Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu masalah kesehatan balita di Indonesia yang masih sering terjadi
adalah diare. Diare merupakan suatu keadaan di mana pada balita frekuensi
buang air besar lebih dari empat kali dan pada anak lebih dari tiga kali dengan
konsistensi feses yang encer, berwarna hijau atau dapat juga bercampur lendir
dan darah atau lendir saja. Setiap episodenya, diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare
merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab
kematian kedua pada anak berusia dibawah 5 tahun (Ngastiyah, 1997 dalam
Meivi, 2013). Secara global terdapat dua juta anak meninggal dunia setiap
tahunnya karena diare. Pengobatan utama yang harus dilakukan terhadap diare
terutama dehidrasi diare adalah rehidrasi dan penggantian air serta elektrolit
yang hilang, upaya tersebut dikenal dengan Upaya Rehidrasi Oral (URO).
Menurut Depkes RI dalam mengobati dehidrasi perlu diketahui derajat
keparahan dehidrasi karena pengobatannya di golongkan berdasarkan derajat
keparahan dehidrasi yaitu tanpa dehidrasi (rencana A), dehidrasi ringan/sedang
(rencana B), dan dehidrasi berat (rencana C). (Ngastiyah, 1997 dalam Meivi,
2013). Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui feses (WHO.2013). Sementara penyebab lainnya
adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Diare akut pada balita paling banyak
disebabkan oleh infeksi virus. Salah satu penyebab dehidrasi karena
ketidaksesuaian penatalaksanaan diare baik di pelayanan kesehatan maupun
dirumah. (Widoyono, 2011 dalam Meivi, 2013).
Dampak dari diare pada balita lebih berbahaya dari pada orang dewasa,
karena komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding
orang dewasa, jika terjadi diare balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan
kompikasi lainya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian,
dampak lain yaitu kegagalan dalam pertumbuhan. Diare dapat menyebabkan
dehidrasi sedang dan berat. Sementara itu dehidrasi dapat menyebabkan

1
kematian padahal berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kejadian
diare. Dehidrasi diare yang terjadi dikategorikan menjadi diare tanpa dehidrasi,
dehidrasi ringan/sedang, dan berat (Malikah dan Fatimah. 2011). Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya dehidrasi akibat dari diare
yaitu dengan pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan identifikasi evidence base practice ini adalah untuk
mengetahui pemberian cairan terhadap tingkat dehidrasi pada anak dengan
diare.

2
BAB II
IDENTIFIKASI ARTIKEL EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Identitas Artikel
1. Judul jurnal : Hubungan Penatalaksanaan Pemberian Cairan Dirumah
Dengan Tingkat Dehidrasi Pada Balita Yang Mengalami
Diare
Nama peneliti : Zubaidah, & Insana Maria
Tahun terbit : 2020
Penerbit : Jurnal Keperawatan Suaka Insan

2. Judul jurnal : Pemberian Tablet Zinc Dengan Durasi Diare Pada Balita
Nama peneliti : Yuniar Kusumawardani & Rokhaidah
Tahun terbit : 2021
Penerbit : Indonesian Jurnal of Health Development Vol.3 No.2

3. Judul jurnal : Efektivitas Pemberian Prebiotik Terhadap Durasi Diare


Pada Anak Pra Sekolah Di Ruang Durian Rumah Sakit Umum Daerah
Klungkung
Nama peneliti : A.A. Nugrah Nara Kusuma & Ni Ketut Sri Wahyuni
Tahun terbit : 2021
Penerbit : Jurnal Riset Kesehatan Nasional

B. Gap of Knowledge (Kesesuaian Masalah Dengan Masalah Yang Akan


Diselesaikan )
Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan
dan elektrolit melalui feses. Bayi dan anak-anak lebih mudah mengalami
dehidrasi dibanding usia dewasa, resiko dehidrasi pada anak balita menjadi
lebih besar karena komposisi cairan tubuh yang besar dan ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan sendiri secara bebas. Tindakan yang harus
dilakukan keluarga jika bayi atau anak menderita diare adalah memberikan
bayi atau anak cairan lebih banyak dari biasanya untuk mencegah dehidrasi

3
(Sutomo, B dan Anggraeni, DY. 2010). Diare mengakibatkan munculnya
gejala ketidaknyamanan yaitu panas tubuh, nyeri perut, nafsu makan yang
menurun, kelelahan, berat badan menjadi turun serta kehilangan cairan
elektrolit yang signifikan. Komplikasi yang muncul akibat penyakit diare juga
tidak ditangani dengan tepat akan muncul penyakit penyakit baru seperti
dehidrasi, syok hipovolemik, kerusakan pada organ hingga dapat terjadi
kematian (Anitasari & Sappe, 2019). Bahaya jika diare tidak teratasi akan
minumbulkan kurangnya cairan elektrolit dan tubuh tidak mendapatkan asupan
gizi yang cukup dikarenakan cairan dalam tubuh yang hilang (Restuti & Fitri,
2019). Penanganan buang air besar dapat diberikan kepada penderita diare
dengan intervensi pemberian oralit, tablet zinc, ASI/makanan yang cukup, obat
antibiotic, dan memberikan edukasi kepada keluarga balita (Wijayanti &
Astuti, 2019). Zinc dapat bekerja sebagai mencegah bakteri yang masuk ke
saluran gastrointestinal, dapat memperbaiki fungsi villi dan usus dapat
bergenerasi secara cepat (Restuti & Fitri, 2019). Zinc penting dalam sistem
imun serta sebagai sistem pertahanan infeksi dan dapat minimalisir keparahan
risiko (Wahyuni & Dermawan, 2018). Oralit dan zinc dapat digunakan sebagai
penanganan pertama pada balita untuk mengurangi durasi diare dengan
pemberian selama 10-14 hari (Illahi, P, & Sadharta, 2016).

C. Justifikasi Intervensi
Pemberian prebiotik dengan dosis 2x1 sachet perhari oleh petugas
kesehatan sesuai resep dokter anak. Prebiotik tidak diberikan bersamaan
dengan makanan untuk menghindari pengaruh makanan pada absorbsi
suplemen.
Pemberian cairan, oralit, dan zink.

D. Hasil penelitian
1. Pada peneliian jurnal ke satu, menunjukan bahwa orang tua yang
melakukan penatalaksanaan pemberian cairan dengan baik pada balita yang
mengalami diare menunjukan semua balitanya tidak mengalami dehidrasi
yaitu 15%, orang tua yang melakukan penatalaksanaan pemberian cairan

4
dengan cukup pada balita yang mengalami diare menunjukan mayoritas
balitanya tidak mengalami dehidrasi sebanyak 43% sedangkan orang tua
yang melakukan penatalaksanaan pemberian cairan dengan kurang pada
balita yang mengalami diare menunjukan semua balitanya mengalami
dehidrasi ringan-sedang seabanyak 22%.
Berdasarkan hasil uji statistic diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed)
adalah 0,000 nilai ini menunjukan 0,000 < 0,05, sebagaimana dasar
pengambilan keputusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
diterima (Ho ditolak) terdapat korelasi yang signifikan pada variable
dependent dan variable independent yang berarti bahwa ada hubungan
penatalaksanaan pemberian cairan dirumah dengan tingkat dehidrasi pada
balita yang mengalami diare di Puskesmas Karang Intan 2 tahun 2018.
Selanjutnya, dari tabel di atas diketahui Correlation Coefficient sebesar
0,649 maka nilai ini menandakan hubungan yang tinggi atau kuat antara
penatalaksanaan pemberian cairan dirumah dengan tingkat dehidrasi pada
balita yang mengalami diare.
2. Penelitian pada jurnal ke dua, menunjukan rata-rata lama pemberian tablet
zinc pada balita di Wilayah UPT Puskesmas Cinere Kota Depok yaitu
selama 6.17 hari atau digenapkan menjadi 6 hari dengan minimal
pemberian selama 1 hari dan maksimal pemberian selama 10 hari. durasi
diare rata rata pada balita di Wilayah UPT Puskesmas Cinere Kota Depok
adalah selama 2,86 hari atau digenapkan menjadi 3 hari dengan minimal
durasi diare 1 hari dan maksimal 7 hari. Hasil penelitian bahwa ada
hubungan antara pemberian tablet Zinc dengan durasi diare pada balita di
wilayah UPT Puskesmas Cinere Kota Depok dengan nilai p value = 0,027
yang berarti nilainya <0,05. Hubungan pemberian tablet Zinc dengan durasi
diare memiliki hubungan yang sangat lemah dan berpola negative dengan
nilai koefisien korelasi spearman sebesar -0.255. Dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak ibu yang memberikan tablet Zinc pada balita diare dapat
menurunkan tingkat durasi diare pada balita.
3. Hasil penelitian pada jurnal ke tiga, menunjukan rata-rata durasi diare pada
anak pra sekolah yang diberikan prebiotik adalah 23.74 atau 24 jam 14 jam

5
menit, durasi terendah adalah 16 jam sedangkan nilai tertinggi adalah 38
jam. Hasil penelitian durasi diare rata-rata pada anak pra sekolah yang
diberikan terapi standar adalah 47jam 49 menit, durasi terendah adalah 30
jam 15 menit sedangkan nilai tertinggi adalah 57 jam 15 menit.
Berdasarkan hasil uji Independent T test didapatkan nilai yang signifikan
sehingga menunjukan pemberian prebiotik efektif dibandingkan pemberian
terapi standar terhadap durasi diare pada anak pra sekolah di Ruang Durian
Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung.

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Resume Kasus Kelolaan


1. PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
Tanggal masuk : 29 September 2021
Jam masuk : 23.30 WIB
No. Register : 522991
Ruang/kamar : Mawar 3.3
Tanggal Pengkajian : 30 September 2021
Diagnosa medis : GEA, Gizi Buruk

Biodata Pasien
1. Biodata pasien/klien
Nama : An. A
Umur : 7 bulan
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Pekalongan
2. Biodata penanggung jawab
Nama : Ny. Putri
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hub.dengan klien : Ibu pasien

7
1. Riwayat keperawatan untuk pola persepsi kesehatan-penanganan
kesehatan
1.1 Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki penyakit yang
lainnya, seperti asma, typus, ataupun jantung, ginjal dan diabetes
melitus.
1.2 Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami diare sudah 10 kali,
BAB cair dan berlendir. tidak terdapat darah, dan pasien mengalami
panas, tidak kejang. Hasil pengkajian pada tanggal 30 September
2021 didapatkan data bahwa TD : - mmHg, Nadi : 190 X/menit
(teraba lemah, dan cepat), RR : 30 X/menit, suhu : 38,5℃, SPO 2 :
98%. Pasien tidak mau makan dan rewel. GCS = 15 (Compos
mentis), mukosa bibir kering, turgor melambat > 2 detik, akral
hangat.
1.3 Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya diare sudah 10 kali, dan berlendir.
BAB cair, dan berwarna kuning. Mukosa bibir kering dan turgor
melambat > 2 detik.
1.4 Riwayat kesehatan keluarga (disertai genogram)
Ibu pasien mengatakan didalam keluarganya tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti asma, jantung, diabetes melitus, dsb.
Parameter umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : E : 4, V :5, M : 6 = 15 (Compos Mentis)
Tekanan darah : - mmHg
Suhu : 38,2 ℃
Nadi : 190 X/menit (cepat, dan lemah)
RR : 30 X/menit
BB sebelum sakit : 4,8 Kg
BB selama sakit : 4,8 Kg
TB/PB : 60 cm

8
Lingkar kepala : 35 cm
Lingkar lengan : 9,5 cm
I. ANALISA DATA
No Tgl/jam Data Penyebab Masalah
1 30 DS : Ibu pasien mengatakan kehilangan Kekurangan
september anaknya diare sudah 10 kali cairan aktif volume cairan
2021 dalam sehari, BAB cair,
berlendir, warna kuning.
DO : turgor kulit jelek >
2 detik,
Hasil pengukuran balance
cairan :
Input : 1.082,3 CC
Output : 960 CC
IWL : 480 CC
Total : input –
(IWL+output)
: 1.082,3 CC –
1440CC
: - 357,7 CC (volume
cairan kurang)
Hasil pemeriksaan lab
chlorida : HH. 121,8
mmol/l, calsium : 1,08
mmol.

2 30 DS : Ibu pasien mengatakan Kurang asupan Ketidakseimbangan


september anaknya susah makan, makanan nutrisi kurang dari
2021 makan hanya habis 3 kebutuhan tubuh
sendok, dan minum habis 6-
8 botol dalam sehari.

9
3 30 DS : Ibu pasien mengatakan Proses penyakit Hipertermi
september bahwa anaknya demam, dan
2021 tubuh anaknya terasa
hangat dan rewel.
DO : Akral teraba hangat,
hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : - mmHg
Nadi : 190 X/menit (cepat
dan lemah)
RR : 30 X / menit
Suhu : 38,5℃
SPO2 : 98%

10
II. Intervensi Keperawatan
Nama : An. A
No.register : 522991
Umur : 7 bulan
Diagnosa medis : GEDS, Gizi buruk
No Tgl/Jam Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional Paraf
Keperawatan
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan - Monitor cairan - Untuk memantau intake
cairan berhuubungan keperawatan selama 3 x 24 dan output cairan tubuh
dengan kehilangan jam diharapkan cairan - Monitor elektrolit pasien
cairan aktif terpenuhi dan diare dapat - Untuk mengetahui kadar
berkurang, dengan KH : - Pengecekan kulit elektrolit dalam tubuh
- Fungsi gastrointestinal - Untuk mengetahui adanya
normal iritasi/tidak pada area
- Keseimbangan cairan sekitar anus ataupun
- Hidrasi - Managemen diare pantat akibat dari
serngnya diare.
- Untuk mengontrol atau
menangani diare agar

11
- Managemen nutrisi tidak menyebabkan
dehidrasi pada
pendeitanya.
- Untuk memberikan nutrisi
- Pemasangan infus yang sesuai dengan
kondisi pasien dan dapat
memprcepat
- Perawatan kulit : penyembuhan
pengobatan topikal - Untuk mengganti cairan
- Edukasi : proses tubuhyang hilang melalui
penyakit, dan intravena
penanganan diare - Untuk mengobati kulit
jika terdapat iritasi
- Untuk menambah
pengetahuankeluarga
- Kolaborasi dengan
pasien terkait dengan
dokter dalam
penyakit diare
pemberian
- Untuk mempercepat
pengobatan
penyembuhan pasien

12
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan - Monitor tanda- - Sebagai pengkajian awal
nurtisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 tanda vital untuk menentukan
kebutuhan tubuh jam diharapkan dapat tindakan selanjutnya
berhubungan dengan - Untuk mengetahui
kurang asupan makanan - Managemen penyebab dari gangguan
gangguan makan makan
- Untuk memenuhi
kebutuhan cairan di
- Managemen cairan dalam tubuh
- Untuk memenuhi nutrisi
yang diperlukan oleh
- Managemen nutrisi tubuh
- Untuk memberikan
informasi terkait dengan
- Edukasi : gizi yang sesuai untuk
peresapan diet menaikan BB anak
kurang
- Untuk dapat memberikan

13
gizi yang tepat sesuai
- Kolaborasi dengan dengan kondisi pasien
gizi : konseling - Untuk mempercepat
gizi ppenyembuhan pasin
Hipertermi melalui pemberian obat
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan - Kolaborasi dengan
proses penyakit keperawatan selam 3 x 24 dokter dalam - Sebagai pengkajian dasar
jam diharapkan pemberian dalam menentuan
pengobatan tindakan keperawatan

- Untuk memenuhi
kebutuhan cairan tubuh
- Monitor tanda-
tanda vital
- Untuk mememuhi
kebutuhan nutrisi pasien
- Untuk memberikan
informasi tentang tepid
- Managemen cairan
water sponge terhadap
penurunan suhu tubuh
pasien

14
- Managemen nutrisi - Untuk mempercepat
penyembuhan pasien
- Edukasi : kompres melalui pemberian obat
air hangat / tepid
water sponge

- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
pengobatan

III. Implementasi dan Catatan perkembangan


Nama pasien : An. A
No.register : 5222991
Umur : 7 bulan
Diagnosa medis : GEDS, Gizi buruk

15
Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan dan Perkembangan (SOAP) Paraf
Implementasi perawat
1 oktober DX. 1 Kekurangan Volume S : ibu pasien mengatakan anaknya masih diare dan lemas Sherly
2021/ 07.00 cairan berhubungan kehilangan O : hasil perhitungan ballance cairan
WIB cairan aktif intake :
- Memanagemen nutrisi : Minum : 4 X 75 CC = 300 CC
pemberian nutrisi Makan : 6 X 15 CC = 90 CC
- Memanagemen nutrisi : Air metabolisme = 38,4
pemberian nutrisi Infus = 288 CC / 24 jam
- Memanagement diare Obat (dilarutkan dalam 250 CC ) = 2 X 250 = 500 CC
- Melakukan kolaborasi Total intake : 1.216,4 CC
dengan dokter dalam Output :
pemberian pengobatan BAB : 7 X 60 CC = 420 CC
BAK : 10 X 40 CC = 400 CC
Total output = 820 CC
IWL = 480 CC
Total jumlah balance cairan
= input – (output + IWL )
= 1.216, 4 CC – 1.300 CC

16
= - 83, 6 CC (Volume cairan kurang).
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor cairan dan elektrolit
- Pengecekan kulit
- Management diare
- Management nutrisi
- Pemasangan infus
- Perawatan kulit : pengobatan topikal
- Edukasi : proses penyakit dan penanganan diare
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan.

DX. II S : ibu pasien mengatakan anaknya tidak nafsu makan/ susah Nisa
Nutrisi kurang dari kebutuhan makan
tubuh berhubungan dengan Makan habis 6 sendok dalam sehari.
kurang asupan makanan O : hasil pengkajian nutrisi
- Memonitor tanda-tanda Antropometri
vital BB : 4,8 Kg (BB Kurang).
- Memanagemen nutrisi : TB : 60 cm

17
pemberian nutrisi Berat badan lahir : 1200 gram
- Memanagemen cairan : IMT : BBL + (usia X 600 gram) = 1200 + (7X
menganjurkan untuk 600 gram )
banyak minum : 5400 gram (normal)
- Melakukan kolaborasi Lingkar kepala : 35 cm (N : 41,5-44,2 cm )
dengan dokter dalam Lingkar lengan : 9,5 cm (N : 11,5 -12,5 cm)
pemberian pengobatan Biochemical : Hb : L. 10,0 g/dl , Hematokrit : L. 29,1 %,
limfosit : L. 13,0 %, eosinofil : 0,0 %,
Clinical Sign : pertumbuhan rambut tipis, anak tampak
kurus
Dietery : TEP 600 kl/7 gr, 4X lactogen LLM 75 CC,
4X pediasone 75 CC, ditambah dengan
bubur blender ½ porsi.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital

18
- Managemen diare
- Managemen gangguan makan
- Managemen cairan
- Managemen nutrisi
- Edukasi peresapan diet
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.

DX III Hipertermi S : Ibu pasien mengatakan anakanya masih demam, badannya


berhubungan dengan proses terasa hangat
penyakit O : Hasil pemeriksaan TTV
- Memonitor tanda-tanda TD : - mmHg, N : 125 X / menit, suhu : 37,5 ℃, RR : 22X / menit,
vital SPO2 : 98 %.
- Memanagemen nutrisi : A : Masalah belum teratasi
pemberian nutrisi P : Lanjutkan intervensi

19
- Melakukan edukasi : - Monitor TTv
kompres air hangat / - Managemen cairan
tepid water sponge - Management nutrisi
- Melakukan kolaborasi - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan .
dengan dokter dalam
pemberian pengobatan

2 Oktober DX. 1 Kekurangan Volume S : ibu pasien mengatakan anaknya lemas, dan masih diare. Diare
2021 cairan berhubungan kehilangan sebanyak 5 kali dalam sehari, BAK sebanyak 10 kali dalam sehari.
07.00 WIB cairan aktif Turgor < 2 detik, mukosa bibir lembab
- Memanagemen nutrisi : O : hasil perhitungan balance cairan
pemberian nutrisi intake :
- Memanagemen nutrisi : Minum : 4 X 75 CC = 300 CC
pemberian nutrisi Makan : 3 X 15 CC = 45 CC
- Memanagement diare Air metabolisme = 38,4
- Melakukan pengecekan Infus = 288 CC / 24 jam
kulit Obat (dilarutkan dalam 250 CC ) = 2 X 250 = 500 CC
- Melakukan edukasi : Total intake : 1171,4 CC
proses penyakit, dan Output :

20
penanganan diare BAB : 5 X 60 CC = 300 CC
- Melakukan kolaborasi BAK : 10 X 40 CC = 400 CC
dengan dokter dalam Total output = 700 CC
pemberian pengobatan IWL = 480 CC
Total jumlah balance cairan
= input – (output + IWL )
= 1.171,4 CC – 1.180 CC
= - 8, 6 CC (Volume cairan kurang).
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor cairan dan elektrolit
- Pengecekan kulit
- Management diare
- Management nutrisi
- Pemasangan infus
- Perawatan kulit : pengobatan topikal
- Edukasi : proses penyakit dan penanganan diare
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan.

21
DX. II S : ibu pasien mengatakan anaknya tidak nafsu makan/ susah
Nutrisi kurang dari kebutuhan makan
tubuh berhubungan dengan Makan habis 3 sendok dalam sehari.
kurang asupan makanan O : hasil pengkajian nutrisi
- Memonitor tanda-tanda Antropometri
vital BB : 4,8 Kg (BB Kurang).
- Memanagemen nutrisi : TB : 60 cm
pemberian nutrisi Berat badan lahir : 1200 gram
- Memanagemen cairan : IMT : BBL + (usia X 600 gram) = 1200 + (7X
menganjurkan untuk 600 gram )
banyak minum : 5400 gram (normal)
- Melakukan kolaborasi Lingkar kepala : 35 cm (N : 41,5-44,2 cm )
dengan dokter dalam Lingkar lengan : 9,5 cm (N : 11,5 -12,5 cm)
pemberian pengobatan Biochemical : Hb : L. 10,0 g/dl , Hematokrit : L. 29,1 %,
limfosit : L. 13,0 %, eosinofil : 0,0 %,
Clinical Sign : pertumbuhan rambut tipis, anak tampak
kurus
Dietery : TEP 600 kl/7 gr, 4X lactogen LLM 75 CC,
4X pediasone 75 CC, ditambah dengan

22
bubur blender ½ porsi.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Managemen diare
- Managemen gangguan makan
- Managemen cairan
- Managemen nutrisi
- Edukasi peresapan diet
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.

DX III Hipertermi S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam, badannya terasa
berhubungan dengan proses hangat
penyakit O : Hasil pemeriksaan TTV
- Memonitor tanda-tanda TD : hasil tanda-tanda vital
vital S : 36, 4℃, N :120 x/menit, pernapasan : 24x/ menit.
- Memanagemen nutrisi : A : Masalah teratasi
pemberian nutrisi P : Pertahankan intervensi

23
- Monitor TTv
- Managemen cairan
- Management nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan .
3 Oktober DX. 1 Kekurangan Volume S : ibu pasien mengatakan anaknya lemas, dan masih diare. Diare
2021 cairan berhubungan kehilangan sebanyak 3 kali dalam sehari, BAK seebanyak 6 kali dalam sehari.
cairan aktif Turgor > 2 detik, mukosa bibir lembab
- Memonitor cairan O : hasil perhitungan balance cairan
intake :
Minum : 5 X 75 CC = 375 CC
Makan : 7 X 15 CC = 105 CC
Air metabolisme = 38,4
Infus = 288 CC / 24 jam
Obat (dilarutkan dalam 250 CC ) = 2 X 250 = 500 CC
Total intake : 1306,4 CC
Output :
BAB : 3 X 60 CC = 180 CC
BAK : 6 X 40 CC = 240 CC
Total output = 420 CC

24
IWL = 480 CC
Total jumlah balance cairan
= input – (output + IWL )
= 1306,4 CC –900 CC
= 406, 4 CC
A : masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Monitor cairan dan elektrolit
- Pengecekan kulit
- Management diare
- Management nutrisi
- Pemasangan infus
- Perawatan kulit : pengobatan topikal
- Edukasi : proses penyakit dan penanganan diare
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan.

DX. II S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau makan


Nutrisi kurang dari kebutuhan Makan habis 7 sendok dalam sehari, minum 5 X 75 CC

25
tubuh berhubungan dengan O : hasil pengkajian nutrisi
kurang asupan makanan Antropometri
- Memonitor cairan BB : 4,9 Kg (BB Kurang).
TB : 60 cm
Berat badan lahir : 1200 gram
IMT : BBL + (usia X 600 gram) = 1200 + (7X
600 gram )
: 5400 gram (normal)
Lingkar kepala : 35 cm (N : 41,5-44,2 cm )
Lingkar lengan : 9,5 cm (N : 11,5 -12,5 cm)
Biochemical : Hb : L. 10,0 g/dl , Hematokrit : L. 29,1 %,
limfosit : L. 13,0 %, eosinofil : 0,0 %,
Clinical Sign : pertumbuhan rambut tipis, anak tampak
kurus
Dietery : TEP 600 kl/7 gr, 4X lactogen LLM 75 CC,
4X pediasone 75 CC, ditambah dengan
bubur blender ½ porsi.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

26
- Monitor tanda-tanda vital
- Managemen diare
- Managemen gangguan makan
- Managemen cairan
- Managemen nutrisi
- Edukasi peresapan diet
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.

27
1. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Teori
Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan
dan elektrolit melalui feses (WHO, 2013). Salah satu penyebab dehidrasi
karena ketidaksesuaian penatalaksanaan diare baik di pelayanan kesehatan
maupun dirumah. (Widoyono, 2011 dalam Meivi, 2013). Dampak dari diare
pada balita lebih berbahaya dari pada orang dewasa, karena komposisi tubuh
balita yanglebih banyak mengandung air dibanding orang dewasa, jika terjadi
diare balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan kompikasi lainya yang dapat
merujuk pada malnutrisi ataupun kematian, dampak lain yaitu kegagalan dalam
pertumbuhan (Malikah dan Fatimah. 2011). Penatalaksanaan diare awal di
rumah merupakan suatu perilaku terhadap kesehatan. Oralit dan zinc dapat
digunakan sebagai penanganan pertama pada balita untuk mengurangi durasi
diare dengan pemberian selama 10-14 hari (Illahi, P, & Sadharta, 2016). Zinc
dapat diberikan setiap hari selama 10 hari untuk usia balita > 6 bulan diberikan
1 tablet dan balita Pemberian tablet zinc dalam menangani diare pada anak usia
1 sampai 5 tahun efektif dalam pencegahan diare lebih lanjut (Ulfah, Rustina,
& Wanda, 2012). Zinc berperan pada metabolisme yang berfungsi sebagai
regenerasi jaringan yang berada di saluran cerna. Mekanisme memperbaiki
penyerapan cairan dalam lumen usus dan dan dapat mengurangi frekuensi diare
serta mempersingkat lama durasi diare (Latif, 2015). Pemberian cairan
rehidrasi pada diare menurunkan angka kematian melalui cara mencegah dan
mengatasi dehidrasinya tetapi tidak menurunkan durasi diare dan jumlah feses.

2. Analis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Kasus


Hasil penelitian pada artikel menunjukan bahwa mayoritas responden
dapat melakukan penatalaksanaan pemberian cairan dirumah pada balita yang
mengalami diare dengan kategori cukup yaitu 63%. Dan disimpulkan balita
mengalami diare tanpa dehidrasi yaitu berjumlah 58%. Berdasarkan hasil uji
statistic diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) adalah 0,000 nilai ini menunjukan
0,000 < 0,05, sebagaimana dasar pengambilan keputusan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis diterima (Ho ditolak) terdapat korelasi yang

28
signifikan pada variable dependent dan variable independent yang berarti
bahwa ada hubungan penatalaksanaan pemberian cairan dirumah dengan
tingkat dehidrasi pada balita yang mengalami diare di Puskesmas Karang Intan
2 tahun 2018.
Dari hasil penelitian tersebut dalam masalah kekurangan volume cairan
pada intervensi yang diberikan sudah sesuai dengan masalahnya yaitu dimana
pada kasus kelolaan kami selama 3x24 jam menunjukan bahwa pasien anak
diare yang diberikan cairan dan zink, maka akan terpenuhi kebutuhan
cairannya dan dapat mengatasi dehidrasi akibat dari cairan yang dikeluarkan
oleh tubuh anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Zubaidah & Maria (2020),
yang menyatakan adanya hubungan penatalaksanaan pemberian cairan dirumah
dengan tingkat dehidrasi. Mayoritas responden dapat melakukan
penatalaksanaan pemberian cairan dnegan kategori cukup (62,5%), tingkat
dehidrasi pada balita mayoritas responden mengalami diare tanpa dehidrasi
(52,5%).
Selain pemberian cairan dapat mengatasi dehidrasi yang dialami oleh anak
yang diare, pemberian zinc juga penting. Zinc merupakan salah satu zat mikro
yang berfungsi dalam reaksi metabolisme tubuh. Kandungan mineral ini akan
sangat mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh. Selain itu, fungsi zinc
sebagai salah satu pelengkap pengganti cairan tubuh yang hilang serta
mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan bagi penderita diare.
Hasil penelitian menurut Yuniar Kusumawardani & Rokhaidah (2021)
didapatkan bahwa ada hubungan antara pemberian tablet Zinc dengan durasi
diare pada balita di wilayah UPT Puskesmas Cinere Kota Depok dengan nilai p
value = 0,027 yang berarti nilainya <0,05. Hubungan pemberian tablet Zinc
dengan durasi diare memiliki hubungan yang sangat lemah dan berpola
negative dengan nilai koefisien korelasi spearman sebesar -0.255. Dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak ibu yang memberikan tablet Zinc pada
balita diare dapat menurunkan tingkat durasi diare pada balita.
Dari hasil penelitian tersebut intervensi yang diberikan sudah sesuai
dengan masalah kekurangan volume cairan, dimana pada kasus kelolaan kami
selama 3x24 jam menunjukan bahwa pasien anak yang mengalami diare dapat

29
diberikan zink, yang mana zinc sebagai salah satu pelengkap pengganti cairan
tubuh yang hilang serta dapat menurunkan tingkat durasi diare yang dialami
anak.
Selain pemberian cairan dan zinc dapat mengatasi dehidrasi yang dialami
oleh anak yang diare, pemberian prebiotik juga penting. Prebiotik merupakan
mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasikan yang menunjang
kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih
baik. Bakteri prebiotik dapat membantu proses absorpsi nutrisi dan menjaga
gangguan dalam dalam penyerapan air yang akan berpengaruh pada perbaikan
konsistensi feses (Guarner et al.,2016).
Hasil penelitian menurut A.A.Ngurah Nara Kusuma, Ni Ketut Sri
Wahyuni (2020) didapatkan bahwa hasil uji Independent T test didapatkan nilai
p value = 0,001 < 0,05 yang berarti signifikan. Hal ini menunjukkan pemberian
prebiotik lebih efektif dibandingkan pemberian terapi standar terhadap durasi
diare anak di Ruang Durian Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung, hasil
penelitian menunjukan bahwa lama diare pada anak pra sekolah yang diberi
prebiotik rata- rata 23,74 atau 24 jam 14 menit, sedangkan lama diare pada
anak pra sekolah yang diberikan terapi standar rata- rata 47 jam 49 menit.
Dari hasil penelitian tersebut intervensi yang diberikan sudah sesuai
dengan masalah kekurangan volume cairan, dimana pada kasus kelolaan kami
selama 3x24 jam menunjukan bahwa pasien anak yang mengalami diare dapat
diberikan prebiotik, yang mana prebiotik sebagai salah satu pelengkap
pengganti cairan tubuh yang hilang serta dapat menurunkan tingkat durasi diare
yang dialami anak.

30
BAB IV
PENUTUP
SIMPULAN
Penatalaksanaan diare awal di rumah merupakan suatu perilaku
terhadap kesehatan. Oralit dan zinc dapat digunakan sebagai penanganan
pertama pada balita untuk mengurangi durasi diare dengan pemberian
selama 10-14 hari (Illahi, P, & Sadharta, 2016). Pemberian terapi cairan,
zink, dan prebiotik efektif untuk diberikan pada anak diare. Diharapkan
bagi orang tua agar selalu memberikan cairan yang tepat ketika balita
mengalami diare.

31
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, A. N. N., & Wahyuni, N. K. S. (2020). EFEKTIVITAS PEMBERIAN


PREBIOTIK TERHADAP DURASI DIARE PADA ANAK PRA
SEKOLAH DI RUANG DURIAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KLUNGKUNG. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 4(2), 32-38.

Kusumawardani, Y. K. Y. (2021). PEMBERIAN TABLET ZINC DENGAN


DURASI DIARE PADA BALITA. Indonesian Journal of Health
Development, 3(2), 239-244.

Zubaidah & Insana Maria. (2020). “Hubungan Penatalaksanaan Pemberian


Cairan Dirumah Dengan Tingkat Dehidrasi Pada Balita Yang Mengalami
Diare”. Jurnal Keperawatan Suaka Insan. 5 (1). 121-126.

32

Anda mungkin juga menyukai