senyawa
3

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 64-68

flavonoid, minyak atsiri dan senyawa organik UCAPAN TERIMA KASIH


lainnya. Sifat antibakteri yang terdapat pada Ucapan terima kasih diucapkan kepada
madu dipengaruhi oleh osmolaritas madu yang Yayasan MERCUBAKTIJAYA Padang,
tinggi, kandungan rendah air, pH yang rendah Direktur RSI Siti Rahmah Padang dan perawat
sehingga keasaman madu menjadi lebih tinggi. di rumah sakit yang telah membantu peneliti
Madu memiliki kandungan tinggi gula yang dalam pelaksanaan penelitian.
mampu meningkatkan tekanan osmosis
sehingga dapat menghambat pertumbuhan REFERENSI
dan perkembangan bakteri (Huda, 2013). Abdulrhman, M. A., Mekawy, M. A., Awadalla,
Kadar gula pada madu yang tinggi dapat M. M., & Mohamed, A. H. (2010). Bee
menghambat pertumbuhan dan Honey Added to the Oral Rehydration
perkembangan bakteri (Zulhawa & Dewi, Solution in Treatment of Gastroenteritis in
2014). Berdasarkan tabel 3 menunjukkan Infants and Children 1 1. Journal of
bahwa bahwa frekuensi diare kelompok yang Medicinal Food, 13(3), 605–609.
mendapatkan madu sebanyak 5 ml 3 kali https://doi.org/10.1089/jmf.2009.0075.
sehariadalah 3,55 kali. Larutan gula tak jenuh Adane, M., Mengistie, B., Kloos, H., Medhin,
pada madu yang terdiri dari 84% campuran G., & Mulat, W. (2017). Sanitation
fruktosa dan glukosa, memiliki interaksi yang facilities
kuat antara kedua molekul gula dengan , hygienic conditions , and prevalence of
molekul air dan mampu meningkatkan acute diarrhea among under- five children
penyerapan air pada usus dan dapat in slums of Addis Ababa , Ethiopia :
meningkatkan konsistensi pada feses. pH Baseline survey of a longitudinal study.
pada madu memiliki tingkat keasaman yaitu PLoS ONE, 12(8), 1–19.
3,2 sampai 4,5 yang mampu menghambat https://doi.org/10.1371/journal.pone.01827
patogenakibat diare. 83.
Antibakteri pada madu bekerja dengan
Carvajal, L., Amouzou, A., Perin, J., Maïga, A.,
hidrogen peroksida yang diproduksi secara
Tarekegn, H., Akinyemi, A., … Newby, H.
enzimatik glukosa oksidase dan senyawa
(2016). Diarrhea management in children
fenolik. Enzim glukosa oksidase mampu
under five in sub-Saharan Africa : does the
disekresikan kelenjar hipoparingeal lebah ke
source of care matter ? A Countdown
nektar (Elnady et al., 2013). Enzim glukosa
analysis. BMC Public Health, 1–14.
oksidase mampu meningkatkan kandungan
https://doi.org/10.1186/s12889-016-3475-
antibakteri dengan cara menngubah glukosa di
1.
madu menjadi asam glikonat dan hidrogen
Cholid, S., & Santosa, B. (2011). Pengaruh
peroksida sehingga dapat menghampat
Pemberian Madu pada Diare Akut. Sari
pertumbuhan bakteri..
Pediatri, 12(5), 289–295.
Diare menyebabkan mukosa usus rusak
Elnady, H. G., Abdalmoneam, N., Aly, N. A.,
sehingga timbul gangguan proses penyerapan
Saleh, M. T., Sherif, L. S., & Kholoussi, S.
makanan, pemberian madu bisa membantu
(2013). Honey. Medical Research Journal,
terbentuknya jaringan granulasi dan
12(1), 12–16.
memperbaiki permukaan kripte usus,
https://doi.org/10.1097/01.MJX.000042969
memperbaiki saluran mukosa usus, serta
0.01738.8e
menghambat bakteri dan virus. Mukosa usus
Huda, M. (2013). Pengaruh Madu Terhadap
yang membaik dapat meningkatkan
Pertumbuhan Bakteri Gram Positif (
penyerapan makanan, bising usus,
Staphylococcus Aureus ) Dan Bakteri
mengurangi frekuensi diare (Elnady et al.,
Gram Negatif ( Escherichia Coli ) Effect
2013).
On The Growth Of Honey gram-positive
bacteria ( Staphylococcus aureus ) and
KESIMPULAN
Gram-negative bacteria ( Escherichia coli
Setelah dilakukan pemberian madu
). Jurnal Analis Kesehatan, 2(1), 250–259.
dengan ORS selama 3 bulan pengambilan
Kemenkes. (2011). Panduan Sosialisasi
data, dapat kesimpulan bahwa intervensi ini
Tatalaksana Diare Balita. Jakarta:
efektif mengurangi frekuensi diare anak balita Direktorat Jenderal Pengendalian
sehingga dapat diaplikasikan di ruang rawat
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
inap anak.
Kemenkes. (2017). Profil Kesehatan
4

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 64-68

Indonesia. Jakarta.

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 64-68

Khan, I. U., Dubey, W., & Gupta, V. (2014). Penggunaan Madu dengan Proses
Medicinal Properties of Honey : A Review. Penyembuhan Ulkus Diabetikum pada
Int. J. Pure App. Biosci., 2(5), 149–156. Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
Kianmehr, M., Saber, A., Moshari, J., Ahmadi, Kesehatan Perintis, 4(1), 19-25.
R., & Basiri-moghadam, M. (2016). The https://jurnal.stikesperintis.ac.id/index.php/
Effect of G-ORS Along With Rice Soup in JKP/article/view/226.
the Treatment of Acute Diarrhea in Saha, S. (2015). Honey-The natural sweetener
Children : A Single-Blind Randomized become a promising alternative
Controlled Trial. Nurs Midwifery Study, therapeutic: a review. South Indian
5(2),0–6. Journal of Biological Sciences, 1(2), 103–
https://doi.org/10.17795/nmsjournal25852. 114.
Mansouri-Tehrani, H. ., Khorasgani, M. R., & Samarghandian, S., Farkhondeh, T., & Samini,
Roayaei, M. (2018). Effects of Probiotics F. (2018). Honey and Health : A Review
with or without Honey on Radiation- of Recent Clinical Research.
induced Diarrhea Effects of Probiotics with Pharmacognosy Research, 9(2), 121–127.
or without Honey on Radiation-induced https://doi.org/10.4103/0974-8490.204647.
Diarrhea. International Journal of Sharif, A., Noorian, A., Sharif, M. R., &
Radiation Research, 14(3), 205–213. Taghavi, A. (2017). A randomized clinical
https://doi.org/10.18869/acadpub.ijrr.14.3. trial on the effect of honey in the acute
205. gastroenteritis. Journal of Research in
Oskouei, T., & Najafi, M. (2013). Traditional Medical and Dental Science, 5(6), 144–
and Modern Uses of Natural Honey in 148.
Human Diseases : A Review. Irian Journal https://doi.org/10.24896/jrmds.20175625.
of Basic Medical Sciences, 16(6), 731– Vallianou, N. G., Gounari, P., Skourtis, A.,
742. Panagos, J., & Kazazis, C. (2014).
Pasupuleti, V. R., Sammugam, L., Ramesh, Honey and its Anti-Inflammatory, Anti-
N., & Gan, S. H. (2017). Honey, Bacterial and Anti-Oxidant
Propolis, and Royal Jelly: A Properties. General Medicine:
Comprehensive Review of Their Open Access, 02(02), 1–5.
Biological Actions and Health Benefits. https://doi.org/10.4172/2327-
Oxidative Medicine and Cellular 5146.1000132.
Longevity,1–21. Zulhawa, D. J., & Dewi, N. H. (2014). Daya
https://doi.org/10.1155/2017/1259510. hambat madu Sumbawa terhadap
Puspitayani, D., & Fatimah, L. (2014). pertumbuhan Staphylococcus aureus
Pengaruh Pemberian Madu terhadap isolat infeksi luka operasi. Biofarmasi,
Penurunan Frekuensi Diare Anak Balita. 12(1), 40–44.
Jurnal Edu Health, 4(2), 68–71. https://doi.org/10.13057/biofar/f120105.
Putra, A. M & Andriani, Y. (2017). Pengaruh

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai