Anda di halaman 1dari 13

PELAYANAN INFORMASI OBAT

“PENELUSURAN INFORMASI OBAT”

Dosen Penanggung jawab :


Apt. Wisnu Kundarto, M. Biomed.

Asisten :
1. Samrotul Jannah
2. Nur Anisa Maharani

Disusun Oleh :
Kelompok 1 B

1. Aisha Dzakiy V3721002


2. Al Rissa Riski Hera V3721004
3. Angela Nareswari C.G V3721006
4. Anindya Hayu Maheswari V3721008
5. Athaya Nurnafisa V3721010
6. Wahyu Alfhaza Ibnu Adhe V3721058
Dst.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2022
PELAYANAN INFORMASI OBAT
Instalasi Farmasi-Sub Komite Farmasi dan Terapi RSUD Dr. Soetomo
Jl. Mayjen Prof. Dr. Moetopo 6-8 Surabaya – 60286
Jawa Timur – Indonesia
Telp. (031) 5501582, 5033870 Fax (031) 5501570, 5020453
Email : pio_soetomo@telkom.net, nunzairina63@yahoo.co.id

Permohonan No. : 01 Tanggal : 8/Sep/2022 Jam : 10.00


Pemohon : Dokter
Nama Pemohon : dr. Anisa Putri
Unit Kerja : Instalasi Farmasi Rumah Sakit Telp : 0342001155
Uraian Permohonan :
Saya dokter yang menangani anak Albi yang berusia 7 tahun. Di pagi hari, anak
Albi ini mengeluh tidak enak badan, setelah saya cek ternyata dia mengalami diare.
Menurut pemeriksaan yang sudah saya lakukan, pasien harus dirawat di bangsal anak
karena menunjukkan gejala dehidrasi ringan namun tidak menunjukkan tanda-tanda
demam. saya sudah memberikan terapi rehidrasi berupa infus sebagai pengganti cairan,
dan akan memberikan obat lacbon, zink, dan loperamide. Saya sebagai dokter
menghubungi seorang TTK yang ditempatkan di Unit PIO melalui telepon apakah obat
yang akan diberikan kepada anak Albi sudah tepat untuk menangani kasusnya?

Latar Belakang Permohonan : Pasien anak mengeluhkan diare dengan disertai gejala
dehidrasi ringan

Kondisi Klinis Pasien : Usia/Jenis kelamin : 7 th/Laki-laki


: Fungsi Ginjal : baik

: Fungsi Otak : baik

: Diagnosa Terbaru : diare dehidrasi ringan hingga


sedang

Jenis Permohonan :

V Indikasi Harga Obat V Lama Perhitungan


pemberian farmasi
V Farmakoterapi Dosis Stabilitas Identifikasi
Farmakologi Frekuensi Interaksi obat Ketersediaan
pemberian obat
Farmakokinetik Saat Kompabilitas Perundang-
pemberian undangan
Farmakodinamik Cara ESO Lain-lain
pemberian

Penyakit yang sebenarnya terjadi berdasarkan pada diagnosis dokter yang telah
disampaikan pasien atas nama Albi berusia 7 tahun menderita diare dengan gejala
dehidrasi ringan namun tidak terjadi demam. Tingkat keparahan diare dapat
diklasifikasikan sebagai diare ringan atau sedang dan berat. Diare berat dengan gejala
menghasilkan dehidrasi intens dengan atau tanpa gangguan elektrolit serta
membutuhkan terapi intravena. Diare ringan atau sedang memiliki gejala dehidrasi
ringan dan rehidrasi ini dapat ditangani secara oral. Sebagian kasus diare menunjukkan
tingkat keparahan yang sedang dan ringan yang tidak memerlukan perawatan khusus
di layanan kesehatan (Widodo, dkk. 2020). Pada kasus diare yang tidak disertai dengan
dehidrasi atau dehidrasi ringan tidak memerlukan perawatan intensif ataupun
perawatan penunjang lebih lanjut. Pada dehidrasi berat diperlukan pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan blood urea (BUN), pemeriksaan gula darah, pemeriksaan
elektrolit dan pemeriksaan analisis gas darah (AGD). Diare dapat di klasifikasikan
menjadi beberapa jenis menurut karakteristiknya seperti berdasarkan waktu yang
terbagi menjadi diare akut yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari dua minggu,
dan diare kronis yang terjadi dalam kurun waktu lebih dari dua minggu (indriyani dan
putra. 2020). Berdasarkan pada diagnosis di atas pasien menderita gejala diare ringan
karena gejala yang dialami yaitu dehidrasi ringan tanpa terjadinya demam.

Dalam menangani diare ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu
mengatasi diare dengan memberikan zinc, memberikan oralit, dan memberikan
makanan yang sehat. Oralit adalah pertolongan pertama yang dapat digunakan untuk
mengatasi dehidrasi karena diare. Angka kematian yang tinggi akibat sering tidak
teratasinya masalah kekurangan cairan dalam tubuh. Selain oralit, menangani diare
dapat dilakukan dengan memberikan zinc. Zinc terbukti dapat menurunkan jumlah
buang air besar dan volume tinja serta mengurangi resiko dehidrasi. Selain itu zinc juga
dapat mencegah terjadinya diare kembali (Sari dkk., 2021).

Pertolongan pertama yang dilakukan

Diare adalah dimana seorang pasien mengalami pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, ke-enceran, serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir darah. Penyebab utama penyakit diare adalah infeksi bakteri atau virus.
Apabila tidak segera ditangani, tubuh anak akan kehilangan banyak cairan (dehidrasi)
yang dapat menyebabkan kematian. (Setijaningsih dan Hawari, 2020).

Maka dari itu, peran pada orangtua sangatlah penting dalam penanganan pertama pada
anak yang diare. Usaha yang dapat dilakukan oleh orangtua sebagai pertolongan
pertama saat anak sedang diare antara lain :

1. Pemberian oralit sebagai rehidrasi

Menurut Wong dalam Setijaningsih dan Hawari (2020) setelah rehidrasi, cairan seperti
oralit atau air matang dapat digunakan dalam terapi rumahan pada anak diare agar tidak
terjadi dehidrasi berulang atau gangguan keseimbangan elektrolit.
Oralit dapat mengatasi dehidrasi karena cairan terbuang banyak saat diare pada anak
karena kandungan garam (natrium klorida) dan glukosa dalam oralit (Lestari dkk.,
2020). Menurut Indriyani dalam Lestari dkk., (2020) kandungan glukosa pada oralit
membantu meningkatkan reabsorpsi air dan elektrolit yang tersekresi ke lumen usus
saat diare. Dikarenakan terdapat mekanisme ko-transpor antara natrium dan glukosa.
Proses reseptor ion natrium dan glukosa bekerja sama dalam membantu meningkatkan
reabsorpsi ion natrium dari dalam lumen usus menuju sel plasma yang dapat
mengurangi kadar ion natrium di dalam lumen usus. Proses ini dapat meningkatkan
fungsi absorbsi cairan oleh mukosa usus sehingga mengurangi kadar air dalam lumen
usus yang menghasilkan perbaikan pada konsistensi feses pada kejadian diare. Pada
case study yang diberikan Dokter sudah memberikan terapi rehidrasi berupa infus
sebagai pengganti cairan

2. Pemberian pucuk daun jambu biji

Pemberian pucuk daun jambu biji ini menurut Ningsih dalam Lestari dkk., (2020)
dimasak terlebih dahulu sebelum diberikan pada pasien diare. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Adnyana dalam Lestari dkk., (2020) daun jambu biji memiliki
kandungan astringent yang sifatnya basa dan mempunyai kemampuan desinfektan
serta anti bakteri, sehingga dapat membantu penyembuan infeksi diare. Nutrisi lain
pada daun jambu biji antara lain seperti kalium, vitamin C dan karotenoid melemahkan
sistem pencernaan bakteri penyebab diare, yaitu staphylococcus aureus dan E. coli.

3. Pemberian teh pahit

Menurut Setiawan dalam Lestari dkk., (2020) menunjukkan bahwa pemberian teh pahit
dapat mengatasi diare pada anak. Hal ini karena andungan tanin di dalam teh akan
memberikan efek astringen berupa mengurangi frekuensi diare serta membatasi
kandungan air di dalam feses.
4. Pemberian madu

Kandungan dalam madu seperti diantaranya yaitu karbohidrat, protein, mineral,


vitamin B kompleks dan vitamin C. Beberapa manfaat vitamin C pada madu yaitu
terdapat sifat sebagai anti-inflamasi, anti-bakteri, antiviral dan anti-oksidan yang
berguna untuk mengatasi bakteri dan virus penyebab diare (Vallianou dkk., dalam
Andayani (2020)). Pemberian madu pada anak diare dapat menurunkan frekuensi diare
anak(Elnady dalam Andayani (2020)).

Komposisi dari madu yaitu fruktosa dan glukosa yang merupakan agen prebiotik, yang
terdiri dari asam amino, vitamin, mineral dan enzim (Elnady dkk dalam Andayani
(2020)). Kandungan antibiotik madu juga mampu mengatasi bakteri diare dan
mempunyai aktivitas bakterisida yang mampu melawan beberapa organisme
enterophatic, termasuk spesies dari Salmonella, Shigella dan E. Colli. (Abdulrhman,
dkk., dalam Andayani (2020)). Menurut Cholid & Santosa, dalam Andayani (2020)
madu mempunyai dua molekul bioaktif diantaranya flavonoid dan polifenol
yang berfungsi sebagai antioksidan. Madu dapat meminimalisir
frekuensi diare, meningkatkan berat badan, dan memperpendek hari rawat di
rumah sakit. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
peneliti bahwa dengan madu yang diberikan pada balita diare mampu menurunkan
frekuensi diare.

Aktivitas antibakteri pada madu dipengaruhi oleh hidrogen peroksida, senyawa


flavonoid, minyak atsiri dan senyawa organik lainnya. Sifat antibakteri
yang terdapat pada madu dipengaruhi oleh osmolaritas madu yang tinggi, kandungan
rendah air, pH yang rendah sehingga keasaman madu menjadi lebih tinggi.
Madu memiliki kandungan tinggi gula yang dapat meningkatkan tekanan osmosis
sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri (Huda dalam
Andayani (2020)). Kadar gula pada madu yang tinggi dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan bakteri (Zulhawa & Dewi dalam Andayani (2020)).

Antibakteri pada madu bekerja dengan hidrogen peroksida yang diproduksi secara
enzimatik glukosa oksidase dan senyawa fenolik. Enzim glukosida oksidase mampu
disekresikan kelenjar hipofaringeal lebah ke nektar (Elnady
et al., 2013).Enzim glukosa oksidase mampu meningkatkan kandungan antibakteri
dengan cara mengubah glukosa dimadu menjadi asam glikonat dan hidrogen
peroksida sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri..Diare
menyebabkan mukosa usus rusak sehingga timbul gangguan proses penyerapan
makanan, pemberian madu bisa membantu terbentuknya jaringan granulasi dan
memperbaiki permukaan kripta usus, memperbaiki saluran mukosa usus, serta
menghambat bakteri dan virus. Mukosa usus yang membaik dapat meningkatkan
penyerapan makanan, bising usus, mengurangi frekuensi diare (Elnady dkk., dalam
Andayani (2020)).

5. Pemberian probiotik sederhana

Pemberian probiotik berpengaruh pada diare. Sebab diare dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang ikut tertelan saat makan sehingga mikroorganisme tersebut
menjadi parasit dalam usus manusia dan berkembangbiak disana serta dapat
menyebabkan gangguan absorbsi nutrisi dan cairan sehingga feses atau tinja yang
dikeluarkan berbentuk cair yang disebut dengan diare.

Probiotik sendiri dibagi menjadi 2 yaitu probiotik single strain dan multi strain.
Probiotik single strain terdiri dari 1 strain bakteri asam laktat yang memiliki efektivitas
terhadap bakteri patogen tertentu, sedangkan probiotik multi strain terdiri dari 2 atau
lebih strain bakteri asam laktat yang dikombinasi dan dapat bekerja secara bersinergi
dalam menghambat bakteri patogen dalam tubuh. (Saxelin dkk., dalam Widianingsih
dan Yunita (2018)).

Jenis bakteri asam laktat yang umum digunakan dalam probiotik adalah genus
Lactobacillus dan Bifidobacterium (Rahmi and Gayatri dalam Widianingsih dan
Yunita (2018)). Bifidobacterium merupakan flora normal pada usus besar,
sedangkan Lactobacillus lebih dominan berada di usus kecil (Saxelin dkk., dalam
Widianingsih dan Yunita (2018)).. Genus Lactobacillus yang memiliki
kemampuan sebagai antibakteri. Bakteri tersebut mensekresikan enzim katalase
yang dapat menormalkan jumlah flora normal di saluran pencernaan (Fauziah
dan Nurhajati, dalam Widianingsih dan Yunita (2018)).. Selain itu,
bakteri asam laktat mampu memproduksi antimicrobial peptide
yaitu senyawa protein yang memiliki berat molekul rendah yang
memiliki aktivitas penghambatan ataupun membunuh bakteri, serta bertindak sebagai
kofaktor immune system (Özdemir, dalam Widianingsih dan Yunita (2018)).).

Menurut Fauziah dan Nurhajati dalam Widianingsih dan Yunita (2018) menyatakan
bahwa Lactobacillus bulgaricus memproduksi asam laktat dan bakteriosin yang
memiliki aktivitas antibakteri. Jenis Lactobacillus yang lain, seperti lactobacillus
fermentum, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus
acidophilus, Lactobacillus rhamnosus, dan Lactobacillus gasseri memiliki sifat
probiotik yang baik dan menunjukkan zona hambat yang luas terhadap E. coli dengan
inkubasi 1x24 jam (Pradhan dan Mohanty dalam Widianingsih dan Yunita (2018)).
Contoh dari probiotik yang dapat diberikan adalah yogurt dan obat Lacto-B

6. Pemberian Zinc

Zinc merupakan suatu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Zinc dalam tubuh
dibutuhkan sebagai kofaktor untuk mengoptimalkan fungsi tubuh dalam proses
metabolisme. Pada kondisi diare terjadi banyaknya pengeluaran
cairan salah satunya zinc, sehingga dapat mengurangi kebutuhan zinc dalam tubuh.
Oleh sebab itu, tubuh membutuhkan suplementasi zinc untuk menurunkan
kejadian diare (Ariastuti, dalam Purnamasari dan Anisa (2019)).

7. Penanganan lebih lanjut ke pelayanan kesehatan jika diare tidak kunjung sembuh

Obat yang harus dikonsumsi

1. Lacbon (MIMS, 2022)


 Indikasi
 Tab :

Radang akut dan kronis pada selaput lendir, diare, sembelit,


fermentasi abnormal dalam usus, dispepsia, tinja hijau pada
bayi, flora usus yang tidak seimbang karena pengobatan dengan
antibiotika dan kemoterapeutika jangka panjang, gatal, eksema,
strophulus infantum.

 Granul :

Membantu memelihara kesehatan pencernaan.

 Komposisi

Spora viabel dari Lactobacillus sporogenes.

 Dosis
 Tab :

Dewasa : 4 tab 3x sehari

Anak : 2 tab 3x sehari

Bayi : 1 tab 3x sehari

 Granul :

Anak <2 thn : 1 sachet 3x sehari

Dewasa : 4 sachet 3x sehari

Atau sesuai anjuran dokter.

 Aturan Pakai

Sebaiknya diberikan bersama makanan atau sesudah makan.

 Keterangan

Obat lacbon sudah tepat dalam menangani kasus pasien anak tersebut.
Lacbon merupakan golongan probiotik yang memiliki keuntungan
dalam penanganan diare anak. Suplementasi probiotik ini dapat
mengurangi durasi penyebaran virus dan mengurangi peningkatan
permeabilitas usus (Widodo dkk., 2020).

2. Zink (ISO Vol 52, 2019)


 Indikasi

Anti-oksidan, anti-diare, yang berperan penting dakam fungsi


imunitas/memperkuat imunitas, membantu pertumbuhan sel terapi
defisiensi zinc pada kasus diare.

 Dosis

1x sehari 1 tablet (20 mg)

 Aturan Pakai

Sekurang-kurangnya 1 jam sebelum/2 jam sesudah makan (saat


lambung kosong)

 Keterangan

Berdasarkan indikasi obat tersebut maka Zink sudah tepat diberikan


pada An. Albi. Penggunaan zink pada diare merupakan salah satu zat
gizi mikro yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan anak. Ketika
anak mengalami diare mineral zink dalam tubuh akan menurun dalam
jumlah yang besar. Pemberian suplemen zink dapat menggantikan
kandungan zink alami tubuh yang hilang dan mempercepat
penyembuhan diare (Widodo dkk., 2020).

3. Loperamide (ISO Vol 53, 2021)


 Indikasi

Obat ini diindikasikan untuk mengontrol dan meredakan gejala diare


akut tidak spesifik, diare kronis yang berhubungan dengan radang usus.

 Komposisi
Tiap tablet salut selaput mengandung 2 mg loperamide HCl

 Dosis

Diare akut/kronis : 4 mg lalu diberikan 2 mg setiap diare. Maksimal


sehari 16 mg.

 Keterangan

Obat loperamide tidak tepat dalam menangani kasus pasien anak


tersebut. Loperamide diberikan kepada pasien diare dengan derajat
ringan hingga sedang, tetapi tidak direkomendasikan untuk anak-anak
dikarenakan dapat meningkatkan keparahan penyakit khususnya diare
invasif (Raini dkk., 2015).
Daftar Pustaka

Andayani, R. P. (2020). Madu sebagai terapi komplementer mengatasi diare pada


anak balita. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis's Health
Journal), 7(1), 64-68.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2019. Informasi Spesialit Obat Indonesia Volume 52.
Jakarta: ISFI Penerbitan.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2021. Informasi Spesialit Obat Indonesia Volume 53.
Jakarta: ISFI Penerbitan.

Lestari, R. D., Kusumawati, N., & Sudiarti, P. E. (2020). TINDAKAN


PENANGANAN DIARE PADA ANAK DI DESA PADANG
MUTUNG KECAMATAN. PREPOTIF: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(2), 282-287.

MIMS. 2022. Lacbon.


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/lacbon?type=brief&lang=i
d. Diakses tanggal 8 September 2022.

Raini, M., Gitawati, R., dan Rooslamiati, I. 2015. Kerasionalan Penggunaan Obat
Diare yang Disimpan di Rumah Tangga di Indonesia. Jurnal
Kefarmasian Indonesia, 5(1): 49-56.

Sari, R.S., Solihat, L.L., Febriyana, L., Mardianti, M., Sari, M.P., Mirqotussyifa, M.,
Caterina, M., Rustami, M., Daetun, M., Yusup, M. and Rosdiana, N.,
2021. Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Penanganan Diare Pada
Anak Melalui Penyuluhan Kesehatan. SELAPARANG Jurnal
Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(2), pp.70-73.

Setijaningsih, T. (2020). Gambaran Pertolongan Pertama Dalam Keluarga Pada


Penanganan Balita Diare Di Poli Mtbs Uptd Puskesmas Se-Kota Blitar.
Journal of Borneo Holistic Health, 3(2), 129-139.
Widianingsih, M. (2018). Efektivitas Probiotik Single Dan Multi Strain Terhadap
Escherichia Coli Secara In Vitro. JST (Jurnal Sains dan Teknologi),
7(2), 178-187.

Widodo, S., Wahyuni, N. T., dan Utami, L. Y. 2020. EVALUASI PENGGUNAAN


OBAT PADA PENDERITA DIARE AKUT PASIEN PEDIATRI DI
INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ADVENT BANDAR
LAMPUNG PERIODE JULI-DESEMBER 2019. Jurnal Farmasi
Lampung, 9(1): 56-68.

Anda mungkin juga menyukai