1(2)
e-issn : 2621-9301
Penerapan askep pada pasien an. I dengan gastro enteritis akut dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
Aslinda
Prodi DIII Keperawatan Unisversitas muhammadiyah
Makassar Email : aslindaelly@yahoo.co.id
Abstrak
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang Buang Air Besar dengan konsistensi lembek atau cair, dengan frekuensi
lebih dari tiga kali perhari. Di Indonesia Diare merupakan penyakit endemis terdapat disepanjang tahun. Diare
merupakan salah satu penyebab utama tingginya kematian anak di dunia akibat komplikasinya yaitu dehidrasi. Tujuan
penelitiaan yaitu menggambarkan asuhan Keperawatan pada pasien An“I” dengan Gastro Enteritis Akut dalam
pemenuhan kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Metode penelitian menggunakan Studi kasus dengan rancangan analisis
deskriptif. Dengan pendekatan proses keperawatan terhadap pasien anak gastro enteritis akut (GEA) dalam pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan format pengkajian, format
wawancara dan lembar observasi. Hasil penelitian : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x12 jam pada
pasien An.I dengan masalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak adekuat telah
teratasi. Kesimpulan : Berdasarkan dari hasil tindakan yang dilakukan padaAn. I dapat disimpulkan bahwa masalah
kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan baik sesuai hasil yang diharapkan.
Abstract
Diarrhea is a condition where a person defecates with a soft or liquid consistency, with a frequency of more than three
times per day. In Indonesia, diarrhea is an endemic disease throughout the year. Diarrhea is one of the main causes of
high child mortality in the world due to its complications, namely dehydration. The aim of research is to describe
nursing care in patients with "I" with acute gastro enteritis in meeting the needs of fluids and electrolytes. The research
method uses a case study with a descriptive analysis design. With a nursing process approach to patients with acute
gastro enteritis (GEA) in meeting fluid and electrolyte needs. The data collected in this study used the assessment
format, interview format and observation sheet. Results: After nursing measures for 3x12 hours in An.I patients with
problems with lack of fluid volume associated with inadequate intake and output were resolved. Conclusion: Based on
the results of the actions taken on you. I can conclude that the problem of lack of fluid volume can be resolved properly
according to the expected results.
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari Alat pengumpulan data dalam studi kasus ini
penyakit Diare adalah gangguan volume menggunakan format pengkajian, format
cairan dan elektrolit. Gangguan volume cairan wawancara dan lembar observasi.
dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan
Analisa data yang dilakukan pada studi kasus
dasar manusia fisiologis yang harus dipenuhi.
ini adalah dengan mendeskripsikan informasi
Apabila penderita telah banyak mengalami
yang telah tersusun dan melakukan penarikan
kehilangan cairan dan elektrolit, maka
kesimpulan serta pengambilan tindakan.Data
terjadilah gejala dehidrasi. Terutama Diare
yang telah tersusun kemudian disajikan dalam
pada anak perlu mendapatkan penanganan
bentuk narasi yang mudah dipahami.
yang cepat dan tepat sehingga tidak
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pengambilan data dan pemberian asuhan
Sebagian dari penderita (1 – 2%) akan jatuh keperawatan pada studi kasus ini
kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera dilaksanakan setelah mendapatkan imformed
ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal consent dari keluarga pasien dan tetap
(Sodikin, 2012). memperhatikan etika penelitian yang meliputi
Anonimity (tanpa nama), kerahasiaan
Dari kasus diatas penulis tertarik untuk
(confidentiality), Respect for justice and
melakukan penelitian tentang penyakit
inclunsinevenes, dan balancing harms and
Gastroenteritis Akut (GEA) Pada An.I
benefits.
Dengan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit:
Kekurangan volume cairan dengan harapan
bahwa setelah dilakukannya penelitian maka Hasil Penelitian
angka kejadian kasus Gastroenteritis Akut
(GEA) dengan gangguan kebutuhan cairan Berdasarkan hasil pengkajian pada klien
dan elekrolit dapat teratasi khususnya yang didapatkan data, pasien berumur 14 Tahun
terjadi pada anak di RS TK II Pelamonia. dengan keluhan utama BAB 5x sehari
sebelum masuk RS. Klien juga mengeluh
sakit perut, mual dan pusing. Ibu klien
mengatakan bahwa anaknya mulai BAB
sekitar jam 03.00 WITA dengan BAB encer
dan ampas. Ibu klien mengatakan bahwa
anaknya selalu mengeluh sakit perut setelah
BAB dan BAK dalam produksi yang sedikit. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya malas
2
Journal Of Health, Education and Literacy
1(2)
e-issn : 2621-9301
makan. Setiap hari, anaknya hanya hasil mata cekung, bibir kering dan pucat,
mengkonsumsi indomie telur saja. Ibu klien klien merasa pusing, nadi cepat dan lemah,
juga mengatakan bahwa anaknya jarang Mengobservasi jumlah asupan dan
minum, hanya menghabiskan setengah botol pengeluaran cairan serta perubahan status
dari air kemasan 1,5 liter sehari. Keadaan keseimbangan cairan diperoleh hasil pada saat
umum nampak lemah, mata cekung, hari pertama klien hanya menghabiskan
konjungtiva pucat, bibir pucat dan kering, setengah dari botol kemasan isi 1,5 liter,
turgor kulit jelek, lidah kotor dan akral dingin, Memantau tanda-tanda vital, Menimbang
BB 30 kg, TB 145 cm, TTV TD :100/70 berat badan anak diperoleh hasil BB 30 kg,
mmhg, suhu 36,7 derajat C, Nadi 92 x/i, P Kemudian tindakan selanjutnya yang telah
24x/i. dari data yang diperoleh di dapatkan dilakukan yaitu mengkolaborasi dengan tim
masalah keperawatan dengan diagnosa dokter untuk pemberian terapi obat dan
kekurangan volume cairan berhubungan pemeriksaan penunjang diperoleh hasil terapi
dengan intake dan output yang tidak adekuat. obat yang telah diberikan yaitu pemasangan
Perencanaan sesuai masalah keperawatan infus KaEn3B 22 tetes/menit, lacto B 3 X 1
pada klien yaitu kaji tanda dan gejala dan Zink kid 1X20 mg, pemeriksaan lab
dehidrasi (kulit membran mukosa kering, diperoleh RBC 5,75.
turgor kulit jelek, rasa haus yang berlebihan
dll) yang rasionalnya mengetahui tingkat Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil
dehidrasi yang dialami. Observasi jumlah evaluasi dari tindakan yang dilakukan dengan
asupan dan pengeluaran cairan serta metode SOAP, didapatkan pada hari Selasa
perubahan status keseimbangan cairan yang tanggal 11 Juli 2017 pukul 14.00 WITA
rasionalnya rehidrasi oral atau parenteral dengan masalah keperawatan kekurangan
sesuai dengan kebutuhan dapat membantu volume cairan berhubungan dengan intake
untuk menjaga keseimbangan cairan dalam dan output yang tidak adekuat telah dievaluasi
tubuh. Pantau tanda-tanda vital dengan dan didapatkan hasil dari data subjektif, yaitu
rasional takikardi ada sesuai variasi derajat klien mengatakan sakit perut setelah BAB, ibu
hipotensi, tergantung pada derajat kekurangan klien mengatakan anaknya masih BAB pada
cairan. Timbang berat badan anak untuk jam 04.00 1x dan pada pukul 07.00 pagi 1x,
mengkaji tingkat dehidrasi dengan rasional dan ibu klien juga mengatakan anaknya
perubahan BB tidak secara akurat dapat masih malas minum. Data objektif di
membantu mengetahui tingkat dehidrasi yang dapatkan Keadaan umum nampak lemah,
dialami, mempengaruhi volume intravaskuler mata cekung, turgor kulit jelek, bibir kering
serta Kolaborasi dengan tim dokter untuk dan pucat serta nadi cepat dan lemah (90x/i).
terapi medis dan pemeriksaan laboratorium Assesment yaitu masalah belum teratasi.
dengan rasional tergantung pada kesempatan Planning Lanjutkan Intervensi yaitu kaji tanda
kehilangan cairan, perbedaan dan gejala dehidrasi, pantau jumlah asupan
ketidakseimbangan cairan mungkin dan pengeluaran cairan serta perubahan
memerlukan perbaikan, misalnya penggunaan status keseimbangan cairan observasi tanda-
larutan glukosa pada pasien dengan intoleran tanda vital, dan timbang berat badan anak.
glukosa dapat mengakibatkan peningkatan Evaluasi dari tindakan pada hari Rabu tanggal
glukosa serum dan peningkatan kehilangan air 12 Juli 2017 pukul 14.45 WITA dengan
urinarius. masalah keperawatan kekurangan volume
cairan berhubungan dengan intake dan output
Tindakan keperawatan dilaksanakan selama 3 yang tidak adekuat telah dievaluasi dan
X 24 jam berdasarkan dengan intervensi didapatkan hasil dari data subjektif, yaitu
keperawatan yang telah disusun yaitu klien mengatakan sakit perut setelah BAB,
Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi diperoleh ibu klien juga mengatakan anaknya masih
malas minum. Data objektifdi dapatkan
Keadaan umum nampak lemah, mata cekung,
turgor kulit jelek, bibir kering dan pucat serta nadi cepat dan lemah (92x/i). Assesment yaitu
3
Journal Of Health, Education and Literacy
1(2)
e-issn : 2621-9301
masalah belum teratasi. Planning Lanjutkan Keadaan umumlemah, Turgor kulit jelek,
Intervensi yaitu kaji tanda dan gejala Bibir pucatdan kering, Mata cekung.
dehidrasi, pantau jumlah asupan dan
pengeluaran cairan serta perubahan status Pada Diagnosa Keperawatan, diangnosa
keseimbangan cairan observasi tanda-tanda keperawatan yang muncul pada penyakit
vital, dan timbang berat badan anak. Evaluasi Gastro Enteritis Akut menurut Nursalam yaitu
dari tindakan pada Kamis tanggal 13 Juli Kekurangan volume cairan di tandai dengan
2017 pukul 12.00 WITA dengan masalah Klien nampak lemah, mata cekung, turgor
keperawatan kekurangan volume cairan kulit jelek, bibir pucat, peningkatan suhu
berhubungan dengan intake dan output yang tubuh kadang terjadi, dan nadi cepat dan
tidak adekuat telah dievaluasi dan didapatkan lambat, dan diagnosa ini juga didapatkan
hasil data subjektif ibu klien mengatakan pada kasus berdasarkan data yang ditemukan
anaknya sudah menghabiskan 1 botol air aqua yaitu yaitu DS: Ibu klien mengatakan
kemasan 2 liter, ibu klien juga mengatakan anaknya BAB 5x sehari sebelum masuk RS,
bahwa anaknya tinggal 1x BAB yaitu pada klien mengeluh sakit perut setelah BAB dan
pagi hari, klien juga mengatakan bahwa sudah mual. DO: keadaan umum lemah, konjungtiva
tidak merasa pusing lagi. Data objektif yang pucat, bibir pucat, turgor kulit jelek, TD
didapatkan, yaitu turgor kulit baik, keadaan 100/90 mmHg, nadi 92x/i, suhu 36,7 derajat
umum sudah nampak membaik, denyut nadi C, pernapasan 24x/I, terpasang infus Ka En
86x/menit. Assesment yaitu masalah teratasi. 3B 22 tetes/menit dibagian lengan kiri.
Planning yaitu pertahankan intervensi seperti
kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi Pada perencanaan penulis menyusun rencana
jumlah asupan cairan dan pengeluaran cairan keperawatan sesuai dengan teori dan studi
dalam menjaga keseimbangan cairan yang kasus. Rencana keperawatan dengan tujuan
adekuat, pantau tanda-tanda vital dan timbang setelah dilakukan tindakan keperawatan
berat badan anak. selama 3x12 jam, kekurangan volume cairan
teratasi dengan kriteria hasil keseimbangan
cairan dalam tubuh, hidrasi yang adekuat,
Pembahasan asupan makanan dan cairan yang adekuat, BB
badan stabil.
Pembahasan tentang “Penerapan Asuhan
Keperawatan pada An“I” dengan Perencanaan yang dibuat berdasarkan
Gastroenteritis Akut (GEA) tanggal 11 s/d 16 diagnosa keperawatan adalah kaji tanda dan
Juli 2017 dalam Pemenuhan kebutuhan cairan gejala dehidrasi (kulit membran mukosa
dan elektrolit kurang volume cairan. kering, turgor kulit jelek, rasa haus yang
berlebihan dll) yang rasionalnya mengetahui
Hasil pengkajian pada An”I” didapatkan tingkat dehidrasi yang dialami. Observasi
keadaan umum lemah, BAB 5 kali sebelum jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta
masuk RS, Akral dingin,mual muntah,turgor perubahan status keseimbangan cairan yang
kulit jelek, mata cekung, bibir pucat,Nafsu rasionalnya rehidrasi oral atau parenteral
makan berkurang. Hal ini sejalan dengan data sesuai dengan kebutuhan dapat membantu
yang akan diperoleh dari Pengkajian menurut untuk menjaga keseimbangan cairan dalam
Rekawati Susilanigrum dengan gangguan tubuh. Pantau tanda-tanda vital dengan
kekurangan volume cairan yakni buang rasional takikardi ada sesuai variasi derajat
airbesar(BAB)lebihdari3kaliperharidenganko hipotensi, tergantung pada derajat kekurangan
nsistensi cair, Suhu badan meningkat, Nafsu cairan. Timbang berat badan anak untuk
makan berkurang, Akraldingin, Anusdan mengkaji tingkat dehidrasi dengan rasional
daerah sekitarnyalecet, Mual muntah, perubahan BB tidak secara akurat dapat
membantu mengetahui tingkat dehidrasi yang
dialami, mempengaruhi volume intravaskuler
serta Kolaborasi dengan tim dokter untuk
terapi medis dan pemeriksaan laboratorium dengan rasional tergantung pada kesempatan
4
Journal Of Health, Education and Literacy
1(2)
e-issn : 2621-9301
kehilangan cairan, perbedaan masuk Rumah Sakit disertai sakit perut, mual
ketidakseimbangan cairan mungkin dan pusing dan akral dingin.
memerlukan perbaikan, misalnya
penggunaan larutan glukosa pada pasien Diagnosa keperawatan utama yang ditegakkan
dengan intoleran glukosa dapat oleh penulis pada An.I adalah Kekurangan
mengakibatkan peningkatan glukosa serum volume cairan berhubungan dengan intake
dan peningkatan kehilangan air urinarius. dan output yang tidak adekuat.
Hasil Implementasi dilakukan berdasarkan Rencana Asuhan Keperawatan pada An.I
intervensi yang telah disusun dari diagnosa dengan Kekurangan volume cairan
yang ditegakkan dalam studi kasus. Semua berhubungan dengan intake dan output yang
perencanaaan terlaksana dengan baik tanpa tidak adekuat dengan tujuan setelah dilakukan
ada kendala karena adanya dukungan dari tindakan keperawatan kekurangan volume
keluarga dan klien sendiri dalam cairan teratasi dengan kriteria hasil
mengaplikasikan tindakan tersebut. keseimbangan cairan dalam tubuh, hidrasi
yang adekuat, asupan makanan dan cairan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses yang adekuat, BB badan stabil.
keperawatan yang digunakan sebagai titik
acuan terhadap tindakan yang telah Intervensi yang dilakukan berdasarkan
dilakukan, apakah masalah tersebut teratasi diagnose keperawatan pada An”I” dengan
atau tidak teratasi. Evaluasi yang dilakukan masalah kekurangan volume cairan
setelah melakukan tindakan dengan masalah berhubungan intake dan output yang tidak
kekurangan volume cairan, yaitu, adekuat adalah kaji tanda dan gejala dehidrasi
Keseimbangan cairan dalam tubuh, hidrasi (kulit membran mukosa kering, turgor kulit
yang adekuat, cairan yang adekuat, berat jelek, rasa haus yang berlebihan, Observasi
badan dalam batas normal. jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta
perubahan, status kseimbangan cairan, pantau
Dari diagnosa keperawatan yang ditegakkan tanda-tanda vital dengan rasional takikardi
penulis yang telah dilakukan tindakan ada sesuai variasi derajat hipotensi,
keperawatan selama 3 hari di RSTK II tergantung pada derajat kekurangan cairan.
Pelamonia dengan klien An.I dengan Timbang berat badan anak untuk mengkaji
masalah kekurangan volume cairan tingkat dehidrasi,serta Kolaborasi dengan tim
berhubungan dengan intake dan output yang dokter untuk terapi medis dan pemeriksaan
tidak adekuat telah dievaluasi dengan laboratorium.
menggunakan SOAP dimana S : Ibu klien
mengatakan bahwa anaknya sudah Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang
menghabiskan botol air aqua kemasan 2 liter, dilakukan pada An.I dengan hasil evaluasi
Ibu klien juga mengatakan bahwa anaknya akhir yaitu terjadi cairan dalam tubuh menjadi
tinggal 1x BAB yaitu pada pagi hari. O : seimbang. Masalah tersebut teratasi dengan
Keadaan umum nampak membaik, Turgor baik sesuai hasil yang diharapkan dengan
kulit elastis, Denyut nadi 86x/i. A : Masalah menunjukkan kemajuan yang signifikan
Teratasi. P : Pertahankan Intervensi.
Saran
Kesimpulan
Di harapkan kepada masyarakat agar dalam
Hasil pengkajian pada pasien An. I dengan pengelolaan pasien anak Gastro Enteritis
Gastro Enteritis Akut (GEA) dalam gangguan Akut (GEA) dapat memberikan respon
pemenuhan kebutuhan cairan yang ditemui di positif sehingga anak memiliki rasa percaya
Rumah Sakit keluhan utama BAB 5x sebelum dalam menjalani pengobatan serta
memberikan dorongan kepada pasien untuk
lebih meningkatkan asupan nutrisi (cairan dan
makanan) yang dianjurkan dalam mempercepat penyembuhan.
5
Journal Of Health, Education and Literacy
1(2)
e-issn : 2621-9301
Di harapkan kepada seluruh pengembangan Rekawati Susilaningrum, N.S. (2013). Asuhan
dan tehnologi keperawatan agar lebih Keperawatan Bayi dan Anak.
memperdalam ilmu dan tehnologi terapan Jakarta:Salemba Medika.
bidang keperawatan, khususnya dalam bidang
keperawatan anak agar lebih memperhatikan Saputra,L.(2013). Kebutuhan Dasar Manusia.
asupan intake oral pada pasien anak dengan Pamulang-Tangerang Selatan: BINAR
Gastro Enteritis Akut (GEA). UPA AKSARA.
Di harapkan kepada seluruh pengembangan Siswanto, S. S. (2014). Metodologi Penelitian
dan tehnologi keperawatan agar semua pasien Kesehatan dan
anak Gastro Enteritis Akut di RS TK II Kedokteran
Pelamonia Makassar agar diberikan .Yogyakarta: BURSA ILMU.
penyuluhan dan konseling tentang program
asupan intake oral agar dapat mempercepat Sodikin. (2012). Keperawatan Anak
penyembuhan. Gangguan Pencernaan .: EGC. Jakarta,
Di harapkan agar penulis dapat menambah Wilkison, J. M. (2016). Diagnosis
wawasan dan ilmu pengetahuan serta Keperawatan . Jakarta:EGC.
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
Penerapan Asuhan intake oral secara berkala
agar pasien mampu memperoleh intake yang
adekuat.
Daftar Pustaka
6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M DENGAN DIARE DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI
RUANG ARAFAH RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH 2 KOTA
KENDARI
Telah dipertahankan pada Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di depan TIM Penguji
Pada Hari/Tanggal : Jumat, 3 Agustus 2018
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Tim Penguji :
Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan
(Indriono Hadi,S.Kep,Ns,M.Kes)
NIP.197003301995031001
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P00320015075
menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
iii
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
a. Nama : Maria Ayu Kondorura
b. Tempat, Tanggal Lahir : Bintuni, 15 Desember 1997
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku/Bangsa : Toraja/Indonesia
e. Agama : katolik
f. Alamat : Jl. Ahmad Yani Lrg. Makmur
II. Pendidikan
a. SDN 268 Inpres Deri, Tahun 2006
b. SDN 013 Bengalon Kutai Timur, Tamatan Tahun 2009
c. SMP Negeri 1 Bengalon Kutai Timur, Tamatan Tahun 2012
d. SMA Negeri 5 Kendari, Tamatan Tahun 2015
e. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan D3 Keperawatan, masuk
tahun 2015 sampai sekarang
iv
MOTTO
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
cairan dan elektrolit di rumah sakit umum aliyah 2 kota kendari” dapat selesai
kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari
berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk
itu dalam kesempatan ini dengan rendah hati, penulis menyampaikan banyak
terima kasih atas segala bantuan yang telah di berikan dan mohon maaf atas segala
vii
kasih sayang, keikhlasan, dan kebijaksanaan memberikan koreksi, revisi
4. Ketiga dosen penguju yang telah memberikan arahan dengan sabar dan
6. Orangtua saya Ayah Aris Kondorura dan Ibu Rosalina Ponno Pamai yang
dengan penuh kasih sayang memberikan doa dan dukungan baik materi
banyak hal.
10. Riznawati dan Muh Yusuf mereka sampai saat ini adalah sahabat yang
baiknya luar biasa seperti saudara sendiri yang senantiasa ada disaat susah
viii
maupun senangnya saya mereka senantiasa mendukung dalam proses
11. Putri Aningsi, Jasmawati, Sri Wahyuni yang selalu setia menjadi sahabat
yang sabar menghadapi tingkah laku saya dan senantiasa menjadi sahabat
yang luar biasa serta dalam suka dan duka senantiasa bersama-sama dan
beserta adik tingkat I, II, kakak RPL beserta teman dari semua jurusan di
waktu yang saya miliki, masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan. Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, kalangan akademis dan yang lainnya.
penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ............................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................................... xi
HALAMAN DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................................................ 4
C. Tujuan penelitian ............................................................................................. 4
D. Manfaat penelitian ........................................................................................... 5
x
F. Pengumpulan data.................................................................................................. 39
G. Penyajian data......................................................................................................... 41
H. Etika penelitian....................................................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian....................................................................................................... 45
B. Pembahasan hasil penelitian................................................................................. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................. 72
B. Saran........................................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah generasi penerus bangsa, akan tetapi tidak semua anak
memiliki kondisi dan keadaan yang sehat. Anak merupakan bagian dari
Kejadian yang lazim terjadi pada anak yaitu diare pada anak. Diare dapat
menimbulkan suatu stres bagi anak itu sendiri maupun pada keluarga.
sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ada dua kriteria penting
harus ada yaitu buang air besar dengan konsistensi cair dan sering, sehingga
buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire.
Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga
kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian diare didefinisikan sebagai
inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai
dengan diare, muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
1
kematian akibat diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat (Depkes RI,
2011).
Data WHO tahun 2014, pada Weekly Morbidity and Mortaity Report
jumlah pasien 23% diantaranya adalah balita, dimana yang menderita penyakit
menempati urutan pertama pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat
inap di rumah sakit, dengan CFR 1,79%. Sedangkan data tahun 2013 jumlah
kasus diare sebanyak 3.902.992 kasus dan tahun 2014 sebanyak 8.490.976
kasus atau meningkat sebesar 54,03% dari tahun sebelumnya (Kemenkes RI,
2015).
2013 angka kejadian diare di Sulawesi Tenggara sebesar 7,3% dengan insiden
diare pada balita sekitar 5%. Jumlah kasus diare yang ditangani pada tahun
2016 sebanyak 35.864 kasus atau sebanyak 46,77% dari perkiraan kasus,
mana jumlah target penemuan adalah hasil proyeksi dari jumlah penduduk,
jadi bukan merupakan nilai rill, melainkan berupa estimasi dan proyeksi.
2
atas 100%, seperti yang terjadi di kabupaten buton utara 114,96%, di kolaka
bau 39,22%, wakatobi 33,85%, bombana 22,38%, karena jumlah kasus yang
cakupan yang sangat rendah bisa disebabkan oleh data jumlah penduduk hasil
(ProfilKesehatanSultra, 2016).
penting bagi tubuh agar tubuh dapat berjalan normal, jika banyak elektrolit
yang terbuang saat diare maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Dehidrasi
dapat di tanggulangi melalui asuhan keperawatan pada anak diare yang benar
sehingga dapat memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit ini mengacu pada
kehilangan cairan saja tanpa perubahan natrium dimana anak yang mengalami
rumah sakit yaitu pemasangan cairan infus yang sesuai, cairan sesuai dengan
prosedur yang ada dan atau memberikan cairan oral atau minum kepada anak
3
yang mengalami diare agar dapat mengganti cairan yang keluar pada saat anak
Data yang di peroleh dari Rumah sakit umum Aliyah 2 Kota Kendari
mengenai jumlah penderita diare pada dua tahun terakhir sebagai berikut:
Tahun 2016 terdapat 220 kasus, Tahun 2017 terdapat 241 kasus, tahun 2018
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Di Ruang Arafah Rumah sakit umum Aliyah
2 Kota Kendari”
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Kota Kendari
4
2. Tujuan Khusus
5
c. Bagi penulis
anak diare.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam. Definisi lain
memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3kali perhari.
(Sudoyoarudkk, 2009).
(Sudoyoarudkk, 2009).
a. Pengertian anak
dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah
(2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun).
Rentang ini berbeda antara anak yang satu dan yang lain mengingat
7
Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan perilaku soaial (A. Aziz Alimul Hidayat 2009).
semakin hari akan semakin lincah dan dalam melakukan aktivitas anak
tidak dapat di batasi dikarenakan pada usia ini anak sedang mencoba
berbagai hal dan harus di dukung. Sistem imun pada anak tidak
yang lazim terjadi pada anak. Peran keluarga merupakan sebuah sistem
sakit dapat menimbulkan stress bagi anak itu sendiri maupun keluarga.
yang sering dialami oleh anak adalah diare yaitu dengan frekuensi
buang air besar yang lebih dari 3 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, konsisten faeces dapat berwarna hijau, atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja ( FK UI,1997 dalam
DR.Nursalamdkk, 2008).
2. Penyebab
WHO 2008 menyebutkan terdapat tiga agen penyebab diare yaitu bakteri,
8
a. Bakteri
b. Virus
coronavirus
c. Parasit
3. Mekanisme Diare
a. Gangguan osmotik
9
b. Gangguan sekresi
usus.
4. Manifestasi klinis
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja
Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang
berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorpsi usus selama diare. Gejala
muntah dapat terjadi sesudah atau sebelum diare dan dapat disebabkan
basa dan elektrolit. Bila anak telah banyak kehilangan cairan dan
10
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
atas:
Untuk mengatasi diare, pasien tidak perlu dirujuk jika diarenya dalam
11
1) Diare tanpa dehidrasi
(1) Beri ASI lebih lama pada setiap kali pemberian (bila
(2) Jika diberi ASI ekslusif, berikan oralit atau air matang
sebagai tambahan.
matang.
diberikan
12
3) Diare dengan dehidrasi berat
tindakan selanjutnya.
selama 6 jam.
13
6. Pencegahan diare
pengganti cairan dan elektrolit, jumlah cairan yang diberikan harus sama
dengan jumlah cairan yang di keluarkan atau hilang melalui diare atau
anak.
elektrolit (natrium, kalium, klorida, berat jenis urine, analisis gas darah,
dan lain-lain).
a. Hitung Darah
14
b. Osmolalitas
dalam mOsm/kg.
c. pH Urine
Cairan dan elektrolit adalah larutan yang yang terdiri dari air dan
zat kimia yang menghasilkan partikel yaitu ion yang berada di dalam
15
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Persentase cairan
tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh dan
garam dalam air akan di pecah dalam bentuk ion elektrolit. Distribusi
a. Cairan ekstrasel
Cairan intersial mengisi ruang yang berada diantara sebagian besar sel
terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air tidak
trombosit.
16
memiliki banyak solut yang sama dengan cairan yang berada di ruang
faktor-faktor:
a. Usia
berat badan, kebutuhan (ml)/24 jam usia 3 hari dengan berat badan
3,0kg harus memenuhi 200-300 ml/24 jam, usia 1 tahun berat badan
dengan berat badan 20 kg, pada 14 tahun dengan berat badan 45 kg,
b. Temperatur (suhu)
kehilangan cairan.
c. Diet
17
pergerakan cairan dari interstisial ke intraseluler, yang dapat
dalam tubuh.
d. Stress
e. Sakit
18
pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit
kebutuhan cairan. Jumlah volume urine normal pada anak bayi baru
(A.Aziz Alimul.H.2009).
oleh a. Ginjal
dalam mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada
b. Kulit
dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
19
panas yang disarafi oleh vasemotorik dengan kemampuan
keringat ini suhu tubuh dapat dikeluarkan dengan air yang di lepaskan.
c. Paru
kemampuan bernafas.
d. Gastroinstestinal
20
4. Masalah kebutuhan cairan
pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan
eksternal, yaitu:
21
b. Hipervolume atau overhidrasi
terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan.
yaitu :
o
Rumus IWL Kenaikan Suhu : IWL + 200 (Suhu Tinggi – 36,8 C)
O
36,8 C adalah nilai konstanta.
22
Cara menghitung balance cairan :
5. Pengaturan elektrolit
23
membantu beberapa enzim pankreas, kalium di eksresi melalui urine
dan keringat.
membentuk gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan
Mula- mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja cairan dan mungkin di sertai lendir atau darah. Warna tinja makin
empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan
tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat,
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat di
banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering dengan
kriteria :
24
a. Ringan
b. Sedang
+
Tanda/gejala : rasa haus berat, sangat lelah, lidah kering, oliguria, Na
c. Berat
+
tinggi, Na serum meningkat, viskositas plasma meningkat, gangguan
1. Pengkajian
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari
seperti:
a. Identitas pasien/biodata
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, dan
penghasilan. Pada pasien diare akut, sebagian besar adalah anak yang
25
Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
perempuan.
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB <4 kali dan
cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara
timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karna sering defekasi dan
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam
26
d. Riwayat kesehatan Meliputi :
diare.
2tahun biasanya ada batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
4) Pemeriksaan fisik
a) keadaan umum
27
c) Kulit
d) Kepala
e) Mata
cekung(cowong).
g) Abdomen
yang meningkat.
28
h) Anus
i) pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa
a. Aktual, yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
29
d. Wellness, yaitu keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga
gejala dan tanda yang ada. Adapun klasifikasi pada diare adalah:
5) Diare persisten
6) Disentri
Masalah yang akan terjadi pada kebutuhan cairan dan elektrolit yang
3. Perencanaan (intervensi)
memiliki dua tujuan yaitu tujuan administrasi dan tujuan klinik (Budiono &
Pertami,2015).
30
Adapun untuk mengatasi permasalahan selanjutnya, perencanaan
berikan pada pasien diare, yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
a. Tujuan (noc)
1) Fluid balence
2) Hydration
4) Fluid intake
b. Kriteria hasil
normal.
c. Intervensi (NIC)
Fluid management
harian.
31
5) Dorong masukan oral.
Hypovolemia management
1) Nutritional status
2) Fluid intake
5) Intake
6) Weight control
b. Kriteria hasil
tanda malnutrisi.
32
C. Intervensi (nic)
Nutrition management
dibutuhkan
Nutrition monitoring
3. Resiko syok
a. Tujuan (noc)
2) Syok prevention
3) Syok management
b. Kriteria hasil
33
4) Natrium serum, kalium serum, klorida serum, kalsium serum,
c. Intervensi (NIC)
Syok prevention
syok.
gejala syok.
Syok management
3) Monitor EKG.
34
f. Implementasi
tindakan keperawatan :
jantung).
c. Pemberian Makan
35
kekurangan zat besi dapat diberikan sayuran dan daging (Zaidin Ali,
2014)
g. Evaluasi
batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada
penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema, dan lain sebagainya
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
B. Subjek penelitian
1. Kriteria Inkluisi
Kota Kendari.
2. Kriteria Eksklusi
2012)
37
C. Fokus penelitian
volume cairan.
D. Definisi Operasional
2. Pengkajian pada anak diare adalah berfokus pada pengkajian fisik pada
sebagai dasar dalam memilih intervensi yang akan dilakukan. Dalam studi
diare diagnosa utama yang lazim muncul yaitu kekurangan volume cairan.
38
6. Evaluasi keperawatan, dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi
perubahan atau tidak. Salah satu data yang di dapat seperti tidak adanya
normal.
interstisial, dan atau mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan bisa tanpa
pemberian melalui oral dengan anak yaitu air mineral, maupun susu
Penelitian ini telah dilakukan pada 22-25 Juni 2018 di Rumah sakit
sebagai berikut :
39
1. Wawancara
masalahkeperawatan klien.
2. PemeriksaanFisik
3. Observasi Partisipatif
kliensetelahpenulis melakukantindakankeperawatan.
4. Studi Dokumentasi
40
Penulis mempelajari buku laporan, catatan yang mengenaidata-data
G. Penyajian Data
sudah terkumpul dan telah diolah akan disajikan dan dibahas dalam bentuk
(Notoatmodjo, 2010).
H. Etika penelitian
bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak
41
diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat
(Nursalam, 2011)
determination)
subjek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apa pun atau akan
(Nursalam, 2011).
c. Informed Consent
42
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
responden remaja putri setuju untuk terlibat dalam studi kasus dan
treatment)
43
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset dan
(Hidayat, 2008).
44
BAB IV
1. Pengkajian
a. Biodata
1. Identitas klien
a) Nama : An. M
d) Agama : islam
e) Pendidikan : belum
45
h) Tanggal pengkajian : 22 Juni 2018
2. Identitas orangtua
a. Ayah b. Ibu
46
c. Riwayat kesehatan
muntah-muntah, demam)
3) Apakah pernah :
47
(c) Melakukan meditasi selama kehamilan? Ibu klien
pernah
7) Golongan darah ibu dan ayah? Ibu klien :A dan ayah klien
AB
b) Natal
berikan
mengatakan ada
48
c) Post natal care
normal
normal
menyerang?
49
d. Riwayat imunisasi
bulan
bulan suntikan
ke 4
6. Lain-lain - -
Pertumbuhan fisik
f. Reaksi hospitalisasi
50
a) Mengapa ibu membawa anaknya ke rumah sakit? Ibu Klien
mengatakan iya
g. Pemeriksaan fisik
2. Tanda-tanda vital
O
a) Suhu : 38,7 C
b) Nadi : 95x/menit
c) Pernafasan : 28x/menit
3. Tinggi badan : 80 cm
4. Berat badan : 10 kg
51
5. Turgor kulit : kurang baik
9. Konjungtiva : anemis
h. Aktivitas sehari-hari
Cairan
52
3) Kebutuhan cairan dalam 24 jam : Ibu klien mengatakan kurang
lebih 1.300-1.500cc
teman-temannya
bersihkan
dalam mulutnya.
pernah masuk rumah sakit dengan mengalami penyakit yang sama. Klien
tidak pernah masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama, ibu klien
tahun yang lalu mengalami penyakit seperti yang diderita oleh klien.
53
Hasilobservasi dan pemeriksaan fisikyaitu keadaan umum (KU)
Suhu (S) : 38,7°C, Pernafasan (P): 28x/menit, Berat Badan (BB) saat ini 10
badan: 10 kg dan tinggi badan 80 cm, pasien sudah dapat berjalan dan
sakit karena BAB lebih dari 5x sehari, muntah lebih dari 3x sehari, demam
tinggi selama 4 hari. Ibu pasien selalu menemani anaknya selama masuk
rumah sakit.
sayur, ikan 3x sehari, pada cairan: susu, air mineral, dan pemasukan cairan
melalui intravena yaitu cairan infus RL. Pada pengkajian eliminasi BAB
dan BAK konsistensi BAB cair dan lembek, BAK warnanya kuning dan
dengan di bantu di tempat tidur, pada pengkajian sistem imun: klien tidak
mengalami alergi cuaca, debu, dan zat kimia lainnya. Ibu klien selalu rutin
54
2. Diagnosa Keperawatan
Analisa data
DO : volume
lemas
55
3. Intervensi Keperawatan
56
normal. pada pasien tentang tentang
• Tidak ada dan keluarga penyakit yang
tanda-tande tentang di derita.
dehidrasi, penyakit
elastisitas diare.
turgor kulit
baik.
Membran
mukosa
lembab,
tidak ada
rasa haus
yang
berlebihan
57
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Output:kurang lebih O:
1.770cc - Klien nampak
BAB : 5 kali/24 jam lemah
- Klien nampak
11.00 BAK: kurang lebih pucat
800cc/24 jam - Membran
Muntah: 200cc/24 jam mukosa kering
- Turgor kulit
IWL: 270cc/24 jam
jelek
IWL kenaikan suhu: 839 o
- Suhu:38,7 c
per 24 jam Nadi: 95x/menit
Pernafasan :
11.30
28x/menit
2. Memonitor status hidrasi
(kelembapan mukosa, A : Masalah
kekurangan volume
memantau TTV cairan belum teratasi.
Hasil : mukosa bibir
58
kering
nadi 95x/menit,
o
uhu 38,7 C P : intervensi 1,2,3 dan 4
lanjutkan
59
08.00
Sabtu , 23 Juni 1. Mempertahankan cairan
2.
2018 intake dan output yang
intake oral : 600cc
Intake :kurang lebih
1.470cc
Output:kurang lebih
1.600cc
09.00 BAB : 3 kali/ 24 jam
BAK: 800cc
Muntah: 200cc
IWL: 270cc/24 jam
IWL kenaikan suhu: 658
per 24 jam
60
muntahkan pada saat
makanan masuk/sendok
ke 2), mual muntah 2x
sehari, BAB cair lebih
dari 3x sehari.
4. Memberi dorong
masukan oral(obat, air
mineral, susu formula,
makanan yang
mengandung air seperti
sayuran dll)
Hasil : intake 600cc
61
Hasil : mukosa bibir A : Masalah
10.00 kering, nadi 93x/menit, kekurangan volume
o
cairan belum teratasi.
suhu 37,5 C P : intervensi 1,2,3
dan 4 dipertahankan
3. Memonitor masukan
makanan dan hitung
10.45 intake kalori harian
Hasil :makan 3x sehari
dengan porsi yang di
habiskan 5 sendok, tidak
ada muntah
4. Memberi dorong
masukan oral(obat, air
mineral, susu formula,
makanan yang
mengandung air seperti
sayuran dll)
Hasil : intake 650cc
62
08.00 2. Memonitor status hidrasi P : intervensi 1,2,3
(kelembapan mukosa, dan 4 di hentikan
memantau TTV
Hasil : mukosa bibir Pasien pulang
kering, nadi 94x/menit,
o
suhu 36,4 C
4. Memberi dorong
masukan oral(obat, air
mineral, susu formula,
makanan yang
mengandung air seperti
sayuran dll)
Hasil : intake 400cc
63
64
Tabel 4.6 Hasil Observasi Implementasi dan Evaluasi
Keperawatan pada An. M di Rumah Sakit Umum Aliyah
2 Kota Kendari Tahun 2018
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi kasus
yang penulis lakukan dari tanggal 22-25Juni 2018, maka pada bagian ini
penulis akan membahas tentang perbandingan antara teori dan praktek atau
65
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit di ruang arafah Rumah Sakit
Umum Aliyah 2 Kota Kendari yang akan dibahas berdasarkan tahapan proses
1. Pengkajian
data klien baik data subjektif maupun objektif. Tekhnik pengumpulan data
keperawatan.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam. Definisi lain
memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3kali perhari.
(Sudoyoarudkk, 2009).
66
Hasil pemeriksaan fisik pada An. M penulis menuliskan bahwa.
Keluhan utama yaitu klien BAB dengan frekuensi lebih dari 5x sehari cair,
tanpa ampas, dan bau khas, suhu 39C. Keluhan lain yaitu klien merasa
biasanya dan porsi makan dan minum berkurang dari seperti biasanya
tidak anemis, dan tampak cekung. bibir: simetris atas dan bawah, mukosa
2. Diagnosa Keperawatan
(Deswani, 2009)
ditemukan data ibu klien mengatakan anaknya BAB lebih dari 5x sehari.
mengatakan anaknya BAB lebih dari 5x sehari dengan konsistensi cair dan
67
tidak berampas, ibu klien mengatakan anaknya muntah lebih dari 3x sehari,
dengan kondisi klien pada saat pengkajian, interprestasi data, dan hasil
diagnosa tersebut , Manusia adalah makhluk unik, dalam hal ini respon
3. Intervensi keperawatan
(Wilkinson , 2012)
(Nursalam,2011)
68
dapat teratasi dengan kriteria hasil kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi
tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tande
dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada
adekuat, tekanan darah normal), monitor masukan makanan atau cairan dan
hitung intake kalori harian, dorong masukan oral, berikan health education
masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian rasionalnya
untuk memberikan diit dan cairan yang tepat, dorong masukan oral
yang di derita.
69
4. Implementasi Keperawatan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
kekurangan volume cairan, tindakan yang dilakukan pada 22-25 Juni 2018
yaitu kaji input dan output untuk mengidentifikasi status dehidrasi. Pada
hari, dapat berupa air mineral, susu formula, jus dan dari makanan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses
70
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui
(Nursalam, 2010).
keperawatan. Pada evaluasi, penulis sudah sesuai dengan teori yang ada
Juni 2018 dengan data ibu klien mengatakan ibu klien mengatakan
bau khas, ibu klien mengatakan anaknya masih muntah lebih dari 3x
sehari,di dukung dengan data objektif klien nampak lemah, klien nampak
o
pucat, membran mukosa kering, turgor kulit jelek, suhu:38,7 , nadi:
memonitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian,
71
mengakatakanibu klien mengatakan anaknya masih BAB 3x sehari, ibu
o o
penurunan suhu tubuh pertama 38,7 c pada hari ke dua 38,2 c, serta
anaknya masih BAB 3x sehari dengan ampas, dan tidak terlalu cair, data
objektif klien nampak lemah, membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
o
suhu:37,5 c, nadi: 93x/menit, pernafasan : 26x/menit, intake :1.500 cc,
o
terjadi penurunan suhu tubuh pada hari pertama 38,7 c dan hari ketiga
o
turun menjadi 37,5 c, turgor kulit dari hari pertama jelek dan pada hari ke
tiga sudah membaik, BAB sudah tidak cair lagi, membran mukosa sudah
lembab dari yang sebelumnya kering, serta tanda-tanda vital yang sudah
72
buat sehingga perlu dilanjutkan intervensi yaitu, mempertahankan cairan
intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi (kelembapan mukosa,
cairan dan hitung intake kalori harian, dorong masukan oral sesuai
kebutuhan.
o
suhu:36,4 c, nadi: 94x/menit, pernafasan : 26x/menit, intake : 825cc,
buat sehingga intervensi yang telah di lakukan selama 4x24 jam teratasi
dengan pasien dapat pulang disebabkan tidak adanya lagi keluhan utama
beristirahat dan menjaga pola hidup sehat di rumah terutamanya pada anak
C. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan yaitu pada saat melakukan
pengajian tanda – tanda vital tidak memiliki tensi khusus anak di Rumah
Sakit, sehingga hasil observasi tidak lengkap. Pada saat peneliti mengukur
output cairan pada BAB anak peneliti hanya melihat frekuensi dan tidak
73
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan di atas maka dapat ditari
1. Pengkajian
cair lebih dari 5 kali sehari, ibu klien mengatakan anaknya muntah-
Klien nampak pucat, klien nampak lemah dan lemas, mukosa bibir kering,
2. Diagnosa keperawatan
yang aktif.
3. Intervensi keperawatan
tekanan darah normal), monitor masukan makanan atau cairan dan hitung
intake kalori harian, dorong masukan oral, berikan health education pada
74
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
subjektif: Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair lebih dari 5 kali sehari,
nampak pucat, klien nampak lemah dan lemas, mukosa bibir kering, turgor
kulit kurang baik dan kering, nampak mata cekung, tanda – tanda vital
O
:suhu 38,7 C ,nadi 95 x/menit, pernafasan 28 x/menit. Hasil evaluasi
masalah kekurangan volume cairan teratasi.
B. Saran
oral pada pasien dengan diare yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dalam
75
1. Bagi masyarakat /klien
dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi
3. Bagi penulis
76
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. RI Buku Ajar Diare. Ditjen P2M & PLP; Jakarta, 1999.
L u b i s. Agus Faktor Risiko yang Mempengaruhi Penyakit Diare Pada Anak Usia 0
- 4 Tahun. Makalah Disajikan Dalam Seminar Analisis Lanjut SDKI,
Jakarta 14 Desember, 2008.
77
Nursalam, 2008 Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika; Jakarta.
78
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Oleh :
MIFTAHUL JANNAH
12.2.05.01.0026
ABSTRAK
MIFTAHUL JANNAH|12.2.05.01.0026
simki.unpkediri.ac.id
FAKULTAS ILMU KESEHATAN – D3 Keperawatan || 4||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
J. LATAR BELAKANG
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Diare akut adalah
buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3x atau
lebih) perhari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari (Depkes,
2009).
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar di dunia (Amirudin, 2007). Bila ditinjau dari tingkat kegawatannya pada
umumnya menganggap bahwa diare merupakan penyakit biasa-biasa saja, pada
umumnya masyarakat kita menganggap remeh penyakit ini, sehingga seringkali
berakibat fatal dalam hal penanganan penderita, hal ini diakibatkan oleh kurang
pengetahuan penerapan prinsip-prinsip rehidrasi seawal mungkin belum dilakukan oleh
masyarakat sehingga terjadi keterlambatan tindakan rehidrasi yang dapat memperparah
kesakitan, bahkan dapat mengakibatkan kematian (Unik, 2005).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, secara global
setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta
pertahun. Pada Negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 anak dengan angka kematian
akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7%
dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 anak (Perwira, 2008). Data yang diperoleh
oleh Medikal Record dalam tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2012 sampai tahun 2014
tercatat 271 anak yang dirawat di RSUD Gambiran Kota Kediri.
Secara umum, diare dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu infeksi, alergi
makanan, gangguan penyerapan makanan, keracunan makanan atau sebagai salah satu
gejala dari penyakit yang menyebabkan gangguan sistem kekebalan tubuh. Infeksi
retrovirus menjadi penyebab utama diare di Indonesia, selain itu, bakteri dan parasit
juga bisa menjadi penyebab, hal ini tentu saja erat kaitannya dengan kebersihan yang
tidak terjaga. Kurangnya penanganan pada penyakit diare dapat menyebabkan anak
Upaya dalam mengatasi anak yang mengalami diare dilakukan penyediaan terapi
rehidrasi oral dengan terus menyusui dari usia 0 sampai 2 tahun, penggunaan
antimikroba hanya untuk anak diare berdarah, kasus kolera yang parah, atau infeksi
non-usus serius. Para pengasuh anak-anak yang masih muda juga harus diajarkan
tentang cara pemberian makana bersih dan sehat serta keberhasilan yang dapat
mengurangi morbiditas diare.
Melihat uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas dan mempelajari
lebih dalam tentang masalah keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan diagnosa medis diare pada anak
JJ. METODE
a. Dengan melakukan wawancara yaitu, melakukan pengkajian pada pasien dan
keluarga.
b. Dengan observasi langsung keadaan umum pasien dan melakukan pemeriksaan
fisik saat pengkajian.
c. Dengan studi dokumentasi rekam medis berupa hasil-hasil pemeriksaan dan
dokumentasi pasien selama dirawat di rumah sakit sampai pengkajian dilakukan.
4. Riwayat Imunisasi:
Tabel 2.1 Riwayat Imunisasi
NO Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi setelah pemberian
1 BCG Umur 1 bulan Tidak ada reaksi
2 DPT (I,II,III) 2,3,4 bulan Demam dan rewel
3 Polio (I,II,III) 1,2,3 bulan Tidak ada reaksi
4 Campak 9 bulan Demam ringan
5 Hepatitis Lupa -
5. Riwayat Tumbuh Kembang
IV. TERAPI
6. Inf. KA-En 3B 250cc/16 jam (mikro) 15 tpm
7. Injeksi Ceftriaxone 2x150 mg (IV)
8. Oralit 1 bungkus (oral)
9. Vometa 3x1,5 mg (oral)
10. Paracetamol 3x125 mg (oral)
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Bayi Diare By.A
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, Karya Tulis ini penulis
persembahkan untuk:
1. Keluarga Tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga
dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Primasari Mahardika ,S.Kep.,Ners.M.Kep selaku pembimbing Akademik
yang selalu memberikan motivasi dan memberikan semangat untuk segera
menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Teman – teman seperjuangan angkatan 18, dan sahabat-sahabat yang
memberi dukungan doa, motivasi penuh pada penulis, sehingga penulis dapat
menjalankan tugas program studi dengan baik.
4. Ruang Baca D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang yang
telah menyediakan literature bagi penulis.
5. Seluruh staff, dosen, dan civitas akademika yang telah membimbing,
mendidik, serta memberikan dukungan dan motivasi selama menjalani proses
pendidikan di perguruan tinggi.
.
MOTTO
“Berfokuslah Pada Apa Yang Dapat Kita Lakukan, Hasil Kita Serakan Pada
Tuhan”
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Bayi Diare Pada By. A
Ketua Penguji,
Anggota I Anggota II
Mengesahkan,
Koordinator Program Studi
D3 Keperawatan Universitas Jember
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, perubahan yang terjadi biasanya berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tampa lender darah
lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali. (Lia, 2013). Diare yang
berlangsung beberapa saat tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan tubuh mengakibatkan rejatan
hipovolemik atau karena gangguan biokimia berupa asidosis metabolik lanjut.
Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia, karena masih sering timbul dalam bentuk kejadian luar
biasa(KLB), dan disertai kematian yang tinggi terutama di bagian Indonesia
Timur. Berdasarkan hasil Riskesdas diare merupakan penyebab kematian nomor
empat pada semua umur dalam kelompok penyakit menular dan merupakan
penyebab kematian nomor satu pada bayi post neonatal (Dinkes Jawa Timur,
2013)
Studi kasus ini menggunakan metode kualitatif laporan kasus terhadap 2
pasien diare dengan kekurangan volume cairan. Studi kasus yang di lakukan
dengan menggunakan metode wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi
selama 3 hari. Dan di dapat hasil seberapa besar pengaruh manajemen cairan
pada pasien dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan.
Data penkajian pada klien By. A menunjukan frekuensi BAB sebanyak 4
kali sehari, di sertai lendir, mukosa bibir kering, dank lien tidak mau minum.
Sedangkan klien By. S menunjukan frekuesi BAB 6 kali sehari, diare cair, dan
kesadaran menurun. Dari hasil penkajian di dapatkan diagnosa keperawatan
kedua klien klien yaitu kekurangan volume cairan. Kekurangan volume cairan
yang tidak di tanani segera dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Rencana
Penannganan yang dapat di lakukan pada kedua klien yaitu dengan melalukan
manajemen cairan berupa pemantauan intake dan output, pemantauan cairan
elektrolit dan asam basah, dari rencana keperawatan tersebut dapat di lakukan
tindakan keperawatan berupa pemantauan output seperti pemantauan frekuensi,
konsistensi dan jumlah BAB, frekuensi muntah, suhu tubuh, dan pengeluaran urin,
dan untuk intake dapat berupa seberapa banyak asupan makanan yang masuk,
cairan infus dan cairan obat injeksi.
Pada kedua klien setelah di lakukan tindakan keperawatan di dapat hasil
keduanya mengalami perkembangan yang baik, dimana keduanya mengalami
peningktan berat badan dan untuk klien By. A maslah dapat di atasi selama 3 hari
dan untuk By. S masih harus melanjutkan intervensi yang ada.
Selain tindakan keperawatan, healt edukasi juga di perlukan untuk
meningkatkan pengetahuan orang tua sehingga ketika terjadi diare oreng tua dapat
memberikan pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya kekurangan volume
cairan.
SUMMARY
The Nursing Care on Infants Suffering Diarrhea (By. A Dan By. S) with
Problem of Nursing: Lack Liquid at Bougenville Room Dr. Haryoto
Lumajang 2018. Ahmad Syahrul Adi Nugroho. 152303101102; 2018; 65 pages;
Study Program of Diploma of Nursing Universitas Jember Kampus Lumajang.
This case study employed a qualitative case report method for 2 diarrhea
patients who experienced a lack of fluid. Case study was applied by conducting
interview, physical examination, and 3 days observation and the result was
obtained how much the influence of fluid management on the patients with the
problem above.
Halaman Sampul..........................................................................................i
Halaman Judul..............................................................................................ii
Persetujuan Pembimbing..............................................................................ii
Persembahan................................................................................................iv
Moto.............................................................................................................v
Surat Pernyataan..........................................................................................vi
Halaman Pengesahan...................................................................................vii
Prakata..........................................................................................................viii
Ringkasan.....................................................................................................x
Daftar Isi......................................................................................................xiii
BAB 1. Pendahuluan....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................3
1.4 Manfaat penulis............................................................................3
BAB 2. Tinjauan Pustaka.............................................................................5
2.1 Konsep diare.................................................................................5
2.1.1 Pengertian.............................................................................5
2.1.2 Klasifikasi.............................................................................5
2.1.3 Etiologi..................................................................................6
2.1.4 Gambaran Klinis...................................................................9
2.1.5 Patofisiologi Diare................................................................9
2.1.6 komplikasi diare....................................................................13
2.1.7 Penaktalaksanaan Diare........................................................13
2.1.8 Derajat Dehidrasi..................................................................18
2.1.9 tanda dan gejala dehidrasi.....................................................19
2.2 Konsep asuhan keperawatan anak diare.......................................20
2.2.1 indentitas...............................................................................20
2.2.2 keluhan utama.......................................................................20
2.2.3 riwayat penyakit sekarang....................................................20
2.2.4 riwayat kesehatan..................................................................20
2.2.5 Riwayat Nutrisi.....................................................................21
2.2.6 Pola eleminasi.......................................................................21
2.2.7 Pemeriksaan fisik..................................................................21
2.2.8 Diagnosa keperawatan..........................................................21
2.3. Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan.................22
2.4 Implementasi................................................................................24
2.5 Evaluasi........................................................................................24
BAB 3. METODE PENULISAN.................................................................26
3.1 Desain Penulisan...........................................................................26
3.2 Batasan istilah...............................................................................26
3.3 Partisipan......................................................................................27
3.4 Lokasi dan Waktu.........................................................................27
3.5 Pegumpulan Data..........................................................................27
3.6 Analisa Data.................................................................................29
3.7 Etika Penulisan.............................................................................30
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................33
4.1 Gambaran lokasi pengambilan Data.............................................33
4.1.1 karakteristik klien.................................................................33
4.1.2 Pengkajian.............................................................................33
4.1.3. Diagnosa keperawatan.........................................................48
4.1.4 Intervensi keperawatan.........................................................48
4.1.5 Implementasi Keperawatan...................................................51
4.1.7 Evaluasi.................................................................................58
BAB 5. PENUTUP......................................................................................62
5.1 Kesimpulan...................................................................................62
5.1.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................62
5.1.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................62
5.1.3 Intervensi Keperawatan........................................................62
5.1.4 Evaluasi Keperawatan...........................................................63
5.1.5 Implementasi KeperawatanRumah Sakit.............................63
5.2 Saran.............................................................................................63
5.2.1 Perawat..................................................................................63
5.2.2 Penelitian Selanjutnya...........................................................63
Daftar Tabel
BAB 1. PENDAHULUAN
kematian post neonatal (>28 hari - 1 tahun) dengan 9,3 %, masih di bawah
pnemoni dengan 20,9 % (Dinkes Lumajang, 2014).
Diare infeksi akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi
diare inflamasi dan diare non inflamasi. Diare inflamasi disebabkan infeksi
bakteri dan sitotoksin dengan diare disertai lendir dan darah gejala klinis berubah
mulas, sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus serta gejala
dan tanda dehidrasi. Diare akut pada anak sering disebabkan oleh virus, virus
mencederai permukaan absorpsi vilosa matur menyebabkan penurunan absorpsi
cairan dan defisiensi disakaridase. Bakteri menyebabkan cedera usus dengan
secara langsung menginvansi mukosa lusa permukaan vilosa, atau melapisi toksin
(Ngatisyah, 2014).Diare yang berlangsung beberapa saat tanpa penanggulangan
medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan
tubuh mengakibatkan rejatan hipovolemik atau karena gangguan biokimia berupa
asidosis metabolik lanjut (Amin, 2015).
Kekurangan volume cairan adalah kondisi individu mengalami penurunan
cairan intravaskuler, interstisial, atau intrasel (Wilkinson, 2015). Pasien diare
dengan kekukarangan volume cairan biasaya akan di ikuti dengan dehidrasi
sedang hingga berat.Asuhan keperawatan yang komprehensif sangat diperlukan
dalam upaya mengatasi diare, terutama pada pasien bayi dengan dehidrasi. Salah
satu asuhan keperawatan yang dapat di lakukan pada pasien diare dengan
kekurangan volume cairan adalah dengan cara mengatur keseimbangan cairan,
meningkatkan keseimbangan asam basah dan mencegah komplikasi akibat kadar
cairan yang abnormal. Tidak hanya itu, dari hasil penelitian yang di lakukan oleh
Mardayani dkk, penggunaan zink dan probiotik pada pasien diare anak
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap konsistensi feses, frekuensi diare,
durasi diare dan lama rawat inap. Langkah yang tepat untuk mengatasi
kekurangan cairan adalah dengan cara mengganti cairan tubuh yang hilang atau
rehidrasi. Langkah rehidrasi menurut (Wilkinson, 2015) adalah dengan mealkukan
rehidrasi secara parenteral dengan cairan elektrolit seperti membantu memberi
minum susu formula atau ASI dan Memonitor asupan makanan dan cairan.Dari
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 3
latar belakang di atas maka penulis mengambil judul “Asuhan Keperawatan Bayi
Diare Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut, “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare
Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville
RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018”?
1.3 Tujuan Penulisan
Melakukan studi eksplorasi Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare Dengan
Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD
Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi guna
menambah dan mengembangkan ilmu keperawatan terkait dengan konsep Asuhan
Keperawatan Pada Bayi Diare Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan
Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018.
1.4.2 Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis
Hasil penelitian ini sebagai pengalaman yang nyata dan memperdalam
keterampilan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare Dengan Masalah
Keperawatan Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD
Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018.
b) Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta masukan
yang dapat meningkatkan keterampilan perawat terkait dengan pemberian
“Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare Dengan Masalah Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSUD Dr. Haryoto
Lumajang Tahun 2018” sehingga asuhan keperawatn yang diberikan pada
pasien sesuai dengan konsep yang ada.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 4
Bab tinjauan pustaka ini menguraikan tentang landasan teori yang meliputi
konsep diare dan asuhan keperawatan dengan masalah dehidrasi. Literatur yang
digunakan dalam bab ini antara lain teks book,artikel jurnal, tensis dan skripsi.
2.1 Konsep Diare
2.1.1 Pengertian
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, perubahan yang terjadi biasanya berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tampa lender darah
lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali. (Lia, 2013)
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam pada
orang dewasa. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan ratarata pengeluaran tinja normal
bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Nining, 2016)
Diare adalah buang air besar lebih sering, lebih banyak dan dengan
konsistensi yang lebih lembek atau encer dari biasanya (Sofwan, 2010).
2.1.2 Klasifikasi
Secara klinik, diare di bedakan menjadi tiga macam sindrom, masing-
masing mencerminkan patogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatan.
a. Diare Akut (Diare)
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat (Noerasid, suraatmadja dan asnil, dikutip suharyono,
boediarso dan halimun 1988). Diare berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan
kebanyakan kurang dari 7 hari) dengan di sertai pengeluaran feses lunak atau cair,
sering tanpa darah, mungkin di sertai muntah dan panas (Depkes RI & DITJEN
PPM & PLP, 1999). Diare akut (berlangsung kurang dari 3 minggu), penyebabnya
infeksi dan bukti penyebabnya harus di cari ( perjalan ke luar negeri, memakan
makanan mentah, diare serentak dalam anggota keluarga dan kontak dekat),
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 6
Watson, dikutip Jones & Irving, 1996: behrman, kliegman, &Arvin 1996
(Sodikin, 2014).
b. Disentri
Disentri di definisikan dengan diare yang di sertai darah dalam feses,
menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama disentri akut yaitu shingella,
penyebab lain adalah campylobacter jejuni, dan penyebab yang jarang di temui
adalah E. Coli enteroinvasife atau salmonela. Pada orang dewasa muda, disentri
yang serius di sebabkan oleh entamoeba histolytica, tetapi jarang menjadi
penyebab disentri pada anak (Sodikin, 2014).
c. Diare presisten
Diare presisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari, kejadian dapat di mulai sebagai diare cair atau
disentri. Diare jenis ini menyebabkan kehilangan berat badan yang nyata, dengan
volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga beresiko mengalami dehidrasi.
Diare presisten tidak di sebabkan oleh penyebab mikroba tunggal E. Coli
enteoaggregatife, shingella, dan Cryptosporidium, mungkin penyebab lain
berperan lebih besar (Sodikin, 2014).
d. Etiologi
Diare merupakan satu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran pencernaan
yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri virus dan parasit.
Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran pencernaan manusia
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh organisme tersebut.
Bakteri patogen seperti ecolisalmonella dan vibrio cholera contoh bakteri patogen
yang menyebabkan epidemi diare pada anak.
Etiologi dari diare akut antara lain:
1) Faktor infeksi disebabkan oleh bakteri, virus
2) Faktor non infeksius
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 7
a) Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intolerans,i laktosa, maltosa dan
sukrosa), non sakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
Malabsosbsi : long chain triglyseride,
Malabsorbsi : asam amino, B-laktoglobin
b) Faktor makanan
Makanan basi beracun alergi terhadap makanan ( milk alergy, food
alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy.
c) Faktor psikologis: rasa takut cemas (Nuari, 2015).
d) Faktor perilaku yang meliputi:
- Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman.
- Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
- Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
- Penyimpanan makanan yang tidak higienis. (Nining, 2016)
3) Penyebab diare infeksi akut
Tabel 2.1 Penyebab diare infeksi akut (Suratun, 2010)
Penyebab Onset Durasi Tanda gejala
1. Viral 18-24 jam 14-48 jam Eksplosif, diare berair, mual,
Rotavirus, norwalk muntah, kram abdomen
2. Bakteri 4-24 jam 3-4 hari Frekuensi 4-5 kali/hari, mual,
E. coli lemas, demam ringan
Enterohemoragik E. Coli 4-24 jam 4-9 hari Diare berdarah, kram hebat,
demam
Shigella 24 jam 7 hari Diare dengan konsistensi cair,
berlendir dan mengandung darah,
tenesmus.
Salmonela 4-48 jam 2-5 hari Diare dengan konsistensi cair,
mual, muntah, nyeri abdomen,
demam
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 8
Sakit, perut, muntah, sakit kepala, diare berlendir dan berwarna kemerahan
suhu badan bervariasi, nadi cepat.
e. Kuman Virus
Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah, berlangsung
selama 2-3 hari.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 9
f. Diare Choleform
Gejala utama diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak mual,
bentuk feses seperti air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi.
g. Diare Desentrium
Gejala yang timbul adalah toksit diare kotoran mengandung darah dan lendir
yang disebut sindroma disentri jarang mengakibatkan hidrasi dan tanda yang
sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris perut kembung anoreksia mual
dan muntah (Nuari, 2015).
2.1.5 Patofisiologi Diare
Penyebab Diare akut atau diare adalah masuknya virus
(rotavirus,adenovirus, virus norwalk), bakteri atau toksin ( compylobacter,
salmonela, escherihia coli, yersinia, dan lainnya), parasit (biardia lambia,
cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin di mana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada Diare akut.Penularan Diare bisa
melaluifekal-oral darisatu penderita ke yang lainnya.Beberapa kasus ditemui
penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
( makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare.Jalan itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguanmotilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik atau hipoperistaltik.Akibat dari dihari itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit atau yang disebut dengan dehidrasi yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia)
gangguan gizi (intake kurang, ouput berlebih), hipoglikemia, dan gangguan
sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sebanyak khusus karena
gerakan gerakan peristaltik dan segmentasi usus. Namun akibat terjadi infeksi
oleh bakteri, maka pada saluran pencernaan akan timbul mur-mur usus yang
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 10
berlebih dan kadang menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga penderita
selalu ingin buang air besar dan berak penderita encer.
Mula-mula mikroorganisme salmonella, escherichia coli, vibrio disentri
dan entero virus masuk ke dalam usus, kisah Nabi kembangbiak toksin, kemudian
Pembentukan
Kerusakan Informasi Input
limfosit
integritas kulit kurang menuru BB menurun
n
Kompensasi
tubuh Ansietas Pemasukan Perubahan
cairan inadekuat nutrisi kurang
Meningkatkan dari kebutuhan
suhu tubuh
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 11
Penyakit
seliakus.
Sindrom usus
pendek buatan
2) Probiotik
Probiotik didefinisikan sebagai preparasi sel mikroba atau komponen dari sel
mikroba yang mempunyai efek menguntungkan bagi kesehatan manusia.
Berdasarkan studi Meta analysis disimpulkan bahwa probiotik yang diberikan
b) Hidrasi Intravena
Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat.NaCl atau laktat linger
harus diberikan dengan suplementasi kalium.
2) Monitor status hidrasi tanda-tanda vital dan output urine
a) Rumus Penggantian Cariran Metode Pierce
Penggantian cairan dapat menggunakan rumus metode pierce berdasarkan
keadaan klinis yaitu:
Dehidrasi ringan kebutuhan cairan 5% x KgBB
Dehidrasi sedang kebutuhan cairan 8% x KgBB
Titrasi berat kebutuhan cairan 10% x KgBB (Suratun, 2010)
Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang
sampai diarenya berhenti( terapi rumatan).
Jumlah cairan yang di beri harus sama dengan jumlah cairan yang telah
hilang melalui diare dan/atau muntah (previous water loses = PWL); di tambah
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang msih terus
berlangsung (concomitant water losses = CWL). Jumlah ini tergantung pada
derajat dehidrasi serta badan masing-masing anak atau kelompok umur (Nuari,
2015).
b) Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg) sesuai
derajat dehidrasi (Nuari, 2015)
Tabel 2.4 Jumlah cairan yang hilang pada anak umur <2 tahun
Dehidrasi PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
c) Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg)
sesuai dengan derajat dehidrasi (Nuari, 2015).
Tabel 2.5Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2-5 tahun
Dehidrasi PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 16
d) Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur >15 tahun (BB 15-25 kg)
sesuai dengan derajat dehidrasi (Nuari, 2015)
Tabel 2.6Jumlah cairan yang hilang pada anak umur >15 tahun
Dehidrasi PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 25 65 25 115
Sedang 50 65 25 140
Berat 80 65 25 170
Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat di bagi atas tiga macam, yaitu
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24
jam, sedangkan ratarata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam
(Nining, 2016)
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
(1) suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak Dan
timbul diare.
(2) Feses cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
(3) Anus dan daerah sekitar timbul ke lecet karena sering defikasi
(4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
(5) Apabila pasienn telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
(6) Diuresis: terjadi oliguria bila terjadi dehidrasi
2.2.4Riwayat Kesehatan Meliputi
(1) Riwayat imunisasi
(2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(3) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya (Diare berkelanjutan)
2.2.5 Riwayat Nutrisi
(1) Asupan makanan
(2) Keluhan nyeri abdomen
(3) Distensi abdomen mual, dan muntah
(4) Berat badan biasanya turun
2.2.6 Pola Eliminasi
(1) Frekuensi defekasi sering lebih dari 3 kali sehari
(2) Feses cair mengandung lendir dan darah (diare infeksius)
2.2.7 Pemeriksaan Fisik
2.2.7.1 Keadaan Umum
(1) Baik, sadar (Diare dehidrasi ringan)
(2) Gelisah (Diare dehidrasi sedang)
(3) Lesu, lunglai atau tidak sadar, tidak ada urin (Diare dehidrasi Berat)
2.2.7.2 Berat Badan
(1) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 5%
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 19
(2) Hidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5 sampai 10%
(3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10 sampai 15%.
2.2.7.3 Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan pemeriksaan turgor.
Infeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi
2.2.7.4 Mulut Dan Lidah
(1) Mulut dan lidah basah( tanpa dehidrasi)
(2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sampai sedang)
(3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
2.2.7.5 Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus
yang meningkat (Suratun, 2010).
2.2.8 Definisi Kekurangan Volume Cairan
Kondisi individu yang mengalami penurunan intravaskular, interstisial,
atau intrasel (Wilkinson, 2015).
2.2.8 Batasan Karakteristik
(1) Perubahan status mental
(2) Penurunan turgor kulit dan lidah
(3) Penurunan haluaran urine
(4) Penuruanan pengisian vena
(5) Kulit dan membran mukosa kering
(6) Hematokrit meningkat
(7) Suhu tubuh meningkat
(8) Peningkatan frekuensi nadi
(9) penurunan tekanan darah,
(10) penurunan volume dan tekanan nadi
(11) Konsentrasi urine meningkat,
(12) penurunan berat badan yang tiba-tiba dan kelemahan (Wilkinson, 2015).
2.2.9 Faktor yang berhubungan
(1) Kehilangan volume cairan aktif
(2) Asupan cairan yang tidak adekuat
(3) Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti dalam diabet insipidus)
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 20
2.5 Evaluasi
Penilaian terakhir proses keperawatan di dasarkan pada tujuan keperawatan
yang di tetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan di dasarkan
pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah di tetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu. (Nursalam, 2011)
Evaluasi melibatkan perbandngan respon pasien saat ini dengan perilaku
dasar untuk menentukan kemajuan pasien dalam menentukan tujuan jangka pende
dan tujuan jangka panjang. Penilaian mengenai kemajuan pasien dibuat dengan
menganalisis dan menilai data objektif dan subjektif oleh perawat, pasien,
keluarga, dan anggota tim. Jika kemajuan tidak cukup dalam mencapai kriteria
hasil, pasien dan perawat memperbaiki rencana asuhan. Lembaga perawatan
kesehatan telah mengimplementasikan program perbaikan kualitas untuk
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 23
sedang diamati. Untuk memperoleh hasil observasi yang akurat dan tepat, peneliti
diwajibkan memiliki keterampilan dalam melakukan observasi dan mempunyai
waktu yang cukup untuk melakukan pendalaman dalam situasi yang akan diteliti
(Afiyanti & Rachmawati, 2014).
Pada pasien Diare dengan masalah keperawatan kekurangan volume
cairan, beberapa hal yang perlu di observasi antara lain yaitu masukan dan
pengeluaran ciaran, tanda tanda vital, integumen dan mukosa pasien, serta tingkat
kesadaran.
3.5.3 Studi Dokumentasi
Peneliti menggunakan pengumpulan data dengan metode studi dokumen
karena dokumen dapat memberi informasi tentang situasi yang tidak dapat
diperoleh langsung melalui observasi langsung atau wawancara. Media yang
termasuk studi dokumentasi, antara lain yaitu buku harian pribadi, surat,
otobiografi dan biografi serta dokumen dan berbagai laporan dinas. Sumber
dokumen bisa dari yang informal sampai formal. Penelitian keperawatan bisa
menggunakan jadwal, laporan, dan catatan kasus, standar asuhan dan lainnya
sebagai sumber. Peneliti memperlakukan sumber tersebut layaknya transkrip
wawancara atau hasil catatan hasil observasi, yang nanti dapat dianalisis dengan
memberikan kode dan kategori (Afiyanti & Rachmawati, 2014).
Studi dokumentasi pada penelitian ini yaitu dengan melihat pemeriksaan
penunjang pasien seperti hasil laboratorium, hasil USG, ataupun berupa status
pasien.
3.6 Analisa Data
Analisis data pada pendekatan kualitatif merupakan analisis yang bersifat
subjektif karena peneliti adalah instrumen utama untuk pengambilan data dan
analisis data penelitiannya. Secara umum kegiatan analisis data pada pendekatan
kualitatif memiliki empat tahapan, yaitu sebagai berikut (Afiyanti & Rachmawati,
2014).
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr 28
BAB 5. PENUTUP
Dalam Waktu 3x24 Jam Kebutuhan Cairan Kedua Klien Dapat Terpenuhi Dan
Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Dapat Di Atasi.
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan Keperwatan Yang Di Lakukan Sebelumnya Mengacu Pada 5
Intervensi Yang Terlah Di Buat. Kedua Klien Mendapat 5 Tindakan Keperawatan
Yang Sama Guna Mengatasi Masalah Kekurangan Volume Cairan. 5 Tindakan
Yang Di Lakukan Adalah Memantau Intake Dan Outout Cairan, Manajemen
Cairan, Manajemen Hipovolemi, Terapi Intravena Dan Pemantauan Status
Nuntrisi Kedua Klien Dengan Melakukan Penimbangan Berat Badan Secara
Rutin.
5.1.5Evaluasi Keperawatan
Dalam Melakukan Evaluasi Keperawatan Mengacu Pada Kriteria Hasil Di
Intervensi Yang Telah Di Buat Sebelunya, Terdapat 3 Kriteria Hasil Yang Ada
Pada Evaluasi Keperatan Yang Telah Di Buat Yaitu Keseimbangan Cairan Dan
Elektrolit, Peningkatan Rehidrasi, Dan Kebutuhan Nutrisi Makanan Dan
Minuman Yang Adekuat. Setelah Di Lakukan Evaluasi Pada Ke Dua Klien
Selama 3 Hari, Dapat Di Simpulkan Bahwa Masalah Keperawatan Pada Klien By.
A Dapat Di Atasi Di Hari Ke 3, Sedangkan Klien By.S Setelah Di Lakukan
Tindakan Keperawata Selama 3 Hari Dan Di Evaluasi Hasinya Menunjukan
Masalah Keperawatan Belum Teratasi.
5.2 Saran
5.1.1 Penelitian Selanjutnya
Di Harapkan Bagi Peneliti Selanjutnya Yang Akan Mengambil Kasus
Diare Pada Anak Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan
Dapat Memberikan Asuhan Keperawatan Yang Optimal Dan Berkualitas. Peneliti
Dapat Mengkaji, Menganalisa Dan Merumuskan Masalah Keperawatan Lebih
Dalam Lagi Sehingga Masalah Keperawatan Dapat Di Atasi.
5.1.2 Perawat
Di Harapkan Perawat Dapat Memberikan Pelayanan Yang Koperhensif
Dan Profesional Pada Pasien Bayi Diare Dengan Masalah Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan. Dan Pemberian Healt Edukasi Tentang Pemenuhan
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr
Cairan Pada Pasien Diare Di Rasa Sangat Perlu Guna Mencegah Timbulnya
Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan.
5.1.3 Rumah Sakit
Di Harapkan Setelah Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr
Daftar Pustaka
Lampiran 1
C. Kegiatan penyuluhan
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr
Materi
A. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (Depkes RI,
2004
ASI Eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara eksklusif
saja, tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur
susu, biscuit, bubur dan nasi tim (Utami,2005)
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara
(WHO,2001)
Jadi dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian
ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi serta dapat
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr
B. KANDUNGAN ASI
ASI mengadung:
1. Laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam
usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat
untuk:
Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
2. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin.
3. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi
D. Keuntungan ASI
ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan
jamur.
ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayii.
ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Kontak kulit dini akan berpengaruh terhadap perkembangan bayi.
Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih saying dengan
memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek
psikologis yang besar. Interaksi yang timbul waktu menyusi antara ibu dan
bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan aman sangat
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr
DAFTAR PUSTAKA
perihalyang akan
disampaikan
Penyajian Pengertian MP- Memperhatikan Ceramah dan Leflet
(10 menit ) ASI dan mendengarkan
Pemberian keterangan
makanan anak
umur 0-24 bulan
yang baik dan
benar
Cara membuat
MP-ASI
Permasalahan
dalam memberikan
MP-ASI pada bayi
Akibat
pemberian MP-
ASI terlalu
dini
Tanya Jawab Memberikan Mengajukan
(10 menit) kesempatan untuk pertanyaan pada
bertanya hal penyaji
yang belum
dimengerti
Penutup ( 5 menit) Memberikan Memperhatikan, Ceramah dan Tanya
kesimpulan mendengarkan, jawab
bertanya pada dan menjawab
Audiens salam.
Mengevaluasi
hasil penyuluhan
Salam penutup
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr
B. Syarat MP ASI
Makanan yang diberikan pada bayi dan anak balita harus
memenuhi syaratsyarat berikut (As’ad, 2002) yaitu memenuhi
kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai usia, macam makanan
yang diberikan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan
makanan yang digunakan tersedia di daerah setempat. Kebiasaan
makan, bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima,
toleransi, dan keadaan faali anak, dengan selalu memperhatikan
higienitas makanan maupun lingkungan. MP ASI untuk bayi
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr
D. Jenis MPASI
MP ASI sebaiknya dapat menyiapkan sendiri makanan untuk bayi
menggunakan makanan lokal, dengan harga yang murah dan mudah didapat
dan bentuknya bervariasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menyiapkan makanan bayi dirumah, yaitu: Menyiapkan makanan bayi harus
bersih (bebas dari kotoran) dan saniter (bebas dari mikroba penyakit),
menggunakan bahan yang segar, jika ingin menambahkan gula maka gunakan
sedikit saja, haluskan buah segar yang telah dicuci bersih dan dikupas seperti
pisang, pepaya dan lainnya, Makanan bayi yang dimasak dapat segera
disimpan dalam wadah tertutup.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr
ditambahkan pada makanan bayi antara lain mentega, keju dan jenis
minyak yang umum digunakan yaitu minyak kelapa, santan, minyak
kacang, minyak jagung dan lainnya.
UUnniivveerrssiittaass JJeemmbbeerr
DAFTAR PUSTAKA
Hasdianah, dkk. 2014. Gizi, Pemantapan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
UPAYA PENANGANAN DEHIDRASI PADA PASIEN DIARE
ANAK DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada
Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
KURNIAWATI
J 200 130 033
Abstrak
Latar Belakang: Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama
pada anak-anak. Kurang lebih 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada
2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian pada diare adalah karena dehidrasi
sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Insiden diare balita di Boyolali
berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 6,5 % (kisaran Provinsi 3,2 % - 13 %), yang
dimana angka tersebut tinggi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah 5 %. Tujuan
umum: untuk mengetahui adanya penanganan dehidrasi pada anak dengan diare sesuai
dengan prosedur perawatan.Tujuan khusus: untuk melakukan pengkajian, analisa data,
perencanaan keperawatan, implementasi dan mengevaluasi dehidrasi pada anak
diare.Metode: karya tulis ilmiah di susun menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus dengan cara mengumpulkan data, menganalisis dan menarik
kesimpulan data.Hasil: dari implementasi yang dilakukan salah satunya adalah pemberian
oralit dan zink diperoleh hasil BAB dari 10x dalam sehari menjadi 2x dalam sehari dan
BAB yang cair dan berlendir mencadi berampas. Kesimpulan: Pemberian zink dan oralit
dapat mengurangi frekuensi BAB. Zink berfungsi mempersingkat lamanya diare.
Pemberian oralit dapat digunakan untuk meningkatkan keseimbangan elektrolit dan
pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang tidak normal. Oralit diberikan untuk
mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang hilang karena diare.
1
DEHYDRATION TREATMENT EFFORT TOWARD CHILDREN PATIENT WITH
DIARRHEA AT PANDAN ARANG REGIONAL HOSPITAL BOYOLALI
Abstract
5. HASIL
Studi kasus didapatkan hasil pasien An. S berumur 6 bulan 11 hari (18 september
2015), laki-laki, alamat Tulung, Klaten, tanggal masuk 28 Maret 2016, dibangsal Edelwis.
Keluhan utama ibu pasien mengatakan BAB pasien 10x dalam sehari. Riwayat
kesehatan sekarang, ibu pasien mengatakan pasien dibawa ke RSPA pada tanggal 28
Maret 2016, karena diare konsistensi BAB encer, kadang dengan lendir, kadang berwarna
hijau, muntah saat di Rumah Sakit 3x kira-kira 20 cc dan susah netek. Riwayat penyakit
terdahulu, ibu pasien mengatakan sebulan yang lalu pasien dirawat di RS Moewardi
selama 7 hari dengan diare. Riwayat kesehatan keluarga, ibu pasien mengatakan tidak ada
penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit pernafasan.
Riwayat prenatal, saat mengandung ibu mengkonsumsi vitamin dari bidan desa,
kelahiran spontan, langsung menangis, tidak ada kecacatan, umur kehamilan 42 minggu.
Pasien tidak memiliki alergi, imunisasi yang sudah diberikan Hepatitis B, BCG, DPT, BB
saat ini 5,5 Kg, Saat ini pasien dapat miring kanan dan kiri.
Pola nutrisi dan cairan, sebelum sakit, 2x sehari diberi sun 2-5 sendok teh, sering
minum ASI setiap 2 jam sekali selama 25-30 menit kecuali saat tidur. Saat sakit, nutrisi
yang masuk ASI selama 2-3 menit dan cairan infus D ¼ NS 16 tpm makrodrip lancar. BB
5.5 kg.
Tanda-tanda vital RR 50x/menit, suhu 36,6C nadi 120x/menit. Pemeriksaan fisik
didapatkan,kulit kepala tidak ada lesi, ubun-ubun cekung. Mata, simetris kanan dan kiri,
konjungtiva anemis, cekung. Telinga, simetris kanan dan kiri tidak ada gangguan
pendengaran. Hidung, terdapat sekret. Mulut membran mukosa kering. Abdomen, adanya
kulit kering, bintik-bintik kemerahan disekitar perut, bunyi bising usus 25 x permenit,
suara abdomen hypertimpani, turgor kulit kembali lambat. Anus, tidak terdapat
kemerahan, lembab.
Data penunjang pada tanggal 28 Maret adalah Hemoglobin 8.3 g/dl rendah (11.5-
15.5), lekosit 18.300 /ul tinggi (6000-17500), Neutrofil Segmen 67,5 % (30-70), Limfosit
31,5 % (20-40), monosit 1,0 % rendah (2-8), Hematokrit 27, 12% rendah (31-41),
Trombosit 465 10^3/uL tinggi (150-450), Eritrosit 4,37 10^6/uL (3,9-5,5), MCV 62 fL
rendah (80-100), MCH 19 pg rendah (27-32), MCHC 31 g/dL rendah (32-36), Natrium
131 mmol/L rendah (135-148), Kalium 3,2 mmol/L rendah (3,5-5,3), Chloride 97 mmol/L
rendah (98-107).
Terapi medis: Ambroxol 3 x 1 cth, Oralite 50 cc jika pasien diare, Zinc 5ml/12 jam,
Paracetamol jika panas, L-Bio 2 x sehari, centrimoksaxol 2 x 1cth. Injeksi : Cefotaxime
50 mg/ 8 jam, Ondancentron 0,5 mg / 8 jam, Furosemid 2,5 mg/12jam, Infus : RL 16 tpm/
D ¼ NS 16 tpm, KCl, D40.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah kekurangan volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan (diare), didukung oleh data ibu
pasien mengatakan anak diare dalam sehari 10x, feses berwarna hijau, berlendir, disertai
muntah, minum ASI sangat sulit lama menetek 2-3 menit. Data objektive: keadaan umum
apatis, tanda-tanda vital suhu: 36,6 C, nadi: 120 x/menit, RR: 50x/menit, BB: 5.5 Kg,
konjungtiva anemis, mata cekung, kulit terlihat kering, mukosa kering, ubun-ubun cekung,
turgor kulit kembali lambat, Natrium 131 mmol/L rendah (135-148), Kalium 3,2 mmol/L
rendah (3,5-5,3). Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24jam kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil: ubun-ubun tidak cekung,
mukosa lembab, cairan terpenuhi, tidak terjadi dehidrasi. Rencana keperawatan dari
diagnosa diatas adalah beri larutan rehidrasi oral, untuk rehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan melalui feses (Sodikin, 2011), kaji tanda-tanda vital, untuk mengetahui
adanyanya perubahan tanda vital data terjadi dengan cepat pada kekurangan cairan seperti
peningkatan nadi, pernafasan, maupun suhu tubuh, lakukan pemeriksaan fisik: turgor
kulit, membran mukosa, untuk menentukan status cairan atau derajat dehidrasi,
laksanakan program pemberian obat, untuk mengatasi penyebab masalah kekurangan
cairan, kolaborasi dengan dokterdalam pemberian cairan intravena, untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh (Tarwoto, 2015).
Tabel 1.1 implementasi (Selasa, 29 Maret 2016)
Jam Implementasi Respon
Memonitor tanda-tanda DS: -
DO: Nadi 120x/menit, Berat badan 5,5 kg, suhu
17.00 vital 36,6
C, RR 50x/menit
P: Lanjutkan intervensi
Monitor Tanda-tanda vital, Mencatat output input
cairan,anjurkan ibu
untuk memberikan ASI, Kolaborasi dengan dokter
S: Ibu pasien mengatakan anak diare 4x, feses sudah berampas
31 Maret walau masih
berlendir dan cair, BAK 12 x, minum ASI ±50cc, air putih yang
2016 diminum
15.0
0 kurang lebih ½ gelas
O: Tanda-tanda vital: RR: 45x/menit, Nadi: 100x/menit, Suhu: 38,1
C
Mata cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit kembali lambat,
BB: 5,3
Kg
Balance cairan :
Input – output= 1431,75 – 1316,35 = +115,4 cc
P: Lanjutkan intervensi
Pertahankan input cairan, monitor tanda-tanda vital, lakukan
pengkajian,
kolaborasi dengan dokter
S: Ibu pasien mengatakan anak BAB 2x, feses sudah ada ampas,
01 April warna hijau
kekuningan, BAK memakai selang, belum diberikan ASI, hanya
2016 15.00 diberikan
obat
12. Tanda-tanda vital: nadi 100x/menit, suhu 37,0 C, RR 40x/ menit,
turgor kulit langsung kembali, mata cekung, ubun-ubun cekung,
mukosa bibir lembab, berat badan 5,3 kg. Urine +200 kateter
Natrium 135 mmol/L, Kalium 2,14 mmol/L
Balance cairan:
input- output= 1365,25-1456,35= -91,1
P: Lanjutkan intervensi
Berikan larutan parentral, monitor tanda-tanda vital, lakukan
pengkajian, kolaborasi dengan dokter
F. PEMBAHASAN
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair, dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sedangkan
neonatus 4 kali buang air besar (Dewi, 2010). Pengeluaran feses dinilai berlebih bila
sudah mencapai lebih dari 200 ml/m2 luas permukaan badan (Suratmaja, 2007).
Diare terjadi saat isi saluran cerna didorong melalui usus dengan cepat, dengan
sedikit waktu untuk absorbsi makanan yang dicerna, air dan elektrolit. Feses yang
dihasilkan menjadi encer biasanya hijau, dan berisi lemak yang tidak dicerna, karbohidrat
yang tidak dicerna, dan sejumlah protein yang tidak dicerna kehilangan air dapat terjadi
hingga sepuluh kali dari kecepatan normal kehilangan air, ketidakseimbangan elektrolit
dapat terjadi bersama kehilangan natrium, klorida, bikarbonat dan kalium. Diare yang
menyebabkan dehidrasi dapat menyebabkan syok hipovolemik dan dapat mengancam
jiwa pada bayi dan anak yang masih kecil (Axton, 2013).
Dehidrasi adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan
dan elektrolit. Dehidrasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kekurangan
cairan dan kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium).
Kelebihan asupan zat terlarut dapat menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara
berlebih serta pengeluaran keringat yang banyak dan dalam waktu yang lama (Saputra,
2013).
Menurut pedoman MTBS (2008) cit Rekawati (2013) gejala yang sering muncul pada
anak dehidrasi ialah mata cekung, malas minum, cubit kulit perut kembali lambat.
Menurut Sodikin (2011) gejala ubun-ubun cekung, tonus otot dan turgor kulit berkurang,
mukosa bibir kering. Konsistensi feses cair, berlendir, warna feses berubah menjadi
kehijau-hijauan bercampur empedu. Pada studi kasus pasien mengalami masalah muntah
pada saat diare yang dimana ada pada teori Sodikin (2011).Muntah dianggap sebagai
suatu cara perlindungan alamiah dari tubuh terhadap zat-zat yang merangsang
(Lolopayung, 2014). Menurut Wong (2009), berat badan yang turun dan kulit yang pucat
merupakan gejala yang muncul saat anak diare disertai dehidrasi.
Menurut Axton (2014) kekurangan volume cairan dan elektrolit adalah penurunan
jumlah volume cairan yang bersirkulasi. Diagnosa ini menunjukkan adanya dehidrasi yang
merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan natrium dan elektrolit(Wilkinson,
2011). Pasien mengalami dehidrasi terlihat dari tanda-tanda dan catatan input dan
outputnya. Pasien mengalami dehidrasi dikarenakan usus bekerja tidak sempurna sehingga
sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya dibuang bersama tinja sampai
akhirnya tubuh kekurangan cairan (Mardayani, 2014). Cairan dan elektrolit merupakan
komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan homeostatis
(Tarwoto, 2015). Elektrolit ada di seluruh cairan tubuh (Saputra, 2013),elektrolit
merupakan komponen yang berada baik dalam cairan intrasel maupun ekstrasel.
Ketidakseimbangan satu atau lebih komponen elektrolit akan terjadi mekanisme
pertahanan homeostatis (Tarwoto, 2015).
Derajat keparahannya dehidrasi dibagi menjadi tiga, yaitu: dehidrasi ringan tubuh
kehilangan cairan sebesar 5% dari berat badan, dehidrasi sedang tubuh kehilangan cairan
sebesar 5-10% dari berat badan. Serum natrium dalam tubuh mencapai 152-158 mEq/L.
Dehidrasi berat tubuh kehilangan cairan sebesar lebih dari 10 % dari berat badan (Saputra,
2013). Pada pasien ini terjadi dehidrasi dengan kategori ringan karena penurunan berat
badan awal 5,5 kg menjadi 5,3 kg (3,64% penurunan berat badan).
Pengeluaran urine jika pasien mengalami dehidrasi ringan urine keluar normal,
dehidrasi sedang pasien mengalami oliguria, dan dehidrasi berat pasien mengalami anuri
(Sodikin, 2011).
Natrium digunakan untuk keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan kontraksi
otot. Gangguan elektrolit natrium jika <135 mmol/L dinamakan Hiponatremia. Kalium
berfungsi untuk kontraksi otot. Gangguan elektrolit kalium jika <3,5 mmol/L dinamakan
Hipokalemia.
Dua gangguan elektrolit tersebut disebabkan karena diare (Tarwoto, 2015). Pada pasien
ini yang terjadi adalah Natrium 131 mmol/L rendah (135-148), Kalium 3,2 mmol/L
rendah (3,5-5,3).
Pemberian infus D ¼ NS 16 tpm (Per 5 mL mengandung : Natrium 38.5 meg/Liter,
Klorida 38.5 meg/Liter, Dextrose 50 gram/Liter (NaCl 2.25 gram, water for injeksion
1.000 mL).Osmolaritis : 355 mOsm/Liter.) digunakan untuk mengatur konsentrasi cairan
tubuh. Infus tersebut adalah larutan yang mempunyai osmolaritas lebih besar dari plasma
darah (Tarwoto, 2015). Pada pasien dengan kasus ini sesuai dengan teori. Natrium awal
pasien adalah 131 mmol/L menjadi 135 mmol/L.
Pemberian oralit pada pasien diare MTBS (2008), oralit adalah campuran garam
elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), dan trisodium sitrat
hidrat, serta glukosa anhidrat (Mardayani, 2014), digunakan untuk meningkatkan
keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang tidak normal
(Wilkinson, 2011).Oralit sendiri diberikan untuk menganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang hilang karena diare (Mardayani, 2014). Walaupun air penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum biasa yang dikonsumsi tidak mengandung garam dan elektrolit yang
diperlukan saat diare dengan dehidrasi, untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit
dalam tubuh maka diberikan oralit (Wulandari, 2013). Dari tanda-tanda dehidrasi saat hari
terakhir, dehidrasi berkurang.untuk mempertahankan
Pemberian Zinc yang berfungsi untuk proses pertumbuhan dan diferensiasi sel,
sintesis DNA serta menjaga stabilitas dinding sel. Beberapa penelitian di Bangladesh,
India, Brazil dan Indonesia melaporkan pemberian suplementasi zinc menurunkan
prevalensi diare serta menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita diare (Mardayani,
2014).Pada pasien ini sesuai dengan teori karena, feses yang keluar dapat berubah dari
konsistensi cair menjadi berampas dan yang awalnya BAB 10 x menjadi 2 x.
Mekanismenya adalah, memperbaiki atau meningkatkan absorbsi air dan elektrolit dengan
cara mengurangi kadar air dalam lumen usus yang menghasilkan perbaikan pada
konsistensi feses. Perbaikan konsistensi feses akan dapat mengurangi frekuensi BAB yang
timbul sehingga hal tersebut dapat mempersingkat lama diare(Lolopayung, 2014).
Memurut MTBS, pemberian tablet Zinc selama 10 hari. Cara pemberian tablet zinc
adalah, larutkan tabletdengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet akan larut – 30
detik), segera berikan kepada pasien. Apabila pasien muntah sekitar setengah jam setelah
pemberian tablet zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan obat lebih
kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh. Ingatkan ibu untuk memberikan
tablet zinc setiap hari selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti. Bila anak
dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetapi berikan tablet zinc segera setelah
pasien bisa minum atau makan.
Pemberian ASI ekslusif adalah salah satu cara mencegah diare karena dapat
melindungi saluran cerna dari infeksi dan intoleransi (Purnamasari dkk, 2011).pada pasien
dengan kasus ini sesuai dengan teori. Selain efek imunitas, pemberian ASI secara tidak
langsung membatasi pajanan terhadap makanan/minuman yang terkontaminasi kuman.
Sebagian besar subyek mendapatkan PASI disamping ASI, hanya 12,1% dengan ASI
ekslusif selama 6 bulan. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antar kelompok
berdasarkan riwayat pemberian ASI, sehingga riwayat ASI ekslusif sebagai faktor perancu
pada penelitian ini dapat disingkirkan (Purnamasari dkk, 2011).
Mencatat input dan output cairan pasien, guna mengevaluasi keefektifan perencaana
(Sodikin, 2011). Digunakan untuk mengetahui status cairan pasien (Axton, 2014).Pada
pasien dengan kasus ini sesuai dengan teori.
Mengkaji tanda-tanda vital pada pasien digunakan untuk mengkaji adanya dehidrasi
(sodikin, 2011).Pada pasien dengan kasus ini sesuai dengan teori, mengkaji tanda-tanda
vital sangat efektif untuk melihat perbandingan tanda-tanda dehidrasi dari hari ke hari
Menurut MTBS, napas dikatakan cepat jika usia anak 2 bulan-<12 bulan 50 kali atau
lebih permenit, dan jika anak usia 12 bulan - <5 tahun 40 kali atau lebih permenit.
Dapat disimpulkan bahwa pemberian zink dan oralit dapat mengurangi frekuensi diare
yang awal 10x dalam sehari dapat berkurang menjadi 2 kali sehari. Zink berfungsi
mempersingkat lamanya diare. Mekanismenya adalah dapat memperbaiki atau
meningkatkan absorbsi air dan elektrolit dengan cara mengurangi kadar air dalam lumen
usus yang dapat menghasilkan perbaikan pada konsistensi feses. Pemberian oralit dapat
digunakan untuk meningkatkan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi
akibat kadar cairan yang tidak normal. Oralit sendiri diberikan untuk menganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang hilang karena diare. Dari tanda-tanda dehidrasi saat hari
terakhir, dehidrasi berkurang.
5. PENUTUP
a. Kesimpulan
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan berbentuk cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x
buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air
besar (Dewi, 2010).
Menurut pedoman MTBS (2008) cit Rekawati (2013) gejala yang sering muncul
pada anak dehidrasi ialah mata cekung, malas minum, cubit kulit perut kembali lambat.
Menurut Sodikin (2011) gejala muntah dapat terjadi pada saat diare. Ada juga dengan
gejala ubun-ubun cekung, tonus otot dan turgor kulit berkurang, mukosa bibir kering.
Konsistensi feses cair, berlendir, warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan
bercampur empedu.
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara
fungsi tubuh dan homeostatis. Elektrolit ada di seluruh cairan tubuh, elektrolit
merupakan komponen yang berada baik dalam cairan intrasel maupun ekstrasel.
Ketidakseimbangan satu atau lebih komponen elektrolit akan terjadi mekanisme
pertahanan homeostatis.
Pemberian Zink yang berfungsi untuk proses pertumbuhan dan diferensiasi sel,
sintesis DNA serta menjaga stabilitas dinding sel. Beberapa penelitian di Bangladesh,
India, Brazil dan Indonesia melaporkan pemberian suplementasi zink menurunkan
prevalensi diare serta menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita diare.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan seperti pemberian oralit Zinc, infus D ¼
NS, memonitor tanda-tanda vital, mencatat input dan outputyang dilakukan dalam
waktu 4x24 jam ada perubahan tanda-tanda dehidrasi yang berkurang dan diare dari
10x menjadi 2x dan yang awalnya berlendir menjadi berampas.
f. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, penulis memberikan saran
kepada: Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pencatatan dan pemberian cairan oral maupun parenteral dipertahan
kan guna untuk menangani dehidrasi pada pasien anak diare sehingga dapat
mengurangi komplikasi diare lebih lanjut.
Bagi Keluarga Pasien
Diharapkan keluarga pasien dapat ikut serta untuk upaya pencegahan dehidrasi
pada diare dengan pemberian cairan oral pada pasien.
Bagi Penulis lain
Diharapkan dari hasil Karya Tulis Ilmiah ini untuk referensi, serta dapat
dikembangkan untuk Asuhan Keperawatan pada pasien dehidrasi karena diare.
DAFTAR PUSTAKA
Axton , Sharon, dan Terry. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Mafazah, Lailatul. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu Dan
Kejadian Diare.
KEMAS 8 (2) (2013) 176-182.
Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Nur, Arif, A. H., dan Hardika. 2013. Nanda NIC NOC: Jilid I. Yogyakarta: Media Action.
Santoso, Budi, dkk. 2013. Kementrian Kesehatan RI, Pokok-pokok Hasil Riskesdas
Provinsi Jawa Tengah 2013. Jakarta: Lembaga penerbitan Badan Litbangkes.
Saputra, Lyndo. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang: Binarupa
Aksara.
Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak: untuk Perawat
dan bidan:
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Wulandari Ade. 2013. Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan
Angka Kesakitan Diare Pada Anak Balita. Journal of Chemical Information and
Modeling. vol. 53
Yusuf Sulaiman. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri, Vol. 13,
No. 4, Desember 2011