Oleh :
MIFTAHUL JANNAH
12.2.05.01.0026
ABSTRAK
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Diare akut adalah
buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3x atau
lebih) perhari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari (Depkes,
2009).
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar di dunia (Amirudin, 2007). Bila ditinjau dari tingkat kegawatannya pada
umumnya menganggap bahwa diare merupakan penyakit biasa-biasa saja, pada
umumnya masyarakat kita menganggap remeh penyakit ini, sehingga seringkali
berakibat fatal dalam hal penanganan penderita, hal ini diakibatkan oleh kurang
pengetahuan penerapan prinsip-prinsip rehidrasi seawal mungkin belum dilakukan oleh
masyarakat sehingga terjadi keterlambatan tindakan rehidrasi yang dapat memperparah
kesakitan, bahkan dapat mengakibatkan kematian (Unik, 2005).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, secara
global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta
pertahun. Pada Negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 anak dengan angka kematian
akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7%
dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 anak (Perwira, 2008). Data yang diperoleh
oleh Medikal Record dalam tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2012 sampai tahun 2014
tercatat 271 anak yang dirawat di RSUD Gambiran Kota Kediri.
Secara umum, diare dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu infeksi, alergi
makanan, gangguan penyerapan makanan, keracunan makanan atau sebagai salah satu
gejala dari penyakit yang menyebabkan gangguan sistem kekebalan tubuh. Infeksi
retrovirus menjadi penyebab utama diare di Indonesia, selain itu, bakteri dan parasit
juga bisa menjadi penyebab, hal ini tentu saja erat kaitannya dengan kebersihan yang
tidak terjaga. Kurangnya penanganan pada penyakit diare dapat menyebabkan anak
Upaya dalam mengatasi anak yang mengalami diare dilakukan penyediaan terapi
rehidrasi oral dengan terus menyusui dari usia 0 sampai 2 tahun, penggunaan
antimikroba hanya untuk anak diare berdarah, kasus kolera yang parah, atau infeksi
non-usus serius. Para pengasuh anak-anak yang masih muda juga harus diajarkan
tentang cara pemberian makana bersih dan sehat serta keberhasilan yang dapat
mengurangi morbiditas diare.
Melihat uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas dan mempelajari
lebih dalam tentang masalah keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan diagnosa medis diare pada anak
II. METODE
1. Dengan melakukan wawancara yaitu, melakukan pengkajian pada pasien dan
keluarga.
2. Dengan observasi langsung keadaan umum pasien dan melakukan pemeriksaan
fisik saat pengkajian.
3. Dengan studi dokumentasi rekam medis berupa hasil-hasil pemeriksaan dan
dokumentasi pasien selama dirawat di rumah sakit sampai pengkajian dilakukan.
IV. TERAPI
1. Inf. KA-En 3B 250cc/16 jam (mikro) 15 tpm
2. Injeksi Ceftriaxone 2x150 mg (IV)
3. Oralit 1 bungkus (oral)
4. Vometa 3x1,5 mg (oral)
5. Paracetamol 3x125 mg (oral)
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada An.S ditemukan hasil Ibu Px mengatakan anaknya sejak
tanggal 26–06–2015 BAB encer ± 6x dalam sehari, muntah 3x, makan dan minum
susu menurun, badannya panas, DO: K/U lemah, makan dan minum menurun, N=
120x/mnt, S= 382ᵒC. RR= 26x/mnt, badan panas
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan Pada An.S ini prioritas diagnosa
keperawatan yang muncul adalah Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan Kehilangan cairan dan elektrolit berlebih
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan pada An.S yang mengalami masalah keperawatan
prioritas gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dilakukan adalah: Pantau
tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit, berikan intake dan memantau
output cairan, anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak sesuai kebutuhan
pasien, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotik dan cairan
infus. Kriteria hasil yang telah disesuaikan untuk dapat melakukan asuhan
keperawatan.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam kasus ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah disusun dengan melibatkan pasien, keluarga dan kolaborasi dengan tim
medis lain.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memonitor keberhasilan yang tercapai selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan tindakan keperawatan. Dari 3 diagnosa
keperawatan yang muncul, semua teratasi pada tanggal 01-07-2015 sesuai dengan
perencanaan.