DI
OLEH :
Kelompok 5
Syifa humaira (21010100)
Putri intan (20100942)
Nadia suhilmina (21010088)
Safriza Yani (21010102)
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang “ Intervensi Keperawatan Pada Bayi Dan Anak Dengan Penyakit
Kronis/Terminal” tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam penulis
hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
A. Definisi.................................................................................................5
B. Konsep Dasar leukemia........................................................................5
1. Etiologi...........................................................................................6
2. Patofisiologi....................................................................................6
C. Intervensi Keperawatan Leukemia pada Bayi dan Anak.....................7
D. Kemoterapi...........................................................................................9
E. Cara Pemberian Kemoterapi................................................................11
F. Disferal.................................................................................................12
BAB III PENUTUP............................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk terapi yang dilakukan oleh
perawat berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegah pemulihan dari kesehatan klien individu, keluarga, dan
komunitas. Beberapa yang tertuang dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2014 tentang Keperawatan bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai
penyelenggara asuhan keperawatan, perawat berwenang merencanakan dan
melaksanakan tindakan keperawatan, melakukan rujukan, memberikan tindakan
kegawat daruratan, memberikan konsultasi, berkolaborasi, memberikan
penyuluhan dan konseling, pemberian obat sesuai dengan resep dokter atau obat
bebas dan obat bebas, kelola kasus dan kelola intervensi komplementer dan
alternatif (PPNI, 2018).
Sejak tahun 2004, UNICEF telah merekomendasikan pengobatan diare
pada anak dengan mengganti cairan yang hilang melalui terapi rehidrasi oral.
Bersamaan dengan pemberian makan, pemberian pedialyte adalah cara yang
direkomendasikan untuk mengobati diare. Terapi rehidrasi oral adalah intervensi
pendukung yang sangat penting, terutama pada diare yang dapat menyebabkan
kematian akibat dehidrasi (Kelly, 2019) dikutip dari (Suaib et al., 2020).
Diare menyebabkan kehilangan banyak air dan elektrolit (natrium, klorida,
kalium, bikarbonat). Dehidrasi terjadi saat air dan elektrolit tidak dapat
diganti.Berdasarkan tingkat dehidrasinya diare dibagi menjadi beberapa macam,
tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, atau dehidrasi berat (Jacobs et
al.,2013).
Penderita diare direkomendasikan agar mendapatkan pedialyte, maka
target penggunaan pedialyte adalah 100% dari semua kasus diare yang mendapat
pelayanan di puskesmas dan kader. Pada tahun 2020 secara nasional, penggunaan
pedialyte untuk semua umur belum mencapai target 88,3%. Pemberian pedialyte
pada balita relatif lebih tinggi yaitu 90,8%. Target tersebut tidak dapat tercapai
1
karena pemberi pelayanan di Puskesmas dan kader tidak memberikan pedialyte
sesuai standar pelayanan yaitu 6 bungkus/diare (Kemenkes, 2020).
Pemberian pedialyte dalam Ilmu olahraga modern dapat digunakan untuk
menggantikan cairan, salah satunya adalah pemberian minuman isotonik. Isotonik
merupakan minuman dengan komposisi elektrolit yang digunakan untuk
mengembalikan cairan dalam tubuh yang dikeluarkan saat berolahraga atau
melakukan aktivitas fisik (Bonetti, 2010). Jenis minuman ini sangat beragam dan
salah satunya adalah pedialyte. Pedialyte adalah isotonik oral yang memiliki
komposisi campuran Natrium Klorida, Kalium Klorida, Glukosa, dan Natrium
Bikarbonat atau Natrium Sitrat. Pedialyte menurut World Health Organization
merupakan salah satu terapi oral untuk rehidrasi terhadap gangguan keseimbangan
konsentrasi natrium dan kalium (Jacobs et al., 2013).
Dosis pedialyte untuk 3 jam pertama yaitu usia dibawah 1 tahun diberikan
1,5 gelas, usia 1-4 tahun diberikan 3 gelas, usia 5-12 diberikan 6 gelas, dewasa 12
gelas. Setelah buang air besar dosis pedialyte yang diberikan yaitu usia dibawah 1
tahun diberikan 0,5 gelas, usia 1-4 tahun diberikan 1 gelas, usia 5-12 diberikan 1.5
gelas, dewasa 2 gelas (Endang, 2011).
Masyarakat belum banyak mengetahui bahwa pedialyte adalah salah satu
cairan yang diberikan kepada penderita diare untuk mencegah dehidrasi
(Kemenkes, 2020). Sebuah penelitian tahun 2011 oleh Sulaiman menunjukkan
bahwa tingkat dehidrasi ringan-sedang akibat diare memiliki presentasi terbesar,
yaitu 62,5% dibandingkan dengan dehidrasi berat dan tanpa dehidrasi. Terapi
rehidrasi oral diyakini sebagai lini pertama untuk mengobati diare dengan
dehidrasi ringan hingga sedang (Jacobs, C. Dkk, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriyani dan Yuniar
Deddy Kurniawan pada tahun 2017 dengan judul “Pengaruh 3 Jam Pertama
Pemberian Oralit 200 terhadap Lama Perawatan pada Bayi dengan Diare Akut
Dehidrasi Ringan-Sedang”. Setelah pemberian oralit 200 selama 3 jam pertama
awal perawatan pada bayi dengan diare akut dehidrasi ringan-sedang, lama rata-
rata perawatannya adalah 2,7 hari dengan selisih 1 hari perawatan jika
dibandingkan dengan bayi yang langsung diberikan cairan infus melalui intravena.
Pemberian Oralit 200 juga memberikan pengaruh terhadap konsistensi feces dan
2
penurunan frekuensi buang air besar pada bayi dengan diare akut dehidrasi ringan
sedang (Indriyani, P & Kurniawan, Y.D, 2017).
Peran perawat dalam manajemen diare, perawat dapat melaksanakan
perannya dalam beberapa cara, salah satunya adalah pemberian asupan cairan oral
untuk mengobati diare. Penelitian di Indonesia tentang tatalaksana diare telah
dilakukan di 18 rumah sakit, untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan
anak di rumah sakit, didapatkan hasil kelemahan skor diare adalah adanya rencana
rehidrasi yang tidak jelas, pemberian cairan infus pada semua kasus diare,
sedangkan cairan oralit tidak diberikan, antibiotik dan antidiare masih diresepkan
untuk diare cair (Sidik et al, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian/studi kasus tentang “Penerapan Pedialyte pada Anak Usia di
Bawah Lima Tahun (Balita) dengan Diare Dehidrasi Sedang di Rumah Sakit
Arjawinangun”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi intervensi keperawatan?
2. Bagaimana konsep dasar leukemia, termasuk etiologi dan patofisiologi?
3. Apa saja intervensi keperawatan yang diperlukan pada anak dengan
leukemia?
4. Bagaimana pendidikan kesehatan dapat membantu anak dan keluarganya
dalam mengatasi leukemia?
5. Bagaimana peran perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
anak dan keluarganya?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi intervensi keperawatan dan perannya dalam
perawatan pasien.
2. Menguraikan konsep dasar leukemia, termasuk etiologi dan patofisiologi,
untuk memahami kondisi penyakit dengan lebih baik.
3
3. Menyampaikan intervensi keperawatan yang diperlukan dalam
pengelolaan leukemia pada anak, termasuk kemoterapi, perawatan infeksi,
manajemen gejala, dan dukungan nutrisi.
4. Menjelaskan pentingnya pendidikan kesehatan dalam membantu anak dan
keluarganya dalam menghadapi leukemia, termasuk pemahaman tentang
penyakit, pengobatan, dan manajemen gejala.
5. Menggambarkan peran perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan
kepada anak dan keluarganya, termasuk memberikan informasi, dukungan
emosional, dan panduan dalam perawatan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat atau
tenaga kesehatan berlisensi lainnya untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi perawatan yang diberikan kepada pasien. Intervensi keperawatan
bertujuan untuk meningkatkan atau memelihara kesejahteraan pasien, mencegah
penyakit, meredakan gejala, atau membantu pasien dalam mencapai tujuan
perawatan kesehatannya.
Intervensi keperawatan melibatkan pemilihan tindakan atau tindakan yang
sesuai berdasarkan evaluasi kondisi kesehatan pasien dan rencana perawatan yang
telah disusun. Hal ini melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan penilaian yang
mendalam tentang kondisi pasien, serta komunikasi yang efektif dengan pasien
dan tim perawatan kesehatan lainnya.
Intervensi keperawatan dapat mencakup berbagai tindakan, seperti
pemberian obat, perawatan luka, pendidikan pasien, dukungan emosional,
manajemen gejala, perawatan paliatif, dan banyak lagi. Intervensi keperawatan
harus selalu didasarkan pada bukti ilmiah, standar perawatan yang relevan, dan
berfokus pada kepentingan dan kebutuhan individu pasien.
5
1. Etiologi
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
(Sibuea,2009)
2. Patofisiologi
6
C. Intervensi Keperawatan Leukemia pada Bayi dan Anak
1. Kemoterapi
3. Manajemen Gejala
7
Pemasangan infus diutamakan pada kondisi darurat, seperti dehidrasi
berat, infeksi parah, sakit kritis, atau perdarahan. Hal ini karena dokter perlu
memasukkan cairan dan obat ke dalam tubuh pasien dengan cepat guna
mencegah komplikasi.
Pemasangan infus juga dilakukan pada pasien yang sulit minum obat,
misalnya karena muntah-muntah, atau untuk memberikan obat yang tidak
tersedia dalam bentuk minum.
6. Dukungan Psikososial
7. Nutrisi
8
8. Perawatan Paliatif
D. Kemoterapi
1. Kemoterapi kuratif
9
bleomisin, vinblastin, prednison), terapi kanker sel kecil paru dengan
regimen PE (cisplatin, etoposid) dan CAY(siklofosfamid, adrmisin,
vinkristin) dll sedapat mungkin digunakan secara klinis.
2. Kemoterapi adjuvant
3. Kemoterapi neonadjuvan
10
pada kanker tertentu Oaring, kandung kemih, kanalis analis) memperbaiki
kualitas hidup sebagian pasien.
4. Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel kecil paru,
kanker hati, lambung, pankreas, kolon, dll. hasil kemoterapi masih kurang
memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi
masih bersifat paliatif, hanya dapat berperan mengurangi gejala,
memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter harus
mempetimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa kemoterapi
pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas
hidup pasien menurun atau memperparah perkembangan penyakitnya.
5. Kemoterapi investigative
11
4. Intravenous (IV). Kemoterapi dimasukkan dalam pembuluh darah balik
(vena)
5. Topikal. Kemoterapi berbentuk krim dan dioleskan pada kulit.
6. Oral. Kemoterapi berbentuk pil, kapsul, atau cairan yang dapat ditelan.
(Controversies & Obstetrics, 2013)
F. Disferal
Desferal (deferoxamine)merupakan obat cair yang diberikan di bawah
kulit. Biasanya obat ini diberikan dengan menggunakan alat semacam “portable
pump”.
1. Tujuan
2. Indikasi
a. Dilakukan pada klien dengan thalasemia yang mendapatkan transfusi
darah secara rutin (berulang).
b. Kadar Fe≥ 1000 mg/ml.
c. Dilakukan 4-7 kali dalam seminggu post transfuse.
3. pemasangan desferal
a. Mencuci tangan
Menggunakan sarung tangan bila pada pasien yang menderita
penyakit menular (AIDS, Hepatitis B)
b. Menjaga privacy dan kenyamanan klien.
1) Mendekati dan mengidentifikasi klien.
2) Jelaskan prosedur kepada klien dengan bahasa yang jelas.
3) Memasang sampiran (bila perlu)
c. Memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic
Mempersiapkan alat dan klien :
1) Menyiapkan plester untuk fiksasi.
12
2) Memasang alas/perlak.
3) Mendekatkan bengkok pada klien
d. Menyuntikkan desferal dengan teknik steril
1) Bersihkan lokasi injeksi dengan alkohol dengan teknik sirkuler
atau atas ke bawah sekali hapus.
2) Membuang kapas alkohol ke dalam bengkok.
3) Membiarkan lokasi kering sendiri
4) Menyuntikkan obat dengan tepat (subkutan : area m.deltoid)
5) Memfiksasi wing needle dengan plester
e. Mengatur obat desferal pada alat infusa pump
Memfiksasi infusa pump dengan menggunakan perban gulung (a) atau
kantong infusa pump (b dan c).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Intervensi keperawatan pada leukemia anak melibatkan kemoterapi,
perawatan penyakit infeksi, manajemen gejala, transfusi darah, edukasi pasien
dan keluarga, dukungan psikososial, nutrisi, perawatan paliatif, monitoring,
dan konseling keluarga.
2. Kemoterapi dapat digunakan dalam berbagai konteks, termasuk kuratif,
adjuvant, neoadjuvant, paliatif, dan investigatif, tergantung pada jenis kanker
dan tingkat perkembangan penyakit.
3. Cara pemberian kemoterapi dapat melalui berbagai cara, seperti suntikan,
intra-arterial, intraperitoneal, intravena, topikal, dan oral, tergantung pada
jenis kanker dan rencana perawatan.
4. Desferal (deferoxamine) adalah obat yang digunakan untuk menurunkan atau
mencegah penumpukan zat besi dalam tubuh, khususnya pada pasien
thalasemia yang mendapatkan transfusi darah rutin. Pemasangan Desferal
memerlukan teknik aseptic dan antiseptic yang baik.
B. Saran
Pentingnya peran perawat dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi intervensi keperawatan yang sesuai dan berdasarkan bukti ilmiah.
Selain itu, perawat harus memberikan perhatian khusus pada aspek edukasi pasien
dan dukungan psikososial kepada pasien dan keluarganya. Pemahaman yang baik
tentang jenis kemoterapi dan pemberiannya juga sangat penting untuk perawat
dalam merawat pasien dengan leukemia..
14
DAFTAR PUSTAKA
Diperolehdarihttp://www.cancer.org/cancer/cancerinchildren/detailedguide/
cancer-in-children-cancer.
15