Anda di halaman 1dari 13

PROYEK INOVASI

STASE KEPERAWATAN ANAK


“Pemberian Madu untuk Anak dengan Diare ”
Pembimbing Klinik :
Ns. Laily Nina Rahmawati, S.Kep
NIP. 198312262014022002

Pembimbing Akademik :
Ns. Ervina Lili Neri, S.Kep., M.Kep
NIP. 199004272022032010

Disusun Oleh:
Putri Ananda Amalia I4051231020
Rahmadi I4051231028
Putri Reishi Vitaliana Chesar I4051231044
Nurjihan Dhiyaa Shidqii I4051231048
Zenita Indra Ramadhita I4051231049
Nuryunita Suparyanto I4051231050
Mela I4052231016
Irenne Agil Prima PDPA I4052231017
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023/2024
PROYEK INOVASI

STASE KEPERAWATAN ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa
juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar. Dari
studi laboratorium dan uji klinis, madu murni memiliki aktivitas
bakterisidal yang dapat melawan beberapa organisme enteropathogenic,
termasuk diantaranya spesies dari E.Coli (Puspita, 2014). Penyakit diare
merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai kematian. Pada
tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare yang tersebar di 11 proinsi, 18
Kabupaten/kota dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30
orang (CFR 2,47%), angka kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan <
1% (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Indonesia. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang
dilakukan pada golongan balita, diare adalah 1,5 kali per tahun. Angka
kematian diare didapat dari hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT
1995) pada balita terjadi 55.000 kematian (2,5 per 1.000 balita). Kematian
balita akibat diare terjadi karena tidak ditolong secara dini dan tidak
diberikan pengobatan yang tepat. Secara teoritis diperkirakan 10% dari
penderita diare akan meninggal akibat terjadinya proses dehidrasi berat
bila tidak diberi pengobatan. Adapun angka penemuan penderita diare
tahun 2010 sebesar 59,4% penemuan penderita diare ditargetkan 85% dari
10% jumlah perkiraan kasus diare yang diperoleh dari survey morbiditas
diare (423/1.000 penduduk) (Profil Kesehatan Provinsi Riau tahun, 2010)
Metode pemberian madu merupakan salah satu upaya non
farmakologi untuk menangani penurunan frekuensi diare. Madu berasal
dari nektar yang kadar airnya telah dikurangi oleh lebah pekerja melalui
penguapan di dalam sarang. Madu memiliki komposisi kimia yang
kompleks. Bahan utamanya adalah fruktosa, glukosa dan 4-5% frukto-
oligosakarida, yang berperan sebagai prebiotik yang mengandung senyawa
organik dengan sifat antibakteri, antara lain inhibin dari golongan
flavanoid, glikosida dan polifenol. Mekanisme kerja senyawa organik ini
adalah senyawa fenolik yang mencegah proses metabolisme
mikroorganisme (Eschericia coli) sebagai salah satu penyebab diare.
Penelitian Sakri (2015) menjelaskan bahwa madu memiliki
manfaat yang tinggi bagi dunia medis. Madu dapat mengatasi berbagai
infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau mikroba. Menurut Adji (2007)
madu dapat dipakai untuk mengatasi diare karena efek antibakterinya dan
kandungan nutrisinya yang mudah dicerna. Manfaat madu lain adalah
membantu dalam penggantian cairan tubuh yang hilang akibat diare.
Dalam cairan rehidrasi, madu dapat menambah kalium dan serapan air
tanpa meningkatkan serapan natrium. Hal itu membantu memperbaiki
mukosa usus yang rusak, merangsang pertumbuhan jaringan baru dan
bekerja sebagai agen anti-inflamasi. Hasil penelitian Sharif dkk. (2017)
menunjukkan bahwa madu yang ditambahkan ke larutan oralit, dapat
memperpendek masa diare akut pada anakanak. Madu juga dapat
mengendalikan berbagai jenis bakteri dan penyakit menular. Penelitian
yang dilakukan oleh Puspitayani & Fatimah (2014) mengatakan madu juga
mempunyai pH yang rendah hal tersebut terbukti ketika keasaman tersebut
dapat menghambat bakteri patogen yang berada dalam usus dan lambung.
Dibuktikan dengan kurun waktu 24 jam, terjadi penurunan frekuensi diare
dan konsistensi diare menjadi semakin padat. Saat dievaluasi kondisi anak
balita juga semakin lama keadaaan umumnya juga semakin membaik.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah melakukan analisis pengaplikasian
penerapan pemberian madu untuk menurunkan frekuensi BAB pada
anak dengan diare akut.
b. Tujuan Khusus
• Memaparkan hasil analisis artikel pada pasien anak dengan diare
untuk menurunkan frekuensi BAB dengan masalah hypervolemia
• Memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan dengan
pemberian madu pada pasien anak dengan diare untuk
menurunkan frekuensi BAB.
BAB II

ANALISIS SWOT DAN KEPUSTAKAAN

1. Analisis SWOT

a. Strengths (Kekuatan)
a) Ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan yang sudah cukup secara
kuantitas untuk mengaplikasikan proyek inovasi
b) Kualitas sumber daya tenaga kesehatan di RSUD DR SOEDARSO
Pontianak sebagai tenaga teknisi proyek inovasi khususnya di Ruang
Anak
b. Weaknesses (Kelemahan)
a) Banyaknya jumlah pasien diruang anak sehingga menyulitkan untuk
melakukan pernerapan proyek inovasi
b) Masih terbatasnya kemampuan sumber daya sebagai pelaksana proyek
inovasi
c. Opportunities (Peluang)
a) Penerapan proyek inovasi yang mudah untuk dilakukan oleh
masyarakat khususnya para orang tua
b) Evidence based penerapan proyek inovasi yang sudah terbukti efektif
d. Threats (Ancaman)
a) Kesadaran tenaga kesehatan yang masih kurang terhadap penggunaan
teknik non-farmakologi dalam penerapannya kepada pasien
b) Kurangnya minat orang tua dalam pelaksanaan proyek inovasi.

2. Definisi Kepustakaan
Pemberian Madu Untuk Anak Diare
a. Definisi
Madu merupakan terapi komplementer yang dapat dipakai untuk
mengatasi diare karena efek antibakterinya dan kandungan
nutrisinya yang mudah dicerna. Manfaat madu lain adalah
membantu dalam penggantian cairan tubuh yang hilang akibat diare.
Dalam cairan rehidrasi, madu dapat menambah kalium dan serapan
air tanpa meningkatkan serapan natrium. Hal itu membantu
memperbaiki mukosa usus yang rusak, merangsang pertumbuhan
jaringan baru dan bekerja sebagai agen anti-inflamasi.
Madu adalah salah satu nutrisi yang kaya yang mengandung
karbohidrat, enzim, asam amino, asam organik, mineral, dan
senyawa aromatic. Madu memiliki efek anti bakteri pada bakteri
usus yang menyebabkan diare, seperti Salmonella, Shigella, Ecoli,
dan Vibrio Cholerae. (Purnamiasih & Putriyanti, 2022).
Madu memiliki komposisi kimia yang kompleks. Bahan
utamanya adalah fruktosa, glukosa dan 4-5% frukto-oligosakarida,
yang berperan sebagai prebiotik yang mengandung senyawa organik
dengan sifat antibakteri, antara lain inhibin dari golongan flavanoid,
glikosida dan polifenol. Mekanisme kerja senyawa organik ini
adalah senyawa fenolik yang mencegah proses mikroorganisme
metabolisme (Eschericia coli) sebagai salah satu penyebab diare.
b. Madu berdasarkan penelitian sebelumnya
Menurut penelitian Purnamiasih dkk, (2022) madu mempunyai
pengaruh yang signifikan pada anak yang mengalami diare. Efek
perbaikan yang ditunjukkan setelah pemberian madu adalah
penurunan derajat dehidrasi, frekuensi BAB yang berkurang,
konsistensi feces semakin baik, dan waktu penyembuhan diare lebih
cepat. Selain itu mampu mengurangi penggunaan obat farmakologis
(Suntin & Botutihe, 2021). Sejalan dengan penelitian (Nurmaningsih
& Rokhaidah, 2019) yang menyatakan bawha madu berpengaruh
positif terhadap penurunan frekuensi BAB dan perbaikian
konsistensi feses pada anak balita dengan diare akut.
Dalam penerapan pemberian madu mampu menurunkaan frekuensi
BAB menjadi 3 kali sehari, konsistensi feces lunak, bising usus normal,
turgor kulit elastis dan suhu tubuh 1,2 oC (Ega Lusiana).
c. Metode pemberian madu dalam menurunkan frekuensi diare
pada anak
Pemberian Terapi madu di berikan selama 5 hari dengan dosis 5 cc
madu dan diberikan 3 kali sehari pada pukul 07.00, 15.00, dan 21.00
WITA. diperoleh hasil pemberian madu berpengaruh posistif terhadap
penurunan frekuensi BAB dan perbaikan konsistensi feses pada anak balita
dengan diare akut. Setelah dilakukan penerapan pemberian madu pada
klien terjadi penurunan frekuensi diare 1 hari 1 kali dengan konsistensi
feces lunak, bising usus normal, dan suhu tubuh mendekati batas normal.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu mampu menurunkan
frekuensi diare pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) (Lusiana1 et al.,
2021).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rika Herawati di Rumah
Sakit Umum (RSUD) Rokan Hulu telah membuktikan madu bisa
menurunkan frekuensi diare pada anak dengan memberikan madu dalam
kurun waktu 24 jam terjadi penurunan frekuensi diare. Didapatkan
frekuensi diare sebelum diberikan madu adalah 7.5 kali dan setelah
diberikan madu 2.1 kali Artinya pemberian madu lebih efektif untuk
menurunkan frekuensi diare pada anak balita (Suntin & Botutihe, 2021).
BAB III

1. Rencana Kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan ialah membuat sebuah proyek inovasi
mengenai pemberian madu dalam mengurangi frekuensi Buang Air Besar
(BAB) pada pasien anak dengan diare.
2. Sasaran
Sasaran dalam proyek inovasi ini adalah orangtua pasien anak yang
dirawat di Ruang Anak RSUD dr. Soedarso Pontianak.
3. Metode
Metode dalam proyek inovasi ini ialah dengan ceramah menggunakan
media Power Point dengan materi yang membahas tentang diare secara
singkat serta pemberian madu pada anak dengan diare.
4. Media
Media yang digunakan dalam proyek inovasi ini ialah dengan
menggunakan Power Point.
5. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan sosialisasi ialah pada Hari Jumat, 15 Desember 2023.
6. Tempat
Tempat dilaksanakannya sosialisasi ialah di Ruang Anak RSUD dr.
Soedarso Pontianak.
SOP PEMBERIAN MADU PADA ANAK DENGAN DIARE

Prodi Pendidikan Profesi Ners Universitas Tanjungpura


SOP PEMBERIAN MADU UNTUK MENGURANGI
FREKUENSI BAB PADA ANAK DENGAN DIARE
Pengertian Diare merupakan kondisi tinja abnormal yang ditandai
dengan peningkatan volume, pengenceran, dan frekuensi
lebih dari tiga kali dalam sehari. Pemberian madu pada anak
dengan diare merupakan bentuk terapi komplementer yang
dapat diterapkan guna mengurangi frekuensi BAB.
Tujuan - Menurunkan frekuensi BAB pada balita
- Meningkatkan daya tahan tubuh balita
- Menangani masalah diare
Indikasi Anak dengan masalah diare
Alat dan bahan - Handscoon bersih
- Madu
- Sendok takar
- Aquadest steril/air putih
Prosedur Fase Pra-Interaksi
1. Mengecek status klien (catatan keperawatan dan catatan
medik)
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menyiapkan diri perawat

Fase Interaksi / Orientasi


1. Memberi salam kepada klien dan keluarga
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menjelaskan tujuan tindakan kepada klien dan keluarga
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
5. Melakukan kontrak waktu dan tempat
6. Menanyakan kesediaan klien/informed consent
7. Menjaga privasi klien
Fase Kerja
1. Mengobservasi nilai frekuensi diare sebelum tindakan
dilakukan
2. Mencuci tangan
3. Menggunakan handscoon
4. Memposisikan klien dengan nyaman
5. Memberikan terapi madu melalui oral sebanyak 1 gr/kg
berat badan dengan pengenceran aquadest steril 10 cc
pada masing-masing pemberian, terbagi dalam dua kali
pemberian (pukul 07.00 dan 17.00)
6. Membereskan alat
7. Melepas handscoon dan mencuci tangan

Fase Terminasi
1. Mengevaluasi perasaan klien
2. Memberikan pujian pada klien atas sikap kooperatifnya
3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya
4. Mengucapkan salam
5. Membersihkan dan merapikan alat
6. Mengobservasi nilai frekuensi diare setelah tindakan
dilakukan dalam kurun waktu satu hari
7. Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
Referensi Pratiwi, A. R., & Rahmawati, E. A. (2021). Pengembangan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemberian Madu
Terhadap Penurunan Frekuensi Diare Anak Usia Balita.
1, 2–9.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, T. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta: Nuha Medika.


Lusiana1, E., Immawati2, & Sri Nurhayati3. (2021). Penerapan Pemberian Madu
untuk Mengatasi Diare Pada Anak Usia Pra Sekolah (3 – 5 Tahun). Jurnal
Cendikia Muda, 1(1), 2807–3469.
Nurmaningsih, D., & Rokhaidah. (2019). Madu Sebagai Terapi Komplementer
untuk Anak dengan Diare Akut. Jurnal Kesehatan Holistik, 3(1), 1–10.

Purnamiasih, D. P. K., & Putriyanti, C. E. (2022). Tinjauan Literatur: Pengaruh


Pemberian Madu untuk Anak Diare (Literature Review: The Effect of Honey
for Children with Diarrhea). Jurnal Kesehatan, Vol 11 No(2), 2721–8007.
Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Jenderal Ahmad Yani Metro. (2019).
10 Besar Penyakit di Ruang Anak 2019. Metro.
Suntin, S., & Botutihe, F. (2021). Terapi Komplementer Madu Pada Anak Untuk
Menurunkan Frekuensi Diare. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 5(1),
53–60. https://doi.org/10.37337/jkdp.v5i1.217
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2017). Keperawatan medikal bedah (keperawatan
dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika
Herawati, R. (2016). Pengaruh pemberian madu terhadap penurunan frekuensi
diare pada anak balita di Rumah sakit Umum (RSUD) Rokan Hulu. D3
Kebidanan UPP
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
LAMPIRAN

1. Susunan Panita / Penanggung Jawab


Rancangan Proyek Inovasi Pemberian Madu Untuk Anak Diare
disusun oleh kelompok 8 pada Stase Keperawatan Anak Profesi Ners
Tahun 2023 dengan susunan kepanitiaan sebagai berikut:
• Penanggung Jawab Utama (Ketua) : Rahmadi
• Sekretaris : Nuryunita Suparyanto
• Bendahara : Zenita Indra Ramadhita
• Seksi Perencana : Putri Reishi Vitaliana Chesar, Putri Ananda Amalia
• Seksi Pelaksana : Nurjihan Dhiyaa Shidqii, Irenne Agil Prima, Mela

2. Time Table

Kegiatan
9-12- 10-12- 11-12- 12-12- 13-12- 14-12- 15-12-
2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
Waktu
Pembagian
Tugas
Observasi
keadaan
ruangan
(Mencari
topik
Inovasi)
Perencanaan
Inovasi
(Menentukan
proyek
inovasi)
Penyusunan
laporan
inovasi
Pemaparan
laporan
Inovasi

3. Rencana Anggaran
No. Rincian Pemasukan Pengeluaran
Sumber Pemasukan
1 Iuran Anggota 80.000
Kelompok
Total Pemasukan 80.000
Kebutuhan Pengeluaran
1 Kesekretariatan 23.000
2 Bahan proyek inovasi 40.000
Total Pengeluaran 63.000
Sub Total 80.000 63.000
Akumulasi Total 80.000-63.000 =
Sisa dana 17.000

Anda mungkin juga menyukai