Anda di halaman 1dari 18

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK

DENGAN PENYAKIT KRONIS/TERMINAL

DI

OLEH :

Kelompok 5
Syifa humaira (21010100)
Putri intan (20100942)
Nadia suhilmina (21010088)
Safriza Yani (21010102)

Dosen Pembimbing : Ns. Novita Sari,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang “ Intervensi Keperawatan Pada Bayi Dan Anak Dengan Penyakit
Kronis/Terminal” tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam penulis
hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
A. Definisi.................................................................................................5
B. Konsep Dasar leukemia........................................................................5
1. Etiologi...........................................................................................6
2. Patofisiologi....................................................................................6
C. Intervensi Keperawatan Leukemia pada Bayi dan Anak.....................7
D. Kemoterapi...........................................................................................9
E. Cara Pemberian Kemoterapi................................................................11
F. Disferal.................................................................................................12
BAB III PENUTUP............................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk terapi yang dilakukan oleh
perawat berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegah pemulihan dari kesehatan klien individu, keluarga, dan
komunitas. Beberapa yang tertuang dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2014 tentang Keperawatan bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai
penyelenggara asuhan keperawatan, perawat berwenang merencanakan dan
melaksanakan tindakan keperawatan, melakukan rujukan, memberikan tindakan
kegawat daruratan, memberikan konsultasi, berkolaborasi, memberikan
penyuluhan dan konseling, pemberian obat sesuai dengan resep dokter atau obat
bebas dan obat bebas, kelola kasus dan kelola intervensi komplementer dan
alternatif (PPNI, 2018).
Sejak tahun 2004, UNICEF telah merekomendasikan pengobatan diare
pada anak dengan mengganti cairan yang hilang melalui terapi rehidrasi oral.
Bersamaan dengan pemberian makan, pemberian pedialyte adalah cara yang
direkomendasikan untuk mengobati diare. Terapi rehidrasi oral adalah intervensi
pendukung yang sangat penting, terutama pada diare yang dapat menyebabkan
kematian akibat dehidrasi (Kelly, 2019) dikutip dari (Suaib et al., 2020).
Diare menyebabkan kehilangan banyak air dan elektrolit (natrium, klorida,
kalium, bikarbonat). Dehidrasi terjadi saat air dan elektrolit tidak dapat
diganti.Berdasarkan tingkat dehidrasinya diare dibagi menjadi beberapa macam,
tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, atau dehidrasi berat (Jacobs et
al.,2013).
Penderita diare direkomendasikan agar mendapatkan pedialyte, maka
target penggunaan pedialyte adalah 100% dari semua kasus diare yang mendapat
pelayanan di puskesmas dan kader. Pada tahun 2020 secara nasional, penggunaan
pedialyte untuk semua umur belum mencapai target 88,3%. Pemberian pedialyte
pada balita relatif lebih tinggi yaitu 90,8%. Target tersebut tidak dapat tercapai

1
karena pemberi pelayanan di Puskesmas dan kader tidak memberikan pedialyte
sesuai standar pelayanan yaitu 6 bungkus/diare (Kemenkes, 2020).
Pemberian pedialyte dalam Ilmu olahraga modern dapat digunakan untuk
menggantikan cairan, salah satunya adalah pemberian minuman isotonik. Isotonik
merupakan minuman dengan komposisi elektrolit yang digunakan untuk
mengembalikan cairan dalam tubuh yang dikeluarkan saat berolahraga atau
melakukan aktivitas fisik (Bonetti, 2010). Jenis minuman ini sangat beragam dan
salah satunya adalah pedialyte. Pedialyte adalah isotonik oral yang memiliki
komposisi campuran Natrium Klorida, Kalium Klorida, Glukosa, dan Natrium
Bikarbonat atau Natrium Sitrat. Pedialyte menurut World Health Organization
merupakan salah satu terapi oral untuk rehidrasi terhadap gangguan keseimbangan
konsentrasi natrium dan kalium (Jacobs et al., 2013).
Dosis pedialyte untuk 3 jam pertama yaitu usia dibawah 1 tahun diberikan
1,5 gelas, usia 1-4 tahun diberikan 3 gelas, usia 5-12 diberikan 6 gelas, dewasa 12
gelas. Setelah buang air besar dosis pedialyte yang diberikan yaitu usia dibawah 1
tahun diberikan 0,5 gelas, usia 1-4 tahun diberikan 1 gelas, usia 5-12 diberikan 1.5
gelas, dewasa 2 gelas (Endang, 2011).
Masyarakat belum banyak mengetahui bahwa pedialyte adalah salah satu
cairan yang diberikan kepada penderita diare untuk mencegah dehidrasi
(Kemenkes, 2020). Sebuah penelitian tahun 2011 oleh Sulaiman menunjukkan
bahwa tingkat dehidrasi ringan-sedang akibat diare memiliki presentasi terbesar,
yaitu 62,5% dibandingkan dengan dehidrasi berat dan tanpa dehidrasi. Terapi
rehidrasi oral diyakini sebagai lini pertama untuk mengobati diare dengan
dehidrasi ringan hingga sedang (Jacobs, C. Dkk, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriyani dan Yuniar
Deddy Kurniawan pada tahun 2017 dengan judul “Pengaruh 3 Jam Pertama
Pemberian Oralit 200 terhadap Lama Perawatan pada Bayi dengan Diare Akut
Dehidrasi Ringan-Sedang”. Setelah pemberian oralit 200 selama 3 jam pertama
awal perawatan pada bayi dengan diare akut dehidrasi ringan-sedang, lama rata-
rata perawatannya adalah 2,7 hari dengan selisih 1 hari perawatan jika
dibandingkan dengan bayi yang langsung diberikan cairan infus melalui intravena.
Pemberian Oralit 200 juga memberikan pengaruh terhadap konsistensi feces dan

2
penurunan frekuensi buang air besar pada bayi dengan diare akut dehidrasi ringan
sedang (Indriyani, P & Kurniawan, Y.D, 2017).
Peran perawat dalam manajemen diare, perawat dapat melaksanakan
perannya dalam beberapa cara, salah satunya adalah pemberian asupan cairan oral
untuk mengobati diare. Penelitian di Indonesia tentang tatalaksana diare telah
dilakukan di 18 rumah sakit, untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan
anak di rumah sakit, didapatkan hasil kelemahan skor diare adalah adanya rencana
rehidrasi yang tidak jelas, pemberian cairan infus pada semua kasus diare,
sedangkan cairan oralit tidak diberikan, antibiotik dan antidiare masih diresepkan
untuk diare cair (Sidik et al, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian/studi kasus tentang “Penerapan Pedialyte pada Anak Usia di
Bawah Lima Tahun (Balita) dengan Diare Dehidrasi Sedang di Rumah Sakit
Arjawinangun”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi intervensi keperawatan?
2. Bagaimana konsep dasar leukemia, termasuk etiologi dan patofisiologi?
3. Apa saja intervensi keperawatan yang diperlukan pada anak dengan
leukemia?
4. Bagaimana pendidikan kesehatan dapat membantu anak dan keluarganya
dalam mengatasi leukemia?
5. Bagaimana peran perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
anak dan keluarganya?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi intervensi keperawatan dan perannya dalam
perawatan pasien.
2. Menguraikan konsep dasar leukemia, termasuk etiologi dan patofisiologi,
untuk memahami kondisi penyakit dengan lebih baik.

3
3. Menyampaikan intervensi keperawatan yang diperlukan dalam
pengelolaan leukemia pada anak, termasuk kemoterapi, perawatan infeksi,
manajemen gejala, dan dukungan nutrisi.
4. Menjelaskan pentingnya pendidikan kesehatan dalam membantu anak dan
keluarganya dalam menghadapi leukemia, termasuk pemahaman tentang
penyakit, pengobatan, dan manajemen gejala.
5. Menggambarkan peran perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan
kepada anak dan keluarganya, termasuk memberikan informasi, dukungan
emosional, dan panduan dalam perawatan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat atau
tenaga kesehatan berlisensi lainnya untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi perawatan yang diberikan kepada pasien. Intervensi keperawatan
bertujuan untuk meningkatkan atau memelihara kesejahteraan pasien, mencegah
penyakit, meredakan gejala, atau membantu pasien dalam mencapai tujuan
perawatan kesehatannya.
Intervensi keperawatan melibatkan pemilihan tindakan atau tindakan yang
sesuai berdasarkan evaluasi kondisi kesehatan pasien dan rencana perawatan yang
telah disusun. Hal ini melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan penilaian yang
mendalam tentang kondisi pasien, serta komunikasi yang efektif dengan pasien
dan tim perawatan kesehatan lainnya.
Intervensi keperawatan dapat mencakup berbagai tindakan, seperti
pemberian obat, perawatan luka, pendidikan pasien, dukungan emosional,
manajemen gejala, perawatan paliatif, dan banyak lagi. Intervensi keperawatan
harus selalu didasarkan pada bukti ilmiah, standar perawatan yang relevan, dan
berfokus pada kepentingan dan kebutuhan individu pasien.

B. Konsep Dasar leukemia


Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah
yang berasal dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel
leukosit immaturea, pada darah tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang
abnormal (Friehlig et al, 2015). Sel leukosit dalam darah penderita leukemia
berproliferasi secara tidak teratur dan menyebabkan perubahan fungsi menjadi
tidak normal sehingga mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2012).

5
1. Etiologi

Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
(Sibuea,2009)

a. Faktor genetik : virus tertntu menyebabkan terjadinya perubahan struktur


gen(Tcell Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)
b. Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet hylstilbestrol
c. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
d. Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis
leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran radiasi dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain obat anti
kanker, meningalkan resoko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki
kelainan genetic tertentu (misalnya down sindrom dan sindrom fanconi),
juga lebih peka terhadap leukemia.

2. Patofisiologi

Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang


terkait dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel
pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang
limfosit di dalam limfenodi) dan menyebar ke organ hematopoetik dan
berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegaly, hepatomegaly).
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan sel yang
cepat dan ke sitopenia.

6
C. Intervensi Keperawatan Leukemia pada Bayi dan Anak
1. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan khusus untuk membunuh


sel kanker. Intervensi ini melibatkan pemilihan, dosis, dan penjadwalan obat-
obatan kemoterapi yang sesuai untuk setiap anak.

Tujuan perhitungan dosis obat adalah, agar pasien mendapatkan obat


sesuai dengan yang diperlukan oleh pasien tersebut, baik berdasarkan
kemauan sendiri atau berdarkan dosis yang ditentukan oleh dokter penulis
resep kalau obat tersebut harus dengan resep dokter.Dosis obat yang harus
diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung
dari banyak faktor.

2. Perawatan Penyakit Infeksi

Kemoterapi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh anak,


sehingga perlu memberikan perlindungan ekstra terhadap infeksi. Perawat
harus memonitor tanda-tanda infeksi dan memberikan pengobatan antibiotik
jika diperlukan.

3. Manajemen Gejala

Anak dengan leukemia dapat mengalami gejala seperti mual, muntah,


kelemahan, dan penurunan berat badan. Perawat membantu dalam
merencanakan dan memberikan perawatan yang mengurangi gejala ini.

4. Transfusi Darah dan Pemasangan Infus

Beberapa anak mungkin membutuhkan transfusi darah reguler jika


leukemia memengaruhi produksi sel darah normal.

Pemasangan infus adalah prosedur untuk memasukkan selang ke


pembuluh darah di tangan. Tujuannya adalah untuk mengalirkan cairan infus,
transfusi darah, albumin, atau obat.

7
Pemasangan infus diutamakan pada kondisi darurat, seperti dehidrasi
berat, infeksi parah, sakit kritis, atau perdarahan. Hal ini karena dokter perlu
memasukkan cairan dan obat ke dalam tubuh pasien dengan cepat guna
mencegah komplikasi.

Pemasangan infus juga dilakukan pada pasien yang sulit minum obat,
misalnya karena muntah-muntah, atau untuk memberikan obat yang tidak
tersedia dalam bentuk minum.

a. Tujuan dan Indikasi Pemasangan Infus

Tujuan pemasangan infus adalah untuk mengalirkan cairan infus


atau obat ke dalam pembuluh darah di tangan. Selain itu, pemasangan
infus juga dapat dilakukan untuk transfusi darah.

Pemasangan infus bisa dilakukan kepada pasien yang dirawat di


rumah sakit, klinik, atau bahkan di rumah. Umumnya, pemasangan infus
di rumah bertujuan untuk mengobati kondisi pasien yang memerlukan obat
suntik secara berkala.

5. Edukasi Pasien dan Keluarga

Memberikan edukasi kepada anak dan keluarganya tentang penyakit


leukemia, pengobatan, gejala yang perlu diperhatikan, dan cara merawat anak
selama pengobatan.

6. Dukungan Psikososial

Anak dan keluarganya mungkin memerlukan dukungan psikologis


dan sosial untuk mengatasi stres dan ketakutan yang terkait dengan diagnosis
dan pengobatan leukemia.

7. Nutrisi

Penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan nutrisi yang


cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam
beberapa kasus, anak mungkin perlu konsultasi dengan ahli gizi.

8
8. Perawatan Paliatif

Dalam kasus-kasus tertentu di mana pengobatan tidak lagi efektif,


perawatan paliatif mungkin dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas
hidup anak.

9. Monitoring dan Evaluasi Berkala

Perawat harus rutin memantau status kesehatan anak, termasuk


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah, dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada tim perawatan.

10. Konseling Keluarga

Perawat dapat memberikan konseling kepada keluarga tentang


perubahan dalam kehidupan sehari-hari, mengelola perawatan, dan
menghadapi perasaan yang muncul selama perjalanan pengobatan.

D. Kemoterapi
1. Kemoterapi kuratif

Terhadap tumor sensitif yang kurabel, misal leukimia limfositik


akut, limfoma maligna, kanker testes, karsinoma sel kecil paru, dapat
dilakukan kemoterapi kuratif. Kemoterapi kuratif harus memakai formula
kemoterapi kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme kerja
berbeda, efek toksik berbeda dan masing- masing efektifbila digunakan
tersendiri, diberikan dengan banyak siklus, untuk setiap obat dalam
formula tersebut diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat
ditoleransi tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek agar
tereapai pembasmian total sel kanker dalam tubuh. Dewasa ini tidak
sedikit kanker yang sudah memiliki beberapa formula kemoterapi
kombinasi 'baku' yang terbukti dalam praktek berefek terapi menonjol.
Misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin dengan regimen MOPP (mostar
nitrogen, vinkristin, prokarbazin, prednison) dan ABVD (adriamisin,

9
bleomisin, vinblastin, prednison), terapi kanker sel kecil paru dengan
regimen PE (cisplatin, etoposid) dan CAY(siklofosfamid, adrmisin,
vinkristin) dll sedapat mungkin digunakan secara klinis.

2. Kemoterapi adjuvant

Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah


operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian dari operasi kuratif.
Karena banyak tumor pada waktu pra-operasi sudah memiliki
mikrometastasis di luar lingkup operasi, maka setelah lesi primer dieksisi,
tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terhadap obat
bertambah. Pada umumnya tumor bila volume semakin kecil, ratio
pertumbuhan sernakin tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila
tumor mulai diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat.
Oleh karena itu, terapi dini terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan
efentivitas meningkat, kemungkinan resistensi obat berkurang, peluang
kesembuhan bertambah.

3. Kemoterapi neonadjuvan

Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan


sebelum operasi atau radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan
operasi atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika berlebih dahulu
kemoterapi 2-3 siklus dapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan
darah, berguna. bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada
waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap kemoterapi dan
secara dini menterapi lesi metastatic subklinis yang mungkin terdapat.
Karena kemoterapi adjuvant mungkin menghadapi resiko jika kemoterapi
tidak efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen
kemoterapi dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium lanjut.
Penelitian mutahir menunjukkan kemoterapi neoadjuvan meningkatkan
peluang operatif untuk kanker kepala leher, kanker sel kecil paru,
osteosarkoma, mengurangi pelaksanaan operasi yang membawa kecacatan

10
pada kanker tertentu Oaring, kandung kemih, kanalis analis) memperbaiki
kualitas hidup sebagian pasien.

4. Kemoterapi paliatif

Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel kecil paru,
kanker hati, lambung, pankreas, kolon, dll. hasil kemoterapi masih kurang
memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi
masih bersifat paliatif, hanya dapat berperan mengurangi gejala,
memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter harus
mempetimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa kemoterapi
pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas
hidup pasien menurun atau memperparah perkembangan penyakitnya.

5. Kemoterapi investigative

Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen


kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan
obat atau regimen baru dengan efektivitas tinggi toksisitas rendah,
penelitian memang diperlukan. Penelitian harus memiliki tujuan yangjelas,
raneangan pengujian yang baik, metode observasi dan penilaian yang rinci,
dan perlu seeara ketat mengikuti prinsip etika kedokteran. Kini sudah
terdapat aturan baku kendali mutu, disebut 'good clinical practice' (GCP).

E. Cara Pemberian Kemoterapi


Kemoterapi dapat diberikan melalui berbagai cara:
1. Suntikan. Kemoterapi diberikan melalui suntikan ke dalam otot lengan,
paha, atau pinggul, atau di bawah lemak kulit pada lengan, tungkai, atau
perut.
2. Intra-arterial (IA). Kemoterapi dimasukkan langsung ke pembuluh darah
nadi (arteri) yang memberi makan sel-sel kanker.
3. Intraperitoneal (IP). Kemoterapi dimasukkan ke rongga peritoneal (area
yang berisi organ seperti usus, perut, hati, dan indung telur).

11
4. Intravenous (IV). Kemoterapi dimasukkan dalam pembuluh darah balik
(vena)
5. Topikal. Kemoterapi berbentuk krim dan dioleskan pada kulit.
6. Oral. Kemoterapi berbentuk pil, kapsul, atau cairan yang dapat ditelan.
(Controversies & Obstetrics, 2013)

F. Disferal
Desferal (deferoxamine)merupakan obat cair yang diberikan di bawah
kulit. Biasanya obat ini diberikan dengan menggunakan alat semacam “portable
pump”.
1. Tujuan

Menurunkan/mencegah penumpukan Fe dalam tubuh baik itu


hemochromatosis (penumpukan Fe di bawah kulit) atau pun hemosiderosis
(penumpukan Fe dalam organ)

2. Indikasi
a. Dilakukan pada klien dengan thalasemia yang mendapatkan transfusi
darah secara rutin (berulang).
b. Kadar Fe≥ 1000 mg/ml.
c. Dilakukan 4-7 kali dalam seminggu post transfuse.
3. pemasangan desferal
a. Mencuci tangan
Menggunakan sarung tangan bila pada pasien yang menderita
penyakit menular (AIDS, Hepatitis B)
b. Menjaga privacy dan kenyamanan klien.
1) Mendekati dan mengidentifikasi klien.
2) Jelaskan prosedur kepada klien dengan bahasa yang jelas.
3) Memasang sampiran (bila perlu)
c. Memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic
Mempersiapkan alat dan klien :
1) Menyiapkan plester untuk fiksasi.

12
2) Memasang alas/perlak.
3) Mendekatkan bengkok pada klien
d. Menyuntikkan desferal dengan teknik steril
1) Bersihkan lokasi injeksi dengan alkohol dengan teknik sirkuler
atau atas ke bawah sekali hapus.
2) Membuang kapas alkohol ke dalam bengkok.
3) Membiarkan lokasi kering sendiri
4) Menyuntikkan obat dengan tepat (subkutan : area m.deltoid)
5) Memfiksasi wing needle dengan plester
e. Mengatur obat desferal pada alat infusa pump
Memfiksasi infusa pump dengan menggunakan perban gulung (a) atau
kantong infusa pump (b dan c).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Intervensi keperawatan pada leukemia anak melibatkan kemoterapi,
perawatan penyakit infeksi, manajemen gejala, transfusi darah, edukasi pasien
dan keluarga, dukungan psikososial, nutrisi, perawatan paliatif, monitoring,
dan konseling keluarga.
2. Kemoterapi dapat digunakan dalam berbagai konteks, termasuk kuratif,
adjuvant, neoadjuvant, paliatif, dan investigatif, tergantung pada jenis kanker
dan tingkat perkembangan penyakit.
3. Cara pemberian kemoterapi dapat melalui berbagai cara, seperti suntikan,
intra-arterial, intraperitoneal, intravena, topikal, dan oral, tergantung pada
jenis kanker dan rencana perawatan.
4. Desferal (deferoxamine) adalah obat yang digunakan untuk menurunkan atau
mencegah penumpukan zat besi dalam tubuh, khususnya pada pasien
thalasemia yang mendapatkan transfusi darah rutin. Pemasangan Desferal
memerlukan teknik aseptic dan antiseptic yang baik.

B. Saran
Pentingnya peran perawat dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi intervensi keperawatan yang sesuai dan berdasarkan bukti ilmiah.
Selain itu, perawat harus memberikan perhatian khusus pada aspek edukasi pasien
dan dukungan psikososial kepada pasien dan keluarganya. Pemahaman yang baik
tentang jenis kemoterapi dan pemberiannya juga sangat penting untuk perawat
dalam merawat pasien dengan leukemia..

14
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2015). Cancer in children.

Diperolehdarihttp://www.cancer.org/cancer/cancerinchildren/detailedguide/
cancer-in-children-cancer.

David, G., 2015. Acute lymphoblastic leukemia. The pharmacogenomics journal,


hlm.77–89

Damayanti, T K. (2016).Gambaran Strategi Koping Anak Dengan Leukemia


Limfostik Akut Dalam Menjalani Terapi Pengobatan.(Fakultas
Kedokteran Universits Udayana).

15

Anda mungkin juga menyukai