Anda di halaman 1dari 203

Journal Of Health, Education and Literacy

1(2)
e-issn : 2621-9301

Penerapan askep pada pasien an. I dengan gastro enteritis akut dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
Aslinda
Prodi DIII Keperawatan Unisversitas muhammadiyah
Makassar Email : aslindaelly@yahoo.co.id

Abstrak

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang Buang Air Besar dengan konsistensi lembek atau cair, dengan frekuensi
lebih dari tiga kali perhari. Di Indonesia Diare merupakan penyakit endemis terdapat disepanjang tahun. Diare
merupakan salah satu penyebab utama tingginya kematian anak di dunia akibat komplikasinya yaitu dehidrasi. Tujuan
penelitiaan yaitu menggambarkan asuhan Keperawatan pada pasien An“I” dengan Gastro Enteritis Akut dalam
pemenuhan kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Metode penelitian menggunakan Studi kasus dengan rancangan analisis
deskriptif. Dengan pendekatan proses keperawatan terhadap pasien anak gastro enteritis akut (GEA) dalam pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan format pengkajian, format
wawancara dan lembar observasi. Hasil penelitian : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x12 jam pada
pasien An.I dengan masalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak adekuat telah
teratasi. Kesimpulan : Berdasarkan dari hasil tindakan yang dilakukan padaAn. I dapat disimpulkan bahwa masalah
kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan baik sesuai hasil yang diharapkan.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Cairan Elektrolit, Gastroenteritis Akut.

Abstract

Diarrhea is a condition where a person defecates with a soft or liquid consistency, with a frequency of more than three
times per day. In Indonesia, diarrhea is an endemic disease throughout the year. Diarrhea is one of the main causes of
high child mortality in the world due to its complications, namely dehydration. The aim of research is to describe
nursing care in patients with "I" with acute gastro enteritis in meeting the needs of fluids and electrolytes. The research
method uses a case study with a descriptive analysis design. With a nursing process approach to patients with acute
gastro enteritis (GEA) in meeting fluid and electrolyte needs. The data collected in this study used the assessment
format, interview format and observation sheet. Results: After nursing measures for 3x12 hours in An.I patients with
problems with lack of fluid volume associated with inadequate intake and output were resolved. Conclusion: Based on
the results of the actions taken on you. I can conclude that the problem of lack of fluid volume can be resolved properly
according to the expected results.

Keywords : Nursing care, electrolyte fluid, acute gastroenteritis.

Pendahuluan Diare merupakan salah satu penyakit endemik


di Indonesia terutama Diare Akut. Angka
Kematian anak di Indonesia sangat kejadian diare akut disebagian besar
tinggi.Indonesia menduduki rangking ke wilayahIndonesiahinggasaat ini masih tinggi
enam dengan angka kejadian sebesar 6 juta angka termasuk angka morbiditasdan
bayi yang mati pertahunnya.Kematian anak mortalitasnya. Penyebaran penyakit diare ini
dan balita disebabkan oleh penyakit diare, juga tersebar kesemua wilayah di Indonesia
bahkan untuk mendiagnosis diare, maka dengan penderita terbanyak adalah bayi dan
pemeriksaan antigen secara langsung dari balita. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar
tinja mempunyai nilai sensitifitas mencapai yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan,
70-90% (Joyce, 2014). Diare Akut merupakan penyebab kematian
pada bayi 31,4% dan balita 25,2%
(Tjitrosusanto, 2013).
Penyakit diare atau biasa disebut Gastroenteritis, yang masih merupakan
1
Journal Of Health, Education and Literacy
1(2)
e-issn : 2621-9301
masalah masyarakat di Indonesia. Daftar Metode
urutan penyebab kunjungan Puskesmas/Balai
pengobatan termasuk dalam kelompok 3
penyebab utama ke Puskesmas. Angka Penelitian ini dilakukan di RS TK II
kesakitannya adalah sekitar 200 – 400 Pelamonia pada tanggal 11 s/d 16 Juli 2017,
kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap dengan desain penelitian yang digunakan
tahunnya. Kelompok ini setiap tahunnya adalah analisis deskriptif dengan pendekatan
mengalami lebih dari satu kali kejadian Diare studi kasus, yaitu penelitian yang berfokus
(Joyce,2014). pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan
dianalisis secara cermat sampai tuntas.
Perawat dalam melaksanakan profesinya
berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan Populasi dalam studi kasus ini adalah semua
dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar pasien Anak dengan masalah Gastroenteritis
manusia yang paling prioritas adalah Akut (GEA).Sampel dalam studi kasus ini
kebutuhan fisiologi seperti cairan. Cairan dan sesuai dengan kriteris inklusi yaitu pasien
elekrtolit sangat diperlukan dalam rangka anak Gastroenteritis Akut (GEA) yang
menjaga kondisi tubuh tetap sehat (Saputra, mengalami gangguan cairan elektrolit yang
2013). dirawat di ruang perawatan anak.

Salah satu akibat yang ditimbulkan dari Alat pengumpulan data dalam studi kasus ini
penyakit Diare adalah gangguan volume menggunakan format pengkajian, format
cairan dan elektrolit. Gangguan volume cairan wawancara dan lembar observasi.
dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan
Analisa data yang dilakukan pada studi kasus
dasar manusia fisiologis yang harus dipenuhi.
ini adalah dengan mendeskripsikan informasi
Apabila penderita telah banyak mengalami
yang telah tersusun dan melakukan penarikan
kehilangan cairan dan elektrolit, maka
kesimpulan serta pengambilan tindakan.Data
terjadilah gejala dehidrasi. Terutama Diare
yang telah tersusun kemudian disajikan dalam
pada anak perlu mendapatkan penanganan
bentuk narasi yang mudah dipahami.
yang cepat dan tepat sehingga tidak
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pengambilan data dan pemberian asuhan
Sebagian dari penderita (1 – 2%) akan jatuh keperawatan pada studi kasus ini
kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera dilaksanakan setelah mendapatkan imformed
ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal consent dari keluarga pasien dan tetap
(Sodikin, 2012). memperhatikan etika penelitian yang meliputi
Anonimity (tanpa nama), kerahasiaan
Dari kasus diatas penulis tertarik untuk
(confidentiality), Respect for justice and
melakukan penelitian tentang penyakit
inclunsinevenes, dan balancing harms and
Gastroenteritis Akut (GEA) Pada An.I
benefits.
Dengan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit:
Kekurangan volume cairan dengan harapan
bahwa setelah dilakukannya penelitian maka Hasil Penelitian
angka kejadian kasus Gastroenteritis Akut
(GEA) dengan gangguan kebutuhan cairan Berdasarkan hasil pengkajian pada klien
dan elekrolit dapat teratasi khususnya yang didapatkan data, pasien berumur 14 Tahun
terjadi pada anak di RS TK II Pelamonia. dengan keluhan utama BAB 5x sehari
sebelum masuk RS. Klien juga mengeluh
sakit perut, mual dan pusing. Ibu klien
mengatakan bahwa anaknya mulai BAB
sekitar jam 03.00 WITA dengan BAB encer
dan ampas. Ibu klien mengatakan bahwa
anaknya selalu mengeluh sakit perut setelah
BAB dan BAK dalam produksi yang sedikit. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya malas
2
Journal Of Health, Education and Literacy
1(2)
e-issn : 2621-9301
makan. Setiap hari, anaknya hanya hasil mata cekung, bibir kering dan pucat,
mengkonsumsi indomie telur saja. Ibu klien klien merasa pusing, nadi cepat dan lemah,
juga mengatakan bahwa anaknya jarang Mengobservasi jumlah asupan dan
minum, hanya menghabiskan setengah botol pengeluaran cairan serta perubahan status
dari air kemasan 1,5 liter sehari. Keadaan keseimbangan cairan diperoleh hasil pada saat
umum nampak lemah, mata cekung, hari pertama klien hanya menghabiskan
konjungtiva pucat, bibir pucat dan kering, setengah dari botol kemasan isi 1,5 liter,
turgor kulit jelek, lidah kotor dan akral dingin, Memantau tanda-tanda vital, Menimbang
BB 30 kg, TB 145 cm, TTV TD :100/70 berat badan anak diperoleh hasil BB 30 kg,
mmhg, suhu 36,7 derajat C, Nadi 92 x/i, P Kemudian tindakan selanjutnya yang telah
24x/i. dari data yang diperoleh di dapatkan dilakukan yaitu mengkolaborasi dengan tim
masalah keperawatan dengan diagnosa dokter untuk pemberian terapi obat dan
kekurangan volume cairan berhubungan pemeriksaan penunjang diperoleh hasil terapi
dengan intake dan output yang tidak adekuat. obat yang telah diberikan yaitu pemasangan
Perencanaan sesuai masalah keperawatan infus KaEn3B 22 tetes/menit, lacto B 3 X 1
pada klien yaitu kaji tanda dan gejala dan Zink kid 1X20 mg, pemeriksaan lab
dehidrasi (kulit membran mukosa kering, diperoleh RBC 5,75.
turgor kulit jelek, rasa haus yang berlebihan
dll) yang rasionalnya mengetahui tingkat Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil
dehidrasi yang dialami. Observasi jumlah evaluasi dari tindakan yang dilakukan dengan
asupan dan pengeluaran cairan serta metode SOAP, didapatkan pada hari Selasa
perubahan status keseimbangan cairan yang tanggal 11 Juli 2017 pukul 14.00 WITA
rasionalnya rehidrasi oral atau parenteral dengan masalah keperawatan kekurangan
sesuai dengan kebutuhan dapat membantu volume cairan berhubungan dengan intake
untuk menjaga keseimbangan cairan dalam dan output yang tidak adekuat telah dievaluasi
tubuh. Pantau tanda-tanda vital dengan dan didapatkan hasil dari data subjektif, yaitu
rasional takikardi ada sesuai variasi derajat klien mengatakan sakit perut setelah BAB, ibu
hipotensi, tergantung pada derajat kekurangan klien mengatakan anaknya masih BAB pada
cairan. Timbang berat badan anak untuk jam 04.00 1x dan pada pukul 07.00 pagi 1x,
mengkaji tingkat dehidrasi dengan rasional dan ibu klien juga mengatakan anaknya
perubahan BB tidak secara akurat dapat masih malas minum. Data objektif di
membantu mengetahui tingkat dehidrasi yang dapatkan Keadaan umum nampak lemah,
dialami, mempengaruhi volume intravaskuler mata cekung, turgor kulit jelek, bibir kering
serta Kolaborasi dengan tim dokter untuk dan pucat serta nadi cepat dan lemah (90x/i).
terapi medis dan pemeriksaan laboratorium Assesment yaitu masalah belum teratasi.
dengan rasional tergantung pada kesempatan Planning Lanjutkan Intervensi yaitu kaji tanda
kehilangan cairan, perbedaan dan gejala dehidrasi, pantau jumlah asupan
ketidakseimbangan cairan mungkin dan pengeluaran cairan serta perubahan
memerlukan perbaikan, misalnya penggunaan status keseimbangan cairan observasi tanda-
larutan glukosa pada pasien dengan intoleran tanda vital, dan timbang berat badan anak.
glukosa dapat mengakibatkan peningkatan Evaluasi dari tindakan pada hari Rabu tanggal
glukosa serum dan peningkatan kehilangan air 12 Juli 2017 pukul 14.45 WITA dengan
urinarius. masalah keperawatan kekurangan volume
cairan berhubungan dengan intake dan output
Tindakan keperawatan dilaksanakan selama 3 yang tidak adekuat telah dievaluasi dan
X 24 jam berdasarkan dengan intervensi didapatkan hasil dari data subjektif, yaitu
keperawatan yang telah disusun yaitu klien mengatakan sakit perut setelah BAB,
Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi diperoleh ibu klien juga mengatakan anaknya masih
malas minum. Data objektifdi dapatkan
Keadaan umum nampak lemah, mata cekung,
turgor kulit jelek, bibir kering dan pucat serta nadi cepat dan lemah (92x/i). Assesment yaitu
3
Journal Of Health, Education and Literacy
1(2)
e-issn : 2621-9301
masalah belum teratasi. Planning Lanjutkan Keadaan umumlemah, Turgor kulit jelek,
Intervensi yaitu kaji tanda dan gejala Bibir pucatdan kering, Mata cekung.
dehidrasi, pantau jumlah asupan dan
pengeluaran cairan serta perubahan status Pada Diagnosa Keperawatan, diangnosa
keseimbangan cairan observasi tanda-tanda keperawatan yang muncul pada penyakit
vital, dan timbang berat badan anak. Evaluasi Gastro Enteritis Akut menurut Nursalam yaitu
dari tindakan pada Kamis tanggal 13 Juli Kekurangan volume cairan di tandai dengan
2017 pukul 12.00 WITA dengan masalah Klien nampak lemah, mata cekung, turgor
keperawatan kekurangan volume cairan kulit jelek, bibir pucat, peningkatan suhu
berhubungan dengan intake dan output yang tubuh kadang terjadi, dan nadi cepat dan
tidak adekuat telah dievaluasi dan didapatkan lambat, dan diagnosa ini juga didapatkan
hasil data subjektif ibu klien mengatakan pada kasus berdasarkan data yang ditemukan
anaknya sudah menghabiskan 1 botol air aqua yaitu yaitu DS: Ibu klien mengatakan
kemasan 2 liter, ibu klien juga mengatakan anaknya BAB 5x sehari sebelum masuk RS,
bahwa anaknya tinggal 1x BAB yaitu pada klien mengeluh sakit perut setelah BAB dan
pagi hari, klien juga mengatakan bahwa sudah mual. DO: keadaan umum lemah, konjungtiva
tidak merasa pusing lagi. Data objektif yang pucat, bibir pucat, turgor kulit jelek, TD
didapatkan, yaitu turgor kulit baik, keadaan 100/90 mmHg, nadi 92x/i, suhu 36,7 derajat
umum sudah nampak membaik, denyut nadi C, pernapasan 24x/I, terpasang infus Ka En
86x/menit. Assesment yaitu masalah teratasi. 3B 22 tetes/menit dibagian lengan kiri.
Planning yaitu pertahankan intervensi seperti
kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi Pada perencanaan penulis menyusun rencana
jumlah asupan cairan dan pengeluaran cairan keperawatan sesuai dengan teori dan studi
dalam menjaga keseimbangan cairan yang kasus. Rencana keperawatan dengan tujuan
adekuat, pantau tanda-tanda vital dan timbang setelah dilakukan tindakan keperawatan
berat badan anak. selama 3x12 jam, kekurangan volume cairan
teratasi dengan kriteria hasil keseimbangan
cairan dalam tubuh, hidrasi yang adekuat,
Pembahasan asupan makanan dan cairan yang adekuat, BB
badan stabil.
Pembahasan tentang “Penerapan Asuhan
Keperawatan pada An“I” dengan Perencanaan yang dibuat berdasarkan
Gastroenteritis Akut (GEA) tanggal 11 s/d 16 diagnosa keperawatan adalah kaji tanda dan
Juli 2017 dalam Pemenuhan kebutuhan cairan gejala dehidrasi (kulit membran mukosa
dan elektrolit kurang volume cairan. kering, turgor kulit jelek, rasa haus yang
berlebihan dll) yang rasionalnya mengetahui
Hasil pengkajian pada An”I” didapatkan tingkat dehidrasi yang dialami. Observasi
keadaan umum lemah, BAB 5 kali sebelum jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta
masuk RS, Akral dingin,mual muntah,turgor perubahan status keseimbangan cairan yang
kulit jelek, mata cekung, bibir pucat,Nafsu rasionalnya rehidrasi oral atau parenteral
makan berkurang. Hal ini sejalan dengan data sesuai dengan kebutuhan dapat membantu
yang akan diperoleh dari Pengkajian menurut untuk menjaga keseimbangan cairan dalam
Rekawati Susilanigrum dengan gangguan tubuh. Pantau tanda-tanda vital dengan
kekurangan volume cairan yakni buang rasional takikardi ada sesuai variasi derajat
airbesar(BAB)lebihdari3kaliperharidenganko hipotensi, tergantung pada derajat kekurangan
nsistensi cair, Suhu badan meningkat, Nafsu cairan. Timbang berat badan anak untuk
makan berkurang, Akraldingin, Anusdan mengkaji tingkat dehidrasi dengan rasional
daerah sekitarnyalecet, Mual muntah, perubahan BB tidak secara akurat dapat
membantu mengetahui tingkat dehidrasi yang
dialami, mempengaruhi volume intravaskuler
serta Kolaborasi dengan tim dokter untuk
terapi medis dan pemeriksaan laboratorium dengan rasional tergantung pada kesempatan
4
Journal Of Health, Education and Literacy
1(2)
e-issn : 2621-9301
kehilangan cairan, perbedaan masuk Rumah Sakit disertai sakit perut, mual
ketidakseimbangan cairan mungkin dan pusing dan akral dingin.
memerlukan perbaikan, misalnya
penggunaan larutan glukosa pada pasien Diagnosa keperawatan utama yang ditegakkan
dengan intoleran glukosa dapat oleh penulis pada An.I adalah Kekurangan
mengakibatkan peningkatan glukosa serum volume cairan berhubungan dengan intake
dan peningkatan kehilangan air urinarius. dan output yang tidak adekuat.
Hasil Implementasi dilakukan berdasarkan Rencana Asuhan Keperawatan pada An.I
intervensi yang telah disusun dari diagnosa dengan Kekurangan volume cairan
yang ditegakkan dalam studi kasus. Semua berhubungan dengan intake dan output yang
perencanaaan terlaksana dengan baik tanpa tidak adekuat dengan tujuan setelah dilakukan
ada kendala karena adanya dukungan dari tindakan keperawatan kekurangan volume
keluarga dan klien sendiri dalam cairan teratasi dengan kriteria hasil
mengaplikasikan tindakan tersebut. keseimbangan cairan dalam tubuh, hidrasi
yang adekuat, asupan makanan dan cairan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses yang adekuat, BB badan stabil.
keperawatan yang digunakan sebagai titik
acuan terhadap tindakan yang telah Intervensi yang dilakukan berdasarkan
dilakukan, apakah masalah tersebut teratasi diagnose keperawatan pada An”I” dengan
atau tidak teratasi. Evaluasi yang dilakukan masalah kekurangan volume cairan
setelah melakukan tindakan dengan masalah berhubungan intake dan output yang tidak
kekurangan volume cairan, yaitu, adekuat adalah kaji tanda dan gejala dehidrasi
Keseimbangan cairan dalam tubuh, hidrasi (kulit membran mukosa kering, turgor kulit
yang adekuat, cairan yang adekuat, berat jelek, rasa haus yang berlebihan, Observasi
badan dalam batas normal. jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta
perubahan, status kseimbangan cairan, pantau
Dari diagnosa keperawatan yang ditegakkan tanda-tanda vital dengan rasional takikardi
penulis yang telah dilakukan tindakan ada sesuai variasi derajat hipotensi,
keperawatan selama 3 hari di RSTK II tergantung pada derajat kekurangan cairan.
Pelamonia dengan klien An.I dengan Timbang berat badan anak untuk mengkaji
masalah kekurangan volume cairan tingkat dehidrasi,serta Kolaborasi dengan tim
berhubungan dengan intake dan output yang dokter untuk terapi medis dan pemeriksaan
tidak adekuat telah dievaluasi dengan laboratorium.
menggunakan SOAP dimana S : Ibu klien
mengatakan bahwa anaknya sudah Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang
menghabiskan botol air aqua kemasan 2 liter, dilakukan pada An.I dengan hasil evaluasi
Ibu klien juga mengatakan bahwa anaknya akhir yaitu terjadi cairan dalam tubuh menjadi
tinggal 1x BAB yaitu pada pagi hari. O : seimbang. Masalah tersebut teratasi dengan
Keadaan umum nampak membaik, Turgor baik sesuai hasil yang diharapkan dengan
kulit elastis, Denyut nadi 86x/i. A : Masalah menunjukkan kemajuan yang signifikan
Teratasi. P : Pertahankan Intervensi.
Saran
Kesimpulan
Di harapkan kepada masyarakat agar dalam
Hasil pengkajian pada pasien An. I dengan pengelolaan pasien anak Gastro Enteritis
Gastro Enteritis Akut (GEA) dalam gangguan Akut (GEA) dapat memberikan respon
pemenuhan kebutuhan cairan yang ditemui di positif sehingga anak memiliki rasa percaya
Rumah Sakit keluhan utama BAB 5x sebelum dalam menjalani pengobatan serta
memberikan dorongan kepada pasien untuk
lebih meningkatkan asupan nutrisi (cairan dan
makanan) yang dianjurkan dalam mempercepat penyembuhan.

5
Journal Of Health, Education and Literacy
1(2)
e-issn : 2621-9301
Di harapkan kepada seluruh pengembangan Rekawati Susilaningrum, N.S. (2013). Asuhan
dan tehnologi keperawatan agar lebih Keperawatan Bayi dan Anak.
memperdalam ilmu dan tehnologi terapan Jakarta:Salemba Medika.
bidang keperawatan, khususnya dalam bidang
keperawatan anak agar lebih memperhatikan Saputra,L.(2013). Kebutuhan Dasar Manusia.
asupan intake oral pada pasien anak dengan Pamulang-Tangerang Selatan: BINAR
Gastro Enteritis Akut (GEA). UPA AKSARA.
Di harapkan kepada seluruh pengembangan Siswanto, S. S. (2014). Metodologi Penelitian
dan tehnologi keperawatan agar semua pasien Kesehatan dan
anak Gastro Enteritis Akut di RS TK II Kedokteran
Pelamonia Makassar agar diberikan .Yogyakarta: BURSA ILMU.
penyuluhan dan konseling tentang program
asupan intake oral agar dapat mempercepat Sodikin. (2012). Keperawatan Anak
penyembuhan. Gangguan Pencernaan .: EGC. Jakarta,
Di harapkan agar penulis dapat menambah Wilkison, J. M. (2016). Diagnosis
wawasan dan ilmu pengetahuan serta Keperawatan . Jakarta:EGC.
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
Penerapan Asuhan intake oral secara berkala
agar pasien mampu memperoleh intake yang
adekuat.

Ucapan Terima Kasih


Kepada Bapak DR. Mustari Bosra, M, Ag
selaku ketua Badan Pelaksana Harian (BPH)
Akademi Kesehatan Muhammadiyah
Makassar, Ibunda Ratna Mahmud S.Kep.,
Ns., M.Kes, selaku Direktur Akademi
Keperawatan Muhammadiyah Makassar,
Kepala Ruangan Dahlia RS TK II Pelamonia
Makassar beserta seluruh Staff dan semua
pihak yang telah memberikan support dan
bantuannya yang tidak dapat kami disebutkan
satu persatu.

Daftar Pustaka

JOYCE M. BLACK, J. H. (2014).


Keperawatan Medikal Bedah. Salemba
Medika.
Nugroho,T.(2013). Asuhan Keperawatan
Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam.Yogyakarta:NuhaMedika.

6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M DENGAN DIARE DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI
RUANG ARAFAH RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH 2 KOTA
KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Diploma III KeperawatanPoliteknik Kesehatan Kendari

MARIA AYU KONDORURA


P00320015075

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
KENDARI JURUSAN D3 KEPERAWATAN
T.A 2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M DENGAN DIARE DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI
RUANG ARAFAH RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH 2 KOTA
KENDARI

Yang disusun oleh:

MARIA AYU KONDORURA


P00320015075

Telah dipertahankan pada Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di depan TIM Penguji
Pada Hari/Tanggal : Jumat, 3 Agustus 2018
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat

Tim Penguji :

1. Muslimin L, A.Kep., S.Pd., M.Si (…………………………….)

2. Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp., M.Kes (…………………………….)

3. Fitri Wijayati, S.Kep., Ns., M.Kep (…………………………….)

4. H. Taamu, A.Kep., SPd., M.Kes (…………………………….)

5. Dali, SKM., M.Kes (…………………………….)

Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan

(Indriono Hadi,S.Kep,Ns,M.Kes)
NIP.197003301995031001

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Maria Ayu Kondorura

NIM : P00320015075

Institusi Pendidikan : Jurusan D3 Keperawatan

Judul KTI :ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M DENGAN


DIARE DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG ARAFAH
RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH 2 KOTA KENDARI

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 3 Agustus 2018


Yang Membuat Pernyataan

Maria Ayu Kondorura

iii
RIWAYAT HIDUP

I. Identitas
a. Nama : Maria Ayu Kondorura
b. Tempat, Tanggal Lahir : Bintuni, 15 Desember 1997
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku/Bangsa : Toraja/Indonesia
e. Agama : katolik
f. Alamat : Jl. Ahmad Yani Lrg. Makmur

II. Pendidikan
a. SDN 268 Inpres Deri, Tahun 2006
b. SDN 013 Bengalon Kutai Timur, Tamatan Tahun 2009
c. SMP Negeri 1 Bengalon Kutai Timur, Tamatan Tahun 2012
d. SMA Negeri 5 Kendari, Tamatan Tahun 2015
e. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan D3 Keperawatan, masuk
tahun 2015 sampai sekarang

iv
MOTTO

Selama ada keyakinan,


maka semua akan menjadi mungkin
Setiap langkah yang dilalui adalah karna berkat dari Tuhan
Langkah yang menuntunku dalam setiap harinya
Langkah yang menuntunku untuk dapat berdiri disini, ditempat ini
Jauh dari keluarga membuatku belajar bahwa
Arti kehidupan itu sangat keras,
Sekeras hati untuk belajar mandiri
Sekeras impian yang di bangun atas dasar Doa
Sekeras perjuangan yang aku dirikan sendiri
Keyakinanku dan harapan dari orangtua yang membuatku kuat
dalam menghadapi segala hal kehidupan

Karya Tulis Ilmiah ini kepersembahkan untuk


Kedua Orangtuaku, Indonesiaku
Dan Almamaterku Tercinta

Maria Ayu Kondorura

v
ABSTRAK

Maria Ayu Kondorura (P00320015075) dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada An. M Dengan Diare Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan


Elektrolit di Ruang Arafah Rumah Sakit Umum Aliyah 2 Kota Kendari”
dibimbing oleh Bapak H. Taamu dan ibu Dali. Diare merupakan buang air besar
dengan konsistensi cair sebanyak lebih dari 3x dalam 1 hari/24 jam. Penyakit
diare masih menjadi salah satu penyakit mematikan pada balita maupun anak di
Indonesia di karenakan tatalaksana yang kurang baik yang mengakibatkan
terjadinya dehidrasi yang terus menerus dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan volume cairan pada anak yang terkena diare. Tujuan:
menggambarkan asuhan keperawatan pada anak diare dalam pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit di ruang Arafah Rumah Sakit Umum Aliyah 2
Kota Kendari. Metode: metode yang digunakan yaitu deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif dengan pendekatan study kasus pada pasien anak dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit di ruang Arafah Rumah Sakit Umum
Aliyah 2 Kota Kendari pada tanggal 22-25 juni 2018 dengan melakukan
pengkajian keperawatan, kemudian melakukan penerapan dorong masukan oral
selama kurang lebih 4 hari. Data yang diperoleh dari rekam medis, observasi,
wawancara langsung, dan dilakukan pemeriksaan fisik. Hasil: pada hari ke-4
dehidrasi yang dialami akibat kekurangan volume cairan menujukkan hasi normal
dengan BAB normal, tidak ada muntah, turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak anemis, tanda-tanda vital normal dan intake dan output normal.
Kesimpulan: dorong masukan oral pada pasien dehidrasi sedang sebagai
manajemen dalam membantu memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.

Kata kunci: diare, dehidrasi sedang, dorong masukan oral.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

dan rahmatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

berjudul “asuhan keperawatan pada anak diare dalam pemenuhan kebutuhan

cairan dan elektrolit di rumah sakit umum aliyah 2 kota kendari” dapat selesai

tepat pada waktunya.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan

pendidikan gelar diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari. Penulis

menyadari bahwa, penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengalami banyak

kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari

berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk

itu dalam kesempatan ini dengan rendah hati, penulis menyampaikan banyak

terima kasih atas segala bantuan yang telah di berikan dan mohon maaf atas segala

kekurangan yang dimiliki oleh penulis kepada :

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kendari yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melaksanakan

studi khasusnya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

3. Bapak H.Taamu,A.Kep.,SPd.,M.Kes selaku dosen pembimbing I dan ibu

Dali,SKM.,M.Kes selaku dosen pembimbing II yang senantiasa

memberikan waktunya untuk membimbing dengan penuh kesabaran dan

vii
kasih sayang, keikhlasan, dan kebijaksanaan memberikan koreksi, revisi

serta masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ketiga dosen penguju yang telah memberikan arahan dengan sabar dan

bijaksana membantu mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Reni Devianti Usman S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB selaku pembimbing

akademik yang senantiasa mendukung, memberikan masukan dan

motivasi dan banyak kenangan bersama beliau selama perkuliahan di

Poltekkes Kemenkes Kendari

6. Orangtua saya Ayah Aris Kondorura dan Ibu Rosalina Ponno Pamai yang

dengan penuh kasih sayang memberikan doa dan dukungan baik materi

maupun mental sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan

Diploma III Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari.

7. Kakak dan adikku Marselinus Ardianto Kondorura dan Medianus

Kondorura yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat selama

penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Sarlota B Kondorura,SP dan Ignatius Ada Kapipang,SPd yang senantiasa

memberi dukungan selama tinggal di kota kendari dan mengajarkan

banyak hal.

9. Primusiardi, A.Md.,Kom, Rosalina Kahija,SP, dan Yospina Parasan,SP

yang senantiasa mendukung dalam segala hal terutama dalam perkuliahan

selama di Poltekkes Kemenkes Kendari.

10. Riznawati dan Muh Yusuf mereka sampai saat ini adalah sahabat yang

baiknya luar biasa seperti saudara sendiri yang senantiasa ada disaat susah

viii
maupun senangnya saya mereka senantiasa mendukung dalam proses

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Putri Aningsi, Jasmawati, Sri Wahyuni yang selalu setia menjadi sahabat

yang sabar menghadapi tingkah laku saya dan senantiasa menjadi sahabat

yang luar biasa serta dalam suka dan duka senantiasa bersama-sama dan

untuk semua teman-teman seangkatan khususnya PerawatMuda015,

beserta adik tingkat I, II, kakak RPL beserta teman dari semua jurusan di

Poltekkes Kemenkes Kendari dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam keterbatasan pengutahuan, kemampuan dan

waktu yang saya miliki, masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak

sangat penulis harapkan. Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, kalangan akademis dan yang lainnya.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkatnya kepada kita semua. Aminnn

Kendari, 3 Agustus 2018

penulis

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ............................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................................... xi
HALAMAN DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................................................ 4
C. Tujuan penelitian ............................................................................................. 4
D. Manfaat penelitian ........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep dasar diare
1. Pengertian .................................................................................................. 7
2. Penyebab ................................................................................................... 8
3. Mekanisme diare ....................................................................................... 9
4. Manifestasi klinis ..................................................................................... 10
B. Konsep dasar pemenuhan cairan dan elektrolit
1. Pengertian .................................................................................................. 15
2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit .................... 17
C. Asuhan keperawatan pada anak diare dalam pemenuhan kebutuhan Cairan dan
Elektrolit
1. Pengkajian ................................................................................................. 25
2. Diagnosa .................................................................................................... 29
3. Perencanaan (intervensi) ........................................................................... 31
4. Implementasi ............................................................................................. 35
5. Evaluasi ..................................................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan penelitian ...................................................................................... 37
B. Subjek penelitian ............................................................................................. 37
C. Fokus penelitian .............................................................................................. 38
D. Definisi oprasional fokus penelitian................................................................ 38
E. Lokasi dan waktu penelitian............................................................................ 39

x
F. Pengumpulan data.................................................................................................. 39
G. Penyajian data......................................................................................................... 41
H. Etika penelitian....................................................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian....................................................................................................... 45
B. Pembahasan hasil penelitian................................................................................. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................. 72
B. Saran........................................................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

4.1 Identitas Rekam Medik


4.2 Riwayat Imunisasi
4.3 Analisa data
4.4 Intervensi Keperawatan
4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
4.6 Hasil Observasi

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin penelitian dari institusi


Lampiran 2 Surat izin penelitian dari Balitbang
Lampiran 3 Surat keterangan telah meneliti dari RSU Aliyah 2 Kota Kendari
Lampiran 4 Lembar konsul hasil
Lampiran 5 Lembar informed consent
Lampiran 6 Bebas administrasi
Lampiran 7 Bebas pustaka

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah generasi penerus bangsa, akan tetapi tidak semua anak

memiliki kondisi dan keadaan yang sehat. Anak merupakan bagian dari

keluarga dan masyarakat, asuhan kesehatan anak berpusat pada keluarga.

Kejadian yang lazim terjadi pada anak yaitu diare pada anak. Diare dapat

menimbulkan suatu stres bagi anak itu sendiri maupun pada keluarga.

Perubahan masalah kesehatan pada anak dapat mempengaruhi seluruh anggota

keluarga yang berada disekitar anak yang mengalami sakit (Rohmah,2009).

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret)

sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ada dua kriteria penting

harus ada yaitu buang air besar dengan konsistensi cair dan sering, sehingga

buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire.

Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga

kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian diare didefinisikan sebagai

inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai

dengan diare, muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang

menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (WHO, 2009).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti di Indonesia dan dasar dari tahun ke tahun

diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di

Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang

tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan

1
kematian akibat diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat (Depkes RI,

2011).

Data WHO tahun 2014, pada Weekly Morbidity and Mortaity Report

(WMMR) IDP husting and crisis affected districts,

kyberpakhtunkhwa,pakistan, dilaporkan bahwa pada minggu ke-22 dari semua

jumlah pasien 23% diantaranya adalah balita, dimana yang menderita penyakit

diare adalah 9% dari semua jumlah pasien balita.

Profil kesehatan Indonesia tahun 2012 diare dan gastroenteritis

menempati urutan pertama pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat

inap di rumah sakit, dengan CFR 1,79%. Sedangkan data tahun 2013 jumlah

kasus diare sebanyak 3.902.992 kasus dan tahun 2014 sebanyak 8.490.976

kasus atau meningkat sebesar 54,03% dari tahun sebelumnya (Kemenkes RI,

2015).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan banyak ditemui

pada anak terutama di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil riskesdas tahun

2013 angka kejadian diare di Sulawesi Tenggara sebesar 7,3% dengan insiden

diare pada balita sekitar 5%. Jumlah kasus diare yang ditangani pada tahun

2016 sebanyak 35.864 kasus atau sebanyak 46,77% dari perkiraan kasus,

menurun dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 41.071 kasus 77,74%

dari perkiraan kasus. Nilai persentase diare yang ditangani dihitung

berdasarkan kasus diare yang ditangani dengan jumlah target penemuan, di

mana jumlah target penemuan adalah hasil proyeksi dari jumlah penduduk,

jadi bukan merupakan nilai rill, melainkan berupa estimasi dan proyeksi.

Penghitungan seperti ini menimbulkan kemungkinan munculnya cakupan di

2
atas 100%, seperti yang terjadi di kabupaten buton utara 114,96%, di kolaka

terdapat 87,25%, muna 57,22%, sementara di kendari terdapat 52,65%, bau-

bau 39,22%, wakatobi 33,85%, bombana 22,38%, karena jumlah kasus yang

ditangani di sarana kesehatan lebih besar dari target penemuan, sebaliknya

cakupan yang sangat rendah bisa disebabkan oleh data jumlah penduduk hasil

proyeksi yang jauh lebih besar dari jumlah penduduk sesungguhnya.

(ProfilKesehatanSultra, 2016).

Data-data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa angka kesakitan dan

kematian pada anak terbanyak disebabkan penyakit diare. Diare dapat

berakibat lebih buruk dikarenakan kurangnya pengetahuan orangtua dalam

pertolongan pertama pada anak diare sehingga dapat memperburuk kondisi

anak karena dehidrasi yang terus-menerus sehingga mengakibatkan

kekurangan volume cairan dan elektrolit pada anak tersebut. Kekurangan

volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan

intraseluler elektrolit diperlukan untuk menjaga sel-sel tubuh dan berfungsi

penting bagi tubuh agar tubuh dapat berjalan normal, jika banyak elektrolit

yang terbuang saat diare maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Dehidrasi

dapat di tanggulangi melalui asuhan keperawatan pada anak diare yang benar

sehingga dapat memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit ini mengacu pada

kehilangan cairan saja tanpa perubahan natrium dimana anak yang mengalami

diare harus memenuhi kebutuhan cairannya dengan tindakan yang diberikan di

rumah sakit yaitu pemasangan cairan infus yang sesuai, cairan sesuai dengan

prosedur yang ada dan atau memberikan cairan oral atau minum kepada anak

3
yang mengalami diare agar dapat mengganti cairan yang keluar pada saat anak

tersebut mengalami diare.

Data yang di peroleh dari Rumah sakit umum Aliyah 2 Kota Kendari

mengenai jumlah penderita diare pada dua tahun terakhir sebagai berikut:

Tahun 2016 terdapat 220 kasus, Tahun 2017 terdapat 241 kasus, tahun 2018

bulan Januari-Maret terdapat 52 kasus diare.

Uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Di Ruang Arafah Rumah sakit umum Aliyah

2 Kota Kendari”

B. Rumusan Masalah

Uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit di Ruang Arafah Rumah

sakit umum Aliyah 2 Kota Kendari?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada anak diare dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit Rumah sakit umum Aliyah 2

Kota Kendari

4
2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada anak diare dalam pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit.

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada anak diare dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

c. Dapat melakukan perencanaan keperawatan pada anak diare dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

d. Dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan pada anak diare

dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

e. Dapat mengevaluasi sejauh mana keberhasilan dalam penerapan

asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien dengan anak

diare dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elekrolit.

3. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

a. Bagi masyarakat /klien

Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak yang

diare guna meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam

menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi keluarga untuk

mencegah terjadinya dehidrasi.

b. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam penerapan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan

cairan dan elektrolit pada anak diare.

5
c. Bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada

anak diare.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diare

1. Pengertian

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari

pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam. Definisi lain

memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3kali perhari.

Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah

(Sudoyoarudkk, 2009).

Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral

langsung dari penderita diare atau melalui makan/minuman yang

terkontaminasi bakteri pathogen yang berasal dari tinja manusia/hewan

atau bahan muntahan penderita dan juga dapat melalui udara

(Sudoyoarudkk, 2009).

a. Pengertian anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa

anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai

dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah

(2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun).

Rentang ini berbeda antara anak yang satu dan yang lain mengingat

latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan

pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.

7
Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep

diri, pola koping dan perilaku soaial (A. Aziz Alimul Hidayat 2009).

Anak di usia prasekolah ini banyak memiliki aktivitas yang

semakin hari akan semakin lincah dan dalam melakukan aktivitas anak

tidak dapat di batasi dikarenakan pada usia ini anak sedang mencoba

berbagai hal dan harus di dukung. Sistem imun pada anak tidak

selamanya membaik namun lebih mudah atau rentang dengan penyakit

yang lazim terjadi pada anak. Peran keluarga merupakan sebuah sistem

terbuka dimana anggota-anggotanya merupakan subsistem. Anak yang

sakit dapat menimbulkan stress bagi anak itu sendiri maupun keluarga.

Perubahan masalah kesehatan pada anak dapat mempengaruhi seluruh

anggota keluarga (Rohmah,2009)

Anak mengalami kekurangan cairan dan elektrolit jika

menderita diare kurang lebih >70%. Salah satu masalah kesehatan

yang sering dialami oleh anak adalah diare yaitu dengan frekuensi

buang air besar yang lebih dari 3 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali

pada anak, konsisten faeces dapat berwarna hijau, atau dapat pula

bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja ( FK UI,1997 dalam

DR.Nursalamdkk, 2008).

2. Penyebab

WHO 2008 menyebutkan terdapat tiga agen penyebab diare yaitu bakteri,

virus dan parasit:

8
a. Bakteri

Di negara berkembang penyebab diare paling banyak adalah

karena bakteri dan parasit. Beberapa agen bakteri yang dapat

menyebabkan diare antara lain vibrio cholerae 01, Vibrio cholersae

0139, Parahaemolyticus, E coli, Plesiomonas, Aeromonas,

Bacreroides flagils, Compylobacter jeJuni, Sigella species, Salmonela,

dan Clostridium defficile.

b. Virus

Virus merupakan penyebab terjadinya diare yang utama di

negara industri. Beberapa agen virus sebagai penyebab diare seperti

rotavirus, norovirus, adenovirus, astrovirus, sitomegalovirus dan

coronavirus

c. Parasit

Dari agen parasit, yang paling baik menyebabkan diare pada

anak adalah Giardia intestinalis, Cryptosporidium parvum,Entamoeba

histolytica dan Cyclospora cayetanensia.

3. Mekanisme Diare

Diare dapat terjadi dengan mekanisme dasar sebagai berikut :

a. Gangguan osmotik

Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga

terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karna terdapat peningkatan isi rongga usus.

9
b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu, misalnya, toksin pada dinding usus,

akan terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit ke dalam rongga

usus, selanjutnya timbul diare, karena terdapat peningkatan isi rongga

usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun, maka akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, sehingga selanjutnya timbul diare pula.

4. Manifestasi klinis

Munculnya tanda anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian

timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja

makin lama berubah menjadi kehijauan karena tercampur dengan empedu.

Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja

makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang

berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorpsi usus selama diare. Gejala

muntah dapat terjadi sesudah atau sebelum diare dan dapat disebabkan

oleh lambung yang turut meradang akibat gangguan keseimbangan asam-

basa dan elektrolit. Bila anak telah banyak kehilangan cairan dan

elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tanpak. Berat badan menurun,

turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung,

selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tanpak kering.

10
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi

ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2009).

5. Macam-macam Jenis Diare

a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling

lama 3-5 hari.

b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari

c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari

Sedangkanmenurut pedomanMTBS 2000 dalam DR.Nursalamdkk

(2008), diare dapat dikelompokkan atau di klasifikasikan menjadi :

1) Diare akut, terbagi atas :

a) Diare dengan dehidrasi berat

b) Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

c) Diare tanpa dehidrasi

2) Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi

atas:

a) Diare persisten dengan dehidrasi

b) Diare persisten tanpa dehidrasi

c) Disentril apabila diare berlangsung disertai dengan darah

Untuk mengatasi diare, pasien tidak perlu dirujuk jika diarenya dalam

keadaan ringan. Hal ini disesuaikan dengan klasifikasinya. Ada

tindakan yang dapat dilakukan sendiri oleh petugas lapangan. Anak

dapat dirujuk apabila keadaannya tidak membaik.

11
1) Diare tanpa dehidrasi

a) Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau. Saat berobat,

orangtua perlu diberi oralit beberapa bungkus untuk diberikan

pada anak dirumah. Juga perlu diberikan penjelasan mengenai:

(1) Beri ASI lebih lama pada setiap kali pemberian (bila

masih diberi ASI)

(2) Jika diberi ASI ekslusif, berikan oralit atau air matang

sebagai tambahan.

(3) Jika tidak memperoleh ASI ekslusif, berikan salah satu

cairan berikut : oralit, kuah sayur, air tajin, atau air

matang.

(4) Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit dirumah

(5) Lanjutkan pemberian makanan sesuai usianya.

(6) Apabila keadaan anak tidak membaik selama 5 hari atau

bahkan memburuk, ajurkan agar anak dibawa kerumah

sakit. Selama perjalanan kerumah sakit oralit tetap

diberikan

2) Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

a) Berikan oralitdan observasi diklinik selama 3jam dengan

jumlah sekitar 75ml/kg/bb atau berdasarkan usia anak.

b) Ajarkan pada ibu cara untuk membuat dan memberikan oralit,

yaitu satu bungkus oralit dicampur dengan 1gelas air (ukuran

200ml) air matang

c) Lakukan penilaian setelah anak observasi 3 jam. 3.

12
3) Diare dengan dehidrasi berat

a) Jika anak menderita penyakit berat lainnya segera rujuk tetap

memberikan asi dan oralit pada saat perjalanan kerumah sakit.

b) Jika tidak mengalami penyakit berat lainnya, diperlukan

tindakan selanjutnya.

c) Jika dapat memasangkan infus, segera berikan cairan RL atau

NaCL secepatnya secara intravena sebanyak 100ml/BB dengan

pedoman Periksa kembali setelah 1-2jam, jika status hidrasi

belum membaik (nadi lemah atau tidak teraba), ulangi

pemberian pertama. Jika kondisi membaik, teruskan

penanganan seperti pada dehidrasi ringan/sedang. Syarat

pemberian cairan melalui intravena adalah sesuai dengan usia

anak, jumlah pemberian 30 ml/kgBB selama 1 jam pertama

untuk anak usia 1 tahun dan pemberian berikutnya 70 ml/kgBB

untuk 5 jam berikutnya, anak usia 1-5 tahun di berikan 30

menit pertama dan 2,5 jam berikutnya.

d) Jika tidak dapat memasang infus dapat memasang NGT, berikan

oralit melalui nasogastrik dengan jumlah 20ml/kgBB/jam

selama 6 jam.

e) Jika tidak dapat memasang infus maupun NGT,segera rujuk

anjurkan ibu untuk tetap memberi minum oralit sedikit demi

sedikit dalam perjalanan.

13
6. Pencegahan diare

Pengobatan diare dengan upaya rehidrasi oral yaitu membutuhkan

pengganti cairan dan elektrolit, jumlah cairan yang diberikan harus sama

dengan jumlah cairan yang di keluarkan atau hilang melalui diare atau

muntah, tambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat,

urine, pernafasan jumlah ini masih tergantung pada derajat masing-masing

anak.

7. Pemeriksaan Laboratorium Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium atau Diagnostik Lainnya pemeriksaan

laboratorium dan diagnostic lainnya dapat berupa pemeriksaan kadar

elektrolit (natrium, kalium, klorida, berat jenis urine, analisis gas darah,

dan lain-lain).

a. Hitung Darah

Hematokrit (Ht) menggambarkan presentase total darah

dengan volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oleh

jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang

mengalami dehidrasi atau hipovolemia cenderung meningkat,

sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami overhidrasi dapat

menurun. Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan

perempuan 37-47%. Biasanya kadar peningkatan hemoglobin diikuti

dengan peningkatan kadar hematokrit.

14
b. Osmolalitas

Osmolalitas merupakan indicator konsentrasi sejumlah

partikel yang terlarut dalam serum dan urine. Biasanya dinyatakan

dalam mOsm/kg.

c. pH Urine

pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine , yang dapat

digunakan untuk menggambarkan ketidak seimbangan asam-basa.

pH urine normal adalah 4,6-8 pada kondisi asidosis metabolik.

d. Berat Jenis Urine

Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indicator

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, walaupun hasilnya

kurang reliable. Akan tetapi, pengukuran BJ urine merupakan cara

paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat

jenis urine dapat meningkat saat terjadi pemekatan akibat

kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan. Nilai

BJ urine normal adalah 1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025). Selain

itu, BJ urine juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine,

juga pada pemberian dekstran, obat kontras radiografi, dan

beberapa jenis obat lainnya.

B. Konsep Dasar Pemenuhan Cairan dan Elektrolit

1. Pengertian cairan dan elektrolit

Cairan dan elektrolit adalah larutan yang yang terdiri dari air dan

zat kimia yang menghasilkan partikel yaitu ion yang berada di dalam

air(larutan). Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan

15
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh

mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal

(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel

yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan bagian dari kebutuhan

dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam

bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Persentase cairan

tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh dan

jenis kelamin. Kebutuhan elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh.

Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sistem metabolisme,

seperti karbondioksida, yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis

garam dalam air akan di pecah dalam bentuk ion elektrolit. Distribusi

cairan terbagi menjadi dua yaitu :

a. Cairan ekstrasel

Terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan intravaskular.

Cairan intersial mengisi ruang yang berada diantara sebagian besar sel

tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Cairan intravascular

terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air tidak

berwarna dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan

trombosit.

b. Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi

substansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan

dan elektrolit serta untuk metabolisme. Kompartemen cairan intrasel

16
memiliki banyak solut yang sama dengan cairan yang berada di ruang

ekstrasel. Namun proporsi kalium lebih besar di dalam cairan intrasel

dari pada dalam cairan ekstrasel (A.Aziz Alimul H,2009).

2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh di pengaruhi oleh

faktor-faktor:

a. Usia

Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh secara

aktivitas organ, sehingga dapat memenuhi jumlah kebutuhan cairan

dan elektrolit, kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh berdasarkan usia,

berat badan, kebutuhan (ml)/24 jam usia 3 hari dengan berat badan

3,0kg harus memenuhi 200-300 ml/24 jam, usia 1 tahun berat badan

9,5 kebutuhan cairannya 1150-1300, untuk usia 3 tahun berat badan

11,8 kg kebutuhan cairannya 1350-1500 dan untuk anak usia 6 tahun

dengan berat badan 18,7 kg kebutuhan cairannya 1800-2000, 10 tahun

dengan berat badan 20 kg, pada 14 tahun dengan berat badan 45 kg,

dan 18 tahun dengan 54 kg.

b. Temperatur (suhu)

Temperatur yang tingginya menyebabkan proses pengeluaran

cairan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak

kehilangan cairan.

c. Diet

Apabila kekurangan nutrien, tubuh akan memecah cadangan

makanan yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi

17
pergerakan cairan dari interstisial ke intraseluler, yang dapat

berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan, diet

seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit, jika

asupan makanan tidak adekuat atau tidak seimbang, tubuh berusaha

memecah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah

simpanan glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan

kadar albumin. Dalam tubuh, albumin penting untuk mempertahankan

tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan albumin, tekanan

onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah

dari intravaskuler keinterstisial sehingga terjadi edema di interstisial

dalam tubuh.

d. Stress

Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan

elektrolit melalui proses peningkatan metabolisme sehingga

mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan

retensi sodium dan air. Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan

cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan

metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan

glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.

Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi

hormone antideuretik yang dapat mengurangi produksi urine.

e. Sakit

Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga

untuk memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses

18
pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit

menimbulkan ketidak seimbangan sistem dalam tubuh, seperti

ketidakseimbangan hormonal, yang dapat mengganggu keseimbangan

kebutuhan cairan. Jumlah volume urine normal pada anak bayi baru

lahir 10-90 ml/kgBB/hari, bayi 80-90 ml/kgBB/hari, anak 50

ml/kgBB/hari remaja 40 ml/kgBB/hari dan dewasa 30 ml/kgBB/hari

(A.Aziz Alimul.H.2009).

3. Pengaturan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur

oleh a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar

dalam mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada

fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam

dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi

bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan

keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti

glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah

mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10

persennya di saring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus),

kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap

semua bahan yang di butuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal

dapat di pengaruhi oleh aldosteron dengan rata-rata 1ml/kg/bb/jam.

b. Kulit

Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait

dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur

19
panas yang disarafi oleh vasemotorik dengan kemampuan

mengendalikan arteriol kutan dengan cara wasodilatasi dan

vasokontraksi dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang

dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui

pembuluh darah dalam kulit. Keringat merupakan sekresi sktif dari

kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis, melalui

keringat ini suhu tubuh dapat dikeluarkan dengan air yang di lepaskan.

c. Paru

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan

menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400ml/hari. Proses

pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya

kemampuan bernafas.

d. Gastroinstestinal

Gastroinstestinal merupakan organ saluran yang berperan

dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan

pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam

sistem ini sekitar 100-200ml/hari.

e. Mekanisme rasa haus

Mekanisme rasa haus di atur dalam rangka memenuhi

kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat

menimbulkan produksi angiotensin II sehingga merangsang

hipotalamus untuk rasa haus(A.Aziz Alimul H.2009).

20
4. Masalah kebutuhan cairan

a. Hipovolemi atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan

cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons

kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler.

Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan

mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada

pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan

eksternal, yaitu:

1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan

dan elektrolit secara seimbang

2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air

dari pada elektrolit

3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak

elektrolit dari pada air

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume

ekstrasel berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada

keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke

permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan

intrasel dalam waktu yang lama, kadar urine, nitrogen, dan

kreatininmeningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke

pembuluh darah biasanya dialami pada pasien dengan diare dan

muntah terus-menerus (A.Aziz Alimul H.2009).

21
b. Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang di timbulkan akibat kelebihan

cairan, yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema

(kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak

terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan.

Pada kelebihan cairan, gejala yang sering di timbulkan adalah edema

perifer, asites, kelopak mata membengkak, suara napas ronchi basa,

penambahan berat badan tidak norlamatau sangat cepat, dan nilai

hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan

cairan bersifat akut. (A.Aziz Alimul H.2009).

Menghitung balance cairan anak tergantung tahap umur,

untuk menentukan Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S

dalam Fluid Theraphy Bunko don(1995) dari PT. Otsuka Indonesia

yaitu :

Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8cc/kgBB/hari

Usia 5 – 7 tahun : 8- 8,5 cc/kgBB/hari

Usia 7 – 11= tahun : 6- 7 cc/kgBB/hari

Usia 12 – 14 tahun : 5- 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Wter Loss) pada anak = (30 – usia

anak dalam tahun) X cc/kgBB/hari.

Rumus IWL : 378 cc + (30 – usia) x BB

o
Rumus IWL Kenaikan Suhu : IWL + 200 (Suhu Tinggi – 36,8 C)
O
36,8 C adalah nilai konstanta.

22
Cara menghitung balance cairan :

Jumlah intake – jumlah output (termasuk IWL)

Intake berupa : Minum, infus dan obat-obatan

Output berupa : Urine, feses, muntah dan IWL

5. Pengaturan elektrolit

a. Pengaturan keseimbngan natrium

Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi untuk

mengatur osmolaritas dalam volume cairan tubuh. Natrium tidak hanya

bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur

keseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan

melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat.

b. Pengaturan keseimbangan kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan

intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit.

Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan

ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Kalium

berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam

kalium berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot

lain, jaringan paru, dan jaringan usus pencernaan eksresi kalium

dilakukan melalui urine, sebagian melalui feses dan keringat.

c. Pengaturan keseimbangan kalsium

Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk membentuk tulang,

menghantarkan impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan darahdan

23
membantu beberapa enzim pankreas, kalium di eksresi melalui urine

dan keringat.

d. Pengaturan keseimbangan fosfat

Fosfat (PO2) bersama-sama dengan berfungsi untuk

membentuk gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan

dikeluarkan melalui urine.

e. Pengaturan keseimbangan bikarbonat

Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan bufter

(penyangga) dalam tubuh.

6. Tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

Mula- mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.

Tinja cairan dan mungkin di sertai lendir atau darah. Warna tinja makin

lama berubah menjadi kehijauan-hijauan karena tercampur dengan

empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan

tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat,

yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat di

sebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan

banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat

badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi

cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering dengan

kriteria :

24
a. Ringan

Tanda/gejala : Haus, berat badan menurun tidak ada gejala lain,

Kehilangan cairan 1-2 liter (2% BB).

b. Sedang

+
Tanda/gejala : rasa haus berat, sangat lelah, lidah kering, oliguria, Na

serum meningkat, suhu tubuh meningkat, hipertonik, BJ urine


meningkat.

c. Berat

Tanda/gejala : gejala diatas bertambah berat, koma, konsentrasi darah

+
tinggi, Na serum meningkat, viskositas plasma meningkat, gangguan

mental delirium iter (7%-14% BB).

C. Asuhan keperawatan pada anak diare dalam pemenuhan kebutuhan

Cairan dan Elektrolit

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahap awal dari asuhan keperawatan yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari

data primer maupun data sekunder. Macam-macam data yang digunakan

seperti:

a. Identitas pasien/biodata

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal

lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, dan

penghasilan. Pada pasien diare akut, sebagian besar adalah anak yang

berumur dibawah 2 tahun. Insiden paling penting pada umur 6-11

bulan karena pada masa ini mulai diberikan makanan pendamping.

25
Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak

perempuan.

b. Keluhan utama

Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB <4 kali dan

cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi

ringan/sedang), atau BAB >10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare

berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara

apabila berlangsung selama 14hari atau lebih adalah diare persisten.

c. Riwayat penyakit sekarang

1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

mungkin meningkat, nafsu berkurang/tidak ada, dan kemungkinan

timbul diare.

2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.

Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur

empedu.

3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karna sering defekasi dan

sifatnya makin lama makin asam.

4) Gejala muntah dapat terjadi sesudah atau sebelum diare.

5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit ,

maka gejala dehidrasi mulai tampak.

6) Diuresis : terjadi oliguri (kurang 1ml/kg/bb/jam) bila terjadi

dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit

gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam

waktu 6 jam (dehidrasi berat). (DR.Nursalamdkk2008)

26
d. Riwayat kesehatan Meliputi :

1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering

terjadi atau berakibat pada anak-anak dengan campak atau yang

baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat

dari penurunan kekebalan pada pasien.

2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik)

karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab

diare.

3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah

2tahun biasanya ada batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi

sebelum, selama atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk

melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare

seperti tonsilitis, faringitis, bronko pneumonia, dan ensefalitis.

4) Pemeriksaan fisik

a) keadaan umum

baik, sadar (tanpa dehidrasi), gelisah, rewel (dehidrasi ringan

atau sedang), lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat).

b) berat badan anak yang diare dengan dehidrasi biasanya

mengalami penurunan berat badan. Penurunan berat badan

tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat dirumah sakit.

Sedangkan dilapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup

dengan menggunakan penilaian keadaan anak.

27
c) Kulit

Untuk mengetahui elastilitas kulit, dapat dilakukan

pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut

menggunakan kedua ujung jari (bukan kedua kuku). Apabila

turgor kembali dengan cepat (kurang dari 2detik) berarti

diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kulit kembali

dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2detik), ini

berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang, apabila turgor

kulit kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2

detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.

d) Kepala

Anak berusia dibawah 2 tahun yang lalu mengalami

dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung.

e) Mata

Anak diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal.

Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang, kelopak mata

cekung(cowong).

f) Mulut dan Lidah

(1) mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).

(2) mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).

(3) mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).

g) Abdomen

Kemungkinan mengalami distensi, kram, dan bising usus

yang meningkat.

28
h) Anus

Apakah ada iritasi pada kulitnya.

i) pemeriksaan penunjang

(1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi dengan kultur.

(2) Test malabsorpsi yang meliputi karohidarat (pH,clini test),

lemak dan kulture urine. ( DR.Nursalamdkk, 2008)

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau pola interaksi dari

individu atau kelompok. Secara legal mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk

mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk menganalisis dan menyintesis data yang telah

di kelompokkan. Diagnosis keperawatan di gunakan untuk mengidentifikasi

masalah, faktor penyebab masalah, dan kemampuan klien untuk mencegah

atau memecahkan masalah. Perumusan diagnosa keperawatan :

a. Aktual, yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data

klinik yang ditemukan.

b. Resiko, yaitu menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika

tidak dilakukan intervensi.

c. Kemungkinan, yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan

untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

29
d. Wellness, yaitu keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga

atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat

sejahtera yang lebih tinggi.

e. Syndrom yaitu diagnose yang terdiri dari kelompok diagnosa

keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul

karena suatu kejadian atau situasi tertentu. (Budiono & Pertami,2015)

Data dan klasifikasi untuk menentukan diare ini tidak disebutkan

sebagai diagnosa medis, tetapi merupakan pengklasifikasian sesuai dengan

gejala dan tanda yang ada. Adapun klasifikasi pada diare adalah:

1) Diare dengan dehidrasi

2) Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

3) Diare tanpa dehidrasi

4) Diare persisten berat

5) Diare persisten

6) Disentri

Masalah yang akan terjadi pada kebutuhan cairan dan elektrolit yang

berhubungan dengan diare. ( DR.Nursalamdkk, 2008)

3. Perencanaan (intervensi)

Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasikan dalam diagnosa keperawatan. Intervensi keperawatan

memiliki dua tujuan yaitu tujuan administrasi dan tujuan klinik (Budiono &

Pertami,2015).

30
Adapun untuk mengatasi permasalahan selanjutnya, perencanaan

yang diperlukan pada diagnosa, Berikut intervensi keperawatan yang di

berikan pada pasien diare, yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

sering muncul dalam masalah pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit :

1. Kekurangan volume cairan

a. Tujuan (noc)

1) Fluid balence

2) Hydration

3) Nutrisional status : food and

4) Fluid intake

b. Kriteria hasil

1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, urine

normal.

2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

c. Intervensi (NIC)

Fluid management

1) Pertahankan cairan intake dan output yang akurat.

2) Monitor status hidrasi (kelembapan mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah normal).

3) Monitor vital sign.

4) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori

harian.

31
5) Dorong masukan oral.

Hypovolemia management

1) Monitor status cairan termasuk intake dan output.

2) Monitor tingkat Hb dan hematokrit.

3) Monitor tanda-tanda vital.

4) Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.

5) Monitor berat badan.

6) Dorong pasien untuk menambah intake oral.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh. a. Tujuan (noc)

1) Nutritional status

2) Fluid intake

3) Nutritional status : food

4) Nutritional status : nutrien

5) Intake

6) Weight control

b. Kriteria hasil

1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.

2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.

3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi tidak ada tanda-

tanda malnutrisi.

4) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.

5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

32
C. Intervensi (nic)

Nutrition management

1) Kaji adanya alergi makanan.

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.

4) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.

5) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Nutrition monitoring

1) Monitor adanya penurunan berat badan.

2) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.

3) Monitor turgor kulit.

4) Monitor kekeringan rambut kusam dan mudah patah.

5) Monitor mual dan muntah.

6) Monitor kalori dan intake nutrisi

3. Resiko syok

a. Tujuan (noc)

2) Syok prevention

3) Syok management

b. Kriteria hasil

1) Nadi dalam batas normal.

2) Irama jantung dalam batas normal.

3) Frekuensi nafas dalam batas normal.

33
4) Natrium serum, kalium serum, klorida serum, kalsium serum,

magnesium serum, dan ph darah serum dalam batas normal.

c. Intervensi (NIC)

Syok prevention

1) Monitor warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR dan ritme,

nadi perifer dan kapiler refil.

2) Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan.

3) Monitor suhu dan pernafasan.

4) Pantau nilai laboratorium : Hb, Ht, AGD dan elektrolit.

5) Monitor tanda awal syok.

6) Tempatkan pasien pada posisi supinasi, kaki elefasi untuk

peningkatan prelowat dengan tepat.

7) Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas.

8) Berikan cairan IV dan oral yang tepat.

9) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya

syok.

10) Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi

gejala syok.

Syok management

1) Monitor fungsi neurologis.

2) Monitor ststus cairan input dan output.

3) Monitor EKG.

4) Monitor nilai laboratorium.

(Sumber : Aplikasi Nanda, 2015)

34
f. Implementasi

Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan

yang telah di rencanakan oleh perawat untuk di kerjakan dalam membantu

pasien mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon

yang di timbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan, pelaksanaan

tindakan keperawatan :

a. Peningkatan Asupan Cairan Per Oral

Tindakan ini dilakukan pada klien yang mengalami atau berisiko

mengalami kekurangan volume cairan (mis. klien menderita diare,

demam tinggi, atau pulih dari pemberian anestsia). Dalam

pemberiannya, pasien umumnya mendapat makanan/cairan dengan

konsentrasi rendah. Jika dapat ditoleransi, selanjutnya pasien akan

mendapat makanan/minuman dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih

tinggi hingga memenuhi kebutuhan diet yang diharapkan.

b. Pembatasan Asupan Cairan Per Oral

Pembatasan cairan per oral di perlukan pada klien yang

mengalami retensi cairan (mis. klien menderita gagal ginjal, gagal

jantung).

c. Pemberian Makan

Pada kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, diperlukan

asupan makanan yang sesuai kebutuhan diet guna memulihkan

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Sebagai contoh, pada klien

yang mendapat furosemid (diuretik), dapat diberikan banyak pisang dan

jeruk guna mencegah hipokalemia, sedangkan pada pasien yang

35
kekurangan zat besi dapat diberikan sayuran dan daging (Zaidin Ali,

2014)

g. Evaluasi

Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dan elektrolik secara

umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan

keseimbangan cairan dan elektrolit dengan ditunjukkan oleh adanya

keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit dan

batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada

penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema, dan lain sebagainya

(Zaidin Ali, 2014).

36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif artinya

suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

B. Subjek penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang menerima pelayanan

diaredengan diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan di ruang arafah

Rumah sakit umum Aliyah 2 Kota Kendari.

1. Kriteria Inkluisi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

mewakili subjek penelitian yang memenuhi syarat sebagai subjek

(Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi :

a. Pasien yang menerima pelayanan diare dengan diagnosa keperawatan

kekurangan volume cairan di Ruang Arafah Rumah sakit umum Aliyah 2

Kota Kendari.

b.Pasien yang bersedia di wawancarai

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memiliki syarat sebagai penelitian,

seperti halnya hambatan etis, menolak diwawancarai atau suatu keadaan

yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Notoatmodjo,

2012)

37
C. Fokus penelitian

1. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada anakdiare

2. Penerapan dorong masukan oral pada anak diare dengan kekurangan

volume cairan.

D. Definisi Operasional

1. Asuhan keperawatan pada anak diare adalah proses atau rangkaian

kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung

kepada klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan. Tahapan asuhan

keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi.

2. Pengkajian pada anak diare adalah berfokus pada pengkajian fisik pada

anak dengan kasus diare yang menyebabkan dehidrasi sehingga harus di

lakukan pemeriksaan pada pengkajian fisik mengacu pada kebutuhan

cairan intake maupun output pada anak diare.

3. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu

sebagai dasar dalam memilih intervensi yang akan dilakukan. Dalam studi

kasus ini peneliti mengambil diagnosa aktual dengan menggunakan rumus

P+E+S (Problem+Etiologi+Symptom), pada pasien anak yang mengalami

diare diagnosa utama yang lazim muncul yaitu kekurangan volume cairan.

4. Perencanaan keperawatan pada anak dengan diare dalam pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit adalah dengan dorong masukan oral.

5. Implementasi adalah perwujudan atau pelaksanaan perencanaan

keperawatan oleh perawat dan klien. Perencanaan keperawatannya yaitu

dorong masukan oral.

38
6. Evaluasi keperawatan, dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi

terhadap data atau keluhan pasien dengan melakukan observasi sebelum

melakukan tindakan dan setelah melakukan tindakan apakah mengalami

perubahan atau tidak. Salah satu data yang di dapat seperti tidak adanya

tanda-tanda kekurangan cairan yaitu pemeriksaan fisik dengan hasil yang

normal.

7. Anak diare adalah seorang individu yang mengalami dehidrasi dengan

masalah kekurangan volume cairan dalam pemenuhan kebutuhan cairan

dan elektrolit dengan rentang usia 1-6 tahun.

8. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,

interstisial, dan atau mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan bisa tanpa

perubahan pada natrium.

9. Dorong masukan oral adalah suatu proses dimana seseorang yang

mengalami dehidrasi dengan konsistensi sedang maupun berat dapat

membantu mengganti cairan yang hilang dengan melakukan teknik

pemberian melalui oral dengan anak yaitu air mineral, maupun susu

formula yang tidak berlebihan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

E. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada 22-25 Juni 2018 di Rumah sakit

umum Aliyah 2 Kota Kendari.

F. Metode Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

39
1. Wawancara

Wawancara merupakan alatre-cheking atau pembuktian terhadap

informasiatau keteranganyang diperoleh sebelumnya (Nursalam, 2013).

Wawancara dilakukan untukmendapatkandatasubjektif

denganmenggunakanpertanyaan terbuka atau tertutup,penulis bertanya

langsung kepada klien atau orangtua klien dengan kasus diare.Dengan

demikian akan memudahkanpenulisuntuk mengetahui

masalahkeperawatan klien.

2. PemeriksaanFisik

Pemeriksaan fisikadalahteknik pengumpulandata dengan

melakukanpemeriksaan mulaidari inspeksi,perkusi,palpasi dan auskultasi

untuk mendapatkan datafisikkliensecarakeseluruhan. Penulis melakukan

pemeriksaan fisiksecaralangsung padaklien dengan kasus diare pada anak.

3. Observasi Partisipatif

Observasi partisipatifadalahsuatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatandan melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien selamadirawatdirumahsakitdan lebih bersifat

obyektif, yaitu dengan melihat respon klien setelah dilakukan tindakan.

Penulismelakukan observasi partisipatif dengan cara melihat respon

kliensetelahpenulis melakukantindakankeperawatan.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu teknik yang diperolehdengan

mempelajaribukulaporan,catatan medis serta hasil pemeriksaan yang ada.

40
Penulis mempelajari buku laporan, catatan yang mengenaidata-data

kliendengan kasus diare pada anak.

G. Penyajian Data

Penyajian data penelitian merupakan cara penyajian dan penelitian

dilakukan melalui berbagai bentuk, (Notoatmodjo, 2010). Dari data yang

sudah terkumpul dan telah diolah akan disajikan dan dibahas dalam bentuk

textular atau verbal. Penyajian cara textular merupakan penyajian data

hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat. Penelitian ini akan

dijabarkan dalam bentuk narasi untuk mengetahui hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2010).

H. Etika penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

responden harus dilindungi. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis

menekankan pada prinsip etika yang meliputi:

1. Prinsip Manfaat (Nursalam, 2011)

a. Bebas dari Penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan

khusus (Nursalam, 2011).

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan

bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah

41
diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat

merugikan subjek dalam bentuk apapun (Nursalam, 2011).

c. Risiko (benefits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap

tindakan (Nursalam, 2011).

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (respect human dignity)

(Nursalam, 2011)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self

determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subjek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apa pun atau akan

berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien

(Nursalam, 2011).

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci

serta bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada

responden (Nursalam, 2011).

c. Informed Consent

Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan kepada responden atau keluarga responden.

42
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Beberapa

informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara

lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data

yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang

akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah

dihubungi, dan lain-lain (Hidayat, 2008). Merupakan lembar

persetujuan studi kasus yang diberikan kepada responden, agar

responden mengetahui maksud dan tujuan studi kasus. Kedua

responden remaja putri setuju untuk terlibat dalam studi kasus dan

telah menandatangani lembar persetujuan.

3. Prinsip Keadilan (right to justice) (Nursalam, 2011)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama

dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi atau membedakan antara satu dengan yang lain tanpa

adanya perbedaan apabila ternyata mereka tidak bersedia atau

dikeluarkan dari penelitian (Nursalam, 2011).

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Masalah etika keperawatan Tanpa Nama (Anonimity)

merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

43
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008). Untuk menjaga

kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis

tidak mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup

mencantumkan nama inisial saja.

Masalah etika keperawatan Kerahasiaan (Confidentiality)

merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya,

Peneliti menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden

akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti. Semua informasi yang

telah dikampulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset dan

tidak menyebutkan secara lengkap nama responden atau

menuliskan tetapi hanya menyebutkan inisial dari responden

(Hidayat, 2008).

44
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan Pada An. M dengan Diare dalam Pemenuhan

Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit di Ruang Arafah

Rumah Sakit Umum Aliyah 2 Kota Kendari

Tabel, 4.1 Identitas Rekam MedikAn. M di


Rumah Sakit Umum Aliyah 2 Kota Kendari Tahun 2018
No rekam medik 00.49.59

Ruangan/RS arafah 12/RSU Aliyah 2

Tanggal masuk 21 Juni 2018

Tanggal pengkajian 22 Juni 2018

Diagnosa medik Gastroentistinal akut (GEA)

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

a. Biodata

1. Identitas klien

a) Nama : An. M

b) Tempat tanggal lahir/Usia: kendari, 23 maret 2017

c) Jenis kelamin : laki-laki

d) Agama : islam

e) Pendidikan : belum

f) Alamat : jln. Balai kota II No.32 B

g) Tanggal masuk : 21 Juni 2018

45
h) Tanggal pengkajian : 22 Juni 2018

i) Diagnosa medik : Gastroentistinal akut (GEA)

2. Identitas orangtua

a. Ayah b. Ibu

1) Nama : Tn. D 1) nama : Ny. D

2) Usia : 28 tahun 2) usia : 25 tahun

3) Pendidikan : SMA 3) pendidikan : SMA

4) Pekerjaan : wiraswasta 4) pekerjaan : IRT

5) Agama : islam 5) agama : islam

6) Alamat : jl. Balai kota II 6) agama : jl. Balai kota II

3. Identitas saudara kandung

Ibu klien mengatakan An. M memiliki seorang kakak perempuan

namanya An. W usia 5 tahun

b. Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit

Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan medis, jika

anak tidak dapat mengungkapkan tanya kepada keluarga alasan

keluarga membawa anaknya ke unit pelayanan kesehatan, jika anak

tidak mempunyai keluhan utama, lakukan pemeriksaan fisik untuk

mengetahui penyebab sakitnya?

Ibu Klien mengatakan anaknya mengalami BAB lebih dari 5x sehari

dengan konsistensi cair, tidak berampas, suhu tubuh tinggi dan

muntah lebih dari 3x sehari.

46
c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

a) Waktu timbulnya penyakit, kapan?

Jam? Setiap saat

b) Bagaimana awal munculnya? Tiba-tiba? Berangsur-

angsur? Demam dan BAB cair secara berangsur-angsur

c) Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah atau tetap

sama dengan sebelumnya?

Setelah di rawat selama 5 hari keadaan Klien sudah mulai

membaik dan bisa pulang.

d) Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan?

Menganjurkan minum air putih dan kompres hangat

2. Riwayat kesehatan lalu

(khusus untuk anak 0-5 tahun)

a) Pre Natal Care

1) Kapan mulai melakukan perawatan selama

hamil? Pada saat usia kandungan 3 bulan

2) Keluhan ibu selama hamil (perdarahan, infeksi, ngidam,

muntah-muntah, demam)

Ibu klien sering merasa mual

3) Apakah pernah :

(a) Terkena sinar x? Ibu klien mengatakan tidak pernah

(b) Menerima terapi perlindungan penyakit? Ibu klien

mengatakan tidak pernah

47
(c) Melakukan meditasi selama kehamilan? Ibu klien

mengatakan tidak pernah

4) Pernah dirawat selama hamil? Ibu klien mengatakan tidak

pernah

5) Bagaimana pola makan? Kenaikan berat badan? Ibu klien

mengatakan seperti biasanya makan 3x sehari

6) Imunisasi berapa kali? Usia kehamilan berapa?ibu klien

mengatakan tidak mengingatnya

7) Golongan darah ibu dan ayah? Ibu klien :A dan ayah klien

AB

b) Natal

1) Tempat melahirkan (rumah sakit, klinik, rumah)? Ibu klien

mengatakan melahirkan di rumah sakit

2) Lama dan jenis persalinan? Adakah kesulitan? Ibu klien

mengatakan 1 jam dan tidak ada kesulitan

3) Cara untuk memudahkan persalinan? (obat, penghilang

rasa nyeri)? Ibu klien mengatakan tidak ada obat yang di

berikan

4) Pembiusan selama proses melahirkan? Ibu klien

mengatakan ada

5) Penolong persalinan? Ibu klien mengatakan bidan

6) Komplikasi waktu lahir? Ibu klien mengatakan tidak ada

48
c) Post natal care

1) Kondisi bayi(BB,PB, apgar score)? Ibu klien mengatakan

BB anaknya 3kg, PB: 40cm

2) Keadaan anak setelah 28 hari? Ibu klien mengatakan

normal

3) Keadaan anak penyakit (kuning, kebiruan, kemerahan,

problem menyusui, BB tidak stabil? Ibu klien mengatakan

normal

3. Riwayat kesehatan keluarga

a) Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umum

menyerang?

Ibu Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan yang di

derita dalam keluarga.

b) Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi,

penyakit jantung, stroke, anemia, hemopilia, DM, kanker dan

gangguan emosional? Ibu klien mengatakan tidak ada

49
d. Riwayat imunisasi

Tabel, 4.2 Riwayat ImunisasiAn. M di Rumah Sakit Umum Aliyah

2 Kota Kendari Tahun 2018

No Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian

1. BCG Umur 3 bulan Bengkak kecil di lengan

2. DPT (I,II,III) Umur 2, 4, dan 6 Demam

bulan

3. Polio (I,II,III) 2, 4, 6, dan 18 Demam, bengkak di area

bulan suntikan

4. Campak Usia 9 bulan Demam

5. Hepatitis Saat lahir, 1 bulan Demam dan rasa lelah

dan masuk bulan pada anak

ke 4

6. Lain-lain - -

e. Riwayat tumbuh kembang

Pertumbuhan fisik

a) Brat badan (sejak lahir sampai saat ini/pertahapan usia) :

Ibu klien mengatakan berat badan lahir 3,25 kg dan setelah

3tahun berat badan Klien 10 kg

b) Tinggi badan : Ibu klien mengatakan tinggi badan 80 cm

c) Waktu tumbuh gigi : Ibu klien mengatakan sekitar 6 bulan

f. Reaksi hospitalisasi

1. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

50
a) Mengapa ibu membawa anaknya ke rumah sakit? Ibu Klien

mengatakan karena Klien mengalami BAB yang lebih dari

5x sehari, suhu tubuh meningkat, serta muntah-muntah.

b) Bagaimana perasaan orangtua saat ini? Orangtua Klien

mengatakan merasa sangat sedih dan kawatir dengan

kondisi dan keadaan anknya.

2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

a) Mengapa keluarga/orangtua membawa kamu ke rumah

sakit? Klien mengatakan BAB

b) Menurut kamu apa penyebab kamu sakit? Klien

mengatakan tidak tau

c) Apakah dokter menceritakan keadaanmu? Klien

mengatakan iya

d) Bagaimana rasanya di rawat di rumah sakit(reaksi

hospitalisasi pada anak)? Klien mengatakan tidak dapat

bermain selama di rawat di rumah sakit.

g. Pemeriksaan fisik

1. Tingkat kesadaran : composmentis

2. Tanda-tanda vital
O
a) Suhu : 38,7 C

b) Nadi : 95x/menit

c) Pernafasan : 28x/menit

3. Tinggi badan : 80 cm

4. Berat badan : 10 kg

51
5. Turgor kulit : kurang baik

6. Kepala (ubun-ubun): normal

7. Rambut : nampak bersih

8. Mata : nampak cekung

9. Konjungtiva : anemis

10. Sklera: putih

11. Refleks pupil: normal

12. Refleks kornea: normal

13.Mulut : mukosa bibir kering

14.Mukosa bibir : nampak kering

15.Lidah : putih pucat

16.Telinga : struktur utuh dan tidak ada pengeluaran cairan

17.Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

18.Thorax : bentuk simetris kiri dan kanan

19. Bentuk dada : normal

20. Nyeri tekan abdomen : nyeri tekan

21. Bunyi usus peristaltik : 15x/menit

22. Anus : berwarna kemerahan dan bengkak

h. Aktivitas sehari-hari

Cairan

1) Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air mineral

dan susu formula

2) Frekuensi minum : kurang lebih 300cc sehari

52
3) Kebutuhan cairan dalam 24 jam : Ibu klien mengatakan kurang

lebih 1.300-1.500cc

i. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Ibu klien mengatakan anaknya sering bermain diluar bersama

teman-temannya

2) Ibu klien mengatakan bahwa tempat penampungan air jarang di

bersihkan

3) Ibu klien mengatakan anaknya sering memasukkan mainan ke

dalam mulutnya.

Upaya yang dilakukan keluarga sebelum masuk rumah sakit adalah

dengan kompres hangat dan memberikan obat di rumah. Namun upaya

yang telah dilakukan ini tidak menunjukkan adanya perubahan pada

An.Msehingga keluarga membawa klien keRumah Sakit dengan tujuan

untuk pengobatan lebih intensif. Ibu klien mengatakan anaknya belum

pernah masuk rumah sakit dengan mengalami penyakit yang sama. Klien

tidak pernah masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama, ibu klien

selalu membawah anaknya untuk rutin mengikuti imunisasi sejak lahir,

klien tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun keracunan, tidak terdapat

alergi terhadap makanan maupun obat-obatan, klien bersama dengan kakak

Berdasarkan genogram klien ditemukan data bahwa kakak dari An.

M pernah mengalami penyakit diare dengan dehidrasi sedang beberapa

tahun yang lalu mengalami penyakit seperti yang diderita oleh klien.

53
Hasilobservasi dan pemeriksaan fisikyaitu keadaan umum (KU)

klien lemah, tingkat kesadaran composmentis, dimana Nadi (N) :95x/menit,

Suhu (S) : 38,7°C, Pernafasan (P): 28x/menit, Berat Badan (BB) saat ini 10

kg dan Tinggi Badan (TB) 80 cm.

Hasil riwayat tumbuh kembang pada pertumbuhan fisik berat

badan: 10 kg dan tinggi badan 80 cm, pasien sudah dapat berjalan dan

bermain. Pemberian susu formula setiap 4x sehari menggunakan gelas dan

sesekali dot. Reaksi hospitalisasi: ibu pasien membawa anaknya ke rumah

sakit karena BAB lebih dari 5x sehari, muntah lebih dari 3x sehari, demam

tinggi selama 4 hari. Ibu pasien selalu menemani anaknya selama masuk

rumah sakit.

Hasil pengkajian sehari-hari nutrisi: pasien mengonsumsi bubur,

sayur, ikan 3x sehari, pada cairan: susu, air mineral, dan pemasukan cairan

melalui intravena yaitu cairan infus RL. Pada pengkajian eliminasi BAB

dan BAK konsistensi BAB cair dan lembek, BAK warnanya kuning dan

frekuensi 1.500cc setiap hari. Pengkajian personal hygien: mandi 2x sehari

dengan di bantu di tempat tidur, pada pengkajian sistem imun: klien tidak

mengalami alergi cuaca, debu, dan zat kimia lainnya. Ibu klien selalu rutin

membawa anaknya untuk imunisasi.

54
2. Diagnosa Keperawatan

Analisa data

Tabel, 4.3 riwayat pemeriksaan riwayat imunisasi An. M di Rumah


Sakit Umum Aliyah 2 Kota Kendari Tahun 2018
Data Etiologi Masalah
DS :

- Ibu klien mengatakan

anaknya BAB cair lebih dari Diare


5 kali sehari

- Ibu klien mengatakan Frekuensi BAB


anaknya muntah-muntah meningkat
- Ibu klien mengatakan

anaknya demam Hilang cairan dan

- Klien mengatakan pusing elektrolit Kekurangan

DO : volume

- Klien nampak pucat Gangguan keseimbangan cairan

- Klien nampak lemah dan cairan dan elektrolit

lemas

- Mukosa bibir kering Dehidrasi

- Turgor kulit kurang baik dan

kering Kekurangan volume

- Nampak mata cekung cairan

- Tanda – Tanda Vital :


O
S : 38,7 C
N : 95 x/menit
P : 28 x/menit

55
3. Intervensi Keperawatan

Nama pasien : An.M


Umur : 3 Tahun
No. RM : 00-49-59

Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan An. M di Rumah Sakit Umum


Aliyah 2 Kota Kendari Tahun 2018
Tujuan dan
Diagnosa
No Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
(NOC)
1. Kekurangan Setelah 1. Pertahankan 1. Untuk
volume cairan dilakukan cairan intake memastikan
b.d kehilangan asuhan dan output dengan tepat
volume cairan keperawatan yang akurat. input dan
yang aktif selama 4 x 24 2. Monitor output pasien.
jam, status hidrasi 2. Untuk
diharapkan (kelembapan mengetahui
kebutuhan mukosa, nadi tanda-tanda
cairan dan adekuat, dehidrasi.
elektrolit tekanan darah 3. Untuk
terpenuhi normal). memberikan
dengan kriteria 3. Monitor diit dan cairan
hasil : masukan yang tepat.
• Mempertaha makanan atau 4. Untuk
nkan urine cairan dan mencegah
output sesuai hitung intake komplikasi
dengan usia. kalori harian. yang terjadi.
• Tekanan 4. Dorong 5. Untuk
darah, nadi, masukan oral. menambah
suhu tubuh 5. Berikan pengetahuan
dalam batas health pasien dan
education keluarga

56
normal. pada pasien tentang tentang
• Tidak ada dan keluarga penyakit yang
tanda-tande tentang di derita.
dehidrasi, penyakit
elastisitas diare.
turgor kulit
baik.
Membran
mukosa
lembab,
tidak ada
rasa haus
yang
berlebihan

57
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama pasien : An. M


Umur : 3 Tahun
No. RM : 00-49-59

Tabel 4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan pada An. M di


Rumah Sakit Umum Aliyah 2 Kota Kendari Tahun 2018
Hari/Tanggal
No Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam

1. jumat , 1. Mempertahankan cairan


22 Juni 2018 intake dan output yang Maria Ayu
S: Kondorura
akurat - ibu klien
10.00 Hasil : intake cairan mengatakan
anaknya masih
intravenaRL:850cc/12tp BAB 5x sehari
m + 20cc obat intravena - ibu klien
mengatakan
intake oral : 500cc
anaknya masih
Intake :kurang muntah lebih dari 3x
lebih1.370cc sehari

Output:kurang lebih O:
1.770cc - Klien nampak
BAB : 5 kali/24 jam lemah
- Klien nampak
11.00 BAK: kurang lebih pucat
800cc/24 jam - Membran
Muntah: 200cc/24 jam mukosa kering
- Turgor kulit
IWL: 270cc/24 jam
jelek
IWL kenaikan suhu: 839 o
- Suhu:38,7 c
per 24 jam Nadi: 95x/menit
Pernafasan :
11.30
28x/menit
2. Memonitor status hidrasi
(kelembapan mukosa, A : Masalah
kekurangan volume
memantau TTV cairan belum teratasi.
Hasil : mukosa bibir

58
kering
nadi 95x/menit,
o
uhu 38,7 C P : intervensi 1,2,3 dan 4
lanjutkan

11.45 3. Memonitor masukan


makanan dan hitung
intake kalori harian
Hasil : makan 3x sehari
dengan porsi makanan
tidak dihabiskan (4
12.00 sendok makan dan di
muntahkan), mual
muntah 3x sehari, BAB
cair lebih dari 5x sehari.

4. Memberi dorong masukan


oral(obat, air mineral, susu
formula, makanan yang
mengandung air seperti
sayuran dll)
Hasil : intake cairan oral
600cc.

5. Memerikan health education


pada pasien dan keluarga
tentang penyakit diare Hasil :
keluarga diberikan penjelasan
dan mengerti tentang penyakit
diare.

59

08.00
Sabtu , 23 Juni 1. Mempertahankan cairan
2.
2018 intake dan output yang
intake oral : 600cc
Intake :kurang lebih
1.470cc
Output:kurang lebih
1.600cc
09.00 BAB : 3 kali/ 24 jam
BAK: 800cc
Muntah: 200cc
IWL: 270cc/24 jam
IWL kenaikan suhu: 658
per 24 jam

09.45 2. Memonitor status hidrasi


(kelembapan mukosa,
memantau TTV
Hasil : mukosa bibir
kering, nadi 93x/menit,
o
Suhu 38,2 C

10.00 3. Memonitor masukan


makanan dan hitung
intake kalori harian
Hasil : makan 3x sehari
tidak dihabiskan(5
sendok makan dan di
- Turgor kulit
jelek
S: -
o
Suhu:38,2 c Nadi:
- ibu klien mengatakan anaknya masih BAB 3x sehari 93x/menit
- ibu klien mengatakan anaknya masih muntah 2x sehari Pernafasan :
28x/menit
O:
- Klien nampak lemah A : Masalah
kekurangan volume
- Klien nampak pucat cairan belum teratasi.
- Membran mukosa kering P : intervensi 1,2,3 dan
4 lanjutkan

60
muntahkan pada saat
makanan masuk/sendok
ke 2), mual muntah 2x
sehari, BAB cair lebih
dari 3x sehari.

4. Memberi dorong
masukan oral(obat, air
mineral, susu formula,
makanan yang
mengandung air seperti
sayuran dll)
Hasil : intake 600cc

3. Minggu, 24 1. Mempertahankan cairan S:


- ibu klien
Juni 2018 intake dan output yang
mengatakan
akurat anaknya masih
Hasil : intake cairan BAB 3x sehari
dengan ampas, dan
08.00 intravenaRL:850cc/12tp tidak terlalu cair
m
intake oral : 650cc
Intake kurang lebih O:
1.500cc - Klien nampak
lemah
Output: kurang lebih
- Klien nampak
1.400cc pucat
BAB : 3 kali/24 jam - Membran
mukosa lembab
09.00 BAK: 1.100cc
- Turgor kulit baik
o
- Suhu:37,5 c
2. Memonitor status hidrasi Nadi: 93x/menit
(kelembapan mukosa, Pernafasan :
26x/menit
memantau TTV

61
Hasil : mukosa bibir A : Masalah
10.00 kering, nadi 93x/menit, kekurangan volume
o
cairan belum teratasi.
suhu 37,5 C P : intervensi 1,2,3
dan 4 dipertahankan
3. Memonitor masukan
makanan dan hitung
10.45 intake kalori harian
Hasil :makan 3x sehari
dengan porsi yang di
habiskan 5 sendok, tidak
ada muntah

4. Memberi dorong
masukan oral(obat, air
mineral, susu formula,
makanan yang
mengandung air seperti
sayuran dll)
Hasil : intake 650cc

4. Senin, 25 Juni 1. Mempertahankan cairan S :


- ibu klien
2018 intake dan output yang
mengatakan BAB
akurat anaknya normal
Hasil : intake cairan
O:
07.30 intravenaRL:425cc/12tp - Membran
m mukosa lembab
intake oral : 400cc - Turgor kulit baik
o
Intake :825cc - Suhu:36,4 c
Nadi: 94x/menit
Output:600cc Pernafasan :
BAB : 1 kali/24jam 26x/menit

BAK: 500cc A : Masalah


kekurangan volume
cairan teratasi.

62
08.00 2. Memonitor status hidrasi P : intervensi 1,2,3
(kelembapan mukosa, dan 4 di hentikan

memantau TTV
Hasil : mukosa bibir Pasien pulang
kering, nadi 94x/menit,
o
suhu 36,4 C

09.00 3. Memonitor masukan


makanan dan hitung
intake kalori harian
10.00 Hasil : makan 3x sehari,
makanan dihabiskan 7
sendok

4. Memberi dorong
masukan oral(obat, air
mineral, susu formula,
makanan yang
mengandung air seperti
sayuran dll)
Hasil : intake 400cc

63
64
Tabel 4.6 Hasil Observasi Implementasi dan Evaluasi
Keperawatan pada An. M di Rumah Sakit Umum Aliyah
2 Kota Kendari Tahun 2018

No Hal yang Hasil observasi Ketera


di Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 ngan
observasi
1. Nadi 95x/menit 93x/menit 93x/menit 94x/menit
2. Pernafasa 28x/menit 28x/menit 26x/menit 26x/menit
n
o o o o
3. Suhu 38,7 c 38,2 c 37,5 c 37 c
4. Mata Nampak Nampak Normal Normal
cekung cekung
5. Turgor Turgor Turgo Turgor Turgor kulit
kulit kulit jelek kulit jelek kulit baik baik
6. Mukosa Nampak Nampak Nampak Nampak
bibir kering kering lembab lembab
pucat pucat
7. Intake oral 500cc 600cc 650cc 400cc
8. Intake 870cc 870cc 850cc 425cc
intravena
9. Output 1.770cc 1.550cc 1.400cc 600cc
10 Kondisi Bengkak, Bengkak Lembab, Kemerahan
. anus lembab, ,lembab, kemerahan
kemerahan kemerahan

B. Pembahasan

Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi kasus

yang penulis lakukan dari tanggal 22-25Juni 2018, maka pada bagian ini

penulis akan membahas tentang perbandingan antara teori dan praktek atau

kasus yang ditemukan selama melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

An. M berumur 3 tahun dengan diare dengan dehidrasi sedang dalam

65
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit di ruang arafah Rumah Sakit

Umum Aliyah 2 Kota Kendari yang akan dibahas berdasarkan tahapan proses

keperawatan yaitu tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan.

Pengkajian dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk mendapatkan

data klien baik data subjektif maupun objektif. Tekhnik pengumpulan data

yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi

dokumentasi, dan studi kepustakaan. Selain tahap ini, penulis tidak

mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena klien dan keluarga

cukup kooperatif dan dapat diajak kerjasama dalam melaksanakan asuhan

keperawatan.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari

pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam. Definisi lain

memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3kali perhari.

Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah

(Sudoyoarudkk, 2009).

Menurut teori padatahap pengkajian pasien anak yang mengalami

diare, gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi

pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare di sebabkan oleh transportasi

air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.

66
Hasil pemeriksaan fisik pada An. M penulis menuliskan bahwa.

Keluhan utama yaitu klien BAB dengan frekuensi lebih dari 5x sehari cair,

tanpa ampas, dan bau khas, suhu 39C. Keluhan lain yaitu klien merasa

pusing, muntah-muntah, demam, tidak dapat melakukan aktivitas seperti

biasanya dan porsi makan dan minum berkurang dari seperti biasanya

sebelum masuk rumah sakit, terpasang IVFD RL 12 tetes/menit.Hasil

pemeriksaan fisik di dapatkan mata: simetris kanan dan kiri, konjungtiva

tidak anemis, dan tampak cekung. bibir: simetris atas dan bawah, mukosa

bibir kering, Abdomen adanya nyeri tekan, bunyi peristaltik usus

15x/menit, anus lembab, nampak kemerahan dan bengkak.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif

dan objektif yang telah di peroleh dari tahap pengkajian untuk

menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan

proses berfikir kompleks tentang data yang di kumpulkan dari klien,

keluarga, rekam medik, dan pemberian pelayanan kesehatan yang lain

(Deswani, 2009)

Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seseorang

mengalami atau beresiko dehidrasi vaskuler, interstisial, atau intravaskuler

dengan pengeluaran yang berlebih dari dalam tubuh seseorang. Dalam

kasus, diagnosa ditegakkan oleh penulis karena pada saat pengkajian

ditemukan data ibu klien mengatakan anaknya BAB lebih dari 5x sehari.

Setelah pengkajian di RSUD Aliyah 2 Kota Kendari didapatkan hasil :klien

mengatakan anaknya BAB lebih dari 5x sehari dengan konsistensi cair dan

67
tidak berampas, ibu klien mengatakan anaknya muntah lebih dari 3x sehari,

ibu klien mengatakan anaknya demam, nampak turgor kulit jelek,

membran mukosa kering, nampak pucat, mata cekung, tanda-tanda vital: S:


o
38,7 c, N: 95x/menit, P: 28x/menit

Penulis mengangkat diagnosa keperawatan diangkat disesuaikan

dengan kondisi klien pada saat pengkajian, interprestasi data, dan hasil

analisa data sesuai dengan adanya data-data pendukung untuk mengangkat

diagnosa tersebut , Manusia adalah makhluk unik, dalam hal ini respon

individu terhadap stress atau penyakit berbeda-beda dan karakteristik

masalah yang ditemukan berbeda pula dalam setiap keluhannya.

3. Intervensi keperawatan

Klasifikasi intervensi keperawatan NIC (nirsing Intervension

Classification) mengategorisasikan aktivitas keperawatan dengan

menggunakan bahasa baku. Prioritas intervensi merupakan intervensi yang

berdasarkan penelitian yang di kembangkan oleh the word intervention

projek sebagai pilihanperawatan untuk suatu keperawatan tertentu

(Wilkinson , 2012)

Intervensi keperawatan di sesuaikan dengan kondisi klien dan

fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat di selesaikan dengan

spesifik, mearesure, archievable, rasional, time(SMART) selanjutnya akan

di uraikan rencana keperawatan dari diagnosa yang di tegakkan

(Nursalam,2011)

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 4x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan akan

68
dapat teratasi dengan kriteria hasil kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi

dengan kriteria hasil : mempertahankan urine output sesuai dengan usia,

tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tande

dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada

rasa haus yang berlebihan.

Dengan di tegakkan diagnosa keperawatan kekurangan volume

cairan maka penulis merencanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi

kekurangan volume cairan tersebut yaitu: Pertahankan cairan intake dan

output yang akurat, monitor status hidrasi (kelembapan mukosa, nadi

adekuat, tekanan darah normal), monitor masukan makanan atau cairan dan

hitung intake kalori harian, dorong masukan oral, berikan health education

pada pasien dan keluarga tentang penyakit diare.

Berdasarkan diagnosa yang telah dirumuskan maka penulis

menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervention

Classification): pertahankan cairan intake dan output yang akurat

rasionalnya untuk memastikan dengan tepat input dan output pasien,

monitor status hidrasi (kelembapan mukosa, nadi adekuat, tekanan darah

normal) rasionalnya untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi, monitor

masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian rasionalnya

untuk memberikan diit dan cairan yang tepat, dorong masukan oral

rasionalnya untuk mencegah komplikasi yang terjadi, berikan health

education pada pasien dan keluarga tentang penyakit diare rasionalnya

untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang tentang penyakit

yang di derita.

69
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses

keperawatan, yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan

yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari

asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori,

implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen

perencanaan dari proses keperawatan (Potter & Perry, 2005).

Dalam melakukan tindakan keperawatan selama empat hari penulis

tidak mempunyai hambatan, semua rencana yang telah ditetapkan dapat

dilaksanakan. Pada tindakan keperawatan dengan diagnosa keperawatan

kekurangan volume cairan, tindakan yang dilakukan pada 22-25 Juni 2018

yaitu kaji input dan output untuk mengidentifikasi status dehidrasi. Pada

kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif pada An. M, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah

memonitoring tanda-tanda vital, memonitoring intake dan output klien dan

tindakan keperawatan mandiri yang peneliti lakukan adalah dorong

masukan oral (mendorong klien untuk mampu memenuhu kebutuhan

cairan dengan banyak mengonsumsi cairan) minimal 1.300-1.500cc per

hari, dapat berupa air mineral, susu formula, jus dan dari makanan.

Adapun tindakan kolaborasi yang diberikan adalah dengan pemberian

cairan melalui intravena (RL 850cc/24 jam, paracetamol 2x1,

ondansentron 1/3 ampul=4cc, zink 2x1, L.Bio 2x1 per hari.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

70
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui

evaluasi perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap

pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan keperawatan

(Nursalam, 2010).

Penulis mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien

mencerminkan suatu kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa

keperawatan. Pada evaluasi, penulis sudah sesuai dengan teori yang ada

yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning).

Pada diagnosa kekurangan volume cairan, setelah dilakukan

tindakan keperawatan, hasil evaluasi yang dilakukan pada hari jumat, 22

Juni 2018 dengan data ibu klien mengatakan ibu klien mengatakan

anaknya masih BAB 5x sehari dengan konsistensi cair, tidak berampas,

bau khas, ibu klien mengatakan anaknya masih muntah lebih dari 3x

sehari,di dukung dengan data objektif klien nampak lemah, klien nampak

o
pucat, membran mukosa kering, turgor kulit jelek, suhu:38,7 , nadi:

95x/menit, pernafasan : 28x/menit, intake : 1.370cc, output: 1.770cc.

Evaluasi hari pertama masalah belum teratasi, sesuai dengan rencana

keperawatan yang sudah penulis buat sehingga perlu dilanjutkan intervensi

yaitu mempertahankan cairan intake dan output yang akurat, monitor

status hidrasi (kelembapan mukosa, nadi adekuat, tekanan darah normal),

memonitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian,

dorong masukan oral.

Hasil evaluasi dilakukan pada hari sabtu, 23 Juni 2018. Masalah

keperawatan teratasi sebagian, di dukung dengan data klien, ibu klien

71
mengakatakanibu klien mengatakan anaknya masih BAB 3x sehari, ibu

klien mengatakan anaknya masih muntah 2x sehari, di dukung dengan data

objektifklien nampak lemah, klien nampak pucat, membran mukosa


o
sedikit lembab, turgor kulit jelek, suhu:38,2 c, nadi: 93x/menit, pernafasan

: 28x/menit. Evaluasi hari kedua masalah teratasi sebagian karena terjadi

o o
penurunan suhu tubuh pertama 38,7 c pada hari ke dua 38,2 c, serta

muntah dihari pertama 3x sehari di hari kedua 2x sehari. Sesuai dengan

rencana keperawatan yang sudah penulis buat sehingga perlu dilanjutkan

intervensi yaitu, mempertahankan cairan intake dan output yang akurat,

monitor status hidrasi (kelembapan mukosa, nadi adekuat, tekanan darah

normal), memonitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake

kalori harian, dorong masukan oral sesuai kebutuhan.

Hasil evaluasi dilakukan pada hari minggu, 24 Juni 2018. Masalah

keperawatan teratasi sebagian, di dukung dengan data klien, ibu klien

mengakatakan ibu klien mengatakan anaknya ibu klien mengatakan

anaknya masih BAB 3x sehari dengan ampas, dan tidak terlalu cair, data

objektif klien nampak lemah, membran mukosa lembab, turgor kulit baik,

o
suhu:37,5 c, nadi: 93x/menit, pernafasan : 26x/menit, intake :1.500 cc,

output: 1.400cc. Evaluasi hari ketiga masalah teratasi sebagian karena

o
terjadi penurunan suhu tubuh pada hari pertama 38,7 c dan hari ketiga

o
turun menjadi 37,5 c, turgor kulit dari hari pertama jelek dan pada hari ke

tiga sudah membaik, BAB sudah tidak cair lagi, membran mukosa sudah

lembab dari yang sebelumnya kering, serta tanda-tanda vital yang sudah

mulai normal. Sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah penulis

72
buat sehingga perlu dilanjutkan intervensi yaitu, mempertahankan cairan

intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi (kelembapan mukosa,

nadi adekuat, tekanan darah normal), memonitor masukan makanan atau

cairan dan hitung intake kalori harian, dorong masukan oral sesuai

kebutuhan.

Hasil evaluasi dilakukan pada hari senin, 25 Juni 2018. Masalah

keperawatan teratasi dan di pertahankan, di dukung dengan data klien, ibu

klien mengakatakan ibu klien mengatakan anaknyabu klien mengatakan

BAB anaknya normal, membran mukosa lembab, turgor kulit baik,

o
suhu:36,4 c, nadi: 94x/menit, pernafasan : 26x/menit, intake : 825cc,

output: 600cc. Sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah penulis

buat sehingga intervensi yang telah di lakukan selama 4x24 jam teratasi

dengan pasien dapat pulang disebabkan tidak adanya lagi keluhan utama

maupun yang menyertai pada sehingga di simpulkan untuk tetap

beristirahat dan menjaga pola hidup sehat di rumah terutamanya pada anak

yang masih rentang dengan bakteri.

C. Keterbatasan penelitian

Pada penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan yaitu pada saat melakukan

pengajian tanda – tanda vital tidak memiliki tensi khusus anak di Rumah

Sakit, sehingga hasil observasi tidak lengkap. Pada saat peneliti mengukur

output cairan pada BAB anak peneliti hanya melihat frekuensi dan tidak

melihat volume atau banyaknya feses yang keluar.

73
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan di atas maka dapat ditari

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian pada An. M Ibu klien mengatakan anaknya BAB

cair lebih dari 5 kali sehari, ibu klien mengatakan anaknya muntah-

muntah, ibu klien mengatakan anaknya demam, klien mengatakan pusing,

Klien nampak pucat, klien nampak lemah dan lemas, mukosa bibir kering,

turgor kulit kurang baik dan kering, nampak mata cekung.

2. Diagnosa keperawatan

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan penulis mengumpulkan

data melalui observasi langsung, pemeriksaan fisik serta catatan medik

maupun perawat, sehingga penulis menegakkan diagnosa keperawatan

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan

yang aktif.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang sudah penulis buat untuk mengatasi

kekurangan volume cairan yaitu : Pertahankan cairan intake dan output

yang akurat, monitor status hidrasi (kelembapan mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah normal), monitor masukan makanan atau cairan dan hitung

intake kalori harian, dorong masukan oral, berikan health education pada

pasien dan keluarga tentang penyakit diare.

74
4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu mempertahankan

cairan intake dan output yang akurat, memonitor status hidrasi

(kelembapan mukosa, memantau TTV, memonitor masukan makanan dan

hitung intake kalori harian, memberi dorong masukan oral, memerikan

health education pada pasien dan keluarga tentang penyakit diare.

5. Evaluasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan menggunakan

metode SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing). Hasil evaluasi

subjektif: Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair lebih dari 5 kali sehari,

ibu klien mengatakan anaknya muntah-muntah, ibu klien mengatakan

anaknya demam, klien mengatakan pusing. Hasil evaluasi objektif: Klien

nampak pucat, klien nampak lemah dan lemas, mukosa bibir kering, turgor

kulit kurang baik dan kering, nampak mata cekung, tanda – tanda vital

O
:suhu 38,7 C ,nadi 95 x/menit, pernafasan 28 x/menit. Hasil evaluasi
masalah kekurangan volume cairan teratasi.

B. Saran

Saran penulisan melakukan prosedur penatalaksanaan dorong masukan

oral pada pasien dengan diare yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, penulis akan memberikan usulan

dan masukan yang positif khususnya di bidang kesehatan antara lain :

75
1. Bagi masyarakat /klien

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi suatu

pengetahuan tentangdiare pada anak guna meningkatkan kemandirian

dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi

keluarga untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Peneliti berharap agar hasil penelitian inidapat menambah keluasan

ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam penerapan

asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

pada anak diare.

3. Bagi penulis

Peneliti berharap agar hasil penelitian inidapat dijadikan sebagai

pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada anak diare.

76
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut. Edisi 2. Jakarta :


EGC, 1995.

Anonim, 2008 Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare (online)


(http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 29 juni 2009).

Amiruddin R,2007. Hubungan Faktor Lingkungan Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Diare (http : // digilib. litbang.depkes. go. id/go.php,
diakses 3 Des 2007).

Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 1998.

Asnil dkk, Mewaspadai Penyakit Lingkungan. Jakarta : Elex Media Komputindo,


2003.

Depkes. RI Buku Ajar Diare. Ditjen P2M & PLP; Jakarta, 1999.

_________ Buku Pegangan Pemberantasan Penyakit Diare. Ditjen P2M &


, PLP, Jakarta, 2000.

_________ Buku Pegangan Pemberantasan Penyakit Diare. Ditjen P2M &


, PLP, Jakarta, 2008.

Dinkes Sultra Profil Dinas Kesehatan, Kendari, 2009.

Handwashing, 2006 Penyakit Diare (online) (http://www.famica. com, diakses


tanggal 12 juni 2009).

Kandun, Nyoman. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta


:Infomedika, 2006.

L u b i s. Agus Faktor Risiko yang Mempengaruhi Penyakit Diare Pada Anak Usia 0
- 4 Tahun. Makalah Disajikan Dalam Seminar Analisis Lanjut SDKI,
Jakarta 14 Desember, 2008.

Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius, 2004.

Medicastor, 2006 . Diare dan Permasalahannya (online) (http://www.famica. com,


diakses tanggal 12 juni 2009).

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC, 2004.

77
Nursalam, 2008 Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika; Jakarta.

Pickering et al. Gastroenteritis. Dalam : Nelson textbook of pediatrics. Edisi 17,


Behrman, Kliegman, Jensen. Editor. Amerika : International edition,
1272-1274, 2008.

RSU Prov. Sultra. Medical Record, Kendari, 2009.

Sowden et all,1996 Epidemiologi Pencegahan dan Penanggulangan Diare. (online)


(http://www.artikeljurnalcom,id diakses tanggal 25 juni 2009).

Suandi, 1999. Epidemiologi Patogensis Manifestasi Klinis dan Penanganan Diare.


EGC. Jakarta.

Sudarmi, 2003 Pencegahan dan Penanggulangan Diare. (online)


(http://www.artikeljurnalcom,id diakses tanggal 25 juni 2009).

Sugiarto dkk,2001 Tekhnik Sampling. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama,


2001.

Sugiono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta,2002.

Triatmodjo.2008. Pengantar Diare Akut Anak Diare Kronik. Badan Penerbit


Universitas Diponegoro, Semarang.

Ummualya,2008 Diare Masih Mendominasi Penyakit Pada Anak (online)


(http://www.suarapembaruan. com, diakses tanggal 12 juni
2009).

78
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

STUDI KASUS PADA ANAK “S” UMUR 15 BULAN YANG


MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE DI RUANG
ANGGREK RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
MIFTAHUL JANNAH
12.2.05.01.0026

PRODI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2015

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.i


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 d
Keperawatan || 1||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.i


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 d
Keperawatan || 2||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.i


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 d
Keperawatan || 3||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

STUDI KASUS PADA ANAK “S” UMUR 15 BULAN YANG


MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE DI RUANG
ANGGREK RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
MIFTAHUL JANNAH
12.2.05.01.0026
Fakultas Ilmu Kesahatan – DIII Keperawatan
Micky.mifta@ymail.com Pembimbing
1 : Siti Aizah, S.,Kep.,Ns.,M.Kes Pembimbing 2 :
Susi Ernawati, S.,Kep.,Ns.,M.Kes
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

ABSTRAK

STUDI KASUS PADA AN.S UMUR 15 pengkajian, intervensi, implementasi dan


BULAN YANG MENGALAMI MASALAH evaluasi keperawatan. Hasil: Setelah dilakukan
KEPERAWATAN GANGGUAN tindakan keperawatan selama 3x24 jam
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN didapatkan kebutuhan cairan dan elektrolit
ELEKTROLIT DENGAN DIAGNOSA terpenuhi, suhu tubuh dalam rentang normal,
MEDIS DIARE DI RUANG ANGGREK nutrisi pasien terpenuhi.
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI,
MIFTAHUL JANNAH (2015). Berdasarkan studi kasus pada An.S
PEMBIMBING 1 : SITI ditemukan diagnosa keperawatan utama yaitu
AIZAH,S.KEP.,NS,M.KES PEMBIMBING gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2 : SUSI ERNAWATI,S.KEP.,NS,M.KES. Adapun tindakan yang dilakukan yaitu
memantau tanda dan gejala kekurangan cairan
Diare adalah pengeluaran tinja yang dan elektrolit memberikan intake dan
tidak normal dan cair frekuensinya lebih sering memantau output cairan, menganjurkan
dari biasanya (pada umumnya 3x atau lebih) keluarga untuk memberi minum pada klien
perhari dengan konsistensi cair dan sesuai dengan kebutuhan, dan berkolaborasi
berlangsung kurang dari 7 hari. Diare dengan tim medis pemberian cairan infus RL
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu infeksi, dan obat antibiotik.
alergi makanan, gangguan penyerapan Gangguan keseimbangan cairan dan
makanan, keracunan makanan atau sebagai elektrolit pada An.S dikarenakan bakteri yang
salah satu gejala dari penyakit yang menginfeksi saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan gangguan sistem kekebalan berdampak pada An.S mengalami kehilangan
tubuh. cairan dan elektrolit yang berlebihan. Untuk itu
maka perlu penanganan cairan dan elektrolit
Tujuan penulisan studi kasus adalah
untuk menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan diare cair akut meliputi
Kata kunci : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Diare

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026

simki.unpkediri.ac.id
FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 Keperawatan || 4||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
J. LATAR BELAKANG

Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Diare akut adalah
buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3x atau
lebih) perhari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari (Depkes,
2009).

Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar di dunia (Amirudin, 2007). Bila ditinjau dari tingkat kegawatannya pada
umumnya menganggap bahwa diare merupakan penyakit biasa-biasa saja, pada
umumnya masyarakat kita menganggap remeh penyakit ini, sehingga seringkali
berakibat fatal dalam hal penanganan penderita, hal ini diakibatkan oleh kurang
pengetahuan penerapan prinsip-prinsip rehidrasi seawal mungkin belum dilakukan oleh
masyarakat sehingga terjadi keterlambatan tindakan rehidrasi yang dapat memperparah
kesakitan, bahkan dapat mengakibatkan kematian (Unik, 2005).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, secara global
setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta
pertahun. Pada Negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).

Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 anak dengan angka kematian
akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7%
dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 anak (Perwira, 2008). Data yang diperoleh
oleh Medikal Record dalam tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2012 sampai tahun 2014
tercatat 271 anak yang dirawat di RSUD Gambiran Kota Kediri.

Secara umum, diare dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu infeksi, alergi
makanan, gangguan penyerapan makanan, keracunan makanan atau sebagai salah satu
gejala dari penyakit yang menyebabkan gangguan sistem kekebalan tubuh. Infeksi
retrovirus menjadi penyebab utama diare di Indonesia, selain itu, bakteri dan parasit
juga bisa menjadi penyebab, hal ini tentu saja erat kaitannya dengan kebersihan yang
tidak terjaga. Kurangnya penanganan pada penyakit diare dapat menyebabkan anak

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.i


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 d
Keperawatan || 2||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
terkena dehidrasi yang disebabkan oleh hilangnya kandungan air dan elektrolit pada
tubuh(Saing, 2007).

Upaya dalam mengatasi anak yang mengalami diare dilakukan penyediaan terapi
rehidrasi oral dengan terus menyusui dari usia 0 sampai 2 tahun, penggunaan
antimikroba hanya untuk anak diare berdarah, kasus kolera yang parah, atau infeksi
non-usus serius. Para pengasuh anak-anak yang masih muda juga harus diajarkan
tentang cara pemberian makana bersih dan sehat serta keberhasilan yang dapat
mengurangi morbiditas diare.

Melihat uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas dan mempelajari
lebih dalam tentang masalah keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan diagnosa medis diare pada anak

JJ. METODE
a. Dengan melakukan wawancara yaitu, melakukan pengkajian pada pasien dan
keluarga.
b. Dengan observasi langsung keadaan umum pasien dan melakukan pemeriksaan
fisik saat pengkajian.
c. Dengan studi dokumentasi rekam medis berupa hasil-hasil pemeriksaan dan
dokumentasi pasien selama dirawat di rumah sakit sampai pengkajian dilakukan.

III. HASIL DAN KESIMPULAN


A. PENGKAJIAN
Data diambil tanggal: 29 – 06 – 2015 Tanggal MRS : 29-06-2015
Jam : 08.30 WIB Jam MRS : 08.00 WIB
Ruang rawat/kelas : R. Anak
No. Rekam medik : 327846
Dx. Medis : GEA + Vomiting
I. IDENTITAS ANAK IDENTITAS ORANG TUA
Nama : An. S Nama ayah : Tn. Z
Tanggal lahir : 05 – 03 – 2014 (15 bln) Nama ibu : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan ayah/ibu: Wiraswasta
Alamat : Gondangrejo, Banyakan Pendidikan ayah/ibu: SMP/SMA
Suku/bangsa: Jawa/Indonesia Agama : Islam
Diagnosa medis: GEA + Vomiting Alamat : Gondangrejo,Banyakan

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.id


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 Keperawatan || 3||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sumber Informasi: Ibu Px dan RM
4. RIWAYAT KEPERAWATAN
Riwayat keperawatan sekarang
Keluhan Utama : Ibu Px mengatakan anaknya BAB encer ± 6x dalam sehari,
muntah 3x dan badannya panas
Riwayat Penyakit saat ini : Ibu Px mengatakan anaknya sejak tanggal 26–06–2015
BAB encer ± 6x dalam sehari, muntah 3x, makan dan minum susu menurun,
badjannya panas dan pada tanggal 27-06-2015 periksa di bidan puskesmas diberi
obat diare tidak ada perubahan. Px selanjutnya dibawa ke UGD RSUD Gambiran
pada tanggal 29-06-2015 Di UGD Px mendapat terapi Inf. KA-EN 3B 250cc/16
jam 15 tpm. Inj.Ceftriaxone 2x200 mg,
Riwayat Persalinan :
11. Antenatal : Pada saat hamil ibu mangalami mual muntah pada trimester
pertama
2) Natal : Ibu melahirkan secara SC karena letak lintang BB bayi = 3,4 kg PB =
49 cm
Post Natal: Tidak ada masalah kesehatan pada post natal, Px lahir dengan
kondisi sehat, refleks menghisap ada (normal).
D. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Riwayat Kesehatan Ibu: Ibu Px pernah menderita penyakit TBC pada tahun 2007
dan melakukan perawatan pengobatan 6 bulan sudah sembuh
Riwayat Kesehatan Keluarga: Ibu Px mengatakan keluarga tidak mempunyai
penyakit keturunan seperti DM, Jantung, hipertensi dll.
E. Status nutrisi: dirumah = ASI + Susu formula + Bubur tim

4. Riwayat Imunisasi:
Tabel 2.1 Riwayat Imunisasi
NO Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi setelah pemberian
1 BCG Umur 1 bulan Tidak ada reaksi
2 DPT (I,II,III) 2,3,4 bulan Demam dan rewel
3 Polio (I,II,III) 1,2,3 bulan Tidak ada reaksi
4 Campak 9 bulan Demam ringan
5 Hepatitis Lupa -
5. Riwayat Tumbuh Kembang

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.i


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 d
Keperawatan || 4||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
d. Pertumbuhan Fisik
BB saat ini: 9kg, BB sebelum sakit: 9,5kg TB = 63cm LK=46cm LLA = 15cm,
BBI= (1,3x2)+8=10,6Kg
Waktu tumbuh gigi: mulai 7 bulan
e. Perkembangan Tiap
tahap Usia anak saat
1) Tengkurap : 4 bulan
2) Kembali Tengkurap: 5 bulan
3) Duduk : 7 bulan
4) Merangkak : 8 bulan
5) Berdiri : 10 bulan
6) Berjalan : 12 bulan
Senyum pada orang lain partama kali: 3 bulan
Bicara pertama kali: belum dapat
3. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui : Pada saat setelah lahir
2) Cara pemberian : setiap kali menangis
3) Lama pemberian : Sampai saai ini
b. Pemberian susu formula
1) Alasan pemberian : untuk tambah nutrisi
2) Jumlah pemberian : 3 botol/hari
3) Cara pemberian : Dengan dot
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai usia saat ini
Tabel 2.2 Status Nutrisi
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0-6bln Asi + Susu formula Sampai Px kenyang
2. 6-12bln Asi + Susu formula + Sampai Px kenyang
bubur tim, pisang
3. Saat ini Asi + Susu formula + Sampai Px kenyang
Nasi tim, lauk

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.i


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 d
Keperawatan || 5||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
4. OBSERVASI DAN PENGKAJIAN FISIK ( BODY OF SYSTEM )
Keadaan Umum= Px terlihat lemah
2ᵒ
TD = - mmHg N = 120 x/mnt S= 38 C RR = 26 x/mnt
1. Pernafasan
a. Bentuk dada : Normal/datar
b. Pola nafas : Regular
c. Retraksi otot bantu nafas : tidak ada
d. Perkusi thorak : Sonor
e. Alat bantu pernafasan : tidak ada
f. Batuk : Tidak
2. Kardiovaskuler
a. Irama Jantung : Reguler
b. Pulsasi : < 1 cm pada ICS 5 lurus pada mid clavicula
c. Bunyi Jantung : BJ 1 dan BJ 11 tunggal
d. Capillary Refil Time (CRT): ada, >3 detik
6. Persyarafan
a. Kesadaran : Composmentis
b. Istirahat : ± 15 jam/ hari
3) Genitourinaria
a. Bentuk alat kelamin : labia mayora dan minora tidak ada kelainan
b. Uretra : lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
c. Kebersihan alat kelamin: Bersih, tidak ada lecet
d. BAK : 350ccx/hari
4) Pencernaan
a. Mulut
1) Mukosa mulut : Kering
2) Bibir : Kering
Kebersihan rongga mulut: rongga mulut terlihat bersih
b. Abdomen
1) Inspeksi : bentuk abdomen datar
2) Perkusi : Hipertimpani
3) Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
4) Auskultasi : bising usus 45x/mnt
5) BAB : ±6x/hari, konsistensi = cair , warna= kuning

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.id


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 Keperawatan || 6||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
b. Musculoskeletal dan Integumen
Kemampuan pergerakan sendi dengan tungkai= anak bergerak aktif
Kekuatan otot= Anak bergerak aktif
Akral= Panas
Turgor kulit= Sedang (kurang elastis)
Kelembaban kulit= lembab
Lain-lain= -
c. Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
b. Pembesaran kelenjar parotis : Tidak ada
4. Kepala
a Bentuk kepala: simetris, rambut merata, ubun-ubun cekung
b Mata
1) Bentuk : simetris
2) Pergerakan bola mata : baik
3) Pupil : isokor
4) Konjungtiva : merah muda
5) Sclera : putih
6) Palpebra : mata cowong +/+
c. Hidung
1) Bentuk : tulang hidung dan posisi septum nasi tidak ada
pembengkokan
2) Lubang Hidung : tidak ada secret, tidak ada perdarahan
d. Telinga
1) Bentuk : Simetris
Tulang rawan : -
4) Aspek Psikososial
Ekspresi afek dan emosi : ekspresi emosi sesuai dengan ekspresi wajah
Dampak hospitalisasi bagi anak: Px tampak selalu terlihat rewel
Dampak hospitalisasi bagi keluarga: cemas

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.i


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 d
Keperawatan || 7||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Hasil Lab Tanggal 29-06-2015
Tabel 2.3
PARAMETERS NILAI RUJUKAN
WBC 12.6 [10^3/uL] 4,0 –10,0

RBC 5.09 [10^6/uL] 3,80-6,00


HGB 10.7 [g/dL] 11,0-16,5
HCT 30.2 [%] 35-50
MCV 59.3 [fL] 81,0-99,0
MCH 21.0 [pg] 27,0-31,0
MCHC 35.4 [g/dL] 33,0-37,0
PLT 467 [10^3/uL] 150-450
RDW-SD 36.2 [fL] 35-47
RDW-CV 17.1 [%] 11,5-14,5
PDW 10.0 [fL] 9,0-13,0
MPV 10.0 [fL] 7,2-11,1
PCT 0.47 [%] 0,150-0,400
NEUT # 5.07 [10^3/uL] 1,5-7
NEUT% 41.7 [%] 40-74
LYMPH# 6.40 [10^3/uL] 1-3,7
LYMPH% 52.6 [%] 19-48
MONO# 0.61 [10^3/uL] 0,16-1
MONO% 5.0 [%] 3-9
EO# 0.06 [10^3/uL] 0-0,8
EO% 0.5 [%] 0-7
BASO# 0.02 [10^3/uL] 0-0,2
BASO% 0.2 [%] 0-1

IV. TERAPI
6. Inf. KA-En 3B 250cc/16 jam (mikro) 15 tpm
7. Injeksi Ceftriaxone 2x150 mg (IV)
8. Oralit 1 bungkus (oral)
9. Vometa 3x1,5 mg (oral)
10. Paracetamol 3x125 mg (oral)

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.i


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 d
Keperawatan || 8||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
c. Kesimpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada An.S ditemukan hasil Ibu Px mengatakan anaknya sejak
tanggal 26–06–2015 BAB encer ± 6x dalam sehari, muntah 3x, makan dan minum
susu menurun, badannya panas, DO: K/U lemah, makan dan minum menurun, N=
2ᵒ
120x/mnt, S= 38 C. RR= 26x/mnt, badan panas
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan Pada An.S ini prioritas diagnosa
keperawatan yang muncul adalah Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan Kehilangan cairan dan elektrolit berlebih
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan pada An.S yang mengalami masalah keperawatan
prioritas gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dilakukan adalah: Pantau
tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit, berikan intake dan memantau
output cairan, anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak sesuai kebutuhan
pasien, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotik dan cairan
infus. Kriteria hasil yang telah disesuaikan untuk dapat melakukan asuhan
keperawatan.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam kasus ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah disusun dengan melibatkan pasien, keluarga dan kolaborasi dengan tim
medis lain.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memonitor keberhasilan yang tercapai selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan tindakan keperawatan. Dari 3 diagnosa
keperawatan yang muncul, semua teratasi pada tanggal 01-07-2015 sesuai dengan
perencanaan.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, H. (2008). Ilmu Kesehatan Pada Anak: Salemba Medika


Asmadi, A. (2008). Konsep Keperawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Barnard Scipien Chard Howe, WHO. (2009). Pediatric Nursing Care, The Mosby
Company.

MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026 simki.unpkediri.ac.i


FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 d
Keperawatan || 9||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Ngastiyah. (2007). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC


Nursalam. (2009). Buku Ajar Konsep Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Perwira, Andri. (2008). Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Potter & Perry. (2005). Konsep Dasar Hospitalisasi Pada Anak.
http://firmanpharos.wordpress.com. Di unduh pada tanggal 29 Januari 2015. Jam
17.00
Pratiwi, Unik. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Jakarta: EGC
RI, Depkes. (2007). Pedoman Konsep Dasar Diare Di Tingkat Pelayanan
Kesehatan. Jakarta. Depkes RI
Saing, iwan. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan Diare.
http://iwansaing.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 23 januari. Jam 16.00
Simadibrata, M, Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat
Penerbitan Departemen.
Soegijanto S. (2007). Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”.
Surabaya: Airlangga University Press.
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Subowo, Imam. (2010). Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Supartini, Y. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC Suraatmaja, S. (2009). Aspek Gizi Air Susu Ibu. Jakarta: EGC.
Suraja, Brewis. (2008). Pengaruh Hospitalisasi, lembaga Penerbit Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong. (2006). Nursing Care of Infants and Children. fifth edition,
Clarinda company, USA.
Widoyono dan kawan-kawan. (2008). Pendidikan Medik Pemberantasan Diare,
Departemen Kesehatan RI Ditjen PPM & PLP.
MIFTAHUL JANNAH| simki.unpkediri.ac.id
12.2.05.01.0026 || 10||
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN – D3
Keperawatan
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN UNEJ


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN UNEJ


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Bayi Diare By.A

Dan By.S Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Di Ruang


PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, Karya Tulis ini penulis
persembahkan untuk:
1. Keluarga Tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga
dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Primasari Mahardika ,S.Kep.,Ners.M.Kep selaku pembimbing Akademik
yang selalu memberikan motivasi dan memberikan semangat untuk segera
menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Teman – teman seperjuangan angkatan 18, dan sahabat-sahabat yang
memberi dukungan doa, motivasi penuh pada penulis, sehingga penulis dapat
menjalankan tugas program studi dengan baik.
4. Ruang Baca D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang yang
telah menyediakan literature bagi penulis.
5. Seluruh staff, dosen, dan civitas akademika yang telah membimbing,
mendidik, serta memberikan dukungan dan motivasi selama menjalani proses
pendidikan di perguruan tinggi.

.
MOTTO

“Berfokuslah Pada Apa Yang Dapat Kita Lakukan, Hasil Kita Serakan Pada
Tuhan”

Sumber, Becoming A Star (Teguh, 2009)


SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya,


Nama Mahasiswa : Ahmad Syahrul Adi Nugroho
NPM 152303101102

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah saya berjudul :


“Asuhan Keperawatan Bayi Diare By.A Dan By.S Dengan Masalah Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan Di Ruang Bougenville Dr. Haryoto Lumajang Tahun
2018” ini adalah benar :
1. Disusun oleh saya sendiri
2. Tidak memuat karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ilmiah ini dan disebutkan
dalam referensi.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa tekanan dari
siapapun. Jika dikemudian hari terbukti adanya pelanggaran atas pernyataan
tersebut diatas, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Lumajang, 25 Mei 2018


Yang menyatakan

Ahmad Syahrul Adi Nugroho


NPM 152303101102
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Bayi Diare Pada By. A

Dan By. S Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Di Ruang

Ketua Penguji,

Nurul Hayati, S.Kep., Ners., MM.


NIP 19650629 198703 2 008

Anggota I Anggota II

Ns. Musviro ,S.Kep Sri Wahyuningsih, S.ST. M.Keb


NRP. 760017843 NIP. 19780303 200501 2 001

Mengesahkan,
Koordinator Program Studi
D3 Keperawatan Universitas Jember

Nurul Hayati, S.Kep., Ners., MM.


NIP 19650629 198703 2 008
PRAKATA

Puji syukurkepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan


Hidayah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Bayi Diare Pada By. A Dan By. S Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan
Volume Cairan Di Ruang Bougenville Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018” dapat
terselesaikan dengan baik.
Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini saya sampaikan terima kasih
kepada banyak pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Ucapan
terima kasih, saya sampaikan kepada:
1. Bapak Drs. Moh. Hasan, Msc, Ph.D selaku rektor universitas jember yang
telah memberikan ijin sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.
2. Ibu Lantin Sulistyorini, S.Kep.,Ners.,M.kes selaku dekan Falkutas
keperawatan universitas jember yang telah memberikan ijin sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
3. Ibu Nurul Hayati, S.Kep., Ners., MM, selaku Ketua Prodi D3
Keperawatan Kampus Lumajang yang telah memberikan izin dalam
melakukan Studi Kasus ini.
4. Ibu Sri Wahyuningsih, S.ST. M.keb, yang telah membimbing serta
mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai dengan
baik.
5. Staf Ruang baca D3 Keperawatan Unej Kampus lumajang yang telah
menyediakan berbagai buku sebagai literatur dalam menyelesaikan
Proposal ini.
6. Bapak, Ibu dan kakak tercinta serta seluruh keluarga yang telah
menyambung doa, dan memberikan motivasi untuk terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa tingkat 3 D3 keperawatan Unej Kampus
Lumajang yang telah setia berjuang bersama dalam suka dan duka dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang secara tidak langsung telah membantu sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu saya mohon kritik dan saran
RINGKASAN

Asuhan Keperawatan Bayi Diare By. A Dan By. S Dengan Masalah


Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Di Ruang Bougenville Dr.
Haryoto Lumajang Tahun 2018. Ahmad Syahrul Adi Nugroho. 152303101102;
2018; 65 halaman; Program Studi D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus
Lumajang.

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, perubahan yang terjadi biasanya berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tampa lender darah
lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali. (Lia, 2013). Diare yang
berlangsung beberapa saat tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan tubuh mengakibatkan rejatan
hipovolemik atau karena gangguan biokimia berupa asidosis metabolik lanjut.
Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia, karena masih sering timbul dalam bentuk kejadian luar
biasa(KLB), dan disertai kematian yang tinggi terutama di bagian Indonesia
Timur. Berdasarkan hasil Riskesdas diare merupakan penyebab kematian nomor
empat pada semua umur dalam kelompok penyakit menular dan merupakan
penyebab kematian nomor satu pada bayi post neonatal (Dinkes Jawa Timur,
2013)
Studi kasus ini menggunakan metode kualitatif laporan kasus terhadap 2
pasien diare dengan kekurangan volume cairan. Studi kasus yang di lakukan
dengan menggunakan metode wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi
selama 3 hari. Dan di dapat hasil seberapa besar pengaruh manajemen cairan
pada pasien dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan.
Data penkajian pada klien By. A menunjukan frekuensi BAB sebanyak 4
kali sehari, di sertai lendir, mukosa bibir kering, dank lien tidak mau minum.
Sedangkan klien By. S menunjukan frekuesi BAB 6 kali sehari, diare cair, dan
kesadaran menurun. Dari hasil penkajian di dapatkan diagnosa keperawatan
kedua klien klien yaitu kekurangan volume cairan. Kekurangan volume cairan
yang tidak di tanani segera dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Rencana
Penannganan yang dapat di lakukan pada kedua klien yaitu dengan melalukan
manajemen cairan berupa pemantauan intake dan output, pemantauan cairan
elektrolit dan asam basah, dari rencana keperawatan tersebut dapat di lakukan
tindakan keperawatan berupa pemantauan output seperti pemantauan frekuensi,
konsistensi dan jumlah BAB, frekuensi muntah, suhu tubuh, dan pengeluaran urin,
dan untuk intake dapat berupa seberapa banyak asupan makanan yang masuk,
cairan infus dan cairan obat injeksi.
Pada kedua klien setelah di lakukan tindakan keperawatan di dapat hasil
keduanya mengalami perkembangan yang baik, dimana keduanya mengalami
peningktan berat badan dan untuk klien By. A maslah dapat di atasi selama 3 hari
dan untuk By. S masih harus melanjutkan intervensi yang ada.
Selain tindakan keperawatan, healt edukasi juga di perlukan untuk
meningkatkan pengetahuan orang tua sehingga ketika terjadi diare oreng tua dapat
memberikan pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya kekurangan volume
cairan.
SUMMARY

The Nursing Care on Infants Suffering Diarrhea (By. A Dan By. S) with
Problem of Nursing: Lack Liquid at Bougenville Room Dr. Haryoto
Lumajang 2018. Ahmad Syahrul Adi Nugroho. 152303101102; 2018; 65 pages;
Study Program of Diploma of Nursing Universitas Jember Kampus Lumajang.

Diarrhea is an abnormal or unusual condition of feces, the change


occurring usually is the increasing of volume of the feces, dilution and frequency
with or without blood slime more than 3 times and up to 4 in neonates. Diarrhea
lasting for few moments without adequate medical treatment could cause the
death because of dehydration which results hypovolemic shock or for biochemical
disorders in term of metabolic acidosis.

Diarrhea is a public health problem in developing country like Indonesia


because it still comes into extraordinary event and accompanied by high number
of mortality especially Eastern Indonesia. Based on Riskesdas, diarrhea is the
fourth leading cause of death at all ages in the infectious disease group and the
first cause of death in post-neonatal infants (Health Department of East Java,
2013)

This case study employed a qualitative case report method for 2 diarrhea
patients who experienced a lack of fluid. Case study was applied by conducting
interview, physical examination, and 3 days observation and the result was
obtained how much the influence of fluid management on the patients with the
problem above.

The data analysis on Baby A showed frequency of defecation as much as 4


times a day and accompanied by mucus, dry mouth mucosa and the unwillingness
of clients to drink. Meanwhile, the frequency of defecation on Baby S was shown
in six times in a day, liquid feces, and decreased consciousness. From the research
result, it was found that nursing diagnosis on two clients such as dehydration. This
condition will cause death if it was not treated immediately. Handling plans that
could be carried out on both clients were fluid management like intake and output
monitoring, monitoring of electrolyte and wet acid. From the nursing care plan,
the act could be done such as output monitoring like frequency, consistency and
feces quantity, frequency of vomiting, temperature, urine, and intake could be
Daftar Isi

Halaman Sampul..........................................................................................i
Halaman Judul..............................................................................................ii
Persetujuan Pembimbing..............................................................................ii
Persembahan................................................................................................iv
Moto.............................................................................................................v
Surat Pernyataan..........................................................................................vi
Halaman Pengesahan...................................................................................vii
Prakata..........................................................................................................viii
Ringkasan.....................................................................................................x
Daftar Isi......................................................................................................xiii
BAB 1. Pendahuluan....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................3
1.4 Manfaat penulis............................................................................3
BAB 2. Tinjauan Pustaka.............................................................................5
2.1 Konsep diare.................................................................................5
2.1.1 Pengertian.............................................................................5
2.1.2 Klasifikasi.............................................................................5
2.1.3 Etiologi..................................................................................6
2.1.4 Gambaran Klinis...................................................................9
2.1.5 Patofisiologi Diare................................................................9
2.1.6 komplikasi diare....................................................................13
2.1.7 Penaktalaksanaan Diare........................................................13
2.1.8 Derajat Dehidrasi..................................................................18
2.1.9 tanda dan gejala dehidrasi.....................................................19
2.2 Konsep asuhan keperawatan anak diare.......................................20
2.2.1 indentitas...............................................................................20
2.2.2 keluhan utama.......................................................................20
2.2.3 riwayat penyakit sekarang....................................................20
2.2.4 riwayat kesehatan..................................................................20
2.2.5 Riwayat Nutrisi.....................................................................21
2.2.6 Pola eleminasi.......................................................................21
2.2.7 Pemeriksaan fisik..................................................................21
2.2.8 Diagnosa keperawatan..........................................................21
2.3. Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan.................22
2.4 Implementasi................................................................................24
2.5 Evaluasi........................................................................................24
BAB 3. METODE PENULISAN.................................................................26
3.1 Desain Penulisan...........................................................................26
3.2 Batasan istilah...............................................................................26
3.3 Partisipan......................................................................................27
3.4 Lokasi dan Waktu.........................................................................27
3.5 Pegumpulan Data..........................................................................27
3.6 Analisa Data.................................................................................29
3.7 Etika Penulisan.............................................................................30
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................33
4.1 Gambaran lokasi pengambilan Data.............................................33
4.1.1 karakteristik klien.................................................................33
4.1.2 Pengkajian.............................................................................33
4.1.3. Diagnosa keperawatan.........................................................48
4.1.4 Intervensi keperawatan.........................................................48
4.1.5 Implementasi Keperawatan...................................................51
4.1.7 Evaluasi.................................................................................58
BAB 5. PENUTUP......................................................................................62
5.1 Kesimpulan...................................................................................62
5.1.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................62
5.1.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................62
5.1.3 Intervensi Keperawatan........................................................62
5.1.4 Evaluasi Keperawatan...........................................................63
5.1.5 Implementasi KeperawatanRumah Sakit.............................63
5.2 Saran.............................................................................................63
5.2.1 Perawat..................................................................................63
5.2.2 Penelitian Selanjutnya...........................................................63
Daftar Tabel

2.1 Penyebab diare infeksi akut (Suratun, 2010)........................................7


2.2 Penyebab diare secara umum menurut Behrman, kiegman dan Arvin,
Nelson......................................................................................................12
2.3 Pemberian Antibiotika...........................................................................14
2.4 Jumlah cairan yang hilang pada anak umur <2 tahun............................17
2.5 Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2-5 tahun...........................17
2.6 Jumlah cairan yang hilang pada anak umur >15 tahun..........................17
2.7 Tanda Gejala dan Derajat dehidrasi.......................................................18
4.1 Identitas klien.........................................................................................33
4.2 Riwayat Penyakit...................................................................................34
4.3 Riwayat Kehamilan dan Persalinan.......................................................36
4.4 Riwayat Kesehatan Keluarga.................................................................47
4.5 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan............................................37
4.6 Riwayat Pemberian Nutrisi....................................................................38
4.7 Pola Aktivitas Klien 1............................................................................39
4.8 Pola Aktiitas klien 2........................................................................................40
4.9 Pemeriksaan Fisik..................................................................................41
4.10 Pemeriksaan Fisik 2.............................................................................42
4.11 Program dan Terapi..............................................................................45
4.12 Analisa Data.........................................................................................45
4.13 Batasan karakteristik............................................................................47
4.14 Diagnosa Keperawatan........................................................................48
4.15 Intervensi Keperawatan........................................................................48
4.16 Implementasi keperawatan...................................................................51
4.17 Evaluasi klien 1....................................................................................58
4.18 Evaluasi klien 2....................................................................................59
Daftar Gambar

4.1 Gambar Laboratorium klien 1................................................................43


4.2 Gambar Laboratorium Klien 2...............................................................44
Daftar Bagan

Bagan 2.1 Pahtway Diare.............................................................................11


UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari
biasanya dengan frekuensi 3 kali atau lebih selama 1 hari. Diare merupakan suatu
keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,
perubahan yang terjadi biasanya berupa perubahan peningkatan volume,
keenceran dan frekuensi dengan atau tampa lender darah lebih dari 3 kali dan pada
neonatus lebih dari 4 kali. (Lia, 2013). Diare merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena masih sering
timbul dalam bentuk kejadian luar biasa(KLB), dan disertai kematian yang tinggi
terutama di bagian Indonesia Timur. Berdasarkan hasil Riskesdas diare
merupakan penyebab kematian nomor empat pada semua umur dalam kelompok
penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi post
neonatal (Dinkes Jawa Timur, 2013). Diare disebabkan oleh infeksi dan
malabsorsi, merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal
atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Pada bayi dengan diare dengan
konsistensi BAB yang cair, muntah dan asupan cairan yang tidak adekuat akan
berakibat pada masalah kekurangan volume cairan. Kekurangan cairan yang tidak
di tangani segera akan berdampak pada syok hipovolemik dan apabila tidak di
tanggani secara tepat dapat mengakibatkan kematian pada kasus diare.
Pada tahun 2016 sekitar dari 8% kematian pada anak umur di bawah lima
tahun di sebabkan oleh diare, atau sekitar 450.000 anak harus meninggal setiap
tahunnya (UNICEF, 2018). Pada tahun 2015 terjadi KLB diare di 11 provinsi di
indonesia dengan kasus mencapai 1213 dan 30 kasus berujung dengan kematian.
Diare menempati posisi keempat dengan jumlah kejadian 12 atau 1,3% dan
jumlah kasus 131 dengan 6 meninggal. Berdasarkan data dari profil kesehatan
indonesia tahun 2016, jumlah penemuan kasus diare di jawa timur mencapai
angka 1.048.885 dan hanya 338.806 kasus yang di tanggani (Kemenkes RI, 2017).
Untuk di kabupaten Lumajang sendiri diare menempati urutan ke 4 penyebab
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 2

kematian post neonatal (>28 hari - 1 tahun) dengan 9,3 %, masih di bawah
pnemoni dengan 20,9 % (Dinkes Lumajang, 2014).
Diare infeksi akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi
diare inflamasi dan diare non inflamasi. Diare inflamasi disebabkan infeksi
bakteri dan sitotoksin dengan diare disertai lendir dan darah gejala klinis berubah
mulas, sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus serta gejala
dan tanda dehidrasi. Diare akut pada anak sering disebabkan oleh virus, virus
mencederai permukaan absorpsi vilosa matur menyebabkan penurunan absorpsi
cairan dan defisiensi disakaridase. Bakteri menyebabkan cedera usus dengan
secara langsung menginvansi mukosa lusa permukaan vilosa, atau melapisi toksin
(Ngatisyah, 2014).Diare yang berlangsung beberapa saat tanpa penanggulangan
medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan
tubuh mengakibatkan rejatan hipovolemik atau karena gangguan biokimia berupa
asidosis metabolik lanjut (Amin, 2015).
Kekurangan volume cairan adalah kondisi individu mengalami penurunan
cairan intravaskuler, interstisial, atau intrasel (Wilkinson, 2015). Pasien diare
dengan kekukarangan volume cairan biasaya akan di ikuti dengan dehidrasi
sedang hingga berat.Asuhan keperawatan yang komprehensif sangat diperlukan
dalam upaya mengatasi diare, terutama pada pasien bayi dengan dehidrasi. Salah
satu asuhan keperawatan yang dapat di lakukan pada pasien diare dengan
kekurangan volume cairan adalah dengan cara mengatur keseimbangan cairan,
meningkatkan keseimbangan asam basah dan mencegah komplikasi akibat kadar
cairan yang abnormal. Tidak hanya itu, dari hasil penelitian yang di lakukan oleh
Mardayani dkk, penggunaan zink dan probiotik pada pasien diare anak
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap konsistensi feses, frekuensi diare,
durasi diare dan lama rawat inap. Langkah yang tepat untuk mengatasi
kekurangan cairan adalah dengan cara mengganti cairan tubuh yang hilang atau
rehidrasi. Langkah rehidrasi menurut (Wilkinson, 2015) adalah dengan mealkukan
rehidrasi secara parenteral dengan cairan elektrolit seperti membantu memberi
minum susu formula atau ASI dan Memonitor asupan makanan dan cairan.Dari
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 3

latar belakang di atas maka penulis mengambil judul “Asuhan Keperawatan Bayi
Diare Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut, “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare
Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville
RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018”?
1.3 Tujuan Penulisan
Melakukan studi eksplorasi Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare Dengan
Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD
Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi guna
menambah dan mengembangkan ilmu keperawatan terkait dengan konsep Asuhan
Keperawatan Pada Bayi Diare Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan
Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018.
1.4.2 Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis
Hasil penelitian ini sebagai pengalaman yang nyata dan memperdalam
keterampilan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare Dengan Masalah
Keperawatan Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD
Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018.
b) Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta masukan
yang dapat meningkatkan keterampilan perawat terkait dengan pemberian
“Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare Dengan Masalah Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD Dr. Haryoto
Lumajang Tahun 2018” sehingga asuhan keperawatn yang diberikan pada
pasien sesuai dengan konsep yang ada.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 4

c) Bagi Rumah Sakit


Hasil penelitian ini diharapkan memberikan data evaluasi terkait dengan
pemberian Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare Dengan Masalah
Keperawatan Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab tinjauan pustaka ini menguraikan tentang landasan teori yang meliputi
konsep diare dan asuhan keperawatan dengan masalah dehidrasi. Literatur yang
digunakan dalam bab ini antara lain teks book,artikel jurnal, tensis dan skripsi.
2.1 Konsep Diare
2.1.1 Pengertian
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, perubahan yang terjadi biasanya berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tampa lender darah
lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali. (Lia, 2013)
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam pada
orang dewasa. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan ratarata pengeluaran tinja normal
bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Nining, 2016)
Diare adalah buang air besar lebih sering, lebih banyak dan dengan
konsistensi yang lebih lembek atau encer dari biasanya (Sofwan, 2010).
2.1.2 Klasifikasi
Secara klinik, diare di bedakan menjadi tiga macam sindrom, masing-
masing mencerminkan patogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatan.
a. Diare Akut (Diare)
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat (Noerasid, suraatmadja dan asnil, dikutip suharyono,
boediarso dan halimun 1988). Diare berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan
kebanyakan kurang dari 7 hari) dengan di sertai pengeluaran feses lunak atau cair,
sering tanpa darah, mungkin di sertai muntah dan panas (Depkes RI & DITJEN
PPM & PLP, 1999). Diare akut (berlangsung kurang dari 3 minggu), penyebabnya
infeksi dan bukti penyebabnya harus di cari ( perjalan ke luar negeri, memakan
makanan mentah, diare serentak dalam anggota keluarga dan kontak dekat),
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 6

Watson, dikutip Jones & Irving, 1996: behrman, kliegman, &Arvin 1996
(Sodikin, 2014).
b. Disentri
Disentri di definisikan dengan diare yang di sertai darah dalam feses,
menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama disentri akut yaitu shingella,
penyebab lain adalah campylobacter jejuni, dan penyebab yang jarang di temui
adalah E. Coli enteroinvasife atau salmonela. Pada orang dewasa muda, disentri
yang serius di sebabkan oleh entamoeba histolytica, tetapi jarang menjadi
penyebab disentri pada anak (Sodikin, 2014).
c. Diare presisten
Diare presisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari, kejadian dapat di mulai sebagai diare cair atau
disentri. Diare jenis ini menyebabkan kehilangan berat badan yang nyata, dengan
volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga beresiko mengalami dehidrasi.
Diare presisten tidak di sebabkan oleh penyebab mikroba tunggal E. Coli
enteoaggregatife, shingella, dan Cryptosporidium, mungkin penyebab lain
berperan lebih besar (Sodikin, 2014).
d. Etiologi
Diare merupakan satu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran pencernaan
yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri virus dan parasit.
Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran pencernaan manusia
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh organisme tersebut.
Bakteri patogen seperti ecolisalmonella dan vibrio cholera contoh bakteri patogen
yang menyebabkan epidemi diare pada anak.
Etiologi dari diare akut antara lain:
1) Faktor infeksi disebabkan oleh bakteri, virus
2) Faktor non infeksius
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 7

a) Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intolerans,i laktosa, maltosa dan
sukrosa), non sakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
Malabsosbsi : long chain triglyseride,
Malabsorbsi : asam amino, B-laktoglobin
b) Faktor makanan
Makanan basi beracun alergi terhadap makanan ( milk alergy, food
alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy.
c) Faktor psikologis: rasa takut cemas (Nuari, 2015).
d) Faktor perilaku yang meliputi:
- Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman.
- Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
- Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
- Penyimpanan makanan yang tidak higienis. (Nining, 2016)
3) Penyebab diare infeksi akut
Tabel 2.1 Penyebab diare infeksi akut (Suratun, 2010)
Penyebab Onset Durasi Tanda gejala
1. Viral 18-24 jam 14-48 jam Eksplosif, diare berair, mual,
Rotavirus, norwalk muntah, kram abdomen
2. Bakteri 4-24 jam 3-4 hari Frekuensi 4-5 kali/hari, mual,
E. coli lemas, demam ringan
Enterohemoragik E. Coli 4-24 jam 4-9 hari Diare berdarah, kram hebat,
demam
Shigella 24 jam 7 hari Diare dengan konsistensi cair,
berlendir dan mengandung darah,
tenesmus.
Salmonela 4-48 jam 2-5 hari Diare dengan konsistensi cair,
mual, muntah, nyeri abdomen,
demam
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 8

Lanjutan Tabel 2.1

Campylobacter spp 24 jam <7 hari Diare dengan konsistensi cair,


lemas, mual, kram, demam
ringan.
Clostridium perfringes 8-12 jam 24 jam Diare mengandung air, nyeri
abdomen, muntah
parasit 1-3 Beberapa hari -3 Serangan tiba-tib,
minggu bulan ekplosif,malodor, diare cair,
Giardia lamblia flatulensi, nyeri epigastrium dan
kram,mual

Entamoeba histolytica 4 hari Minggu-bulan Diare dengan darah dan mukus,


flatulens, distensi, kram abdomen,
demam, lekosit terdapat pada
feses
Crytosporidium 2-10 hari 1-6 bulan Diare cair, mual, muntah, kram
abdomen, penurunan berat badan
pada pasien AIDS

Sakit, perut, muntah, sakit kepala, diare berlendir dan berwarna kemerahan
suhu badan bervariasi, nadi cepat.
e. Kuman Virus
Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah, berlangsung
selama 2-3 hari.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 9

f. Diare Choleform
Gejala utama diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak mual,
bentuk feses seperti air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi.
g. Diare Desentrium
Gejala yang timbul adalah toksit diare kotoran mengandung darah dan lendir
yang disebut sindroma disentri jarang mengakibatkan hidrasi dan tanda yang
sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris perut kembung anoreksia mual
dan muntah (Nuari, 2015).
2.1.5 Patofisiologi Diare
Penyebab Diare akut atau diare adalah masuknya virus
(rotavirus,adenovirus, virus norwalk), bakteri atau toksin ( compylobacter,
salmonela, escherihia coli, yersinia, dan lainnya), parasit (biardia lambia,
cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin di mana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada Diare akut.Penularan Diare bisa
melaluifekal-oral darisatu penderita ke yang lainnya.Beberapa kasus ditemui
penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
( makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare.Jalan itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguanmotilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik atau hipoperistaltik.Akibat dari dihari itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit atau yang disebut dengan dehidrasi yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia)
gangguan gizi (intake kurang, ouput berlebih), hipoglikemia, dan gangguan
sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sebanyak khusus karena
gerakan gerakan peristaltik dan segmentasi usus. Namun akibat terjadi infeksi
oleh bakteri, maka pada saluran pencernaan akan timbul mur-mur usus yang
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 10

berlebih dan kadang menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga penderita
selalu ingin buang air besar dan berak penderita encer.
Mula-mula mikroorganisme salmonella, escherichia coli, vibrio disentri
dan entero virus masuk ke dalam usus, kisah Nabi kembangbiak toksin, kemudian

tumbuh lecet minum berlebih


Input inadekuat

Pembentukan
Kerusakan Informasi Input
limfosit
integritas kulit kurang menuru BB menurun
n
Kompensasi
tubuh Ansietas Pemasukan Perubahan
cairan inadekuat nutrisi kurang
Meningkatkan dari kebutuhan
suhu tubuh
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 11

Kekurangan Mata cowong,


Hipertermi volume cairan Dehidrasi ubun2 cekung

Jenis Diare Bayi Anak Remaja


Akut Diare Diare Diare
Infeksi sistemik Keracunan makanan Keracunan makanan
Akibat Infeksi sistemik Akibat pemakaian
pemakaian antibiotik
antibiotik Akibat pemakaian
antibiotik
Kronik Pasca infeksi Pasca infeksi Penyakit peradangan
usus
Defisiensi Defisiensi disakaridase
disakaridase sekunder Intoleransi laktosa
sekunder.
Sindrom iritabilitas Giardiasis
Intoleransi kolon
protein susu. Penyalagunaan
Penyakit seliak laktsatif (anoreksia
Sindrom nervosa)
iritabilitas kolon. Intoleransi laktosa

Fibrosis kistik. Giardiasis

Penyakit
seliakus.
Sindrom usus
pendek buatan

Sumber: Sodikin, 2014


UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 12

2.1.6 Komplikasi Diare


a. Syok Hipovolemik
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit memicu syok hipovolemik dan
kehilangan elektrolit seperti hipokalemia atau kalium<3meg/liter, dan asidosis
metabolik. Pada hipokalemia waspadai tanda-tanda penurunan tekanan darah,
anoreksia dan mengantuk.
b. Tubular Nekrosis Akut dan Gagal Ginjal
Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan.
Perhatikan pengeluaran urine kurang dari 30 ml per jam selama 2 sampai 3 jam
berturut-turut.
Sindrom Guillain Barre
c. Artritis
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare
karena campylabakteri, shigella, salmonella, atau yersinia spp.
d. Disritmia Jantung
Disritmia jantung berubah takikardi Atrium dan ventrikel, fibrilasi ventrikel
dan kontraksi ventrikel prematur akibat gangguan elektrolit terutama oleh karena
hipokalemia.
2.1.7 Penatalaksanaan Diare
Penatalaksanaan pada pasien diare dengan masalah keperawatan dehidrasi
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi farmakologi dan non farmakologi.
a. Terapi Farmakologi
1) Anti Diare
Loperamid(obat antimobilitas) dapat membantu mengurangi frekuensi Diare
khususnya pada pasien yang sedang melakukan perjalanan atau mempunyai
jadwal kegiatan yang ketat. Dosis maksimal awal Loperamide adalah 4 mg,diikuti
2 mg setiap diare dengan dosistotal sehari adalah 8 mg.Loperamide tidak
dianjurkan pada pasien diare dengan febris dan disentri. Adsorbent dapat
diberikan pasien dengan diare akutefikasi klinis kurang adekuat (Cahyono, 2014).
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 13

2) Probiotik
Probiotik didefinisikan sebagai preparasi sel mikroba atau komponen dari sel
mikroba yang mempunyai efek menguntungkan bagi kesehatan manusia.
Berdasarkan studi Meta analysis disimpulkan bahwa probiotik yang diberikan

Etiologi Metode diagnostik Terapi


Shigellosis Kultur tinja Ciprofloxacin 750 mg/hari
selama 3 hari atau azitromycin
500 mg/hari selama 3 hari
Salmonellosis (non Tifoid) Kultur tinja Levoflaxacin 500mg/hari selama
7 hari atau cefriaxon 1-2 gr / hari
selama 7-10 hari
Campylobacteriosis Kultur tinja Azitromicin 500mg/ hari selama
intestinal 3 hari
E coli yang memproduksi Kultur tinja Tanpa antibiotik, terapi suportif
toksin shiga dialisi untuk pasien gagal ginjal
Vibrio cholerea Kultur tinja Doxycycline 300mg/dosis
tunggal
Cl difficile Uji tinja untuk toksin A& B Kasus ringgan: metronidazole
menggunakan immunoassay 500mg/8jam selam 10 hari
Kasus berat : vancomycin
500mg/ 6jam selama 7-10 hari
Enteroigenic E coli dan _ Ciprofloxacin 500mg/ 12 jam 1-
diare perjalanan 3 hari
Diare : PCR Terapi cairan dan elektrolit
Norovirus Rapid antigen detection
Rotavirus Tes(tinja)
Giardiasis Mikroskopik Mertronidazole 250mg/ 8jam
selama 5-7 hari
Amebiasis usus Eliza atau kultur atau Metronidazole 750 mg/ 8 jam
mikroskopi tinja selam 5 hari
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 14

Strongyloidiasis Pemeriksaan mikroskopik tinja Albendazole 400 mg/ 12 jam


selama 7 hari
Dientamoeba fragilis Pemeriksaan mikroskopik tinja Paromomycin 25-35
mg/kg/hari/oral selama 7 hari
Blastosytis hominis Pemeriksaan mikroskopik tinja Metronidazole atau trimetropim
sulfamethoxazole 160 dan 800
mg/ 6 jam selama 10 hari
Kolitis akibat Biospi mukosa dan uji serologi Ganciclovir 5 mg/kg/ 12 jam IV
cytomegalovirus pada selama 14 hari
pasien
immunocompromiside

Sumber : Cahyono, 2014

b. Tatalaksana Umum (Non Farmakologi)


Tujuan tatalaksana pasien dengan diare adalah untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi, mempersingkat durasi sakit dan mencegah komplikasi.
Pada pasien dengan diare sedang sampai berat, tujuan utama terapi adalah
mengoreksi dan mempertahankan Keseimbangan cairan dan elektrolit baik
menggunakan larutan rehidrasi orang atau melalui cairan infus.
Makanan harus di di teruskan bahkan di tingkatkan selama diare untuk
menghidari efek buruk pada status gizi (Cahyono, 2014)
1) Penggantian Cairan dan Elektrolit
a) Rehidrasi Oral
Dilakukan pada semua pasien yang masih mampu minum pada diare akut.
Diberikan hidrasi intravena pada kasus dari hebat. Rehidrasi oral terdiri dari 3,5
gram natrium klorida dan 2,5 gram natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida,
dan 20 gram glukosa per liter air. Cairan rehidrasi orang dapat dibuat sendiri oleh
pasien dengan menambahkan setengah sendok teh garam, setengah sendok teh
baking soda dan 2 sampai 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau satu
cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Minum cairan sebanyak
mungkin atau berikan oralit. Bila tidak tersedia lenih banyak cairan rumah tangga
yang mempunyai osmolaritas rendah yang di anjurkan seperti air tajin, kuah
sayur, dan air matang.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 15

b) Hidrasi Intravena
Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat.NaCl atau laktat linger
harus diberikan dengan suplementasi kalium.
2) Monitor status hidrasi tanda-tanda vital dan output urine
a) Rumus Penggantian Cariran Metode Pierce
Penggantian cairan dapat menggunakan rumus metode pierce berdasarkan
keadaan klinis yaitu:
Dehidrasi ringan kebutuhan cairan 5% x KgBB
Dehidrasi sedang kebutuhan cairan 8% x KgBB
Titrasi berat kebutuhan cairan 10% x KgBB (Suratun, 2010)
Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang
sampai diarenya berhenti( terapi rumatan).
Jumlah cairan yang di beri harus sama dengan jumlah cairan yang telah
hilang melalui diare dan/atau muntah (previous water loses = PWL); di tambah
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang msih terus
berlangsung (concomitant water losses = CWL). Jumlah ini tergantung pada
derajat dehidrasi serta badan masing-masing anak atau kelompok umur (Nuari,
2015).
b) Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg) sesuai
derajat dehidrasi (Nuari, 2015)
Tabel 2.4 Jumlah cairan yang hilang pada anak umur <2 tahun
Dehidrasi PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250

c) Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg)
sesuai dengan derajat dehidrasi (Nuari, 2015).
Tabel 2.5Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2-5 tahun
Dehidrasi PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 16

d) Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur >15 tahun (BB 15-25 kg)
sesuai dengan derajat dehidrasi (Nuari, 2015)
Tabel 2.6Jumlah cairan yang hilang pada anak umur >15 tahun
Dehidrasi PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 25 65 25 115
Sedang 50 65 25 140
Berat 80 65 25 170

2.1.8 Derajat Dehidrasi Menurut Nuari


a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-
ubun dan mata cekung, minum normal, kencing normal.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, pre syok nadi cepat dan dalam, gelisah, sangat haus,
pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum
normal
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8-10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang di tambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan
darah turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat dalam,
ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum.
2.1.9 Tanda Gejala dan Derajat Dehidrasi (Hopkins, 2016)
Tabel 2.7 Tanda Gejala dan Derajat dehidrasi
Gejala/Tanda Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
Tingkat kesadaran Sadar Letargi Somnolen
CRT 2 detik 2-4 detik >4 detik, extermitas dingin
Membran mukosa Normal Kering Kering, pecah-pecah
Frekuensi jantung Sedikit ↑ Meningkat Meningkat
Frekuensi nafas Normal Meningkat Meningkat
TD Normal Normal atau ↓ Menurun
Nadi Normal Lemah Lemah atau tidak dapat di
palpasi
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 17

Turgor kulit Normal Lambat Lambat


Haluaran urin Menurun Oligoria Oliguria/anuria
Sumber : Hopkins, 2016

Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat di bagi atas tiga macam, yaitu

Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik


Rasa haus - + +
Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas
Kulit/ selaput lendir Basah Kering Kering sekali
Gejala SSP Apatis Koma Irritable, kejang-kejang,
hiperfleksi
Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat dan keras
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%

umur, alamat, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit (MRS)/pukul, tanggal


pengkajian/pukul (Suratun, 2010)
2.2.2 Keluhan Utama
Peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 18

bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24
jam, sedangkan ratarata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam
(Nining, 2016)
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
(1) suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak Dan
timbul diare.
(2) Feses cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
(3) Anus dan daerah sekitar timbul ke lecet karena sering defikasi
(4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
(5) Apabila pasienn telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
(6) Diuresis: terjadi oliguria bila terjadi dehidrasi
2.2.4Riwayat Kesehatan Meliputi
(1) Riwayat imunisasi
(2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(3) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya (Diare berkelanjutan)
2.2.5 Riwayat Nutrisi
(1) Asupan makanan
(2) Keluhan nyeri abdomen
(3) Distensi abdomen mual, dan muntah
(4) Berat badan biasanya turun
2.2.6 Pola Eliminasi
(1) Frekuensi defekasi sering lebih dari 3 kali sehari
(2) Feses cair mengandung lendir dan darah (diare infeksius)
2.2.7 Pemeriksaan Fisik
2.2.7.1 Keadaan Umum
(1) Baik, sadar (Diare dehidrasi ringan)
(2) Gelisah (Diare dehidrasi sedang)
(3) Lesu, lunglai atau tidak sadar, tidak ada urin (Diare dehidrasi Berat)
2.2.7.2 Berat Badan
(1) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 5%
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 19

(2) Hidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5 sampai 10%
(3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10 sampai 15%.
2.2.7.3 Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan pemeriksaan turgor.
Infeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi
2.2.7.4 Mulut Dan Lidah
(1) Mulut dan lidah basah( tanpa dehidrasi)
(2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sampai sedang)
(3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
2.2.7.5 Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus
yang meningkat (Suratun, 2010).
2.2.8 Definisi Kekurangan Volume Cairan
Kondisi individu yang mengalami penurunan intravaskular, interstisial,
atau intrasel (Wilkinson, 2015).
2.2.8 Batasan Karakteristik
(1) Perubahan status mental
(2) Penurunan turgor kulit dan lidah
(3) Penurunan haluaran urine
(4) Penuruanan pengisian vena
(5) Kulit dan membran mukosa kering
(6) Hematokrit meningkat
(7) Suhu tubuh meningkat
(8) Peningkatan frekuensi nadi
(9) penurunan tekanan darah,
(10) penurunan volume dan tekanan nadi
(11) Konsentrasi urine meningkat,
(12) penurunan berat badan yang tiba-tiba dan kelemahan (Wilkinson, 2015).
2.2.9 Faktor yang berhubungan
(1) Kehilangan volume cairan aktif
(2) Asupan cairan yang tidak adekuat
(3) Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti dalam diabet insipidus)
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 20

2.2.10 Kriteria Hasil


(1) Kekurangan volume cairan teratasi
(2) Keseimbangan elektrolit dan asam basah
(3) Hidrasi yang adekuat
(4) Status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat (Wilkinson,
2015).

2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
di tunjukan kepada kemampuan pasien dalam menggunakan koping secara luas,
supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada pasien.
Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal
dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus
dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif untuk memenuhi kebutuhan
tersebut(mempertahankan, pertumbuhan, dan reproduksi). Tujuan jangaka pendek
mengidentifikasi harapan perilaku pasien setelah manipulasi stimulasi fokal,
kontekstual, dan residual (Nursalam, 2011).
2.3. Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan
2.3.1 Hasil yang di harapkan: kekurangan volume cairan dapat di atasi yang di
buktikan oleh keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basah,
hidrasi dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat. (Wilkinson,
2015)
a) Manajemen Cairan
(1) Timbang popok jika di perlukan
(2) Pertahankan catatan intake dan output yang adekuat
(3) Monitor status hidrai
(4) Monitor tanda tanda vital
(5) Monitor asupan makanan dan cairan
(6) Lakukan terapi IV
(7) Monitor status nutrisi
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 21

(8) Dorong pemberian masukan oral


(9) Kolaborasi dengan tim medis lainnya.
b) Manajemen hipovolemik
(1) Pelihara IV line
(2) Monitor Hb dan Hematokrit
(3) Monitor tanda tanda vital
(4) Monitor respon pasien pada penambahan cairan
(5) Monitor berat badan
(6) Dorong pasien untuk menambah intake oral.
(7) Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
(8) Monitor adanya tanda gagal ginjal
2.4 Implementasi
Implementasi merupakan suatu tindakan yang di lakukan oleh perawat
terhadap pasien berdasarkan perencanaan sebelumnya untuk mencapai hasil yang
sesuai dengan kriteria hasil. Tindakan dapat dilaksanakan oleh perawat, pasien,
anggota keluarga, anggota tim kesehatan lainnya, atau kombinasi dari yang telah
disebutkan tadi.
Implementasi meliputi pasien, perawat, dan staf lainnya yang akan
melaksanakan rencana. Komponen lainnya dari proses keperawatan, seperti
pengkajian dan perencanaan, berlanjut selama komponen ini. Kemampuan
perawat untuk melaksanakan keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknis
mempengaruhi efektifitas tindakan yang diberikan. Implementasi terdiri atas tiga
fase: persiapan, implementasi, dan pasca implementasi. Dalam hal ini,
tanggungjawab dan peran perawat, termasuk advokasi pasien, koordinasi,
delegasi, dan dokumentasi selama setiap fase implementasi diuraikan (Christensen
& Kenney, 2009).
Berdasarkan intervensi keperawatan pada pasien dengan resiko kekurangan
volume cairan maka implementasi yang harus di lakukan antara lain: (Wilkinson,
2015)
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 22

1) Manajemen elektrolit.: meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah


komplikasi akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal atau yang tidak di
harapkan.
2) Pemantauan elektrolit: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan elektrolit
3) Manajemen cairan: meningkatkan kesimbangan cairn dan mencegah
komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau tidak di harapkan.
4) Pemantauan cairan: mengumpukan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan cairan.
5) Manajemen hipovolemia: mengekspansi volume cairan intravaskuler pada
pasien yang mengalami penurunan volume cairan
6) Terapi intravena: memberikan dan memantau cairan dan obat intravena
7) Pemantauan nutrisi: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mencegah atau meminimalkan malnutrisi.
8) Manajemen Asam-basa: meningkatkan keseimbangan asam basah dan
mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa.
9) Manajemen syok: meningkatakan keadekuatan perfusi jaringan untuk pasien
yang mengalami gangguan volume intravaskuler yang berat.

2.5 Evaluasi
Penilaian terakhir proses keperawatan di dasarkan pada tujuan keperawatan
yang di tetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan di dasarkan
pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah di tetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu. (Nursalam, 2011)
Evaluasi melibatkan perbandngan respon pasien saat ini dengan perilaku
dasar untuk menentukan kemajuan pasien dalam menentukan tujuan jangka pende
dan tujuan jangka panjang. Penilaian mengenai kemajuan pasien dibuat dengan
menganalisis dan menilai data objektif dan subjektif oleh perawat, pasien,
keluarga, dan anggota tim. Jika kemajuan tidak cukup dalam mencapai kriteria
hasil, pasien dan perawat memperbaiki rencana asuhan. Lembaga perawatan
kesehatan telah mengimplementasikan program perbaikan kualitas untuk
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 23

memperbaiki pemberian kesehatan. Program-program ini memiliki pengaruh


langsung pada asuhan keperawatan yang disediakan serta ketersediaan data untuk
evaluasi (Christensen & Kenney, 2009).
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan,
berorientasi pada tetiologi, dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuan
yang telah ditentukan tercapai. Sedangakan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang
dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna, berorientasi pada
masalah keperawatan, dan rekapitulasi atau kesimpulan status kesehatan pasien
sesuai dengan kerangka waktu yang diterapkan. Untuk memudahkan perawat
mengevaluasi atau memantau perkembangan pasien dengan menggunakan
komponen SOAP yakni S (data subjektif berupa keluhan pasien), O (data objektif
hasil pemeriksaan), A (analis pembandingan data dengan teori), dan P ( planning
atau perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan) (Rohmah, 2014).
Evaluasi keperawatan pada anak diere dengan masalah kekurangan volume
cairan, meliputi kriteria evaluasi (Wilkinson, 2015)
2.5.1 Kekurangan volume cairan teratasi
2.5.2 Keseimbangan elektrolit dan asam basah
2.5.3 Hidrasi yang adekuat
2.5.4 Status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

BAB 3. METODE PENULISAN

Bab ini membahas tentang metode penulisan yang digunakan dalam


menyelenggarakan studi kasus terhadap Asuhan Keperawtan Bayi Diare dengan
Masalah keperawatan Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD
Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018.
3.1 Desain Penulisan
Desain penulisan dalam proposal karya tulis ilmiah ini adalah desain studi
kasus. Studi kasus yang digunakan adalah studi untuk mengeksplorasi proses
Asuhan Keperawtan Bayi Diare dengan Masalah keperawatan Kekurangan
Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018
3.2 Batasan istilah
Batasan istilah (atau dalam versi kualitatif disebut sebagai definisi
operasional) adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu
yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang
merupakan kunci definisi operasional atau batasan istilah. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
oleh orang lain (Nursalam, 2011).
3.2.1 Definisi Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang diberikan
kepada klien secara langsung dan memberikan efek terapeutikserta bertujuan
untukmemnuhi kebutuhan dasar manusianya dan mencapai aktualisasi diri klien
dengan menggunakan metodologi proses keperawatan.
3.2.2 Definisi Diare
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, perubahan yang terjadi biasanya berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tampa lender darah
lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali. (Lia, 2013)
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 25

3.2.3 Definisi Kekurangan Volume Cairan


Kekurangan volume cairan merupakan penurunan cairan intravaskuler,
intertistiel, yang dapat mengakibatkan dehidrasi yang merupakan kehilangan
cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penyusun studi kasus ini adalah 2 bayi diare yang
menjalani rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkaara Lumajang dengan masalah
keperawatan Kekurangan Volume Cairan yang telah memenuhi kriteria sebagai
berikut:
3.3.1 Usia 0-12 bulan
3.3.2 Terdiagnosis diare dalam reka medik
3.3.3 Menyetujui informed consent
3.3.4 Dehidrasi (ringan, sedang, dan berat)
3.4 Lokasi dan Waktu
Pada studi kasus ini dilakukan asuhan keperawatan pasien bayi Diare
dengan masalah keperawatan Resiko Kekurangan Volume Cairan lokasi dan
dengan waktu sebagai berikut:
3.4.1 Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Haryoto
Lumajang. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit negeri di daerah Lumajang,
dan merupakan rumah sakit dengan jumlah kunjungan tertinggi di wilayah
Kabupaten Lumajang. Rumah sakit ini merupakan rujukan utama masyarakat
lumajang karena memiliki sumber daya manusia dan peralatan yang cukup
lengkap. Banyak pasien Bayi Diare yang tidak dapat di tangani di puskesmas di
rujuk ke rumah sakit ini.
3.4.2 Waktu
Waktu yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian studi kasus
tentang eskplorasi Asuhan Keperawtan Bayi Diare dengan Kekurangan Volume
Cairanini adalah pada bulan Maret-Mei 2018.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 26

3.5 Pegumpulan Data


Proses pengumpulan data ini terdiri dari macam-macam data, sumber data,
serta beberapa metode pengumpulan data penelitian kualitatif dalam keperawatan.
Metode pengumpulan data penelitian kualitatif dalam keperawatan yaitu
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi (Afiyanti & Rachmawati, 2014)
3.5.1 Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil
secara langsung (Hidayat, 2012). Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan
pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan
informal. Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari
pertanyaan-pertanyaan informal ke formal. Wawancara ditujukan untuk
mendapatkan informasi dari individu yang diwawancarai. Peneliti melakukan
wawancara mengeksplorasi perasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan (Afiyanti
& Rachmawati, 2014).
Wawancara pada pasien Diare di sini meliputi identitas pasien, identitas
penanggung jawab, riwawat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat
kesehatan (misalnya riwayat imunisasi atau riwayat alergi terhadap makanan),
pola nutrisi (misalnya asupan makanan), dan pola eliminasi (misalnya, berapa kali
BAB, konsistensi BAB, san lain-lain)
3.5.2 Observasi
Salah satu strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah
observasi. Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Pengumpulan data dengan cara
observasi ini dapat digunakan apabila objek penelitian adalah perilaku manusia,
proses kerja, atau responden kecil (Hidayat, 2012).
Tujuan dari melakukan observasi adalah mengkonfirmasi semua yang
diamati oleh peneliti atau observer secara deskriptif dan informatif. Kegiatan
observasi meliputi memerhatikan dengan saksama, termasuk mendengarkan,
mencatat, dan mempertimbangkan hubungan antaraspek pada fenomena yang
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 27

sedang diamati. Untuk memperoleh hasil observasi yang akurat dan tepat, peneliti
diwajibkan memiliki keterampilan dalam melakukan observasi dan mempunyai
waktu yang cukup untuk melakukan pendalaman dalam situasi yang akan diteliti
(Afiyanti & Rachmawati, 2014).
Pada pasien Diare dengan masalah keperawatan kekurangan volume
cairan, beberapa hal yang perlu di observasi antara lain yaitu masukan dan
pengeluaran ciaran, tanda tanda vital, integumen dan mukosa pasien, serta tingkat
kesadaran.
3.5.3 Studi Dokumentasi
Peneliti menggunakan pengumpulan data dengan metode studi dokumen
karena dokumen dapat memberi informasi tentang situasi yang tidak dapat
diperoleh langsung melalui observasi langsung atau wawancara. Media yang
termasuk studi dokumentasi, antara lain yaitu buku harian pribadi, surat,
otobiografi dan biografi serta dokumen dan berbagai laporan dinas. Sumber
dokumen bisa dari yang informal sampai formal. Penelitian keperawatan bisa
menggunakan jadwal, laporan, dan catatan kasus, standar asuhan dan lainnya
sebagai sumber. Peneliti memperlakukan sumber tersebut layaknya transkrip
wawancara atau hasil catatan hasil observasi, yang nanti dapat dianalisis dengan
memberikan kode dan kategori (Afiyanti & Rachmawati, 2014).
Studi dokumentasi pada penelitian ini yaitu dengan melihat pemeriksaan
penunjang pasien seperti hasil laboratorium, hasil USG, ataupun berupa status
pasien.
3.6 Analisa Data
Analisis data pada pendekatan kualitatif merupakan analisis yang bersifat
subjektif karena peneliti adalah instrumen utama untuk pengambilan data dan
analisis data penelitiannya. Secara umum kegiatan analisis data pada pendekatan
kualitatif memiliki empat tahapan, yaitu sebagai berikut (Afiyanti & Rachmawati,
2014).
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 28

3.6.1 Pengumpulan data


Dengan menggunakan hasil WOD (Wawancara, Observasi, dan Studi
Dokumentasi). Hasil tersebut ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian
disalin dalam bentuk transkip atau catatan terstuktur.
3.6.2 Mereduksi data
Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif
dan data objektif, dianalisa berdasakan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian
dibandingkan dengan nilai normal.
3.6.3 Penyajian data
Dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, ataupun teks naratif.
3.6.4 Kerahasiaan pasien dijaga dengan cara mengaburkan identitas pasien.
3.6.5 Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian dibahas dan dibandingkan dengan hasil-
hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.
Penarikkan kesimpulan dilakukan dengan cara induksi. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan.
3.7 Etika Penulisan
Prinsip dasar etik merupakan landasan untuk mengatur kegiatan suatu
penelitian. Pengaturan ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan sesuai kaidah
penelitian antara peneliti dan subjek penelitian. Subjek penelitian kualitatif adalah
manusia dan peneliti wajib mengikuti seluruh prinsip etik penelitian selama
melakukan penelitian (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Pertimabangan etik dalam
studi kualitatif berkenaan dengan pemenuhan hak-hak partisipan seperti sebegai
berikut.
3.7.1 Surat persetujuan (Informed consent)
Informed Consent seperti yang biasanya digunakan pada penelitian
kuantitatif akan menjadi masalah karena sifat penelitian kualitatif yang tidak
menekankan tujuan yang spesifik di awal. Penelitian kualitatif bersifat fleksibel,
dan mengakomodasi berbagai ide yang tidak direncanakan sebelumnya yang
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 29

timbul selama proses penelitian. Peneliti tidak mungkin menjelaskan keseluruhan


studi yang akan dilakukan di awal, maka perlu adanya Persetujuan Setelah
Penjelasan (PSP) dari manusia sebagai subjek atau partisipan yang dipelajari.
Persetujuan partisipan merupakan wujud dari penghargaan atas harkat dan
martabat dirinya sebagai manusia. PSP merupakan proses memperoleh
persetujuan dari subjek/partisipan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
yang dilakukan (Afiyanti & Rachmawati, 2014).
3.7.2 Tanpa nama (Anonimity)
Penulis tidak mencantumkan nama responden atau hanya menuliskan kode
responden pada lembar pengumpulan data dan saat data disajikan. Data tersebut
disimpan di file yang khusus dengan kode responden yang sama (Hidayat, 2012).
3.7.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Penulis menjaga kerahasiaan data dan berbagai informasi yang diberikan
oleh para partisipannya dengan sebaik-baiknya, untuk menjamin kerahasiaan data,
penulis wajib menyimpan seluruh dokumentasi hasil pengumpulan data berupa
lembar persetujuan mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman dan transkrip
wawancara dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh penulis (Afiyanti
& Rachmawati, 2014).
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

BAB 5. PENUTUP

Setelah Menguraikan Dan Membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien


Diare Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Di Ruang
Kenanga RSUD Dr. Haryoto Lumajang, Maka Pada Bab Ini Penulis Akan
Menyimpulkan Dan Menyampaikan Saran Untuk Perbaikan Asuhan Keperawatan
Di Masa Yang Akan Datang.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian Keperawatan
Dari Hasil Pengkajian Yang Telah Di Lakukan Dapat Di Simpulkan
Bahwa Kedua Klien Yaitu By.A Dan By. S Sama Sama Mengalami BAB Lebih
Dari 3x Dalam Sehari, Turgor Kulit Kurang Dan Mukosa Bibir Kering, Klien
Tidak Mau Minum, Dan Juga Ibu Klien Tidak Memberikan Anaknya ASI
Esklusif Selama 6 Bulan, Hal Ini Di Ketahui Karena Ibu Klien Memberi Makanan
Tambahan Pada Ananya Saat Usia Masih Di Bawah 6 Bulan.
5.1.2Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Hasil Pengkajian Yang Telah Di Lakukan, Di Dapatkan
Diagnosa Keperawatan Yaitu Kekurangan Volume Cairan Berhubungan Dengan
Kehilangan Volume Cairan Aktif. Pengangkatan Diagnosa Ini Sudah Memenuhi
Minimal 2 Batasan Karakteristik Yang Sesuai Dengan NANDA. Dimana Kedua
Klien Yaitu By. A Dan By. S Sama Sama Memenuhi Batasan Karakteristik
Diagnosa Keperawatan Kekurangan Volume Cairan.
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Adalah Suatu Perencanaan Dengan Tujuan
Merubah Atau Memanipulasi Stimulus Fokal, Kontekstual, Dan Residual.
Pelaksanaannya Juga Di Tunjukan Kepada Kemampuan Pasien Dalam
Menggunakan Koping Secara Luas, Supaya Stimulus Secara Keseluruhan Dapat
Terjadi Pada Pasien (Nursalam, 2011)
Disini Penulis Menuliskan 5 Intervensi Yang Akan Di Lakukan Pada
Kedua Klien Dengan Diagnosa Keperawatan. Dengan Intervensi Ini Diharapkan
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

Dalam Waktu 3x24 Jam Kebutuhan Cairan Kedua Klien Dapat Terpenuhi Dan
Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Dapat Di Atasi.
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan Keperwatan Yang Di Lakukan Sebelumnya Mengacu Pada 5
Intervensi Yang Terlah Di Buat. Kedua Klien Mendapat 5 Tindakan Keperawatan
Yang Sama Guna Mengatasi Masalah Kekurangan Volume Cairan. 5 Tindakan
Yang Di Lakukan Adalah Memantau Intake Dan Outout Cairan, Manajemen
Cairan, Manajemen Hipovolemi, Terapi Intravena Dan Pemantauan Status
Nuntrisi Kedua Klien Dengan Melakukan Penimbangan Berat Badan Secara
Rutin.
5.1.5Evaluasi Keperawatan
Dalam Melakukan Evaluasi Keperawatan Mengacu Pada Kriteria Hasil Di
Intervensi Yang Telah Di Buat Sebelunya, Terdapat 3 Kriteria Hasil Yang Ada
Pada Evaluasi Keperatan Yang Telah Di Buat Yaitu Keseimbangan Cairan Dan
Elektrolit, Peningkatan Rehidrasi, Dan Kebutuhan Nutrisi Makanan Dan
Minuman Yang Adekuat. Setelah Di Lakukan Evaluasi Pada Ke Dua Klien
Selama 3 Hari, Dapat Di Simpulkan Bahwa Masalah Keperawatan Pada Klien By.
A Dapat Di Atasi Di Hari Ke 3, Sedangkan Klien By.S Setelah Di Lakukan
Tindakan Keperawata Selama 3 Hari Dan Di Evaluasi Hasinya Menunjukan
Masalah Keperawatan Belum Teratasi.
5.2 Saran
5.1.1 Penelitian Selanjutnya
Di Harapkan Bagi Peneliti Selanjutnya Yang Akan Mengambil Kasus
Diare Pada Anak Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan
Dapat Memberikan Asuhan Keperawatan Yang Optimal Dan Berkualitas. Peneliti
Dapat Mengkaji, Menganalisa Dan Merumuskan Masalah Keperawatan Lebih
Dalam Lagi Sehingga Masalah Keperawatan Dapat Di Atasi.
5.1.2 Perawat
Di Harapkan Perawat Dapat Memberikan Pelayanan Yang Koperhensif
Dan Profesional Pada Pasien Bayi Diare Dengan Masalah Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan. Dan Pemberian Healt Edukasi Tentang Pemenuhan
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

Cairan Pada Pasien Diare Di Rasa Sangat Perlu Guna Mencegah Timbulnya
Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan.
5.1.3 Rumah Sakit
Di Harapkan Setelah Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

Daftar Pustaka

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif


Dalam Riset Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education , 504.
Cahyono, S. (2014). Tatalaksana Klinis Di Bidang Gastro Dan Hepatologi.
Jakarta: CV Sagung Seto.
Christensen, P. J., & Kenney, J. W. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi Model
Konseptual. Jakarta: EGC.
Dinkes Jawa Timur. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012.
Surabaya: Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Timur.
DINKES Jawa Timur. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012.
Surabaya: Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Timur.
Dinkes Lumajang. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang 2014. 18.
DINKES LUMAJANG. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang 2014. 18.
Hidayat, A. A. (2012). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah Ed.2.
Jakarta: Salemba Medika.
Hopkins, T. (2016). Intisari Medikal Bedah. Jakarta: Egc.
Kemenkes . (2015). Infodatin. Jakarta: Kementrian Kesehatan Ri.
Kemenkes. (2015). Infodatin. Jakarta: Kementrian Kesehatan Ri.
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Mardayani . (2014). Evaluasi Penggunaan Kombinasi Zink Dan Probiotik Pada
Penanganan Pasien Diare Anak Di Instalasi Rawat Inap Rsud Undata Palu
Tahun 2013. Online Journal Of Natural Sience , 63.
Ngatisyah. (2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nining, Y. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.
Nuari, N. A. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan
Gastrointestinal. Jakarta: Cv. Trans Info Media.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Rohmah, N. (2014). Proses Keperawatan Teori Dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKLUSIF


Topik : ASI Eklusif

C. Kegiatan penyuluhan
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

TahapKegiatan Kegiatan penyaji Kegiatan peserta MediaPembukaan


(5 menit)  Salam pembuka Memperhatika Ceramah dan tanya
 Menjelaskan n jawab
maksud dan tujuan mendengarkan
penyuluhan. dan menjawab
 Memberi pertanyaan
pertanyaan
perihalyang akan
disampaikan
Penyajian  menjelaskan Memperhatika Ceramah dan Leflet
(10 menit ) pengertian ASI n dan
Eksklusif mendengarkan
 menjelaskan keterangan
kandungan ASI
 menjelaskan
keuntungan ASI
untuk ibu
 menjelaskan
keuntungan ASI
untuk bayi
 menjelaskan teknik
cara menyusui yang
benar
 menjelaskan cara
pemberian dan
penyimpanan ASI
bagi ibu yang bekerja
 menjelaskan masalah
dalam menyusui dan
penanganannya

Tanya Jawab •Memberikan Mengajukan


(10 menit) kesempatan untuk pertanyaan
bertanya hal yang pada
belum dimengerti penyaji
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

Penutup ( 5 menit)  Memberikan Memperhatikan, Ceramah dan Tanya


kesimpulan mendengarkan, jawab
bertanya pada dan menjawab
Audiens salam.
 Mengevaluasi
hasil penyuluhan
•Salam penutup

Materi
A. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (Depkes RI,
2004
ASI Eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara eksklusif
saja, tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur
susu, biscuit, bubur dan nasi tim (Utami,2005)
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara
(WHO,2001)
Jadi dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian
ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi serta dapat
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

B. KANDUNGAN ASI
ASI mengadung:
1. Laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam
usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat
untuk:
 Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
 Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
 Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
 Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
2. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin.
3. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi
D. Keuntungan ASI
 ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan
jamur.
 ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayii.
 ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Kontak kulit dini akan berpengaruh terhadap perkembangan bayi.
Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih saying dengan
memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek
psikologis yang besar. Interaksi yang timbul waktu menyusi antara ibu dan
bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan aman sangat
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

penting untuk membangun dasar kepercayaan bayi (basic sense of trust)


yaitu dengan mulai mempercayai oranglain (ibu), maka selanjutnya akan
timbul rasa percaya pada diri sendiri.
 Mengupayakan pertumbuhan yang baik
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

DAFTAR PUSTAKA

Kristiyansari Weni, 2009,ASI, Menyusui & Sadari, Nuha Medika, Yogyakarta


Suradi, Rululina dkk,2008, Manfaat Asi dan Menyusui,Fakultas
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKLUSIF


Topik : MP ASI
Pokok Bahasan : Pentingnya MP ASI
Sasaran : Keluarga Pasien By. S dan By.A

TahapKegiatan Kegiatan penyaji Kegiatan peserta MediaPembukaan


(5 menit)  Salam pembuka Memperhatikan Ceramah dan tanya
 Menjelaskan mendengarkan jawab
maksud dan tujuan dan menjawab
penyuluhan. pertanyaan
 Memberi
pertanyaan
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

perihalyang akan
disampaikan
Penyajian  Pengertian MP- Memperhatikan Ceramah dan Leflet
(10 menit ) ASI dan mendengarkan
 Pemberian keterangan
makanan anak
umur 0-24 bulan
yang baik dan
benar
 Cara membuat
MP-ASI
 Permasalahan
dalam memberikan
MP-ASI pada bayi
 Akibat
pemberian MP-
ASI terlalu
dini
Tanya Jawab  Memberikan Mengajukan
(10 menit) kesempatan untuk pertanyaan pada
bertanya hal penyaji
yang belum
dimengerti
Penutup ( 5 menit)  Memberikan Memperhatikan, Ceramah dan Tanya
kesimpulan mendengarkan, jawab
bertanya pada dan menjawab
Audiens salam.
 Mengevaluasi
hasil penyuluhan
 Salam penutup
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

A. Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)


Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, oleh karena itu
tenaga kesehatan mempunyai peranan penting dalam membantu
keluarga dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian
MP ASI berarti memberikan makanan lain sebagai pendamping ASI
yang diberikan pada bayi dan anak mulai usia 6-24 bulan. MP ASI
yang tepat dan baik merupakan makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan
optimal. MP ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak,
mulai dari MP ASI bentuk lumat, lembik sampai anak menjadi
terbiasa dengan makanan keluarga. Di samping MP ASI pemebrian
ASI terus dilanjutkan sebagai zat gizi dan faktor pelindung penyakit
hingga anak mencapai usia dua tahun.
Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau
anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI
(Depkes RI, 2006). MP-ASI adalah makanan bergizi yang diberikan
mendampingi ASI kepada bayi berusia 6 bulan ke atas atau
berdasarkam indikasi medis, sampai anak berusia 24 bulan untuk
mencapai kecukupan gizinya (WHO, 2003).

B. Syarat MP ASI
Makanan yang diberikan pada bayi dan anak balita harus
memenuhi syaratsyarat berikut (As’ad, 2002) yaitu memenuhi
kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai usia, macam makanan
yang diberikan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan
makanan yang digunakan tersedia di daerah setempat. Kebiasaan
makan, bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima,
toleransi, dan keadaan faali anak, dengan selalu memperhatikan
higienitas makanan maupun lingkungan. MP ASI untuk bayi
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

sebaiknya mempunyai nilai energi, kandungan protein, vitamin dan


mineral yang sesuai kebutuhan (Muchtadi, 2004).

C. Cara Pemberian MP ASI


Pemberian MP ASI diberikan pada anak yang berusia 6 sampai
24 bulan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan
mengunyah dan menelan serta menerima macam-macam makanan
dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian MP ASI harus bertahap
dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental,
sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik dan akhirnya
makanan padat. MP ASI sebaiknya diberikan secara bertahap, sedikit
demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk
yang lebih kental sampai padat. Minuman bersoda, minuman buah
yang manis, permen, biskuit manis adalah makanan selingan yang
tidak baik diberikan kepada anak karena banyak mengandung gula
tetapi kurang zat gizi lainnya.

D. Jenis MPASI
MP ASI sebaiknya dapat menyiapkan sendiri makanan untuk bayi
menggunakan makanan lokal, dengan harga yang murah dan mudah didapat
dan bentuknya bervariasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menyiapkan makanan bayi dirumah, yaitu: Menyiapkan makanan bayi harus
bersih (bebas dari kotoran) dan saniter (bebas dari mikroba penyakit),
menggunakan bahan yang segar, jika ingin menambahkan gula maka gunakan
sedikit saja, haluskan buah segar yang telah dicuci bersih dan dikupas seperti
pisang, pepaya dan lainnya, Makanan bayi yang dimasak dapat segera
disimpan dalam wadah tertutup.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

E. Bahan Makanan Pendamping ASI


Makanan campuran yang ideal untuk bayi atau anak dibawah usia dua
tahun yaitu:
1. Makanan Pokok
Makanan pokok merupakan bahan dasar yang sangat baik untuk
membuat makanan pendamping ASI sebab biasanya lebih murah
dibandingkan jenis makanan lain dan juga merupakan sumber karbohidrat.
Contohnya seperti beras, jagung, singkong, ubu jalar, sagu dan beberapa
umbi-umbian seperti talas dan kentang.
2. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan diperlu juga oleh bayi untuk memenuhi
kebutuhan protein yang sangat penting untuk pertumbuhan. Contohnya,
kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah dan masih
banyak lagi jenis kacangkacangan.
3. Bahan pangan hewani
Hampir semua bahan pangan hewani bergizi tinggi dan sangat baik
digunakan campuran makanan bayi. Bahan pangan hewani yang baik
untuk bayi antara lain, daging sapi, ayam, ikan segar, telur dan susu
beserta hasil olahannya seperti keju.
4. Sayuran Berwarna
Jenis sayuran yang baik untuk campuran makanan bayi adalah
sayuran yang kaya akan kandungan karotennya seperti sayuran berwarna
jingga dan hijau. Contoh sayuran yang umum dipergunakan bahan
campuran makanan bayi adalah wartel, tomat merah, bayam, kangkung
dan lainnya
5. Buah-buhan
Sebaiknya pilih buah yang berwarna jingga dan tidak asam seperti,
pepaya, pisang, jeruk manais dan lainnya
6. Lemak dan minyak
Lemak dan minyak memberi rasa lebih gurih dan makanan menjadi
lebih lunak dan mudah ditelan. Beberapa jenis lemak yang dapat
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

ditambahkan pada makanan bayi antara lain mentega, keju dan jenis
minyak yang umum digunakan yaitu minyak kelapa, santan, minyak
kacang, minyak jagung dan lainnya.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr

DAFTAR PUSTAKA

Hasdianah, dkk. 2014. Gizi, Pemantapan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta:

Nuha Medika.
UPAYA PENANGANAN DEHIDRASI PADA PASIEN DIARE
ANAK DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada
Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

KURNIAWATI
J 200 130 033

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
i
ii
iii
UPAYA PENANGANAN DEHIDRASI PADA PASIEN DIARE ANAK
DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Kurniawati, Endang Zulaicha Susilaningsih Program Studi DIII Keperawatan Fakultas


Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos 1,
Pabelan Kartasura Email: kurniawati0033@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang: Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama
pada anak-anak. Kurang lebih 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada
2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian pada diare adalah karena dehidrasi
sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Insiden diare balita di Boyolali
berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 6,5 % (kisaran Provinsi 3,2 % - 13 %), yang
dimana angka tersebut tinggi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah 5 %. Tujuan
umum: untuk mengetahui adanya penanganan dehidrasi pada anak dengan diare sesuai
dengan prosedur perawatan.Tujuan khusus: untuk melakukan pengkajian, analisa data,
perencanaan keperawatan, implementasi dan mengevaluasi dehidrasi pada anak
diare.Metode: karya tulis ilmiah di susun menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus dengan cara mengumpulkan data, menganalisis dan menarik
kesimpulan data.Hasil: dari implementasi yang dilakukan salah satunya adalah pemberian
oralit dan zink diperoleh hasil BAB dari 10x dalam sehari menjadi 2x dalam sehari dan
BAB yang cair dan berlendir mencadi berampas. Kesimpulan: Pemberian zink dan oralit
dapat mengurangi frekuensi BAB. Zink berfungsi mempersingkat lamanya diare.
Pemberian oralit dapat digunakan untuk meningkatkan keseimbangan elektrolit dan
pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang tidak normal. Oralit diberikan untuk
mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang hilang karena diare.

Kata Kunci: Diare, Dehidrasi, Oralit, Zink

1
DEHYDRATION TREATMENT EFFORT TOWARD CHILDREN PATIENT WITH
DIARRHEA AT PANDAN ARANG REGIONAL HOSPITAL BOYOLALI

Kurniawati, Endang Zulaicha Susilaningsih


Study program DIII of Nursing Faculty of Health Sciences
Muhammadiyah University of Surakarta
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura
Email: kurniawati0033@gmail.com

Abstract

Background: Diarrhea disease still become health problem in Indonesia, especially on


children. Approximately 80% of deaths related to diarrhea occurred in the first 2 years of
life. The main causes of death in diarrhea is dehydration due to loss of fluid and
electrolytes. The incidence of diarrhea toddler in Boyolali based on diagnosis or
symptoms of 6.5% (range 3.2% province - 13%), which is where the figure is high
compared with 5% in Central Java Province. The General Objectives: To investigate the
handling of dehydration in children with diarrhea in accordance with maintenance
procedures. The specific objectives: To do the assessment, data analysis, nursing
planning, implementation and evaluation of dehydration in children with diarrhea.
Methods: Scientific papers prepared using the descriptive method with case study
approach by collecting data, analyzing the data and draw a conclusion. Results : From
the implementation done one of them is the provision of oral rehydration salts (oralit)
and zinc obtained the result defecate in a day from the 10x to 2x a day and defecation are
liquid and mucus become pulpy. Conclusion: Giving zinc and oral rehydration salts
(oralit) can reduce the frequency of defecation. zink serves to shorten the duration of
diarrhea. oral rehydration salts (oralit) can be used to improve electrolyte balance and
prevention of complications due to abnormal fluid levels.

keywords: diarrhea, dehydration, oral rehydration salts (oralit) , zink


PENDAHULUAN
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama pada
anak-anak. Kurang lebih 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada
2 tahun pertama kehidupan.Penyebab utama kematian pada diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit (Sodikin,
2011).Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan
(10,4%), laki-laki (7,0%), tinggal di daerah perkotaan (6,7%), dan kelompok kuintil
indeks kepemilikan terbawah (7,8%) (Santoso dkk, 2013).
Insiden diare di Indonesia adalah 7,0 % (kisaran Provinsi 3,4%-14,7%). Secara
nasional angka kematian pada KLB diare pada tahun 2014 sebesar 1,14%. Target
yang diharapkan <1%, dengan demikian CFR KLB diare di indonesia tidak
mencapai program (KemenKesRI, 2015).
Insiden diare balita di Provinsi Jawa Tengah adalah 5,0 persen (Santoso, 2013).
Penyakit diare masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah,
terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit diare. Pada tahun 2011,
jumlah kasus diare di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah sebanyak 839.555
penderita. Dengan cakupan penemuan penyakit diare sebesar 48,5%, Data selama
lima tahun terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan diare masih di bawah
target yang diharapkan yaitu sebesar 80%, Incidence Rate (IR) sebesar 1,95%
dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0.021%. Pada tahun 2012 cakupan pen-
emuan dan penanganan diare sebesar 42,66% lebih rendah dibanding tahun 2011
yaitu sebesar 57,9% (Mafazah, 2013).
Menurut Riskesdas Provinsi Jawa Tengah, insiden diare balita di Boyolali
berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 6,5 % (kisaran Provinsi 3,2 % - 13 %),
yang dimana angka tersebut pada tinggi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah
5 % (Santoso dkk, 2013).
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya
terlihat sehat (Yusuf, 2011), dengan pengeluaran feses yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare
bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila
sudah lebih dari 4x buang air besar (Dewi, 2010).
Komplikasi yang dapat terjadi jika pasien dehidrasi karena diare adalah renjatan
hipovolemik, hipokalemia, hipotoni otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan
pada pemeriksaan EKG, hipoglikemia, kejang, malnutrisi energi protein (Dewi,
2010). Penyakit diare dapt menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi
dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien diare karena usus bekerja tidak
optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya keluar
bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi (Mardayani,
2014).
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
adanya penanganan dehidrasi pada anak dengan diare sesuai dengan prosedur
perawatan.
Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk melakukan
pengkajian, analisa data, perencanaan keperawatan, implementasi dan mengevaluasi
dehidrasi pada anak diare.
Berdasarkan fakta yang ada di lapangan tentang dehidrasi pada diare, maka
penulis sangat tertarik dengan mengangkat judul Karya Tulis ilmiah “Upaya
Penanganan Dehidrasi Pada Pasien Diare Anak di RSUD Pandan Arang Boyolali”
METODE
Karya tulis ilmiah penulis di susun menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yaitu dengan metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan
data, menganalisis data dan menarik kesimpulan data. Pengambilan kasus dilakukan
di RSUD Pandan Arang Boyolali di bangsal Edelwise dimulai pada tanggal 29
Maret sampai 1 April 2016. Dengan pasien berumur 6 bulan 11 hari (dihitung saat
pengkajian). Sumber data didapatkan dari ibu pasien, catatan keperawatan dan tim
kesehatan lain. Alat yang digunakan yimbangan, termometer, alat untuk
mengukur balance cairan, lembar penyuluhan tentang nutrisi dan cairan pada anak,
menjadi alat yang digunakan dalam pengembangan data.

5. HASIL
Studi kasus didapatkan hasil pasien An. S berumur 6 bulan 11 hari (18 september
2015), laki-laki, alamat Tulung, Klaten, tanggal masuk 28 Maret 2016, dibangsal Edelwis.
Keluhan utama ibu pasien mengatakan BAB pasien 10x dalam sehari. Riwayat
kesehatan sekarang, ibu pasien mengatakan pasien dibawa ke RSPA pada tanggal 28
Maret 2016, karena diare konsistensi BAB encer, kadang dengan lendir, kadang berwarna
hijau, muntah saat di Rumah Sakit 3x kira-kira 20 cc dan susah netek. Riwayat penyakit
terdahulu, ibu pasien mengatakan sebulan yang lalu pasien dirawat di RS Moewardi
selama 7 hari dengan diare. Riwayat kesehatan keluarga, ibu pasien mengatakan tidak ada
penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit pernafasan.
Riwayat prenatal, saat mengandung ibu mengkonsumsi vitamin dari bidan desa,
kelahiran spontan, langsung menangis, tidak ada kecacatan, umur kehamilan 42 minggu.
Pasien tidak memiliki alergi, imunisasi yang sudah diberikan Hepatitis B, BCG, DPT, BB
saat ini 5,5 Kg, Saat ini pasien dapat miring kanan dan kiri.
Pola nutrisi dan cairan, sebelum sakit, 2x sehari diberi sun 2-5 sendok teh, sering
minum ASI setiap 2 jam sekali selama 25-30 menit kecuali saat tidur. Saat sakit, nutrisi
yang masuk ASI selama 2-3 menit dan cairan infus D ¼ NS 16 tpm makrodrip lancar. BB
5.5 kg.
Tanda-tanda vital RR 50x/menit, suhu 36,6C nadi 120x/menit. Pemeriksaan fisik
didapatkan,kulit kepala tidak ada lesi, ubun-ubun cekung. Mata, simetris kanan dan kiri,
konjungtiva anemis, cekung. Telinga, simetris kanan dan kiri tidak ada gangguan
pendengaran. Hidung, terdapat sekret. Mulut membran mukosa kering. Abdomen, adanya
kulit kering, bintik-bintik kemerahan disekitar perut, bunyi bising usus 25 x permenit,
suara abdomen hypertimpani, turgor kulit kembali lambat. Anus, tidak terdapat
kemerahan, lembab.
Data penunjang pada tanggal 28 Maret adalah Hemoglobin 8.3 g/dl rendah (11.5-
15.5), lekosit 18.300 /ul tinggi (6000-17500), Neutrofil Segmen 67,5 % (30-70), Limfosit
31,5 % (20-40), monosit 1,0 % rendah (2-8), Hematokrit 27, 12% rendah (31-41),
Trombosit 465 10^3/uL tinggi (150-450), Eritrosit 4,37 10^6/uL (3,9-5,5), MCV 62 fL
rendah (80-100), MCH 19 pg rendah (27-32), MCHC 31 g/dL rendah (32-36), Natrium
131 mmol/L rendah (135-148), Kalium 3,2 mmol/L rendah (3,5-5,3), Chloride 97 mmol/L
rendah (98-107).
Terapi medis: Ambroxol 3 x 1 cth, Oralite 50 cc jika pasien diare, Zinc 5ml/12 jam,
Paracetamol jika panas, L-Bio 2 x sehari, centrimoksaxol 2 x 1cth. Injeksi : Cefotaxime
50 mg/ 8 jam, Ondancentron 0,5 mg / 8 jam, Furosemid 2,5 mg/12jam, Infus : RL 16 tpm/
D ¼ NS 16 tpm, KCl, D40.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah kekurangan volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan (diare), didukung oleh data ibu
pasien mengatakan anak diare dalam sehari 10x, feses berwarna hijau, berlendir, disertai
muntah, minum ASI sangat sulit lama menetek 2-3 menit. Data objektive: keadaan umum
apatis, tanda-tanda vital suhu: 36,6 C, nadi: 120 x/menit, RR: 50x/menit, BB: 5.5 Kg,
konjungtiva anemis, mata cekung, kulit terlihat kering, mukosa kering, ubun-ubun cekung,
turgor kulit kembali lambat, Natrium 131 mmol/L rendah (135-148), Kalium 3,2 mmol/L
rendah (3,5-5,3). Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24jam kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil: ubun-ubun tidak cekung,
mukosa lembab, cairan terpenuhi, tidak terjadi dehidrasi. Rencana keperawatan dari
diagnosa diatas adalah beri larutan rehidrasi oral, untuk rehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan melalui feses (Sodikin, 2011), kaji tanda-tanda vital, untuk mengetahui
adanyanya perubahan tanda vital data terjadi dengan cepat pada kekurangan cairan seperti
peningkatan nadi, pernafasan, maupun suhu tubuh, lakukan pemeriksaan fisik: turgor
kulit, membran mukosa, untuk menentukan status cairan atau derajat dehidrasi,
laksanakan program pemberian obat, untuk mengatasi penyebab masalah kekurangan
cairan, kolaborasi dengan dokterdalam pemberian cairan intravena, untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh (Tarwoto, 2015).
Tabel 1.1 implementasi (Selasa, 29 Maret 2016)
Jam Implementasi Respon
Memonitor tanda-tanda DS: -
DO: Nadi 120x/menit, Berat badan 5,5 kg, suhu
17.00 vital 36,6
C, RR 50x/menit

17.30 Memonitor tanda-tanda DS: Ibu pasien mengatakan BAB 10x


DO: Ubun-ubun cekung, mata cekung, mukosa
dehidrasi bibir
kering, turgor kulit kembali lambat
Menganjurka ib DS: Ibu pasien mengatakan anak tidak mau
18.00 n u untuk minum
selalu memberikan
ASI DO: Lama menetek 2-3 menit
Menganti
19.00 infus D¼NS DS: -
16 tpm makro
drip DO: Tetesan lancar
Memberikan DS: Ibu pasien mengatakan setelah pemberian
19.30 oralit 25 ml, oralit
dan zinc 5 ml dan zinc tidak muntah, sedikit-sedikit
DO: Oralit dan zinc yang diberikan habis

Tabel 1.2 implementasi (Rabu, 30 Maret 2016)


Jam Implementasi Respon
11.30 Memonitor tanda-tanda DS: -
DO: RR: 44x/menit, Suhu 37 C, nadi 132x/menit,
vital BB:
5,5 kg
Mencatat input DS: Ibu pasien mengatakan dari selasa jam 15.00
13.30 output BAB
masih 10x BAK 12x, muntah sekali ±
50 cc,
oralit diminumkan 3x dari kemaren
sebanyak 25
ml, ASI kira-kira ½ gelas, air putih ½ gelas
DO:Input: Air metabolisme: 5 cc x 5,5=27,5 cc
Infus: D ¼ NS 16 tpm makro
drip=1152/
24 jam
Inj.: cefotaxime 50mg/ 8jam (2,5ml)= 7,5
ml,
ondancentron 0,5mg/8j (0,25Ml)= 0.75
ml
obat oral: oralite: 25 mlx3 =75 ml/24
jam
Zinc: 5 ml x 2 =10 ml/24 jm
L-Bio: 2x1 cth= 4 ml
Ambroxol: 2 ml x 8 jam= 6 ml
ASI ±100 ml, Air putih ±100 cc
Output: IWL: 30-0,5 x 5 kg=162,25cc
Urine: 12 x 80 cc= 960cc
BAB: 50 x 10= 500 cc
muntah 50 cc
Memberikan
23.30 injeksi DS: -
Ondancentro DO: Saat dimasukkan injeksi lancar, tidak
n 0,5 mg ada
cefotaxime 50
mg kemerahan di sekeliling infus.

Tabel 1.3 Implementasi (Kamis, 31 Maret 2016)


Jam Implementasi Respon
Memonitor tanda-tanda
13.45 vital DS: -
DO: RR 45x/ menit, nadi 100x/ menit, suhu 38,1
C.
ubun-ubun cekung, mukosa bibir kering,
mata
cekung, turgor kulit kembali lambat
14.45 Menghitung input DS: ibu pasien mengatakan BAB 4x dari jam
output 15.00
rabu, BAK 12 x, tidak muntah, ASI yang
cairan masuk
DO: Input:
Air Metabolisme: 5 cc x BB (5,3 kg)=
26,5
Infus: D¼ NS 16 tpm : 1152 cc
injeksi:
cefotaxime 50 mg/ 8jam (2,5 ml/8 jam=
7,5
ml)
ondancentron 0,5 mg/ 8 jam (0,25
ml/8
jam= 0.75 ml
Obat Oral:
Oralite: 25 mlx3 =75 ml/24 jam, Zinc: 5
ml
x 2 =10 ml/24 jm
L-Bio: 2x1 cth= 4 ml
Ambroxol: 2 ml x 8 jam= 6 ml
ASI ± 50 ml
air putih ±100 cc
Output:
IWL: 30-umur x BB= 30 – 0,5 x 5,3
=
156,35
Urine: 12 x 80 = 960 cc
BAB: 4 x 50 = 200
16.00 Mengukur suhu badan DS: Ibu pasien mengatakan anak nya masih
pasien panas
DO: 37, 4 C

16.30 Memberikan injeksi DS:-


DO : Tidak ada kemerahan setelah disuntikkan,
Injeksi cefotaxime 50 mg, saat di
Ondancentron 0,5 mg masukkan lancar
Tabel 1.4 Implementasi (Jumat, April 2016)
Respo
Jam Implementasi n
08.00 Memonitor tanda-tanda DS: -
DO: Suhu 37,2 C, nadi 100x/menit, RR
vital 40x/menit
Terpasang kateter, terpasang NGT, turgor
kulit
langsung kembali, mukosa bibir masih
lembab,
ubun-ubun cekung
14.3 Menghitung input DS: Ibu pasien mengatakan urin tadi sudah
0 output dibuang di
garis 900, BAB 2x dari kemaren, obat
caira yang
diminumkan hanya kemaren dari jam 3 sore
baru
satu kali.
DO: Input:
Air metabolisme: 5 cc x BB (5,3
kg)= 26,5
Infus: D ¼ 16 tpm+ D 40 20 ml
(dimasukkan
di dalm infus)+ KCL 25 ml (dimasukkan
di
dalam infus)
Injeksi
Ondancentron 0,5mg/8jam (0,2
ml/8jam=0.75 ml)
Cefotaxime 50 mg/ 8jam (2,5 ml/8 jam=
7,5 ml)
Furosemid 2,5 mg/12 jam (0.25 ml/ 12
jam= 0,5 ml)
Obat oral: Pamol 2ml x 1 = 2ml
Oralite 25 ml x 1= 25 ml
L-Bio 2ml x 1= 2 ml
Zinc 5 ml x 1= 5 ml
Ambroxol 2 ml x 1= 2 ml
Cenfrioksaxol 2 ml x 1 = 2 ml
Air putih 50 cc
Output:
IWL: 30-umur x BB= 30 – 0,5 x 5,3 =
156,35
BAK (kateter) 900 cc
NGT 100 cc
BAB=50 x 2 = 100 cc
Tabel 2.1 Evaluasi
Tgl, jam Evaluasi
S: Ibu pasien mengatakan anak diare 10x, feses masih hijau, cair,
30 Maret berlendir,
2016 anaknya sulit menetek lama 2-3 menit, BAK 12x
15.0
0
12. Tanda-tanda vital: RR: 44x/ menit, S: 37 C, BB: 5,5 kg, N:
132x/menit mata cekung, mukosa bibir kering, ubun-ubun cekung,
turgor kulit kembali lambat
Balance cairan:
Input: Air metabolisme: 5cc x BB (5,5 kg)=27,5
Output: IWL: 30- umur x BB= 30-0,5x5,5kg=
162,25 Input-output= 1482,75-1672,25= -189,5

A: Tanda-tanda dehidrasi nampak

P: Lanjutkan intervensi
Monitor Tanda-tanda vital, Mencatat output input
cairan,anjurkan ibu
untuk memberikan ASI, Kolaborasi dengan dokter
S: Ibu pasien mengatakan anak diare 4x, feses sudah berampas
31 Maret walau masih
berlendir dan cair, BAK 12 x, minum ASI ±50cc, air putih yang
2016 diminum
15.0
0 kurang lebih ½ gelas
O: Tanda-tanda vital: RR: 45x/menit, Nadi: 100x/menit, Suhu: 38,1
C
Mata cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit kembali lambat,
BB: 5,3
Kg
Balance cairan :
Input – output= 1431,75 – 1316,35 = +115,4 cc

A: Tanda-tanda dehidrasi masih nampak

P: Lanjutkan intervensi
Pertahankan input cairan, monitor tanda-tanda vital, lakukan
pengkajian,
kolaborasi dengan dokter
S: Ibu pasien mengatakan anak BAB 2x, feses sudah ada ampas,
01 April warna hijau
kekuningan, BAK memakai selang, belum diberikan ASI, hanya
2016 15.00 diberikan
obat
12. Tanda-tanda vital: nadi 100x/menit, suhu 37,0 C, RR 40x/ menit,
turgor kulit langsung kembali, mata cekung, ubun-ubun cekung,
mukosa bibir lembab, berat badan 5,3 kg. Urine +200 kateter
Natrium 135 mmol/L, Kalium 2,14 mmol/L
Balance cairan:
input- output= 1365,25-1456,35= -91,1

A: Tanda-tanda dehidrasi berkurang, BAB 2x sehari

P: Lanjutkan intervensi
Berikan larutan parentral, monitor tanda-tanda vital, lakukan
pengkajian, kolaborasi dengan dokter
F. PEMBAHASAN
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair, dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sedangkan
neonatus 4 kali buang air besar (Dewi, 2010). Pengeluaran feses dinilai berlebih bila
sudah mencapai lebih dari 200 ml/m2 luas permukaan badan (Suratmaja, 2007).
Diare terjadi saat isi saluran cerna didorong melalui usus dengan cepat, dengan
sedikit waktu untuk absorbsi makanan yang dicerna, air dan elektrolit. Feses yang
dihasilkan menjadi encer biasanya hijau, dan berisi lemak yang tidak dicerna, karbohidrat
yang tidak dicerna, dan sejumlah protein yang tidak dicerna kehilangan air dapat terjadi
hingga sepuluh kali dari kecepatan normal kehilangan air, ketidakseimbangan elektrolit
dapat terjadi bersama kehilangan natrium, klorida, bikarbonat dan kalium. Diare yang
menyebabkan dehidrasi dapat menyebabkan syok hipovolemik dan dapat mengancam
jiwa pada bayi dan anak yang masih kecil (Axton, 2013).
Dehidrasi adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan
dan elektrolit. Dehidrasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kekurangan
cairan dan kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium).
Kelebihan asupan zat terlarut dapat menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara
berlebih serta pengeluaran keringat yang banyak dan dalam waktu yang lama (Saputra,
2013).
Menurut pedoman MTBS (2008) cit Rekawati (2013) gejala yang sering muncul pada
anak dehidrasi ialah mata cekung, malas minum, cubit kulit perut kembali lambat.
Menurut Sodikin (2011) gejala ubun-ubun cekung, tonus otot dan turgor kulit berkurang,
mukosa bibir kering. Konsistensi feses cair, berlendir, warna feses berubah menjadi
kehijau-hijauan bercampur empedu. Pada studi kasus pasien mengalami masalah muntah
pada saat diare yang dimana ada pada teori Sodikin (2011).Muntah dianggap sebagai
suatu cara perlindungan alamiah dari tubuh terhadap zat-zat yang merangsang
(Lolopayung, 2014). Menurut Wong (2009), berat badan yang turun dan kulit yang pucat
merupakan gejala yang muncul saat anak diare disertai dehidrasi.
Menurut Axton (2014) kekurangan volume cairan dan elektrolit adalah penurunan
jumlah volume cairan yang bersirkulasi. Diagnosa ini menunjukkan adanya dehidrasi yang
merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan natrium dan elektrolit(Wilkinson,
2011). Pasien mengalami dehidrasi terlihat dari tanda-tanda dan catatan input dan
outputnya. Pasien mengalami dehidrasi dikarenakan usus bekerja tidak sempurna sehingga
sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya dibuang bersama tinja sampai
akhirnya tubuh kekurangan cairan (Mardayani, 2014). Cairan dan elektrolit merupakan
komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan homeostatis
(Tarwoto, 2015). Elektrolit ada di seluruh cairan tubuh (Saputra, 2013),elektrolit
merupakan komponen yang berada baik dalam cairan intrasel maupun ekstrasel.
Ketidakseimbangan satu atau lebih komponen elektrolit akan terjadi mekanisme
pertahanan homeostatis (Tarwoto, 2015).
Derajat keparahannya dehidrasi dibagi menjadi tiga, yaitu: dehidrasi ringan tubuh
kehilangan cairan sebesar 5% dari berat badan, dehidrasi sedang tubuh kehilangan cairan
sebesar 5-10% dari berat badan. Serum natrium dalam tubuh mencapai 152-158 mEq/L.
Dehidrasi berat tubuh kehilangan cairan sebesar lebih dari 10 % dari berat badan (Saputra,
2013). Pada pasien ini terjadi dehidrasi dengan kategori ringan karena penurunan berat
badan awal 5,5 kg menjadi 5,3 kg (3,64% penurunan berat badan).
Pengeluaran urine jika pasien mengalami dehidrasi ringan urine keluar normal,
dehidrasi sedang pasien mengalami oliguria, dan dehidrasi berat pasien mengalami anuri
(Sodikin, 2011).
Natrium digunakan untuk keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan kontraksi
otot. Gangguan elektrolit natrium jika <135 mmol/L dinamakan Hiponatremia. Kalium
berfungsi untuk kontraksi otot. Gangguan elektrolit kalium jika <3,5 mmol/L dinamakan
Hipokalemia.

Dua gangguan elektrolit tersebut disebabkan karena diare (Tarwoto, 2015). Pada pasien
ini yang terjadi adalah Natrium 131 mmol/L rendah (135-148), Kalium 3,2 mmol/L
rendah (3,5-5,3).
Pemberian infus D ¼ NS 16 tpm (Per 5 mL mengandung : Natrium 38.5 meg/Liter,
Klorida 38.5 meg/Liter, Dextrose 50 gram/Liter (NaCl 2.25 gram, water for injeksion
1.000 mL).Osmolaritis : 355 mOsm/Liter.) digunakan untuk mengatur konsentrasi cairan
tubuh. Infus tersebut adalah larutan yang mempunyai osmolaritas lebih besar dari plasma
darah (Tarwoto, 2015). Pada pasien dengan kasus ini sesuai dengan teori. Natrium awal
pasien adalah 131 mmol/L menjadi 135 mmol/L.
Pemberian oralit pada pasien diare MTBS (2008), oralit adalah campuran garam
elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), dan trisodium sitrat
hidrat, serta glukosa anhidrat (Mardayani, 2014), digunakan untuk meningkatkan
keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang tidak normal
(Wilkinson, 2011).Oralit sendiri diberikan untuk menganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang hilang karena diare (Mardayani, 2014). Walaupun air penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum biasa yang dikonsumsi tidak mengandung garam dan elektrolit yang
diperlukan saat diare dengan dehidrasi, untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit
dalam tubuh maka diberikan oralit (Wulandari, 2013). Dari tanda-tanda dehidrasi saat hari
terakhir, dehidrasi berkurang.untuk mempertahankan
Pemberian Zinc yang berfungsi untuk proses pertumbuhan dan diferensiasi sel,
sintesis DNA serta menjaga stabilitas dinding sel. Beberapa penelitian di Bangladesh,
India, Brazil dan Indonesia melaporkan pemberian suplementasi zinc menurunkan
prevalensi diare serta menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita diare (Mardayani,
2014).Pada pasien ini sesuai dengan teori karena, feses yang keluar dapat berubah dari
konsistensi cair menjadi berampas dan yang awalnya BAB 10 x menjadi 2 x.
Mekanismenya adalah, memperbaiki atau meningkatkan absorbsi air dan elektrolit dengan
cara mengurangi kadar air dalam lumen usus yang menghasilkan perbaikan pada
konsistensi feses. Perbaikan konsistensi feses akan dapat mengurangi frekuensi BAB yang
timbul sehingga hal tersebut dapat mempersingkat lama diare(Lolopayung, 2014).
Memurut MTBS, pemberian tablet Zinc selama 10 hari. Cara pemberian tablet zinc
adalah, larutkan tabletdengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet akan larut – 30
detik), segera berikan kepada pasien. Apabila pasien muntah sekitar setengah jam setelah
pemberian tablet zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan obat lebih
kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh. Ingatkan ibu untuk memberikan
tablet zinc setiap hari selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti. Bila anak
dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetapi berikan tablet zinc segera setelah
pasien bisa minum atau makan.
Pemberian ASI ekslusif adalah salah satu cara mencegah diare karena dapat
melindungi saluran cerna dari infeksi dan intoleransi (Purnamasari dkk, 2011).pada pasien
dengan kasus ini sesuai dengan teori. Selain efek imunitas, pemberian ASI secara tidak
langsung membatasi pajanan terhadap makanan/minuman yang terkontaminasi kuman.
Sebagian besar subyek mendapatkan PASI disamping ASI, hanya 12,1% dengan ASI
ekslusif selama 6 bulan. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antar kelompok
berdasarkan riwayat pemberian ASI, sehingga riwayat ASI ekslusif sebagai faktor perancu
pada penelitian ini dapat disingkirkan (Purnamasari dkk, 2011).
Mencatat input dan output cairan pasien, guna mengevaluasi keefektifan perencaana
(Sodikin, 2011). Digunakan untuk mengetahui status cairan pasien (Axton, 2014).Pada
pasien dengan kasus ini sesuai dengan teori.
Mengkaji tanda-tanda vital pada pasien digunakan untuk mengkaji adanya dehidrasi
(sodikin, 2011).Pada pasien dengan kasus ini sesuai dengan teori, mengkaji tanda-tanda
vital sangat efektif untuk melihat perbandingan tanda-tanda dehidrasi dari hari ke hari
Menurut MTBS, napas dikatakan cepat jika usia anak 2 bulan-<12 bulan 50 kali atau
lebih permenit, dan jika anak usia 12 bulan - <5 tahun 40 kali atau lebih permenit.
Dapat disimpulkan bahwa pemberian zink dan oralit dapat mengurangi frekuensi diare
yang awal 10x dalam sehari dapat berkurang menjadi 2 kali sehari. Zink berfungsi
mempersingkat lamanya diare. Mekanismenya adalah dapat memperbaiki atau
meningkatkan absorbsi air dan elektrolit dengan cara mengurangi kadar air dalam lumen
usus yang dapat menghasilkan perbaikan pada konsistensi feses. Pemberian oralit dapat
digunakan untuk meningkatkan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi
akibat kadar cairan yang tidak normal. Oralit sendiri diberikan untuk menganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang hilang karena diare. Dari tanda-tanda dehidrasi saat hari
terakhir, dehidrasi berkurang.
5. PENUTUP
a. Kesimpulan
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan berbentuk cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x
buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air
besar (Dewi, 2010).
Menurut pedoman MTBS (2008) cit Rekawati (2013) gejala yang sering muncul
pada anak dehidrasi ialah mata cekung, malas minum, cubit kulit perut kembali lambat.
Menurut Sodikin (2011) gejala muntah dapat terjadi pada saat diare. Ada juga dengan
gejala ubun-ubun cekung, tonus otot dan turgor kulit berkurang, mukosa bibir kering.
Konsistensi feses cair, berlendir, warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan
bercampur empedu.
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara
fungsi tubuh dan homeostatis. Elektrolit ada di seluruh cairan tubuh, elektrolit
merupakan komponen yang berada baik dalam cairan intrasel maupun ekstrasel.
Ketidakseimbangan satu atau lebih komponen elektrolit akan terjadi mekanisme
pertahanan homeostatis.
Pemberian Zink yang berfungsi untuk proses pertumbuhan dan diferensiasi sel,
sintesis DNA serta menjaga stabilitas dinding sel. Beberapa penelitian di Bangladesh,
India, Brazil dan Indonesia melaporkan pemberian suplementasi zink menurunkan
prevalensi diare serta menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita diare.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan seperti pemberian oralit Zinc, infus D ¼
NS, memonitor tanda-tanda vital, mencatat input dan outputyang dilakukan dalam
waktu 4x24 jam ada perubahan tanda-tanda dehidrasi yang berkurang dan diare dari
10x menjadi 2x dan yang awalnya berlendir menjadi berampas.

f. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, penulis memberikan saran
kepada: Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pencatatan dan pemberian cairan oral maupun parenteral dipertahan
kan guna untuk menangani dehidrasi pada pasien anak diare sehingga dapat
mengurangi komplikasi diare lebih lanjut.
Bagi Keluarga Pasien
Diharapkan keluarga pasien dapat ikut serta untuk upaya pencegahan dehidrasi
pada diare dengan pemberian cairan oral pada pasien.
Bagi Penulis lain
Diharapkan dari hasil Karya Tulis Ilmiah ini untuk referensi, serta dapat
dikembangkan untuk Asuhan Keperawatan pada pasien dehidrasi karena diare.
DAFTAR PUSTAKA

Axton , Sharon, dan Terry. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

DepKes RI. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta.

KemenKes, RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta.

Lolopayung, Mardayani, Alwiyah Mukaddas, Inggrid Faustine. 2014.Evaluasi


Penggunaan Kombinasi Zink dan Probiotik pada Penanganan Pasien Diare Anak di
Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2013. Online Jurnal of Natural
Science, Vol.3(1): 55-64 March 201.

Mafazah, Lailatul. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu Dan
Kejadian Diare.
KEMAS 8 (2) (2013) 176-182.

Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.

Nur, Arif, A. H., dan Hardika. 2013. Nanda NIC NOC: Jilid I. Yogyakarta: Media Action.

Purnamasari, Hani dkk. 2011.Pengaruh Suplementasi Seng dan Prebiotik Terhadap


Kejadian Diare Berulang. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011.

Santoso, Budi, dkk. 2013. Kementrian Kesehatan RI, Pokok-pokok Hasil Riskesdas
Provinsi Jawa Tengah 2013. Jakarta: Lembaga penerbitan Badan Litbangkes.

Saputra, Lyndo. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang: Binarupa
Aksara.

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak; Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta:
Salemba Medika.

Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak: untuk Perawat
dan bidan:
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Suratmaja, Sudaryat. 2007.Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Denpasar: CV. Sagung


Seto

Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Wilkinson, M. Judith, Nancy R. Ahern,. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan:


Edisi 9: Edisi
Revisi. Jakarta: EGC

Wong, Donna L.2009. Buku Ajar Keperawatan pediatrik. Edisi 6.Jakarta:EGC

Wulandari Ade. 2013. Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan
Angka Kesakitan Diare Pada Anak Balita. Journal of Chemical Information and
Modeling. vol. 53

Yusuf Sulaiman. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri, Vol. 13,
No. 4, Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai